terkait fundamental saham energi n tambang(adro, bumi, elsa, pgas, indy, n ANTM)
🐧
tren kasar HARGA EMAS LM antm, n Laen2 (1999-2018), sbb:
Chicago berita1- Harga emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange ditutup menguat pada perdagangan Rabu atau Kamis pagi WIB (5/4), karena minat investor rendah terhadap investasi berisiko setelah Tiongkok mengumumkan tarif pada produk-produks AS.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Juni naik US$ 2,9 atau 0,22 persen, menjadi US$ 1.340,2 per ounce.
Tiongkok pada Rabu (4/4) mengumumkan daftar produk-produk impor dari Amerika Serikat senilai US$ 50 miliar yang akan dikenakan tarif lebih tinggi, termasuk kedelai, mobil dan produk-produk kimia. Langkah itu diambil setelah pemerintah AS mengumumkan daftar produk Tiongkok yang dikenakan tarif tambahan, dengan tarif sebesar 25 persen. "Pelaksanaan akan tergantung saat pemerintah AS memberlakukan tarif pada produk-produk Tiongkok," kata Kementerian Keuangan Tiongkok.
Indeks dolar AS, yang mengukur mata uang greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, turun 0,07 persen menjadi 90,199 pada pukul 20.00 GMT.
Emas dan dolar biasanya bergerak berlawanan arah, yang berarti jika dolar AS turun maka emas berjangka akan naik, karena emas yang dihargakan dalam dolar AS menjadi lebih murah bagi para pemegang mata uang lainnya.
Adapun logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Mei turun 13,8 sen atau 0,84 persen, menjadi US$ 16,254 per ounce. Platinum untuk penyerahan Juli turun US$ 13,2 atau 1,42 persen, menjadi US$ 918,1 per ounce.
Sumber: Xinhua, Antara
🌹
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebijakan bagi-bagi dividen dari emiten menjadi momentum yang ditunggu-tunggu pasar. Kabarnya, emiten tambang yang berada di bawah holding pertambangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), bakal menggenjot dividen payout ratio yang lebih besar. Bukan tidak mungkin, sebab kinerja tahun 2017 emiten pertambangan boleh dibilang gemilang.
Muhammad Nafan Aji, Analis Binaartha Parama Sekuritas menyatakan pembagian dividen tahun ini secara jumlah bisa lebih besar. Hal ini terkait dengan peningkatan laba bersih yang diraih emiten pertambangan.
Kinerja yang positif tahun lalu, dan adanya agenda pembagian dividen bisa memicu pelaku pasar untuk mengakumulasi beli. “Biasanya kalau dividen, maka harga saham naik,” kata Nafan kepada Kontan.co.id, Rabu (4/4).
Terkait dengan wacana induk tambang, Inalum yang membutuhkan pendanaan besar, dana dividen bisa turut menyumbang untuk rencana ekspansi. Akuisisi Freport merupakan langkah strategis yang harus ditempuh oleh pemerintah. “Pendanaan ini bisa jadi memang diperlukan, karena nilai akusisi Freeport besar,” imbuh Nafan.
Secara teknikal, dia melihat saham PTBA sudah mulai konsolidasi penguatan. Meski masih dibayangi kebijakan domestik market obligation (DMO), saham PTBA masih bisa untuk akumulasi beli, dengan target jangka panjang 3.500. Sedangkan untuk ANTM dia melihat juga masih bisa akumulasi beli dengan target jangka menengah sekitar tiga bulanan pada level 820-850.
Sedangkan TINS, Nafan juga merekomendasikan akumulasi beli. Pasalnya, sejak awal Maret emiten sudah mengalami koreksi wajar yang mengakhiri tren bullish. Level support TINS pada 850, bila tembus berpotensi menuju 700. Saham TINS juga terbilang memiliki price to earning ratio yang menarik. “Target jangka panjang 1.310,” katanya.
🌸
JAKARTA -- PT Adaro Energy Tbk (ADRO) bersama EMR Capital akan mengakuisisi 80% saham Rio Tinto di tambang batu bara kokas Kestrel, di Australia. Dalam perjanjian disebutkan, kedua perusahaan bakal mengakuisisi tambang tersebut dengan nilai total konsiderasi US$ 2,25 miliar (Rp 30,97 triliun).
EMR Capital merupakan perusahaan pengelola private equity di bidang pertambangan. Sementara itu, Rio Tinto merupakan perusahaan tambang multinasional Inggris-Australia yang beroperasi di 35 negara. Dalam siaran persnya, Rio Tinto sepakat menjual tambang Kestrel ke EMR dan Adaro senilai US$ 2,25 miliar.
President Director and Chief Executive Officer (CEO) Adaro Energy Garibaldi Thohir mengatakan, akuisisi tambang kokas Kestrel merupakan tonggak bersejarah dalam perluasan portofolio batu bara metalurgi (metallurgical coal) perseroan. Ini merupakan salah satu investasi Adaro yang besar diluar Indonesia.
“Kami senang dengan pertumbuhan yang akan dibawa oleh transaksi ini. Perseroan juga akan bekerja sama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk menyukseskan usaha ini,” ujar Garibaldi dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu (28/3). (az/en)
Baca selanjutnya di http://id.beritasatu.com/home/operasikan-tambang-kokas-kestrel/173845
🌷
JAKARTA okezone - PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) atau Antam membukukan laba bersih sebesar Rp136 miliar di 2017, tumbuh 111% dibanding laba bersih 2016 sebesar Rp64 miliar. ”Kenaikan laba bersih tahun 2017 dipengaruhi meningkatnya produksi dan penjualan komoditas utama nikel, emas dan bauksit," kata Direktur Utama Antam, Arie Prabowo Ariotedjo dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.
Menurutnya, selama 2017 perseroan membukukan penjualan bersih sebesar Rp12,65 triliun, melonjak 39% dibandingkan 2016 sebesar Rp9,11 triliun. Penjualan emas selama 2017 mencapai Rp7,37 triliun, naik 33% dibanding 2016 yang mencapai Rp5,54 triliun. Adapun total volume produksi emas Antam dari tambang Pongkor dan Cibaliung 1.967 kg (63.240 oz), sementara volume penjualan emas antam sebesar 13.202 kg (424.454 oz), tumbuh sebesar 29% dibandingkan volume penjualan tahun 2016 sebanyak 10.227 kg (328.806 oz).
Kata Arie, Antam terus berupaya untuk meningkatkan penjualan emas dengan melakukan perluasan pasar. Antam bekerja sama dengan PT Pos Indonesia (Persero) untuk memanfaatkan 205 Kantor Pos di seluruh Indonesia sebagai kanal penjualan dan distribusi penjualan emas Antam. Perseroan melalui unit bisnis pengolahan dan pemurnian logam mulia secara resmi melakukan perluasan distribusi pemasaran produk emas Antam ke Jepang melalui inovasi produk baru berupa emas batangan motif Hello Kitty (minted-bar Hello Kitty).
Perseroan merupakan satu-satunya gold refinery di ASEAN yang memiliki sertifikat London Bullion Market Association (LBMA). Dengan sertifikat ini, produk emas Antam terjamin kepastian berat dan kemurniannya serta bisa diperdagangkan secara internasional. Sementara itu, penjualan feronikel pada 2017 mencapai Rp3,22 triliun, dengan total produksi nikel dalam feronikel (TNi) sebesar 21.813 TNi naik sebesar 7% dari capaian tahun 2016 sebesar 21.762 TNi.”Pada 2017, Antam telah mendapatkan izin ekspor bijih nikel kadar rendah sebesar 3,9 juta wmt (<1,7% Ni) dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM)," ujar Arie.
Selama 2017 volume produksi bijih nikel naik 241% dengan total produksi sebesar 5,57 juta wmt dengan level volume penjualan mencapai 2,83 juta wmt atau naik 285% dibandingkan 2016. Sedangkan pendapatan dari komoidi bijih bauksit pada 2017 mencapai Rp398 miliar naik 283% dibandingkan nilai penjualan bijih bauksit pada 2016 sebesar Rp104 miliar.
Volume produksi bijih bauksit selama 2017 mencapai 705.322 wmt, tumbuh sebesar 192% dengan volume penjualan mencapai 838.069 wmt, naik sebesar 181% dibandingkan capaian pada 2016.
(ris)
🍓
JAKARTA - PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mencatat kenaikan laba bersih sebesar Rp71,69 miliar pada 2017. Angka tersebut, naik 110% jika dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Melansir keterbukaan informasi yang diterbitkan perseroan di Jakarta, Senin (12/3/2018), laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk di 2017 tercatat sebesar Rp136,5 miliar. Sementara pada 2016, laba tersebut tersebut tercatat sebesar Rp64,81 miliar
\
Perseroan pun mencatat penjualan sebesar Rp12,65 triliun dari sebelumnya Rp9,1 triliun. Dengan demikian, laba bersih per saham perseroan pun naik menjadi Rp5,68 dari sebelumnya Rp2,70.
Di sisi lain, total utang perseroan tercatat mengalami penurunan tipis menjadi Rp11,52 triliun dari sebelumnya Rp11,57 triliun. Adapun utang tersebut, terdiri dari utang jangka pendek sebesar Rp5,55 triliun dan utang jangka panjang sebesar Rp5,97 triliun.
Selain itu, perseroan juga mencatat kenaikan aset menjadi Rp30,01 triliun dari sebelumnya Rp29,98 triliun. Aset tersebut terdiri dari tidak lancar sebesar Rp21,01 triliun dan aset lancar sebesar Rp9 triliun.
(mrt)
Merdeka.com - PT Antam Tbk mengumumkan peningkatan kinerja operasi, penjualan & keuangan yang signifikan pada tahun 2017. Antam mencatatkan pertumbuhan Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (Ebitda) mencapai 96 persen menjadi Rp 2,21 triliun dibandingkan dengan capaian Ebitda FY16 sebesar Rp1,13 triliun.
\
Pertumbuhan Ebitda yang positif terutama disebabkan pertumbuhan signifikan kinerja produksi dan penjualan komoditas utama Antam serta peningkatan efisiensi yang berujung pada stabilnya level biaya tunai operasi Antam. Penjualan bersih Antam di FY17 tercatat sebesar Rp 12,65 triliun, naik 39 persen dibandingkan FY 16. Tercatat Antam membukukan laba bersih sebesar Rp136 Miliar di FY 17, naik tajam sebesar 111 persen dibandingkan capaian laba bersih FY 16 sebesar Rp 64 miliar.
Pertumbuhan kinerja keuangan Antam FY 17 yang solid didukung kenaikan kinerja produksi & penjualan. Di FY17, nilai penjualan bersih Antam tercatat sebesar Rp 12,65 triliun dengan komoditas emas merupakan komponen terbesar pendapatan Perseroan, berkontribusi sebesar Rp 7,37 triliun atau 58 persen dari total penjualan bersih FY17.
Pada Tahun 2017, Antam kembali mencatatkan volume produksi dan penjualan tertinggi sepanjang sejarah Perusahaan. Kinerja produksi feronikel mencapai 21.762 ton nikel (TNi) dalam feronikel, naik sebesar 7 persen dari capaian tahun 2016.
Penjualan feronikel mengalami pertumbuhan 4 persen mencapai 21.813 TNi. Penjualan feronikel pada FY17 merupakan kontributor terbesar kedua dari total penjualan bersih Antam, dengan kontribusi sebesar Rp 3,22 triliun atau 25 persen dari total penjualan bersih FY17.
Untuk komoditas emas, Antam mencatatkan total volume produksi emas dari tambang Pongkor dan Cibaliung sebesar 1.967 kg (63.240 oz). Sementara itu volume penjualan emas Antam di FY17 tercatat sebesar 13.202 kg (424.454 oz), tumbuh sebesar 29 persen dibandingkan volume penjualan periode FY16 sebesar 10.227 kg (328.806 oz) seiring dengan strategi pengembangan pasar emas baik domestik dan ekspor serta inovasi produk Logam Mulia Antam. Pendapatan Antam dari penjualan emas di FY17 tercatat sebesar Rp7,37 triliun. Capaian penjualan bersih tersebut naik 33 persen dibandingkan penjualan bersih emas FY16 yang tercatat sebesar Rp5,54 triliun.
Antam terus berupaya untuk meningkatkan penjualan emas dengan melakukan perluasan pasar. Antam telah menandatangani kerjasama dengan PT Pos Indonesia (Persero) untuk memanfaatkan 205 Kantor Pos di seluruh Indonesia sebagai channel penjualan dan distribusi penjualan emas Antam. Pada Tahun 2017, Antam melalui Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia secara resmi melakukan perluasan distribusi pemasaran produk emas Antam ke Jepang melalui inovasi produk baru berupa emas batangan motif Hello Kitty (minted-bar Hello Kitty). Antam merupakan satu-satunya gold refinery di ASEAN yang memiliki sertifikat London Bullion Market Association (LBMA). Dengan sertifikat ini, produk emas Antam terjamin kepastian berat dan kemurniannya serta bisa diperdagangkan secara internasional.
Pada tahun 2017, Antam telah mendapatkan izin ekspor biji nikel kadar rendah sebesar 3,9 juta wmt (kurang dari 1,7 persen Ni) dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM). Di FY17, volume produksi bijih nikel naik 241 persen dengan total produksi sebesar 5,57 juta wmt dengan level volume penjualan mencapai 2,83 juta wmt atau naik 285 persen dibandingkan FY16. Antam mencatatkan pendapatan penjualan dari bijih nikel di FY17 sebesar Rp1,37 triliun atau tumbuh sebesar 364 persen dibandingkan nilai penjualan bijih nikel pada periode FY16 sebesar Rp295 miliar.
Seperti halnya pada bijih nikel, Antam juga telah mendapatkan rekomendasi ekspor mineral dari KESDM untuk bijih bauksit tercuci sebesar 850 ribu wmt. Pada tahun 2017, Antam mencatatkan volume produksi bijih bauksit sebesar 705.322 wmt, tumbuh sebesar 192 persen dengan volume penjualan mencapai 838.069 wmt, naik sebesar 181 persen dibandingkan capaian tahun 2016. Pada FY17 Antam mencatatkan pendapatan dari bijih bauksit sebesar Rp398 miliar naik 283 persen dibandingkan nilai penjualan bijih bauksit pada FY16 sebesar Rp104 miliar.
Laba kotor Antam di FY17 naik tajam sebesar 93 persen menjadi Rp1,64 triliun dibandingkan FY16 seiring dengan kenaikan nilai penjualan dan nilai beban pokok penjualan Antam di FY17 sebesar Rp11 triliun. Dengan adanya peningkatan laba kotor, maka Antam dapat mencatat laba usaha sebesar Rp600 miliar atau naik 7.264 persen dibandingkan laba usaha FY16 sebesar Rp8,15 miliar. Peningkatan laba usaha ini juga mendukung pencapaian laba bersih Perusahaan menjadi Rp136 miliar, naik signifikan sebesar 111 persen dibandingkan capaian laba bersih Perusahaan FY16 sebesar Rp64 miliar. Peningkatan kinerja produksi dan penjualan yang signifikan serta upaya Antam untuk beroperasi pada tingkat biaya tunai produksi yang rendah pada tahun 2017 mendukung capaian positif Ebitda Antam menjadi Rp2,21 triliun tumbuh 96 persen dibandingkan capaian FY16 sebesar Rp1,13 triliun.
Proyek pertumbuhan Antam: On Track
Dengan nilai kas dan setara kas sebesar Rp5,55 triliun, Antam masih memiliki posisi keuangan yang cukup solid. Proyek kunci Antam saat ini yang mencakup Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Haltim (P3FH) berjalan dengan on track dengan realisasi konstruksi 38 persen sampai dengan akhir FY17. Direncanakan pabrik Feronikel Haltim (Line 1) memiliki kapasitas produksi sebesar 13.500 TNi di mana konstruksi pabrik direncanakan selesai pada akhir tahun 2018. Nantinya dengan selesainya proyek pembangunan pabrik feronikel Haltim (Line 1) akan meningkatkan kapasitas total terpasang feronikel Antam sebesar 50 persen dari kapasitas produksi feronikel terpasang saat ini sebesar 27.000 TNi menjadi 40.500 TNi per tahun. Dalam hal pengembangan komoditas bauksit, saat ini Antam terus berfokus pada pembangunan pabrik Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) bekerjasama dengan PT INALUM (Persero) yang memiliki kapasitas pengolahan sebesar 1 juta ton SGA per tahun (Tahap 1).
Antam raih penghargaan PROPER Emas Tahun 2017
Pada tahun 2017, Antam meraih PROPER Emas untuk pertama kalinya. Unit Bisnis Pertambangan Emas mendapat peringkat Emas dalam sub sektor Tambang Mineral. Sementara itu, Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia mendapat peringkat Hijau dalam sub sektor Pengolahan Mineral dan Unit Bisnis Pertambangan Bauksit mendapat peringkat Hijau. Sedangkan peringkat Biru didapatkan oleh Unit Bisnis Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara, Unit Bisnis Pertambangan Nikel Maluku Utara dan Entitas Anak Perusahaan, PT Cibaliung Sumber Daya dalam sub sektor Tambang Mineral. PROPER merupakan program pengawasan terhadap industri yang bertujuan mendorong ketaatan industri terhadap peraturan lingkungan hidup.
Jumlah Pemegang Saham Antam Tumbuh 9,08 persen Sepanjang Tahun 2017
Sepanjang periode Januari sampai dengan Desember 2017, kinerja positif saham Antam tercermin dari peningkatan jumlah investor yang menginvestasikan sahamnya di Antam, yaitu tumbuh 9,08 persen dari 33.808 investor menjadi 36.877 investor. Saham Antam setiap harinya aktif diperdagangkan di BEI, sampai dengan Desember 2017 rata-rata volume perdagangan saham Antam per hari sebesar 40.668.685 saham dengan rata-rata nilai transaksi harian sebesar Rp30,03 miliar..
Pada tahun 2017, saham Antam menjadi bagian dari Indeks IDX Small-Mid Cap (SMC) Composite, Indeks IDX SMC Liquid dan Indeks PEFINDO Investment Grade (i-Grade) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saham Antam juga tetap menjadi bagian dari indeks IDX LQ45 dan Indeks IDX30 yang merupakan kelompok saham dengan tingkat likuiditas tertinggi di BEI. [hhw]
🌲
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada 2017, PT Elnusa Tbk (ELSA) meraup pendapatan Rp 4,98 triliun. Jumlah ini tumbuh 37,57% dibandingkan pendapatan 2016 senilai Rp 3,62 triliun.
Namun laba bersih anak usaha PT Pertamina ini menyusut 20,51% year-on-year (yoy) menjadi Rp 247,14 miliar pada tahun lalu.
BACA JUGA
Meski demikian, analis OCBC Sekuritas Indonesia, Inav Haria Chandra menilai, pencapaian laba bersih ELSA cukup positif, yakni 135% di atas estimasinya. Kinerja bottom line ELSA didorong segmen hilir (downstream). Pada tahun lalu, laba bersih ELSA di segmen ini tumbuh 81% (yoy) menjadi Rp 207 miliar. Angka tersebut 125% di atas estimasi OCBC.
Manajemen ELSA menyebutkan, kinerja positif ini didukung semua lini bisnis di segmen downstream. Salah satu sentimen positif yang membuat segmen downstream bertumbuh adalah stabilnya pertumbuhan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU).
Dengan begitu, kegiatan di segmen downstream seperti manajemen distribusi BBM ke SPBU bertambah. "Bertambahnya SPBU di Indonesia cukup stabil, makanya segmen downstream bisa naik 10% setiap tahun," kata Inav.
Tahun ini, Inav memproyeksikan kinerja ELSA tidak hanya ditopang segmen hilir, melainkan segmen hulu atau upstream juga bisa sama kuat bertumbuh didukung kenaikan harga minyak. Harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) pada tahun ini diperkirakan di atas US$ 65 per barel.
Segmen hulu
Dengan kenaikan harga minyak mentah, banyak perusahaan migas di Indonesia memiliki cash flow yang bisa digunakan untuk membiayai mengembangkan kegiatan di segmen hulu, seperti data seismik dan drilling. "Dengan dukungan harga minyak mentah, manajemen ELSA tetap yakin segmen hulu kembali menguntungkan di akhir tahun ini," ungkap Inav. Dia mencatat, segmen hulu ELSA pada tahun lalu sempat rugi Rp 10 miliar.
Yuni, analis NH Korindo Sekuritas Indonesia menyebutkan, membaiknya harga minyak bisa memacu aktivitas eksplorasi migas Indonesia. Dia memproyeksikan kegiatan hulu Pertamina akan lebih aktif seiring banyaknya blok migas di Indonesia yang kontraknya berakhir di tahun ini.
Hal tersebut memungkinkan Pertamina sebagai induk perusahaan ELSA memperoleh lebih banyak kontrak untuk mengelola blok minyak dan gas. "Hal tersebut tentu berdampak positif pada ELSA sebagai anak perusahaan Pertamina untuk menikmati pertumbuhan yang fantastis pada tahun ini," kata Yuni, dalam riset 27 Februari 2018.
Yuni mengharapkan banyak kontrak drilling & oilfield services (DOS). yang berasal dari Kalimantan dan baru saja menyelesaikan transisi kontrak dari pihak asing ke Pertamina, yang bisa mendukung kinerja ELSA di masa mendatang. Secara garis besar, kinerja keuangan ELSA pada tahun ini didukung dari perolehan kontrak baru yang lebih tinggi dari perkiraan, perbaikan margin untuk bisnis hilir dan perbaikan arus kas dari harga minyak yang lebih tinggi.
Bisnis ELSA bukan tanpa hambatan. Sejumlah sentimen negatif membayangi kinerja ELSA, misalnya harga minyak mentah yang secara tiba-tiba bisa menyusut. Namun, Inav optimistis dalam kondisi saat ini harga minyak mentah tidak akan menurun drastis.
Inav memproyeksikan pendapatan ELSA pada tahun ini tumbuh 7% (yoy) menjadi Rp 5,17 triliun. Adapun laba bersihnya mencapai Rp 335 miliar. Inav merekomendasikan buy saham ELSA dengan target Rp 750 per saham.
Yuni memprediksikan pendapatan ELSA di akhir tahun nanti mencapai Rp 5,73 triliun atau naik 15,2%. Adapun laba bersihnya naik mencapai Rp 444 miliar. Yuni merekomendasikan buy dengan target Rp 625 per saham.
Analis Trimegah Sekuritas, Willinoy Sitorus, juga merekomendasikan buy ELSA dengan target Rp 560 per saham. Harga ELSA kemarin naik 3,33% menjadi Rp 496 per saham
🌷
Bisnis.com, JAKARTA--MNC Sekuritas memberikan rekomendasi overweight pada sektor tambang batu bara pada tahun ini dengan emiten pilihan PTBA dan INDY.
Tim riset MNC Sekuritas menilai pertumbuhan sektor batu bara akan dipengaruhi oleh beberapa katalis positif.
Pertama, over demand di industri batu bara di tengah harga batu bara meningkat 90%. Total produksi batu bara Tiongkok turun sebesar -8,67% year-on-year menjadi 3,34 miliar ton pada 2016. Tingkat suplai batu bara dunia berkurang sekitar -5,94% sedangkan permintaan batu bara tetap stabil.
Pertama, over demand di industri batu bara di tengah harga batu bara meningkat 90%. Total produksi batu bara Tiongkok turun sebesar -8,67% year-on-year menjadi 3,34 miliar ton pada 2016. Tingkat suplai batu bara dunia berkurang sekitar -5,94% sedangkan permintaan batu bara tetap stabil.
Kedua, kapasitas pembangkit listrik India Tumbuh 5,15% year-to-date, permintaan batu bara India melonjak. Konsumsi batu bara India tumbuh signifikan dengan tingkat CAGR sebesar 6,50% dalam 10 tahun terakhir. Tercatat pertumbuhan kapasitas pembangkit listrik India sebesar 5,15% ytd dan 7,64% ytd pada 2017 dan 2016.
Ketiga, sektor batu bara di Indonesia di 2018 sangat potensial. Penggunaan batu bara pada industri pembangkit listrik terus meningkat dengan CAGR sebesar 9,99% sejak 2007 seiring dengan terus meningkatnya kapasitas pembangkit listrik di Indonesia. Kapasitas pembangkit listrik Indonesia meningkat 7,43% di 2016, sedangkan penggunaan batu bara mencapai 50,56 juta BOE setara dengan 79,61% dari total konsumsi domestik.
Adapun, sentimen utama sektor tambang batu bara saat ini adalah rencana Tiongkok memangkas produksi sebanyak 800 juta ton pada periode 2016-2020.
Tiongkok merupakan negara penghasil batu bara terbesar dan mendominasi sekitar 46,12% dari kebutuhan batu bara dunia. Menurut National Energy Administration (NEA), Tiongkok memiliki lebih dari 4.000 tambang batu bara pada 2016 dengan total kapasitas produksi 3,41 miliar ton per tahun. Tiongkok mengeluarkan kebijakan memangkas produksi batu bara pada 2016.
"Kami yakin overdemand pada sektor batu bara masih akan berlanjut hingga akhir 2018, hal ini berpotensi mendorong produsen mencatatkan kinerja yang positif. Kami merekomendasikan overweight pada sektor pertambangan batu bara," ungkap tim riset MNC Sekuritas, Senin (12/3/2018).
"Kami yakin overdemand pada sektor batu bara masih akan berlanjut hingga akhir 2018, hal ini berpotensi mendorong produsen mencatatkan kinerja yang positif. Kami merekomendasikan overweight pada sektor pertambangan batu bara," ungkap tim riset MNC Sekuritas, Senin (12/3/2018).
Adapun, saham emiten tambang batu bara yang menjadi pilihan utama MNC Sekuritas, yakni PTBA dengan target harga Rp3.760 dan INDY dengan target harga Rp4.990.
🍉
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Banyaknya sentimen negatif yang menghadang penguatan minyak dunia, membuat para analis memperkirakan harga minyak akan sulit bertahan. Bahkan di tengah tingginya ekspektasi kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) bulan ini, para analis menebak, harga minyak akan kembali turun ke bawah level US$ 60 per barel.
Mengutip Bloomberg, pada penutupan perdagangan Jumat (9/3), harga minyak WTI kontrak pengiriman April 2018 tercatat menguat 3,19% ke level US$ 62,04 per barel. Namun jika dibandingkan sepekan sebelumnya, penguatan harga minyak hanya mencapai 1,29%.
“Tanggal 22 Maret sepertinya The Fed akan menaikkan suku bunga, dollar AS bisa kembali menguat," ujar Deddy Yusuf Siregar, Analis PT Asia Tradepoint Futures kepada Kontan.co.id.
Menurutnya, penguatan dollar AS pasti akan melemahkan harga komoditas. Jika kenaikan ini terjadi di tengah kenaikan produksi AS, bukan tidak mungkin minyak bisa terperosok ke bawah level US$ 60 per barel. Deddy menebak, pada akhir kuartal I 2018, harga minyak bisa masuk ke kisaran US$ 58 - US$ 60 per barel.
"Saya bertaruh minyak masih bearish," tandasnya.
Keyakinan serupa juga diungkapkan oleh Nanang Wahyudi, Analis PT Finnex Berjangka. Kenaikan suku bunga The Fed diperkirakan akan berimbas pada pergerakan harga minyak mentah dunia. Apalagi untuk jangka menengah dan jangka panjang, harga minyak masih diliputi sentimen negatif.
"Meski sekarang menguat, tapi tekanan masih ada," ujarnya.
Indikasi peningkatan pasokan minyak di AS masih cukup besar. Diperkirakan produksinya akan mencapai 11 juta barel per hari pada akhir tahun 2018. Apalagi Energy Information Administration (EIA) melaporkan untuk pekan yang berakhir 2 Maret lalu, produksi minyak telah mencapai 10,4 juta bar per hari. Ia memperkirakan di akhir kuartal I 2018 harga minyak bisa berada di kisaran US$ 50 - US$ 65 per barel.
🎂
Bisnis.com, JAKARTA - Sepanjang periode 1 tahun yang berakhir pada 31 Desember 2017, PGN membukukan pendapatan senilai US$2,97 miliar, atau mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$2,93 miliar.
Pendapatan emiten berkode PGAS tersebut terutama diperoleh dari hasil penjualan gas sebesar US$2.404,6 juta dan penjualan minyak dan as sebesar US$472,8 juta.
Sementara itu, laba operasi pada tahun 2017 sebesar US$377,01 juta. Kemudian, laba bersih sebesar US$143,1 juta atau Rp 1,92 triliun (kurs rata-rata Rp13.381). Adapun, EBITDA sebesar US$830 juta, naik sebesar US$23 juta dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$807 juta.
"Kami melakukan berbagai upaya efisiensi sehingga mampu mencetak laba di tengah kondisi perekonomian saat ini,“ kata Sekretaris Perusahaan PGN, Rachmat Hutama, melalui keterangan resmi, Jumat (9/3/2018).
Selama periode Januari-Desember 2017, PGN menyalurkan gas bumi sebesar 855,5 BBtud dengan perincian, volume gas distribusi sebesar 771,55 BBtud, dan volume transmisi gas bumi sebesar 83,95 BBtud.
Rachmat mengatakan, sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan perekonomian nasional, PGN optimistis kinerja perusahaan juga akan semakin baik. Pada tahun ini, PGN akan tetap mengembangkan infrastruktur gas bumi untuk memperluas pemanfaatan gas bumi bagi masyarakat.
PGN akan semakin agresif membangun infrastruktur gas bumi nasional untuk meningkatkan pemanfaatan produksi gas nasional. Pada kuartal IV/2017, infrastruktur pipa gas PGN bertambah sepanjang lebih dari 175 km dan saat ini mencapai lebih dari 7.450 km atau setara dengan 80% pipa gas bumi hilir nasional.
Dari infrastruktur tersebut, PGN menyalurkan gas bumi ke 1.739 pelanggan industri manufaktur dan pembangkit listrik, 1.984 pelanggan komersial (hotel, restoran, rumah sakit) dan Usaha Kecil Menengah (UKM), serta 177.710 pelanggan rumah tangga yang dibangun dengan investasi PGN.
Pelanggan gas bumi PGN tersebar di berbagai wilayah mulai dari Sumatra Utara, Kepulauan Riau, Riau, Sumatra Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Utara dan Sorong Papua.
PGN juga mengelola dan menyalurkan gas bumi untuk transportasi ke 10 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) dan 4 Mobile Refueling Unit (MRU). PGN juga mengoperasikan 2 Floating Storage Regasification Unit (FSRU) yakni di Jawa Barat dan Lampung.
Tahun ini, PGN juga banyak melakukan terobosan seperti program 360 degree solution.
Dalam program ini, PGN dapat menghadirkan gas bumi dari hulu hingga hilir sesuai kebutuhan masyarakat di berbagai segmen pengguna gas.
PGN memiliki Saka Energy yang menyediakan gas bumi di sektor hulu, PGN mengembangkan produk gas bumi yakniLiquefied Natural Gas (LNG) yang dilakukan oleh PT PGN LNG Indonesia, penyaluran CNG melaui anak usaha PT Gagas Energi Indonesia, sampai melalui anak usaha PGN lainnya, PGN dapat menyediakan pasokan gas bumi, listrik, pasokan bahanbakar gas untuk transportasi hingga jasa Engineering, Procurement and Construction (EPC) hingga Informasi Teknologi Komunikasi bagi para pengguna gas atau pelanggan PGN.
"Investasi infruktur pipa gas bumi yang dibangun PGN hampir seluruhnya tidak mengandalkan APBN, sehingga tidak membebani negara. Dan, PGN terus berkomitmen memperluas pemanfaatan gas bumi dengan membangun infrastruktur gas bumi di berbagai daerah," ungkap Rachmat.
Pada kuartal IV tahun 2017, PGN telah meyelesaikan fasilitas penunjang pasokan gas di Pasuruan, pengembangan pipa gas bumi di sejumlah kawasan industri wilayah Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatra Utara dan Batam serta infrastruktur untuk menunjang kehandalan penyediaan listrik PLN di Tanjung Priok.
Beberapa proyek infrastruktur masih dalam tahap pelaksanaan, mulai dari proyek pipa gas transmisi Duri-Dumai sepanjang 67 kilometer termasuk pipa distribusi gas di Dumai sepanjang 56 km, dan pemasangan pipa distribusi di wilayah Gresik sepanjang 11 km.
Selain itu, PGN juga sedang mengembangkan infrastruktur pipa transmisi gas bumi West Natuna Transmission System (WNTS) ke Pulau Pemping, Provinsi Kepulauan Riau.
Untuk proyek yang didanai oleh pemerintah melalui penugasan pembangunan jaringan gas bumi untuk pelanggan rumah tangga di Lampung, Musi Banyuasin, Mojokerto, dan Rusun Kemayoran Jakarta, PGN dapat menyelesaikannya dengan tepat waktu.
"PGN terus berkomitmen membangun dan memperluas infrastruktur gas nasional, walau di tengah kondisi ekonomi yang belum membaik dan turunnya harga minyak mentah dunia," tutup Rachmat.
🍔
Jakarta detik - Sepanjang periode satu tahun yang berakhir pada 31 Desember 2017, PGN membukukan pendapatan sebesar US$ 2,97 miliar atau Rp 39,57 triliun (kurs rata-rata Rp 13.381). yang mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 2,93 miliar atau Rp 39,20 triliun.Pendapatan emiten berkode PGAS tersebut terutama diperoleh dari hasil Penjualan Gas Sebesar US$ 2.404,6 juta dan Penjualan Minyak dan Gas sebesar US$ 472,8 juta.
Sedangkan Laba Operasi di Tahun 2017 sebesar US$ 377,01 juta. Sementara laba bersih sebesar US$ 143,1 juta atau Rp 1,92 triliun. Adapun EBITDA sebesar US$ 830 juta, naik sebesar US$ 23 juta dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 807 juta.
"Kami melakukan berbagai upaya efisiensi sehingga mampu mencetak laba di tengah kondisi perekonomian saat ini," kata Sekretaris Perusahaan PGN, Rachmat Hutama, di Jakarta, Jumat (09/03/2018).
Selama periode Januari-Desember 2017, PGN menyalurkan gas bumi sebesar 855,5 BBTUD dengan rincian, volume gas distribusi sebesar 771,55 BBTUD, dan volume transmisi gas bumi sebesar 83,95 BBTUD.
Rachmat mengatakan, sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan perekonomian nasional, PGN optimistis kinerja perusahaan juga akan semakin baik. Pada tahun ini, PGN akan tetap mengembangkan infrastruktur gas bumi untuk memperluas pemanfaatan gas bumi bagi masyarakat.
PGN akan semakin agresif membangun infrastruktur gas bumi nasional untuk meningkatkan pemanfaatan produksi gas nasional. Pada kuartal IV-2017, infrastruktur pipa gas PGN bertambah sepanjang lebih dari 175 km dan saat ini mencapai lebih dari 7.450 km atau setara dengan 80% pipa gas bumi hilir nasional.
Dari infrastruktur tersebut, PGN menyalurkan gas bumi ke 1.739 pelanggan industri manufaktur dan pembangkit listrik, 1.984 pelanggan komersial (hotel, restoran, rumah sakit) dan Usaha Kecil Menengah (UKM), serta 177.710 pelanggan rumah tangga yang dibangun dengan investasi PGN.
Pelanggan Gas Bumi PGN tersebar di berbagai wilayah mulai dari Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Utara dan Sorong Papua.
PGN juga mengelola dan menyalurkan gas bumi untuk transportasi ke 10 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) dan 4 Mobile Refueling Unit (MRU). PGN juga mengoperasikan 2 Floating Storage Regasification Unit (FSRU) yakni di Jawa Barat dan Lampung.
Tahun ini, PGN juga banyak melakukan terobosan seperti program 360 degree solution. Dalam program ini, PGN dapat menghadirkan gas bumi dari hulu hingga hilir sesuai kebutuhan masyarakat di berbagai segmen pengguna gas.
PGN memiliki Saka Energy yang menyediakan gas bumi di sektor hulu, PGN mengembangkan produk gas bumi yakniLiquefied Natural Gas (LNG) yang dilakukan oleh PT PGN LNG Indonesia, penyaluran CNG melaui anak usaha PT Gagas Energi Indonesia, sampai melalui anak usaha PGN lainnya, PGN dapat menyediakan pasokan gas bumi, listrik, pasokan bahanbakar gas untuk transportasi hingga jasa Engineering, Procurement and Construction (EPC) hingga Informasi Teknologi Komunikasi bagi para pengguna gas atau pelanggan PGN.
"Investasi infruktur pipa gas bumi yang dibangun PGN hampir seluruhnya tidak mengandalkan APBN, sehingga tidak membebani negara. Dan, PGN terus berkomitmen memperluas pemanfaatan gas bumi dengan membangun infrastruktur gas bumi di berbagai daerah," ungkap Rachmat.
Pada Kuartal IV tahun 2017, PGN telah meyelesaikan fasilitas penunjang pasokan gas di Pasuruan, pengembangan pipa gas bumi di sejumlah kawasan industri wilayah Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Utara dan Batam serta infrastruktur untuk menunjang kehandalan penyediaan listrik PLN di Tanjung Priok.
Beberapa proyek infrastruktur masih dalam tahap pelaksanaan, mulai dari proyek pipa gas transmisi Duri-Dumai sepanjang 67 kilometer termasuk pipa distribusi gas di Dumai sepanjang 56 km, dan pemasangan pipa distribusi di wilayah Gresik sepanjang 11 km. Selain itu, PGN juga sedang mengembangkan infrastruktur pipa transmisi gas bumi West Natuna Transmission System (WNTS) ke Pulau Pemping, Provinsi Kepulauan Riau.
Untuk proyek yang didanai oleh pemerintah melalui penugasan pembangunan jaringan gas bumi untuk pelanggan rumah tangga di Lampung, Musi Banyuasin, Mojokerto, dan Rusun Kemayoran Jakarta, PGN dapat menyelesaikannya dengan tepat waktu. "PGN terus berkomitmen membangun dan memperluas infrastruktur gas nasional, walau di tengah kondisi ekonomi yang belum membaik dan turunnya harga minyak mentah dunia," tutup Rachmat. (dna/dna)
🍶
JAKARTA okezone - PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mengalokasikan sebesar USD101,08 juta, setara dengan 30% dari laba yang diperoleh perseroan pada 2016. Sebelumnya, perseroan telah menyebar dividen sebesar USD60,77 juta pada 13 Januari 2017.
"Sisanya sebesar USD40,3 juta (setara Rp535,2 miliar, kurs Rp13.281 per USD) akan didistribusikan untuk pembayaran dividen tunai final," kata Presiden Direktur Adaro Garibaldi Thohir dikutip dari keterangan tertulisnya, dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (26/4/2017).
BERITA TERKAIT+
Dalam RUPST, pemegang saham menyetujui penggunaan laba bersih Perseroan tahun buku 2016 untuk keperluan-keperluan yang telah disetujui. Sejumlah USD3,35 juta akan digunakan sebagai dana cadangan, sesuai dengan ketentuan Pasal 70 Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 tahun 2007.
"Sebesar USD230,20 juta akan dimasukkan sebagai laba ditahan," kata dia.
Selain itu, komisaris dan salah satu pendiri Perseroan, Ir. Subianto, telah wafat pada tanggal 4 Januari 2017. Untuk itu, para pemegang saham menyetujui untuk menunjuk Arini Saraswaty Subianto
2 sebagai Komisaris Perseroan sejak berakhirnya RUPST ini sampai akhir RUPST Perseroan pada tahun 2018.
(kmj)
(rhs)
🍁
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. (PGN) tidak main-main dalam memenuhi komitmennya untuk terus menyediakan gas bumi untuk kebutuhan domestik.
Di tengah kondisi perekonomian yang belum tumbuh seperti harapan pemerintah, gas bumi PGN menjadi energi alternatif yang ramah dan efisien terutama bagi industri nasional.
"Industri nasional masih berebut menjadi pelanggan gas PGN," kata Direktur Komersial, Danny Praditya di Jakarta, Selasa (6/3/2018).
Danny mengatakan, hingga saat ini PGN masih mampu untuk terus menambah sambungan gas ke sektor industri. Menurut dia, berbeda dengan kebanyakan badan usaha lain yang menyasar pengguna gas bumi eksisting, PGN setiap tahunnya terus menambah sambungan gas.
"Terutama penambahan sambungan gas langsung ke pengguna gas industri," kata Danny.
Menurut catatan PGN, pada tahun 2017 lalu, Perseroan berhasil menambah sambungan gas bumi ke pelanggan industri sampai dengan 114 industri. "Ini menjadi bukti bahwa masih banyak industri nasional yang memakai gas bumi PGN sebagai bahan bakar produksi mereka," ujar Danny.
Industri yang mendapatkan sambungan gas dari PGN tersebut tersebar mulai dari Sumatera bagian utara, batam, palembang, lampung, cilegon, Jabodetabek, Jawa Bagian Tengah dan Jawa Bagian Timur.
Danny mengatakan, di tengah maraknya keluhan atas melesunya pasar gas bumi baru sehingga harus menyasar pelanggan yang dikelola badan usaha lain, kinerja PGN sepanjang 2017 lalu justru menunjukkan bahwa perluasan pemanfaatan gas bumi domestik masih sangat besar. "Masih banyak wilayah yang membutuhkan energi bersih yang kompetitif," kata Danny.
Pada tahun 2018 ini, PGN pun berencana semakin memperluas jangkauan penyaluran gas bumi kepada pelanggan industri yang baru. Penambahan sambungan gas ke pelanggan industri oleh PGN tersebut menambah portofolio pengelolaan gas ke pelanggan industri yang saat ini sudah hampir mencapai 1800 pelanggan.
Sebagai informasi, PGN adalah pengelola gas di Indonesia yang memiliki portofolio pelanggan terbesar mulai dari pelanggan rumah tangga yang mencapai lebih dari 200.000 pelanggan. Total pelanggan gas bumi PGN itu termasuk penugasan dari pemerintah, pelanggan komersial, dan pelanggan industri.
"Komitmen PGN sebagai BUMN adalah menjalankan penugasannya dengan serius untuk membangun infrastruktur dan pasar gas yang menjangkau seluruh pengguna gas bumi," tutup Danny.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Gas Bumi PGN Semakin Diminati Industri Nasional, http://www.tribunnews.com/bisnis/2018/03/06/gas-bumi-pgn-semakin-diminati-industri-nasional.
Editor: Sanusi
🌳
Bisnis.com, JAKARTA—Emiten pertambangan PT Adaro Energy Tbk., (ADRO) memperoleh pendapatan senilai US$3,26 miliar pada 2017, naik 29,36% dari pencapaian tahun sebelumnya sebesar US$2,52 miliar.
Pada 2017 perusahaan memperoleh pendapatan senilai US$3,26 miliar pada 2017, atau sekitar Rp44,05 triliun. Perhitungan nilai tukar ialah Rp13.513,35 per US$1. Pendapatan meningkat 29,36% year on year (yoy) dari 2016 sebesar US$2,52 miliar.
BACA JUGA :
Sementara itu, laba bersih perusahaan melonjak 44,43% yoy menjadi US$483,29 juta dari sebelumnya US$334,62 juta. Pencapaian laba tahun berjalan yang dapat distribusikan kepada pemilik entitas induk itu setara dengan Rp6,53 triliun.
Kendati membukukan pertumbuhan kinerja yang apik pada 2017, pencapaian pendapatan dan laba bersih ADRO masih berada di bawah estimasi konsensus. Konsensus analis memprediksi pendapatan perusahaan pada tahun lalu senilai US$3,28 miliar dan laba bersih US$503,50 juta.
Presiden Direktur & Chief Executive Officer Adaro Energy Garibaldi Thohir mengatakan, walaupun menghadapi cuaca buruk sepanjang 2017, perusahaan berhasil mempertahankan posisi keuangan yang sehat.
Pendapatan usaha pada 2017 ditopang pemasukan dari pertambangan dan perdagangan batu bara senilai US$3,04 miliar, naik 30% yoy. Adapun, pendapatan dari jasa pertambangan mencapai US$151 juta, dan lainnya US$66 juta.
“Tahun 2017 merupakan tahun yang baik untuk Adaro Energy seiring perusahaan merayakan 25 tahun operasinya dengan pencapaian kinerja yang solid,” tuturnya dalam siaran pers, Selasa (6/3/2018).
EBITDA operasional perusahaan meningkat 47% yoy menjadi US$1,31 miliar dari sebelumnya US$893 juta. Penyaluran belanja modal 2017 melonjak 186% yoy menuju US$229 juta dari 2016 sebesar US$80 juta.
Liabilitas perseroan pada 2017 menurun menjadi US$2,72 miliar dari sebelumnya US$2,73 miliar. Namun, liabilitas jangka pendek bertambah menjadi US$773,30 juta dari sebelumnya US$644,55 juta.
Ekuitas ADRO meningkat menjadi US$4,09 miliar dari sebelumnya US$3,78 miliar. Aset perseroan pun meningkat pada 2017 menuju US$6,81 miliar dari 2016 sebesar US$6,52 miliar.
Pada tahun lalu, sambung Garibaldi, Adaro Energy membayar royalti sebesar US$346 juta dan US$428 juta kepada negara dalam bentuk pajak.
🍏
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak melanjutkan penguatan hari ketiga. Selasa (6/3) pukul 7.18 WIB harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman April 2018 menguat tipis 0,06% ke US$ 62,61 per barel.
Harga minyak masih menguat setelah kemarin melonjak 2,16% dalam sehari. Total kenaikan harga minyak dalam tiga hari perdagangan adalah 2,65%.
Baca Juga
Harga minyak menjauhi asumsi pemerintah
Pemerintah berhati-hati perihal harga minyak
Harga minyak ICP Februari turun ke US$ 61,61 per barel
Harga minyak naik di tengah rencana kenaikan tarif impor baja & aluminium AS
Sejalan dengan kenaikan harga minyak WTI, minyak brent pun makin panas. Dalam dua hari perdagangan hingga kemarin, harga minyak yang diperdagangkan di ICE Futures ini menguat 2,68% ke US$ 65,54 per barel.
"Lonjakan di pasar saham adalah pendorong besar di balik pemulihan harga minyak," ujar Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch & Associates yang dikutip Reuters.
Kemarin, bursa saham melonjak setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengungkapkan bahwa tarif impor baja dan aluminium NAFTA bisa turun.
Harga minyak pun terdongkrak komentar bullish menteri energi negara-negara OPEC dan produsen minyak lain pada konferensi CERAWeek. Pada konferensi industri energi terbesar ini, para menteri minyak mengungkapkan bahwa produksi minyak Venezuela yang turun, disertai dengan tingkat kepatuhan anggota-anggota OPEC dalam memangkas produksi, akan menopang harga minyak.
Menteri Minyak Ekuador Carlos Perez mengatakan, produksi minyak Venezuela saat ini hanya 1,5 juta barel per hari, mendekati rekor produksi terendah. Sementara Suhail Mohamed Al Mazrouei, Menteri Minyak Uni Emirat ARab mengatakan, OPEC belum mendiskusikan pemangkasan tahun depan.
Di sisi lain, International Energy Agency (IEA) memperkirakan, permintaan minyak akan tumbuh rata-rata 1,1% per tahun hingga 2023 mendatang. IEA mencatat, OPECA akan sulit mengerek kapasitas produksi sesuai permintaan pasar. "Investasi hilir masih belum pulih sejak 2015-2016 yang menimbulkan kekhawatiran atas kemampuan suplai menutup permintaan setelah tahun 2020," ungkap IEA, Senin (5/3).
🐇
Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah menguat pada akhir perdagangan Senin (5/3/2018) karena cadangan di pusat penyimpanan terbesar AS terlihat menurun lebih jauh.
Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman April 2018 menguat 2,2% atau 1,32 poin ke posisi US$62,57 per barel di New York Mercantile Exchange. Total volume yang diperdagangkan sekitar 18% di bawah rata-rata 100 hari.
Sementara itu, minyak Brent untuk pengiriman Mei naik 1,17 poin ke posisi US$65,54 per barel di ICE Futures Europe Exchange yang berbasis di London. Minyak patokan global ini diperdagangkan pada lebih mahal US$3,15 dibandingkan WTI kontrak bulan yang sama.
Dilansir Bloomberg, penyedia data Genscape Inc. melaporkan bahwa persediaan minyak di Cushing, Oklahoma, turun. Level cadangan minyak di sana berada pada level terendah sejak 2014, menyusul penurunan selama 10 minggu berturut-turut.
Bob Yawger, direktur futures di Mizuho Securities USA Inc. di New York, mengetakan penurunan cadangan di Cushing akan terus turun selama kontrak berjangka pendek diperdagangkan lebih tinggi dari kontrak dengan jangka lebih panjang, menandakan sebuah struktur pasar yang dikenal sebagai pembelokkan yang menghambat penyimpanan.
“Mengapa ada orang yang ingin kehilangan uang secara otomatis dengan menyimpan minyak mentah?" Kata Yawger, seperti dikutip Bloomberg.
Sementara itu, industri jasa di AS berkembang pada bulan Februari mendekati laju tercepat dalam setidaknya satu dekade terakhir, menandakan ekonomi berada pada jalur untuk pertumbuhan stabil kuartal ini, menurut sebuah survei dari Institute for Supply Management pada hari Senin.
🍉
Bisnis.com, JAKARTA--Harga batu bara acuan (HBA) terus melanjutkan tren prositifnya setelah kembali mencetak kenaikan pada Maret 2018.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara Kementerian ESDM Sri Rahardjo mengatakan HBA Maret 2018 telah mencapai US$101,86 per ton. Angka tersebut naik 1,16% dibandingkan dengan HBA Februari senilai US$100,69 per ton.
BACA JUGA :
HBA Maret 2018 menjadi yang tertinggi sejak Mei 2012. Kala itu HBA berada pada level US$102,12 per ton.
Setelah itu, HBA terus turun hingga nyaris menyentuh angka US$50 per ton. Baru pada pertengahan 2016 harga mulai bangkit dan terus berada dalam tren positif hingga sekarang.
Jika dirata-ratakan, dalam triwulan pertama 2018 ini HBA telah berada pada level US$99,36 per ton atau berada di atas rata-rata HBA sepanjang 2017 senilai US$85,92 per ton, apalagi jika dibandingkan dengan rata-rata HBA pada 2016 yang hanya senilai US$61,84 per ton.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi menjelaskan kenaikan harga pada bulan ini masih didorong oleh tingginya permintaan. Di sisi lain pasokan terganggu oleh faktor cuaca.
"Permintaan masih tinggi, terutama di China dan negara-negara ASEAN. Sementara itu, dari sisi pasokan ada gangguan cuaca," katanya di kantor Kementerian ESDM, Jumat (2/3/2018).
Adapun HBA tersebut dibentuk dari empat indeks internasional. Keempat indeks penyusun tersebut adalah Indonesia Coal Index (ICI), New Castle Global Coal (GC), New Castle Export Index (NEX), dan Platts59 dengan masing-masing indeks memiliki bobot 25%.
🍹
Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan harga minyak mentah dunia berakhir melemah pada perdagangan Kamis (1/3/2018), di tengah aksi jual dalam pasar ekuitas serta tumbuhnya kekhawatiran tentang peningkatan produksi minyak mentah di Amerika Serikat (AS).
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April 2018 berakhir melemah 65 sen di US$60,99 per barel di New York Mercantile Exchange. Total volume yang diperdagangkan mencapai sekitar 18% di atas rata-rata 100 hari.
Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman Mei 2018 berakhir melemah 90 sen di US$63,83 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London pada perdagangan kemarin.
Dilansir Bloomberg, pasar saham merosot setelah Presiden Donald Trump menyatakan akan mengenakan tarif terhadap impor baja dan aluminium demi melindungi kepentingan nasional.
Rencana pengenaan tarif tersebut dapat menaikkan biaya pipa minyak baru pada saat jumlah stok minyak mentah dalam negeri membengkak dan pengebor meningkatkan produksi.
“Anda mulai melihat kekhawatiran merayap tentang efek kemungkinan kita akan memberlakukan lebih banyak tarif serta kemudian apa yang bisa dilakukannya untuk perdagangan dan ekonomi global,” kata Gene McGillian, seorang manajer riset pasar di Tradition Energy.
“Meningkatnya produksi minyak mentah AS telah membangkitkan kembali kekhawatiran jika kita melihat pertumbuhan yang seharusnya, kita akan melihat jumlah sebesar 11 juta barel per hari pada akhir tahun ini,” lanjutnya, seperti dikutip Bloomberg.
Jumlah persediaan minyak mentah di AS naik selama empat dari lima pekan, menurut data Energy Information Administration pada Rabu (28/2). Pasokan bensin juga berekspansi dan produksi minyak mentah terus berlanjut di atas 10 juta barel per hari, meningkat selama enam dari tujuh minggu.
Harga minyak acuan AS, West Texas Intermediate, telah turun sejak mendekati US$67 per barel pada akhir Januari di tengah kegelisahan yang meningkat tentang lonjakan produksi Amerika.
Analis dan pedagang bersikap bearish terhadap minyak mentah WTI, menurut survei Bloomberg. Output minyak shale yang meningkat berlawanan dengan upaya Organisasi Pengekspor Minyak Negara (OPEC) dan aliansinya untuk memangkas kelebihan suplai global.
Goldman Sachs Group Inc. mengatakan aksi jual terakhir sebagian besar didorong oleh industri perdagangan komoditi yang mengikuti tren serta menentukan keputusan atas sinyal grafik teknis alih-alih fundamental penawaran dan permintaan.
🌾
Bisnis.com, JAKARTA - PT Aneka Tambang Tbk. menjual seluruh sahamnya dalam PT Dairi Prima Mineral kepada PT Bumi Resources Minerals Tbk. senilai US$57,3 juta.
SVP Corporate Secretary Aneka Tambang Aprilandi H. Setia mengungkapkan perseroan telah menandatangani perjanjian pengalihan hak atas saham PT Dairi Prima Mineral kepada PT Bumi Resources Minerals Tbk. pada 29 Desember 2017.
Dalam perjanjian tersebut, Antam menjual dan menyerahkan 20.000 lembar saham Seri A dan 33,58 juta lembar saham Seri B atau 20% kepemilikan atas saham ditempatkan dan disetor dalam PT Dairi Prima Mineral kepada PT Bumi Resources Minerals Tbk. yang merupakan entitas usaha Grup Bakrie. Saham tersebut mewakili seluruh saham Antam dalam perusahaan tersebut.
"Harga pembelian yang telah disepakati dalam perjanjian sebesar US$57,3 juta," tulisnya dalam keterbukaan informasi yang dikutip Bisnis.com, Kamis (1/3/2018).
Penandatanganan perjanjian tersebut dinilai tidak memiliki dampak atas kegiatan operasional, hukum, maupun kelangsungan usaha perseroan secara signifikan.
Sementara itu, transaksi tersebut akan meningkatkan akun penghasilan lainya dalam laporan keuangan perseroan pada tahun buku 2017.
Berdasarkan website PT Dairi Prima Mineral, perseroan mengerjakan proyek tambang seng di Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Proyek tersebut dimiliki oleh PT Bumi Resouces Minerals Tbk. dengan porsi sebesar 80% dan PT Aneka Tambang Tbk. sebesar 20%.
Dengan rampungnya transaksi tersebut, maka PT Dairi Prima Mineral 100% dimiliki oleh PT Bumi Resources Minerals Tbk. atau emiten dengan kode saham BRMS.
🌳
Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) membukukan penurunan terbesar dalam lebih dari dua pekan pada perdagangan Rabu (28/2/2018), menyusul laporan persediaan minyak mentah dan bensin di AS yang menunjukkan ekspansi lebih besar dari perkiraan.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April 2018 berakhir anjlok US$1,37 atau 2,2% di US$61,64 per barel di New York Mercantile Exchange. Total volume yang diperdagangkan mencapai sekitar 9% di atas rata-rata 100 hari.
Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman April 2018 berakhir melemah 85 sen di US$65,78 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London pada perdagangan kemarin. Harga minyak Brent pengiriman Mei, kontrak yang lebih aktif, berakhir turun US$1,79 di US$64,73.
Dilansir Bloomberg, pasokan minyak di dalam tangki dan terminal AS mengalami kenaikan lebih besar dari yang diperkirakan oleh sebagian besar analis dalam survei Bloomberg. Sementara itu, cadangan bensin membengkak empat kali tingkat yang diprediksi.
Survei Bloomberg menunjukkan kenaikan persediaan minyak mentah AS sebesar 3,03 juta barel, sedangkan persediaan bensin membengkak sebesar 2,48 juta barel dibandingkan dengan prediksi rata-rata sebesar 600.000 barel.
Kontrak berjangka untuk bensin pun berakhir turun 2,5% di US$1,7577 per galon. Turut membantu mengangkat kenaikan stok minyak mentah adalah kenaikan lebih lanjut dalam produksi minyak mentah domestik mencapai rekor terbarunya.
“Para pedagang fokus pada kenaikan yang lebih tinggi dari perkiraan baik pada bensin maupun minyak,” kata Rob Thummel dari Tortoise Capital Advisors LLC., seperti dikutip Bloomberg. “Persediaan bensin yang lebih besar akan memberi tekanan pada profitabilitas pembuatan bahan bakar.”
Pada saat yang sama, para penyuling Amerika mengalihkan kembali tingkat pemrosesan untuk pekan ketiga selama pengerjaan pemeliharaan musiman yang menggunakan unit-unit penting secara offline, sehingga mengurangi permintaan untuk minyak mentah.
Sementara itu, produksi minyak mentah oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) naik sebesar 130.000 barel per hari pada Februari, di tengah meningkatnya produksi dari Libya, Nigeria, dan Venezuela, menurut JBC Energy.
Di sisi lain, penjelajah minyak AS telah memompa lebih dari 10 juta barel per hari selama berminggu-minggu dan berada di jalur untuk melampaui Rusia sebagai penghasil minyak nomor satu di dunia.
🍩
Bisnis.com, JAKARTA – Harga batu bara ditutup melemah pada akhir perdagangan Senin (26/2/2018), seiring dengan peningkatan cadangan batu bara China.
Pada perdagangan Senin, harga batu bara untuk kontrak April 2018, kontrak teraktif di bursa komoditas Rotterdam, ditutup merosot 3,52% atau 3,05 poin di US$83,70/metrik ton.
BACA JUGA :
Adapun pada perdagangan Jumat pekan lalu (23/2), harga batu bara kontrak April 2018 ditutup melemah 0,34% atau 0,30 poin di level US$86,75 per metrik ton.
Dilansir Bloomberg, berdasarkan data Asosiasi Transportasi dan Distribusi Batu Bara China yang dirilis Senin, cadangan batu bara di 6 pembangkit listrik utama di pesisir China naik ke level 13.3 juta ton.
Cadangan ini meningkat 55% dari cadangan pada 9 Februari yang mencapai 8,59 juta ton dan tertinggi sejak Oktober 2015. Cadangan ini juga cukup untuk cadangan untuk 29 hari ke depan
Pelemahan harga batu bara ini berbanding terbalik dengan harga minyak mentah yang menguat seiring dengan penguatan pada pasar saham yang memacu optimisme mengenai efek pertumbuhan ekonomi terhadap dorongan permintaan energi.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April 2018 ditutup naik 36 sen di US$63,91 per barel di New York Mercantile Exchange, setelah sempat turun ke level 63,06. Total volume yang diperdagangkan mencapai sekitar 31% di bawah rata-rata 100 hari.
Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman April 2018 berakhir naik 19 sen di US$67,50 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London. Minyak mentah acuan global tersebut diperdagangkan premium sebesar US$3,59 terhadap WTI.
“Baiknya performa ekuitas adalah elemen terpenting, korelasi relatif dengan ekuitas saat ini serta korelasi terhadap aset berisiko,” kata Bob Yawger, director of futures di Mizuho Securities USA Inc., seperti dikutip Bloomberg.
Pergerakan harga batu bara kontrak Mei 2018 di bursa Rotterdam
Tanggal
|
US$/MT
|
26 Februari
|
83,70
(3,52%)
|
23 Februari
|
86,72
(-0,34%)
|
22 Februari
|
87,05
(+1,40%)
|
21 Februari
|
85,85
(-0,69%)
|
20 Februari
|
86,45
(+1,47%)
|
Sumber: Bloomberg
🌿
Jakarta detik - Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Tolo-I di Desa Lengke-lengkese, Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan sudah mencapai 65%. Saat ini, pekerjaan PLTB dengan investasi sebesar US$ 160,7 juta itu telah memasuki tahap pemasangan tower dan turbin.
Demikian dikutip detikFinance dari keterangan tertulis Kementerian ESDM, Senin (25/2/2018).
Rencananya, pada PLTB Tolo-I ini akan dipasang 20 turbin angin dengan masing-masing kapasitas 3,6 Megawatt (MW), sehingga total kapasitas pembangkit mencapai 72 MW.
Saat ini, pemandangan tak biasa terlihat di sepanjang jalan dari pelabuhan Kota Makassar menuju Desa Lengke-lengkese, Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan. Baling-baling (blade) berukuran panjang 63 meter tampak menutupi badan jalan. Secara perlahan diangkut ke lokasi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Tolo-I sejak Minggu (18/2) malam dengan menggunakan truk khusus.
Truk pengangkut baling-baling ini melalui beberapa medan yang cukup sulit, apalagi jarak ke lokasi mencapai 99 kilometer dari Kota Makassar. Tak jarang di beberapa titik diperlukan penataan ulang kabel dan pepohonan untuk melancarkan pengiriman baling-baling.
Dimensi dari tiap baling-baling tersebut terbilang sangat besar, tidak hanya panjang yang mencapai 63 meter, lebarnya pun hingga 5 meter dengan berat hingga 80 ton. Pengangkutan satu buah baling-baling kurang lebih membutuhkan waktu sekitar 10 jam.
Tak kurang dari 60 baling-baling akan dikirim ke lokasi proyek hingga akhir April 2018. Model turbin yang dipasang di PLTB ini memakai jenis Siemens DD On-Shore 3,6 WTG dimana 2 unit transformator Siemens selesai dipasang dengan kapasitas masing-masing 45 MVA.
Dari total 20 Wind Turbin Generator (WTG) yang ditargetkan terpasang, 11 diantaranya telah selesai proses pengecoran pondasi tower dengan volume 750 m3 beton, diameter 26,6 meter dan kedalaman 4 meter. Sementara, sisa turbin dalam tahap pembesian.
Nantinya, pembangkit berbasis angin tersebut akan terkoneksi dengan jaringan transmisi sebesar 150 kV. Sebanyak 4 dari 10 tower transmisi 150 kV telah selesai dibangun, yang akan terinterkoneksi melalui Gardu Induk Jeneponto. Sedangkan control dan service building masih dalam proses pengerjaan.
PLTB Tolo-I dihasilkan dari kecepatan angin sebesar 6 m/s yang merupakan potensi angin cukup besar untuk dikembangkan secara komersial. Penandatangan jual beli atau Power Purchase Agreement (PPA) diteken oleh PT PLN (Persero) bersama PT Energi Bayu Jeneponto sejak tanggal 14 November 2016 dengan harga jual listrik US$ 10,89 cent/kWh.
Berdasarkan PPA tersebut, proyek akan selesai dan Commercial Operation Date (COD) pada 14 November 2019. Hadirnya PLTB Tolo-I Jeneponto akan melengkapi keberadaan PLTB Sidrap untuk meningkatkan kontribusi energi berbasis angin di Indonesia, di samping semakin meningkatkan kehandalan kelistrikan di Sulawesi Selatan, yang saat ini rasio elektrifikasinya telah mencapai 99,12%. (ara/eds)
🍊
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara masih berada di tren bullish. Kamis (22/2), harga batubara kontrak pengiriman April 2018 di ICE Futures naik 1,74% menjadi US$ 104,95 per metrik ton. Dalam sepekan, harganya melesat 6,66%. Penggunaan batubara sebagai bahan bakar utama menjadi pendorong kenaikan permintaan.
Wahyu Tribowo Laksono, analis Central Capital Futures, mengatakan, secara umum permintaan batubara masih tinggi. Selain di China, kenaikan permintaan juga terjadi di Amerika dan beberapa negara kawasan Asia. Sebanyak 41% listrik dunia saat ini masih bergantung pada pasokan batubara. Badan Energi Internasional memperkirakan permintaan batubara dunia akan mencapai 5,5 miliar ton pada 2022, ujar dia, kemarin.
Meski permintaan batubara dari Amerika Serikat (AS) dan Eropa cenderung turun, tetapi permintaan dari Asia masih cukup tinggi. Ekspor batubara AS ke Asia meningkat karena China, Jepang dan India berupaya mengimbangi berkurangnya pasokan batubara akibat gangguan Topan Debbie di Australia, April 2017.
Walau sejumlah negara Asia, termasuk China, mulai beralih menggunakan gas alam dan energi terbarukan, batubara masih jadi sumber energi utama. Diperkirakan, di 2040 batubara akan jadi bahan bakar pada 77% pembangkit listrik di dunia.
Kenaikan India
Hal serupa juga diungkapkan Andri Hardianto, analis Asia Tradepoint Futures. Ia melihat permintaan batubara di Asia masih tinggi. India diprediksi menambah impor batubara tahun ini, lantaran Coal India Ltd gagal memenuhi target produksi. Masing-masing negara di Asia kini memang mematok target produksi listrik, papar dia.
Coal India disinyalir mengalami kendala produksi. Awalnya pemerintah memberi target pasokan 288 kereta batubara per hari, hingga Maret 2019. Nyatanya, per Februari ini, pasokan yang bisa dipenuhi rata-rata cuma 264,2 kereta batubara per hari.
Selama ini, impor batubara India cenderung turun. Perusahaan konsultan energi Wood Mackenzie mengungkap impor batubara thermal India turun 3,3% jadi 147 juta ton. Akibat kekurangan pasokan, diprediksi impor batubara India tumbuh 3% tahun ini
Wahyu memprediksi harga batubara masih bisa naik ke US$ 110 per metrik ton. Jika level ini bisa ditembus, harga berpeluang menguat jadi US$ 120 per metrik ton. Rentang pergerakan harga kuartal I dari US$ 70–US$ 110 per metrik ton, analisa Wahyu.
Andri melihat secara teknikal harga berada di atas moving average (MA) 50, MA 100 dan MA 200. Sementara moving average convergence divergence (MACD) masih di area positif. Indikator stochastic di level 70 dan indikator relative strength index (RSI) di level 64,85.
🍺
Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak global naik pada akhir perdagangan Jumat (23/2/2018) (Sabtu pagi WIB), didukung oleh penurunan produksi Libya dan komentar-komentar positif dari Arab Saudi bahwa upaya yang dipimpin OPEC untuk mengurangi persediaan sedang bekerja.
Patokan internasional, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman April, naik 0,92 dolar AS menjadi ditutup pada 67,31 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Minyak Brent membukukan kenaikan mingguan kedua kalinya berturut-turut, naik 3,6 persen.
Sementara itu, patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk penyerahan April, naik 0,78 dolar AS menjadi menetap di 63,55 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. WTI mencatat kenaikan mingguan 3,1 persen, juga kenaikan kedua berturut-turut.
Minyak mentah "rebound" dari kerugian awal setelah penutupan ladang minyak El Feel di Libya, yang menghasilkan 70.000 barel minyak mentah per hari. Produksi di anggota OPEC ini telah berjalan sekitar satu juta barel per hari, meskipun tetap berfluktuasi akibat kerusuhan.
"Libya melakukan penutupan lagi," kata John Kilduff, mitra pada manajer investasi Again Capital di New York. "Pasar ini telah diuntungkan dari serangkaian hal seperti itu selama beberapa bulan terakhir, apakah itu Keystone, Laut Utara, dan sekarang ini." Harga juga didukung oleh komentar-komentar dari Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih, yang mengatakan bahwa pasar minyak sedang melakukan penyeimbangan kembali dan bahwa dia memperkirakan persediaan akan terus menurun tahun ini.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen lainnya termasuk Rusia, sepakat untuk mengurangi produksi sekitar 1,8 juta barel per hari mulai Januari 2017, menghapus hampir dua persen pasokan global dari pasar, untuk mengakhiri kelebihan pasokan yang telah memicu kejatuhan harga minyak.
OPEC ingin mengurangi persediaan yang dimiliki oleh negara-negara industri ke tingkat rata-rata lima tahun mereka.
Pada Kamis (22/2), data Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS secara tak terduga turun 1,6 juta barel pekan lalu. Stok minyak mentah di pusat pengiriman minyak berjangka AS di Cushing, Oklahoma, turun 2,7 juta barel pekan lalu.
"Tingkat persediaan sedang turun, di AS juga," kata Kilduff. "Itulah mengapa sekarang ada narasi 'bullish' di seputar pasar saat ini." Meningkatnya produksi AS telah menghambat upaya-upaya OPEC untuk mengurangi pasokan. Produksi AS naik ke level tertinggi sejak 1970-an pada akhir 2017, dan pada akhir 2018 diperkirakan mencapai 11 juta barel per hari.
Ekspor minyak mentah AS sedang meningkat bersama produksinya. Data EIA pada Kamis (22/2/2018) menunjukkan ekspor minyak mentah AS melonjak menjadi di atas dua juta barel per hari, mendekati rekor 2,1 juta pada Oktober.
"Produksi minyak yang kuat di AS akan terus membatasi kenaikan harga," kata Abhishek Kumar, analis energi senior di Interfax Energy Global Gas Analytics di London.
Sumber : Antara
🐂
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren kenaikan harga batubara diperkirakan akan berlanjut. Selain disokong kondisi fundamental yang cukup positif, sebagian besar indikator teknikal juga masih mengisyaratkan terjadinya penguatan harga.
Andri Hardianto, analis PT Asia Tradepoint Futures mengatakan, saat ini, harga terlihat bergerak di atas garis moving average (MA) 50, MA 100 dan MA 200. Kemudian indikator moving average convergence divergence (MACD) juga masih berada di area positif. Indikator stochastic berada di level 70 dan indikator relative strength index (RSI) berada di level 64,85.
“Kalau dilihat dari teknikal harga akan mencoba mengejar level resistance di US$ 106 per metrik ton,” ujarnya.
Wahyu Tribowo Laksono, analis PT Central Capital Futures melihat, harga batubara masih berpeluang mengejar level US$ 110 per metrik ton. Bahkan, menurutnya, jika berhasil menembus level tersebut, ada peluang harga akan melanjutkan penguatan ke level US$ 120 per metrik ton.
“Rentang di kuartal I mulai dari US$ 70-US$ 110 per metrik ton,” katanya.
Wahyu memperkirakan pada Senin (26/2), harga batubara akan berada di kisaran US$ 104,60-US$ 105,50 per metrik ton dan sepekan di area US$ 101-US$ 109 per metrik ton. Sedangkan, Andri menebak pada Senin (26/2), harga bisa bergerak di rentang US$ 103,50-US$ 105,50 per metrik ton dan sepekan di kisaran US$ 102-US$ 106 per metrik ton.
Mengutip Bloomberg, pada penutupan perdagangan Kamis (22/2), harga batubara kontrak pengiriman April 2018 di ICE Futures naik 1,75% ke level US$ 104,95 per metrik ton.
🍀
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Cadangan batubara menjadi salah satu ukuran dalam menakar prospek emiten batubara. Mengacu data masing-masing produsen, Bumi Resources (BUMI) masih menjadi penguasa cadangan batubara di Indonesia.
BUMI memiliki total cadangan sekitar 14 miliar ton batubara atau US$ 1,26 triliun jika memakai asumsi harga batubara US$ 90 per ton. Dari jumlah itu, sebanyak 2,4 miliar ton adalah cadangan terbukti yang siap jual.
Posisi terbesar kedua ada Adaro Energy (ADRO) dengan total cadangan 13,5 miliar ton atau US$ 1,15 triliun. Bukit Asam (PTBA) punya cadangan 11,5 miliar ton atau sekitar US$ 1,04 triliun. Dari jumlah itu, sebesar 3,33 miliar merupakan cadangan terbukti.
Posisi keempat dan kelima masing-masing Indika Energy (INDY) dan Indo Tambangraya Megah (ITMG). Keduanya memiliki cadangan terbukti masing-masing US$ 379,80 miliar dan US$ 171 miliar.
Menariknya, pasar mengaitkan cadangan emiten dengan posisi utangnya. Hingga kuartal III-2017, pinjaman jangka panjang BUMI mencapai sekitar US$ 1,68 miliar.
ADRO memiliki pinjaman jangka panjang US$ 1,13 miliar. Adapun pinjaman jangka panjang PTBA Rp 123,66 miliar. ITMG dan INDY masing-masing US$ 74,13 juta dan US$ 747,18 juta.
BUMI boleh jadi paling potensial. Tapi belum tentu semua cadangan bisa langsung terjual. Jika mengacu hal ini, justru PTBA paling prospektif, mengingat emiten pelat merah itu memiliki cadangan terbukti paling besar. Dengan cadangan terbukti lebih besar, pendapatan lebih aman. "Valuasi PTBA juga masih murah," ujar Frederik Rasali, Vice President Research Artha Sekuritas Indonesia kepada KONTAN, Senin (19/2).
Price earning ratio (PER) PTBA sebesar 9,33 kali. Sedang rata-rata PER industrinya sebesar 13,76 kali. Satu hal yang menjadi nilai lebih PTBA, emiten ini jarang absen membagikan dividen.
Pilihan kedua bisa jatuh ke INDY. Valuasi emiten ini memang cukup mahal, dengan PER 15,52 kali, mengacu data RTI. Tapi INDY baru saja mengakuisisi Kideco Jaya Agung. Setelah akuisisi itu, produksinya akan naik 6% menjadi 34 juta ton tahun ini. "Dengan peningkatan output, laba bisa naik dan menekan PER," tandas Frederik.
🍶
Bisnis.com, JAKARTA--Kinerja emiten produsen batu bara diperkirakan meningkat seiring dengan memanasnya harga komoditas tersebut. Oleh karena itu, PT Samuel Sekuritas Indonesia memilih tiga saham emiten batu bara yang berpotensi menanjak pada 2018.
Pengamat pasar modal PT Samuel Sekuritas Indonesia Muhamad Alfatih mengungkapkan, kinerja emiten batu bara berpotensi membaik seiring dengan memanasnya harga komoditas. Pada 2018 dan 2019, rerata harga batu hitam diperkirakan memanas menuju US$87 dan US$85 per ton dari 2017 senilai US$75 per ton.
Sentimen utama yang mendongrak harga batu bara ilalah upaya pengurangan produksi di China. Data National Development and Reform Commission (NDRC) menyebutkan Negeri Panda akan mengurangi jumlah tambang menjadi 7.000 titik dari sebelumnya 10.800 lokasi. Hal ini sejalan dengan rencana pemerintah memangkas produksi batu bara hingga 800 juta ton sampai 2020.
"Sampai 2019, harga batu bara tetap berada di level-level tinggi sehingga menguntungkan emiten sektor itu," ujarnya kepada Bisnis.com, Kamis (15/2/2018).
Namun demikian, sambungnya, hal utama yang menjadi perhatian industri saat ini ialah rencana pemerintah menetapkan batas atas dan bawah harga batu bara untuk pasar dalam negeri (Domestic Market Obligation/DMO). Kebijakan tersebut terutama akan memengaruhi saham emiten batu bara yang operasionalnya berorientasi ekspor.
Menurut Alfatih, jika kebijakan DMO dilaksanakan, PT Bukit Asam Tbk., (PTBA) menjadi emiten dengan pengaruh terkecil karena perusahaan sudah melakukan itu dalam kontrak dengan PLN.
Dari sisi harga saham, PTBA memiliki level support Rp3.000 dan resistan Rp3.450. Dalam jangka panjang, harga berpotensi menanjak menuju Rp3.800-Rp4.000. Pada penutupan perdagangan Kamis (15/2/2018), saham PTBA naik 10 poin atau 0,31% menjadi Rp3.240. Sepanjang tahun berjalan harga meningkat 31,71%.
Selain PTBA, dua saham batu bara pilihan Samuel Sekuritas lainnya ialah PT Adaro Energy Tbk., (ADRO) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk., (ITMG).
ADRO diuntungkan dengan peluang pasar baru dari produk batu bara kokas semi lunak dan batu bara termal. Adapun, ITMG menjadi emiten yang paling sensitif terhadap kenaikan harga batu bara, sehingga pendapatannya berpotensi menanjak signifikan.
Saham ADRO memiliki level support Rp2.150 dan Rp2.325. Ke depannya, harga berpeluang menuju posisi Rp2.700--Rp3.000. Akhir pekan ini, saham ADRO naik 30 poin atau 1,23% menuju Rp2.470. Secara year to date (ytd), harga sudah menanjak 32,80%.
Saham ITMG memiliki support di level Rp26.300. Level resistan yang dapat dicapai ialah Rp34.500. Pada Kamis, saham ITMG naik 300 poin atau 3,08% menuju Rp30.075. Secara ytd, harga menanjak 45,29%.
"Level resistan ketiga saham berpotensi untuk dicapai pada tahun ini," tutur Alfatih.
🐃
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski mencetak pertumbuhan pendapatan, PT Elnusa Tbk (ELSA) masih belum berhasil mencatat pertumbuhan laba di tahun 2017 lalu. Beban pokok pendapatan yang meningkat drastis menekan perolehan laba emiten tambang migas ini.
Berdasarkan laporan keuangan tahun 2017 yang dirilis Selasa (20/2), emiten berkode saham ELSA ini berhasil mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 37,52% menjadi Rp 4,98 triliun. Di tahun 2016 lalu, ELSA hanya mencatat pendapatan sebesar Rp 3,63 triliun.
Bisnis jasa distribusi dan logistik jadi kontributor pendapatan paling besar sepanjang tahun lalu. Lini bisnis ini menyumbang Rp 2,50 triliun atau setara dengan 50,31% dari total pendapatan. Sementara bisnis hulu migas terintegrasi menyumbang Rp 2,28 triliun atau setara dengan 45,69% total pendapatan tahun lalu.
Sayang, pertumbuhan pendapatan ini ikut dibarengi dengan melonjaknya beban pendapatan pokok di tahun lalu. Beban pendapatan pokok yang harus ditanggung ELSA melonjak 46,39% year on year (yoy) menjadi Rp 4,4 triliun. Di tahun sebelumnya, beban pokok pendapatan yang harus ditanggung emiten tambang ini hanya berjumlah sebesar Rp 3 triliun.
Lonjakan beban pokok pendapatan ini disebabkan oleh peningkatan beberapa akun beban, di antaranya beban jasa subkontrak, beban gaji dan upah, serta beban sewa. Beban jasa subkontrak ELSA di tahun lalu meningkat 63,68% yoy dari Rp 503,36 miliar menjadi Rp 823,92 miliar. Beban gaji, upah, dan kesejahteraan karyawan juga naik 32,62% yoy menjadi Rp 716,44 miliar, begitu pula beban sewa yang melonjak 110,03% yoy menjadi Rp 490,96 miliar.
Di sisi lain, beban umum dan administrasi ELSA juga meningkat 21,36% yoy menjadi Rp 232,51 miliar. Hal ini pun turut berperan dalam membuat laba ELSA turun 20,51% yoy tahun 2017 lalu menjadi Rp 247,14 miliar dari sebelumnya Rp 310,91 miliar.
🍢
Bisnis.com, JAKARTA-Setelah merilis laporan keuangan tahun buku 2017 pada Selasa (20/2/2018), volume transaksi saham PT Elnusa Tbk., (ELSA) mencapai 610,08 miliar lembar.
Pada penutupan perdagangan Selasa (20/2/2018), saham ELSA melonjak 40 poin atau 8,89% menjadi Rp490. Ini menjadi level tertinggi sejak 25 Oktober 2016 di posisi Rp494.
Sepanjang tahun berjalan, saham ELSA menanjak 31,72%. Kapitalisasi pasarnya mencapai Rp3,58 triliun.
Selain harga, volume transaksi saham ELSA juga melonjak menjadi 610,08 miliar lembar. Ini menjadi transaksi terbesar sejak 22 April 2016 sejumlah 631,69 miliar lembar.
Saat itu, harga saham anak usaha PT Pertamina (Persero) ini melonjak 7,82% atau 34 poin menjadi Rp469.
Berdasarkan konsensus analis di Bloomberg, 3 analis yang membahas saham ELSA kompak merekomendasikan beli. Target rerata harga sahamnya ialah Rp567.
Dalam publikasinya di Harian Bisnis Indonesia pada hari ini, direksi menyampaikan pendapatan ELSA periode 2017 meningkat menjadi Rp4,98 triliun dari sebelumnya Rp3,62 triliun.
Beban pokok pendapatan juga meningkat menjadi Rp4,4 triliun dari 2016 senilai Rp3 triliun. Alhasil, laba bruto perseroan pada 2017 menurun menuju Rp578,50 miliar dari tahun sebelumnya Rp614,58 miliar.
Total laba komprehensif tahun berjalan setelah dikurangi pajak mencapai Rp238,47 miliar, turun dibandingkan raihan 2016 sebesar Rp318,79 miliar.
Adapun, laba bersih atau laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada 2017 senilai Rp247,14 miliar, terkoreksi dari pencapaian 2016 sebesar Rp310,91 miliar.
Total aset ELSA pada tahun lalu meningkat menjadi Rp4,85 triliun dari sebelumnya Rp4,19 triliun. Aset lancar naik menuju Rp2,38 triliun dari sebelumnya Rp1,86 triliun, sedangan aset tidak lancar menanjak menjadi Rp2,47 triliun dari 2016 sebesar Rp2,32 triliun.
Nilai ekuitas perseroan pada 2017 meningkat menjadi Rp3,05 triliun dari sebelumnya Rp2,88 triliun. Total liabilitas mencapai Rp1,8 triliun, naik dari 2016 sebesar Rp1,31 triliun.
Liabilitas jangka pendek pada 2017 sejumlah Rp1,76 triliun, naik dari sebelumnya Rp1,25 triliun. Adapun, liabilitas jangka panjang menurun menuju Rp45,67 miliar dari 2016 senilai Rp59,03 miliar.
Sementara itu, kas dan setara kas pada awal tahun mencapai Rp744,39 miliar, turun dari sebelumnya Rp934,97 miliar. Namun, nilai kas dan setara kas akhir tahun meningkat menjadi Rp902,56 miliar dari sebelumnya Rp744,39 miliar.
🍊
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah cadangan batubara menjadi salah satu ukuran prospek bisnis emiten batubara. Mengacu data masing-masing perusahaan, PT Bumi Resources Tbk masih menjadi yang terbesar dari sisi total cadangan batubara saat ini.
BUMI memiliki total cadangan sekitar 14 miliar ton batubara atau senilai US$ 1,3 triliun jika menggunakan asumsi harga batubara US$ 90 per ton. Sebesar 2,4 miliar ton merupakan cadangan terbukti yang siap jual.
Posisi terbesar kedua dimiliki PT Adaro Tbk (ADRO) dengan total cadangan 13,5 miliar ton atau senilai US$ 1,15 triliun. Diikuti, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) memiliki cadangan 11,5 miliar ton atau setara US$ 1,03 triliun. Dari jumlah tersebut, sebesar 3,33 miliar merupakan cadangan terbukti.
Posisi keempat dan kelima masing-masing diisi oleh PT Indika Energy Tbk (INDY) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG). Keduanya memiliki cadangan terbukti masing-masing 422 juta ton dan 190 juta ton.
Menariknya, pasar mengaitkan cadangan perusahaan dengan posisi utangnya. Pinjaman jangka panjang BUMI kuartal III-2017 tercatat US$ 1,68 miliar. Sementara, ADRO memiliki pinjaman jangka panjang lebih sedikit yaitu US$ 1,13 miliar.
Sedangkan, pinjaman jangka panjang PTBA tercatat Rp 123,66 miliar. ITMG dan INDY masing-masing memiliki pinjaman jangka panjang US$ 74,13 juta dan US$ 747,18 juta.
🍄
Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah menguat di atas US$62 per barel pada perdagangan Senin (19/2/2018) setelah sejumlah produsen minyak terbesar di dunia mengisyaratkan kerja sama lebih lanjut untuk memperketat pasokan sampai akhir tahun.
Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman Maret menguat 1,4% atau 0,82 poin ke level US$62,50 per barel di New York Mercantile Exchange. Transaksi pada hari Senin akan dipesan pada hari Selasa untuk penyelesaian karena hari libur nasional di AS. Total volume yang diperdagangkan sekitar 65% di bawah rata-rata 100 hari.
Sementara itu, minyak Brent untuk pengiriman April menguat 0,75 poin atau 1,16% ke level US$65,73 di bursa ICE Futures Europe yang berbasis di London. Harga minyak global ini diperdagangkan lebih mahal US$3,31 dibanding WTI pada bulan yang sama.
"Penyeimbangan pasar telah mendapatkan momentum besar karena Organisasi Negara Pengekspor Minyak OPEC) dan mitranya berupaya memangkas produksi,” kata Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo pada hari Senin di Nigeria, seperti dikutip Bloomberg.
Sementara itu, Menteri Energi Uni Emirat Arab Suhail Al Mazrouei mengatakan OPEC, Rusia dan produsen lainnya mencari cara untuk melembagakan kerja sama mereka di setelah tahun ini.
"Masih ada komitmen bagi OPEC untuk terus memperketat pasar. Komitmen OPEC, serta situasi pasokan dengan permintaan yang kuat, akan menjaga pasar tetap meningkat," ungkap Phil Flynn, analis pasar senior di Price Futures Group Inc. di Chicago.
Minyak mentah menguat 4,2 minggu lalu setelah dua minggu berturut-turut mengalami penurunan. Persediaan minyak global ditetapkan untuk penurunan yang signifikan selama paruh kedua tahun ini, menurut Saad Rahim, kepala ekonom di bursa dagang Trafigura Group.
🌷
Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) membukukan kenaikan terbesar sejak Desember pada perdagangan Rabu (14/2/2018), saat kenaikan persediaan pada tanki dan terminal penyimpanan AS terlihat melambat.
Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) membukukan kenaikan terbesar sejak Desember pada perdagangan Rabu (14/2/2018), saat kenaikan persediaan pada tanki dan terminal penyimpanan AS terlihat melambat.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret 2018 ditutup naik US$1,41 di US$60,60 per barel di New York Mercantile Exchange. Total volume yang diperdagangkan sekitar 35% di atas rata-rata 100 hari.
Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman April 2018 berakhir naik US$1,64 di US$64,36 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London. Minyak mentah acuan global tersebut diperdagangkan premium sebesar US$3,85 terhadap WTI untuk bulan yang sama.
Bursa minyak naik 2,4% di New York pada perdagangan Rabu, setelah sebuah laporan pemerintah menunjukkan kenaikan persediaan minyak AS sebesar 1,84 juta barel pekan lalu.
Angka ini lebih rendah dari mayoritas perkiraan dalam survei Bloomberg, serta lebih kecil daripada kenaikan dua pekan sebelumnya. Di pusat pipa terbesar negara itu, stok telah turun selama delapan pekan berturut-turut.
“Ini menunjukkan keseimbangan yang cukup sehat di pasar. Fakta kenaikan sebesar hanya 1,8 juta akan mengindikasikan pasar yang cukup ketat,” kata Matt Sallee di Tortoise Capital Advisors LLC., seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (15/2/2018).
Sementara itu, jumlah stok di Cushing, Oklahoma, turun 3,64 juta barel pekan lalu, penurunan paling tajam sejak 12 Januari, menurut laporan Energy Information Administration (EIA).
Persediaan bensin naik 3,6 juta barel, sedangkan stok minyak sulingan turun 459.000 barel. Produksi minyak mentah mencapai rekor baru 10,27 juta barel per hari. Selain itu, jumlah kargo minyak mentah asing yang mendarat di pelabuhan Pantai Timur dilaporkan turun ke titik terendah sejak Juli.
Turut memberikan sentimen positif setelah harga minyak turun hampir 9% bulan ini hingga Selasa adalah pernyataan bernada bullish dari Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC).
Sekjen OPEC Mohammad Barkindo pada sebuah konferensi di Riyadh mengatakan pasokan minyak mengarah untuk kembali seimbang dengan permintaan.
Adapun Menteri Perminyakan Arab Saudi Khalid Al-Falih menyatakan volatilitas di pasar tidak menguntungkan dan oleh karenanya OPEC beserta aliansinya berupaya untuk menstabilkan pasar.
🍫
KONTAN.CO.ID -
Batas Harga Batubara Lokal Jadi Sentimen Negatif untuk Emiten Batubara
Baca Juga
JAKARTA. Lantaran ingin menjaga tarif listrik tetap stabil, pemerintah bersiap mengeluarkan aturan yang membatasi harga jual batubara untuk kepentingan pasar lokal atau domestic market obligation (DMO). Hal ini dipandang analis bisa jadi sentimen negatif bagi emiten batubara.
Melalui SK Menteri ESDM yang rencananya akan diterbitkan Kamis (15/2), pemerintah menetapkan batas bawah dan batas atas harga batubara untuk kepentingan pasar dalam negeri. PLN yang terlibat dalam pembuatan aturan ini mengusulkan batas bawah berada di level US$ 60 per ton dan batas atas di level US$ 70 per ton.
Analis Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar menilai, pembatasan harga ini bisa memberikan sentimen negatif tambahan bagi emiten batubara. "Terutama bagi emiten yang punya penetrasi DMO besar," ungkapnya, Rabu (14/2).
Merujuk data produksi tahun 2016, penetrasi DMO PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mencapai 19,66% dari total produksinya. Jumlah ini lebih besar lagi bagi PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) di mana DMO mencapai 24,84% dari total produksi tahun 2016.
Hal ini tentu akan berdampak cukup signifikan terhadap kinerja para emiten batubara. Pembatasan ini tentu akan memangkas pendapatan dari penjualan lokal.
Walau begitu, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dianggap akan merasakan dampak paling kecil jika aturan ini diterapkan. Hal ini dikarenakan rendahnya DMO perusahaan yang hanya 12,64% dari total produksi pada 2016 lalu.
Tak hanya aturan batasan harga DMO saja yang jadi sentimen negatif untuk sektor batubara. Permendag No. 82/2017 yang mewajibkan ekspor batubara menggunakan kapal berbendera Indonesia juga jadi sentimen negatif tambahan untuk emiten di sektor ini.
Dari global, sentimen negatif juga membayangi emiten batubara. Berakhirnya musim dingin di China berpotensi menyebabkan harga batubara turun jelang kuartal kedua tahun ini. "Potensi penurunan permintaan dari China semakin mengancam prospek emiten batubara di tahun ini," kata William.
Namun, ditengah sentimen negatif yang menerpa emiten batubara, masih ada saham dari sektor ini yang menarik. Menurut William, saham PTBA masih menarik karena memiliki pertumbuhan penjualan yang cukup signifikan. Ia merekomendasikan buy saham PTBA dengan target harga Rp 3.500 per saham.
🌹
Merdeka.com - Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI berencana memanggil Direksi PT Perusahaan Gas Negara Tbk terkait turunnya laba bersih Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut selama lima tahun terakhir. Pada 2012, PGN mampu raup laba USD 890 juta dan diproyeksi hanya catatkan USD 110 juta tahun lalu.
"Saya akan sampaikan kepada pimpinan, rencana pemanggilan terhadap Direksi PGN. Setidaknya setelah reses dua minggu yang dimulai pada Jumat (16/2)," kata anggota Komisi VI DPR, Sartono Hutomo, seperti dikutip dari Antara di Jakarta, Senin (12/2).
Dalam rapat kerja nanti, lanjut Sartono, secara otomatis PGN akan menyampaikan laporan kinerja mereka selama beberapa tahun. Komisi VI akan menanyakan penurunan laba bersih yang dinilai sangat tajam.
Dalam waktu lima tahun, laba bersih PGN memang terus menurun. Jika pada 2012, BUMN itu meraup USD 890 juta, maka pada 2013 turun menjadi USD 804 juta.
Pada 2014-2016, laba bersih PGN selalu tergerus, dari USD 711 juta, USD 401 juta, dan USD 304 juta. Sedangkan pada 2017, diperkirakan hanya sebesar USD 110 juta.
Kinerja PGN yang seperti itu, kata Sartono, berbanding terbalik dengan anak perusahaan Pertamina yang bergerak pada sektor yang sama, PT Pertamina Gas (Pertagas).
Sejak 2012-2017, laba bersih Pertagas relatif stabil. Dalam kurun waktu tersebut, laba bersih Pertagas meningkat 16,67 persen, yakni USD 120 juta pada 2012 dan USD 140 juta pada 2017. Bahkan pada 2018, laba bersih Pertagas sudah melampaui PGN.
[bim]
🍋
Bisnis.com, JAKARTA – Harga batu bara ditutup rebound pada akhir perdagangan Senin (12/2/2018), sejalan dengan penguatan harga minyak mentah.
Pada perdagangan Senin, harga batu bara untuk kontrak April 2018, kontrak teraktif di bursa komoditas Rotterdam, ditutup menguat 1,2% atau 0,95 poin ke level US$80 per metrik ton.
Pada perdagangan Jumat pekan lalu (9/2), harga batu bara kontrak April 2018 ditutup anjlok 2,41% atau 1,95 poin di level US$79,05 per metrik ton.
Sementara itu, Produsen batu bara papan atas China berencana untuk meningkatkan pasokan batu bara berkualitas tinggi dengan membiarkan tambang meningkatkan kapasitasnya.
Hal tersebut disampaikan oleh National Development and Reform Commission (NDRC) dalam sebuah pernyataan pada Jumat (9/2/2018). Kebijakan itu merupakan upaya terbaru oleh pihak berwenang untuk memperlancar industri lebih lanjut dan menstabilkan harga batu bara.
“Perusahaan—perusahaan batu bara akan didorong untuk menutup tambang yang tidak efisien dan menggantinya dengan yang lebih besar jika memenuhi standar tertentu,” papar NDRC, seperti dilansir Reuters.
Perusahaan yang setuju untuk menandatangani kontrak jangka panjang dengan pembangkit listrik atau untuk mendirikan perusahaan patungan dengan perusahaan pembangkit listrik akan diizinkan untuk memperluas kapasitas sebesar 130%—300 %.Izin itu berlaku untuk meningkatkan kapasitas kurang dari satu tahun untuk menutup produksi usang.
Sejalan dengan batu hitam, harga minyak mentah berhasil membukukan kenaikan pada akhir perdagangan Senin setelah mengalami penurunan mingguan terburuk dalam dua tahun, ditopang sentimen positif dari OPEC.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret 2018 ditutup naik 9 sen di US$59,29 per barel di New York Mercantile Exchange. Total volume yang diperdagangkan sekitar 16% di atas rata-rata 100 hari.
Di sisi lain, harga minyak Brent untuk pengiriman April 2018 berakhir turun 20 sen di US$62,59 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London. Minyak mentah acuan global tersebut diperdagangkan premium sebesar US$3,51 terhadap WTI untuk bulan yang sama.
Dilansir Bloomberg, bursa minyak di New York menguat sekaligus mematahkan rentetan penurunan enam sesi perdagangan berturut-turut, menyusul pernyataan Menteri Energi Uni Emirat Arab Suhail Al Mazrouei mengenai kelebihan minyak.
“Permintaan yang kuat untuk minyak mentah ditambah dengan output yang terkendali dari OPEC dan aliansinya akan menghapus kelebihan minyak tahun ini,” ujar Suhail Al Mazrouei, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (13/2/2018).
Pergerakan harga batu bara kontrak April 2018 di bursa Rotterdam
Tanggal
|
US$/MT
|
12 Februari
|
80,00
(+1,2%)
|
9 Februari
|
79,05
(-2,41%)
|
8 Februari
|
81,00
(-3,23%)
|
7 Februari
|
83,70
(+0,48%)
|
6 Februari
|
83,30
(-2,34%)
|
Sumber: Bloomberg
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fund manager asing mulai memberi perhatian lebih untuk saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Salah satunya, BNP Paribas yang menjadikan saham BUMI sebagai saham pilihan di sektor komoditas batubara.
Mengutip Bloomberg, akhir pekan lalu, BNP menilai industri batubara Indonesia akan terimbas sentimen permintaan dari China dan India. Permintaan dari kedua negara itu bakal meningkat karena cuaca dingin yang tidak biasa. Produksi lokal kedua negara tersebut juga terbatas.
BACA JUGA
Sehingga, harga komoditas batubara bisa terangkat dan mendorong prospek saham sektor ini seperti BUMI, PT Indika Energy Tbk (INDY), dan PT ABM Investama Tbk (ABMM).
Direktur BUMI Dileep Sirivastava mengatakan, kenaikan harga komoditas batubara saat ini memang menjadi salah satu pendorong kinerja keuangan perusahaan. Rata-rata harga batubara BUMI sepanjang 2017 ada di kisaran US$ 55–US$ 95 per ton.
Dengan rata-rata harga tersebut, Dileep memperkirakan pendapatan kotor BUMI sepanjang 2017 mencapai US$ 4,8 miliar. Tahun ini, pendapatan kotor perusahaan ini diperkirakan naik 25% menjadi sekitar US$ 5,5 miliar hingga US$ 6,6 miliar.
"Kami melihat harga batubara tahun ini bisa naik 5% ke level US$ 100 per ton atau bahkan lebih," ujar Dileep kepada Kontan.co.id, Jumat (9/2). Selain soal harga, kinerja BUMI juga bakal terangkat produksi batubara BUMI yang ditargetkan naik 10% menjadi 93 juta ton.
Kenaikan harga batubara tersebut bakal mendorong pendapatan BUMI tahun ini lebih besar. Laba bersih BUMI juga diperkirakan bakal melesat. Dileep belum bersedia memberikan perincian laba bersih 2017. Namun, dia menggambarkan, BUMI pernah mencapai laba bersih tertingginya pada 2008.
Saat itu, BUMI mencatatkan laba bersih US$ 372 juta. Tahun 2017, Dileep yakin laba bersihnya bisa mencapai kisaran torehan tersebut. "Tahun ini bisa lebih tinggi lagi," tambah Dileep.
Produksi batubara
Inav Haria Chandra, analis OCBC Sekuritas, menilai, fundamental BUMI saat ini sudah jauh lebih baik. Tapi memang, masih ada pandangan negatif terhadap emiten produsen batubara ini, akibat beban utang Grup Bakrie yang menggunung. "Tapi, sekarang risikonya mulai berkurang," kata Inav.
Dulu, harga saham BUMI tercecer karena investor takut jika BUMI bangkrut akibat utang. Tapi nyatanya, BUMI berhasil menghindari kebangkrutan. Apalagi, saat ini proses restrukturisasi utang juga sudah dimulai.
Jadi, menurut Inav, secara fundamental, BUMI sudah jauh lebih baik. "Persepsi investor juga sudah mulai berubah," imbuh dia.
Harga saham BUMI juga dinilai masih menarik. Valuasi harga saham BUMI sudah sangat murah, dengan price earning ratio (PER) sekitar 4,5 kali. Sementara, rata-rata PER industri batubara sekitar 9 kali. Sehingga, Inav melihat harga wajar BUMI seharusnya dua kali lipat dari harga saham saat ini.
Ia juga menilai, BUMI sudah mulai memperbaiki good corporate governance (GCG). Hal ini terlihat dari sejumlah perwakilan kreditur yang menduduki tampuk manajemen BUMI.
Dengan begitu, kreditur bisa memastikan secara langsung kalau bisnis dan proses pelunasan utang BUMI berjalan lancar. "Perwakilan kreditur bisa memastikan utang BUMI lunas," jelas Inav.
Namun, volatilitas saham BUMI memang cukup tinggi. Sehingga, hal ini masih menjadi salah satu risiko. "Untuk itu, sekarang lebih baik hold saham BUMI untuk jangka waktu yang lama," saran Inav.
Akhir pekan lalu, saham BUMI ditutup melemah 4,46% ke level Rp 300 per saham.
🍱
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mencatatkan total produksi batubara 12,43 juta ton sepanjang kuartal IV-2017. Angka ini lebih rendah 7% ketimbang periode yang sama tahun sebelumnya.
Produksi tersebut berasal dari PT Adaro Indonesia, Balangan Coal Company dan Adaro MetCoal Companies. "Musim hujan yang berkepanjangan mengurangi aktivitas operasi di tambang-tambang Adaro Energy," ujar Mahardika Putranto, Sekretaris Perusahaan ADRO dalam keterangan resmi, Rabu (7/2).
Manajemen memastikan, walaupun nisbah kupas tahun 2017 tercatat lebih rendah, hal ini tidak mempengaruhi cadangan batubara ADRO dalam jangka panjang.
Penjualan batubara pada kuartal IV-2017 mencapai 12,39 juta ton, atau turun 9% yoy. Sementara itu, total volume penjualan tahun 2017 mencapai 51,82 juta ton atau turun 4% dibandingkan tahun 2016.
Tahun ini, ADRO menargetkan bisa memproduksi 54 juta ton hingga 56 juta ton batubara. Lalu, nisbah kupas ditargetkan sebesar 4,9 kali. Dengan begitu, ADRO berharap EBITDA bisa mencapai US$ 1,3 miliar hingga US$ 1,5 miliar. Perusahaan ini menganggarkan belanja modal US$ 750 juta hingga US$ 900 juta pada tahun ini.
Berita Ini Sudah Dipublikasikan di KONTAN, dengan judul: Penjualan batubara Adaro Energy turun
Peningkatan volume produksi dan harga jual batubara ditambah berjalannya efisiensi penambangan akan menopang keberlanjutan pertumbuhan kinerja keuangan PT Adaro Energy Tbk (ADRO). Sedangkan ekspansi bisnis proyek pembangkit listrik diharapkan menjadi pendongkrak kinerja keuangan perseroan dalam jangka panjang.
Samuel Sekuritas menargetkan peningkatan pendapatan Adaro menjadi US$ 3,87 miliar tahun ini, dibandingkan perkiraan tahun lalu sebesar US$ 3,26 miliar dan realisasi tahun 2016 mencapai US$ 2,52 miliar. Laba bersih juga diperkirakan naik menjadi US$ 656 juta, dibandingkan proyeksi tahun 2017 sebesar US$ 468 juta dan perolehan tahun 2016
mencapai US$ 341 juta.
Analis Samuel Sekuritas Sharlita Malik mengatakan, efisiensi biaya penambangan akan menjadi salah satu kunci utama penguat kinerja keuangan Adaro tahun ini.
“Dilatarbelakangi keberhasilan kedisiplinan biaya, kami menurunkan estimasi beban operasional perseroan sebesar 20% pada 2018. Kami juga memperkirakan cash cost Adaro akan berada di level US$ 28,4 per ton dengan stripping ratio sekitar 5,1 kali,” tulisnya dalam riset yang diterbitkan di Jakarta, belum lama ini.
Pertumbuhan kinerja keuangan perseroan, menurut dia, juga datang dari proyeksi peningkatan harga jual batubara perseroan sekitar 14% tahun ini. Begitu juga dengan volume penjualan diperkirakan naik tipis berkisar 3,7%. Kedua faktor ini bakal memperkuat posisi penjualan perseroan berkisar 18,7% tahun ini.
Baca selengkapnya di Investor Daily versi cetak di
http://www.investor.co.id/pages/investordailyku/paidsubscription.php🍓
Bisnis.com, JAKARTA - Harga batu bara acuan (HBA) melanjutkan tren prositif setelah kembali menembus level US$100 per ton pada Februari 2018.
Berdasarkan data dari Kementerian ESDM, HBA Febuari 2018 ditetapkan senilai US$100,69 per ton atau naik 5,39% dari HBA Januari senilai US$95,54 per ton. HBA tersebut jadi yang tertinggi sejak Desember 2016 yang berada pada level US$101,69 per ton.
Sebelum Desember 2016 tersebut, HBA terakhir kali menyentuh level US$100 per ton pada Mei 2012, tepatnya US$102,12 per ton. Setelah itu, harga batu bara terus merosot hingga akhirnya mulai bangkit pada pertengahan 2016.
Jika dirata-ratakan, dalam dua bulan pertama 2018 ini HBA telah berada pada level US$98,12 per ton atau berada di atas rata-rata HBA sepanjang 2017 senilai US$85,92 per ton. Apalagi jika dibandingkan dengan rata-rata HBA pada 2016 yang hanya senilai US$61,84 per ton.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi mengatakan kenaikan HBA sesuai dengan kenaikan indeks-indeks internasional pembentukknya. Adapun keempat indeks penyusun tersebut adalah Indonesia Coal Index (ICI), New Castle Global Coal (GC), New Castle Export Index (NEX), dan Platts59 dengan masing-masing indeks memiliki bobot 25%.
Agung menjelaskan peningkatan permintaan batu bara dari China memicu kenaikan harga pada indeks-indeks tersebut. Hal itu disebabkan penggunaan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang juga meningkat.
"Permintaan dari China memang naik. Salah satunya itu, banyak yang sebelumnya pakai pembangkit EBT [energi baru terbarukan] balik lagi ke PLTU," ujarnya di kantor Kementerian ESDM, Selasa (6/2/2018).
🐥
Liputan6.com, Jakarta - PT Perusahaan Gas Negara tbk (Persero) atau PGN menginginkan ada keuntungan yang cukup dari pelaksanaan program satu harga gas bumi untuk rumah tangga. Dengan adanya keuntungan yang cukup ini bisa mendorong pembangunan jaringan gas lebih luas.
Direktur Utama PGN Jobi Triananda mengatakan, gas rumah tangga satu harga merupakan gagasan PGN. Pasalnya, perusahaan tersebut iri dengan program Bahan Bakar Minyak (BBM) satu harga yang sudah dilaksanakan untuk memberikan rasa keadilan.
"Kami meminta sebenarnya ke BPH Migas, kami iri dengan BBM yang bisa satu harga," kata Jobi, di Jakarta, Kamis (25/1/2018).
BACA JUGA
Jobi melanjutkan, melalui gagasan gas bumi satu harga, PGN mengusulkan ke Badan Pengatur Kegiatan Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) untuk menetapkan keuntungan yang cukup. Pasalnya gas bumi tidak mendapat subsidi dari pemerintah.
Keinginan tersebut bertujuan agar pembangunan jaringan gas bumi yang dilakukan badan usaha semakin bertambah.
"Kami berharap BPH bisa melihat bahwa semakin tingginya pengelolaan jaringan gas rumah tangga ini diharapkan bisa lebih optimal dan ekonomis juga buat kami. Karena di pengelolaan jaringan gas ini tidak ada subsidi, jadi harus menyalurkan dengan tingkat keekonomian yang cukup," jelasnya.
Menurut Jobi, dengan semakin bertambahnya jaringan gas rumah tangga dapat mengurangi konsumis Liqufied Petroleum Gas (LPG), yang saat ini mayoritas di impor dan disubsidi pemerintah.
🌸
Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah dunia menguat, dengan minyak patokan global Brent pada satu titik mampu mencapai di atas US$ 71 per barel untuk pertama kalinya sejak 2014.Ini dipicu pelemahan dolar, pasokan global yang lebih ketat dan rekor penurunan persediaan minyak mentah di Amerika Serikat (AS).
Melansir laman Reuters, Jumat (26/1/2018), harga minyak mentah Brent, patokan minyak internasional, mencapai US$ 71,28 per barel, tertinggi sejak awal Desember 2014.
Sementara minyak WTI untuk pengiriman Maret naik 44 sen menjadi US$ 66,05 per barel, atau sebesar 0,7 persen. Sebelumnya, kontrak minyak ini naik menjadi US$ 66,66, tertinggi sejak Desember 2014.
"Depresiasi dolar AS juga memungkinkan harga minyak menguat. Hampir setiap komoditas didorong oleh penurunan dolar ini," kata Carsten Fritsch, Analis Commerzbank.
Dolar AS mencapai titik terendah sejak Desember 2014 melawan sekeranjang mata uang lainnya. Ini meluncur lebih jauh karena komentar Presiden Bank Sentral Eropa mendorong euro sehari setelah Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan bahwa dolar yang lebih lemah "baik untuk negaranya.
Stok Global
Dolar yang jatuh membuat komoditas berdenominasi dolar lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya dan cenderung mendukung harga minyak.
Pengetatan pasokan global juga telah mengangkat harga minyak, karena Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia terus membatasi pasokan.
Penurunan produksi yang tidak disengaja dalam produksi Venezuela dalam beberapa bulan terakhir telah memperdalam dampak pemotongan output.
Di sisi lain, stok minyak mentah AS telah menurun, menggarisbawahi gagasan bahwa pasokan global seimbang kembali setelah terjadi kelebihan.
Persediaan minyak mentah AS turun ke rekor tertinggi dalam 10 minggu berturut-turut ke level terendah sejak Februari 2015, menurut data resmi AS.
Produksi minyak mentah AS diperkirakan akan melampaui 10 juta barel per hari (bpd) pada Februari.
🍍
Bisnis.com, JAKARTA - Sepanjang tahun berjalan, harga saham PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. telah menguat 53,71%. Adapun, pada perdagangan hari ini, Rabu (24/1/2018), harga saham emiten bersandi PGAS itu tak mengalami perubahan dengan bertengger pada level Rp2.690 per saham, setelah meningkat tajam 8,91% pada hari sebelumnya. Bagaimana prospek harga sahamnya ke depan?
Analis RHB Securities Norman Choong mengungkapkan penguatan harga saham PGAS sepanjang Januari 2018 disebabkan oleh sentimen kenaikan harga minyak mentah dan pemberitaan soal holding BUMN migas, khususnya yang menyangkut merger perseroan dan PT Pertamina Gas (Pertagas).
Dia menilai minimnya informasi mengenai struktur merger PGN dan Pertagas menyulitkan untuk menengok potensial penguatan (upside) saham. Kendati demikian, dia percaya bahwa transaksi tersebut akan memberikan dampak positif bagi pemegang saham minoritas PGAS jika penggabungan Pertagas ke perseroan gratis (free) atau dengan nilai sekitar US$1,75 miliar hingga US$2,3 miliar.
Hal tersebut, lanjutnya, didasarkan pada price to book value (PBV) 2x dan price erning(PE) 13x pada kinerja tahun penuh 2014. Dia menilai performa finansial secara konsolidasi akan meningkat dengan gross margin Pertagas yang lebih tinggi.
Norman menambahkan berdasarkan estimasi RHB, bila Pertagas dimasukkan ke perseroan secara gratis (for free) maka laba bersih perseroan pada tahun ini bisa meningkat dua kali lipat.
Selain itu, dia menilai jika dana akuisisi Pertagas didanai oleh rights issue atau utang, maka valuasi akan menjadi kunci. Menurutnya, dana yang diperoleh dari rights issue kemungkinan akan sulit untuk diserap pasar dan akan sangat bergantung pada valuasi Pertagas.
“Rekomendasi kami tidak berubah, tetap netral dan saat ini target harga saham sedang dalam review,” katanya melalui riset, Rabu (24/1/2018).
Hanya saja, dia mengungkapkan nilai PGAS mungkin akan mendekati PE pasar setelah merger yang disebabkan lebih tingginya return on equity (ROE) dan margin. PGAS saat ini diperdangkanan dengan hipotesis PE 12x untuk 2018, yang mana ini sesuai dengan histori PE sepanjang 5 tahun terakhir. Dalam 5 tahun terakhir PGAS diperdagangkan dengan PE 10x hingga 18x.
Sementara itu, PT BCA Sekuritas dalam riset hariannya, Rabu (24/1/2018) merekomendasikan beli untuk saham PGAS dengan target harga saham Rp2.750 per saham.
BCA Sekuritas memproyeksikan PE PGAS pada tahun ini sebesar 16,8x dengan ROE 8,4%. Riset tersebut juga menunjukkan laba bersih PGAS pada tahun ini bisa mencapai Rp2,06 triliun.
🍈
Bisnis.com, JAKARTA – Harga batu bara ditutup melemah pada akhir perdagangan kemarin, Rabu (17/1/2018).
Di akhir perdagangan kemarin, harga batu bara untuk kontrak April 2018, kontrak teraktif di bursa komoditas Rotterdam, ditutup melemah 0,65% atau 0,6 poin ke level US$91,70 per metrik ton.
Harga batu bara kontrak April 2018 melanjutkan pelemahannya setelah pada perdagangan sebelumnya, Selasa (16/1/2018), berakhir melemah 0,11% atau 0,1 poin di level US$92,30.
Berbanding terbaik dengan harga batu bara, harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) menguat pada perdagangan kemarin, setelah laporan industri mengungkapkan penurunan stok dari kompleks penyimpanan terbesar di Amerika Serikat (AS).
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari 2018 berakhir dengan kenaikan di US$63,97 per barel di New York Mercantile Exchange.
Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman Maret 2018 ditutup naik 23 sen di US$69,38 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London. Pada sesi perdagangan Selasa (16/1), harga minyak Brent tergelincir turun ke level US$69,15 setelah sempat tembus level 70.
Dilansir Bloomberg, bursa minyak AS menambahkan kenaikan sebesar 0,4% yang dibukukannya pada perdagangan Rabu, setelah American Petroleum Institute (API) dikabarkan telah melaporkan penurunan jumlah stok di jaringan pipa di Cushing, Oklahoma, sebesar 3,94 juta barel pekan lalu.
Jumlah itu akan menjadi penurunan paling signifikan dalam sejarah jika laporan pemerintah mengonfirmasikannya pada hari ini. Laporan tersebut juga menunjukkan persediaan minyak mentah nasional meluncur sebesar 5,12 juta barel, melebihi perkiraan penurunan sebesar 3,15 juta barel oleh para analis dalam survei Bloomberg.
“Saya yakin pasar akan menganggapnya bullish, tapi akan ada banyak kehati-hatian sampai Energy Information Administration merilis data mingguannya,” ujar Michael Lynch, presiden Strategic Energy & Economic Research di Winchester, Massachusetts.
“Apa yang kita lihat adalah ada banyak permintaan untuk minyak mentah Amerika di luar negeri.,” tambahnya, seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (18/1/2018).
Pergerakan harga batu bara kontrak April 2018 di bursa Rotterdam
Tanggal
|
US$/MT
|
17 Januari
|
91,70
(-0,65%)
|
16 Januari
|
92,30
(-0,11%)
|
15 Januari
|
92,40
(+0,38%)
|
12 Januari
|
92,05
(+0,55%)
|
11 Januari
|
91,55
(-0,16%)
|
Sumber: Bloomberg
🌲
Bisnis.com, JAKARTA – Saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk. membukukan penguatan harga saham paling tajam pada akhir perdagangan hari ini, Rabu (17/1/2018).
Berdasarkan data Bloomberg, harga saham emiten berkode PGAS ini memimpin penguatan saham setelah ditutup melesat 25,53% di Rp2.360 per lembar saham.
BACA JUGA :
Terpaut tipis di belakang PGAS adalah saham PT LCK Global Kedaton Tbk. (LCKM) yang menguat 25% di Rp390 per lembar saham.
Harga saham emiten yang bergerak di bidang jasa konstruksi telekomunikasi ini ikut memimpin penguatan saham di hari kedua berturut-turut, sehari setelah melakukan pencatatan perdana saham (listing) di Bursa Efek Indonesia.
Pada akhir perdagangan Selasa (16/1), LCKM memimpin penguatan saham setelah ditutup melesat 50% di Rp312 per lembar saham.
Sementara itu, indeks harga saham gabungan (IHSG) berhasil mencetak rekor baru dua hari berturut-turut. Tak hanya itu, IHSG juga memperpanjang relinya pada akhir perdagangan hari ketiga berturut-turut.
IHSG ditutup menguat 0,23% atau 14,83 poin di level 6.444,52, level penutupan tertinggi sepanjang masa, setelah dibuka dengan kenaikan hanya 0,08 poin di level 6.429,77.
Padahal IHSG baru saja mencetak rekornya setelah pada perdagangan Selasa (16/1) berakhir menguat 0,74% atau 47,50 poin di level 6.429,69.
Dibuka dengan kenaikan super tipis, IHSG selanjutnya bergerak fluktuatif. Namun IHSG mampu meraih kembali momentumnya pada awal sesi II dan bertahan positif. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di kisaran 6.420,06 – 6.452,51.
Enam dari sembilan indeks sektoral IHSG berakhir di zona hijau, dipimpin sektor industri dasar (+2,20%) dan infrastruktur (+1,03%). Adapun tiga sektor lainnya menetap di zona merah, dipimpin sektor finansial yang melemah 0,38%.
Saham apa saja yang menjadi top gainers dalam perdagangan Bursa Efek Indonesia hari ini? Berikut rinciannya:
Kode
|
Harga (Rp)
|
(%)
|
PGAS
|
2.360
|
+25,53
|
LCKM
|
390
|
+25,00
|
BSIM
|
835
|
+24,63
|
PCAR
|
1.260
|
+18,87
|
CASA
|
280
|
+18,64
|
Sumber: Bloomberg
🌴
Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan harga minyak mentah di London mencapai level tertinggi barunya pada perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), setelah anggota OPEC menyerukan lanjutan upaya pembatasan produksi.
Harga minyak Brent untuk pengiriman Maret ditutup menguat 39 sen di US$70,26 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London, level penutupan tertinggi sejak Desember 2014. Minyak Brent telah naik 3,3% pekan lalu.
Adapun harga minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman Februari dilaporkan menguat 51 sen ke US$64,81 per barel di New York Mercantile Exchange.
WTI tidak mengalami settlement pada perdagangan Senin karena libur Martin Luther King di Amerika Serikat (AS) dan semua transaksi akan diperhitungkan pada perdagangan hari ini. Total volume yang diperdagangkan mencapai sekitar 51% di bawah rata-rata 100 hari.
Dilansir Bloomberg, harga minyak Brent ditutup di atas US$70 per barel untuk pertama kalinya dalam tiga tahun setelah Menteri Perminyakan Irak Jabbar al-Luaibi mengatakan pada hari Sabtu (13/1) bahwa pembatasan produksi telah memberi kontribusi terhadap stabilitas di pasar, karenanya harus dipertahankan.
“Seruan untuk mempertahankan pemangkasan produksi oleh Irak adalah tanda lain bahwa pasar akan naik,” kata Phil Flynn, analis pasar senior di Price Futures Group Inc., seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (16/1/2018). “Kami melihat pasokan, secara global, benar-benar mulai mengencang.” tegasnya.
Minyak memperpanjang penguatannya dalam dua tahun setelah Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan aliansinya mengurangi pasokan untuk mengatasi kelebihan suplai global.
Sementara itu, Uni Emirat Arab melihat tidak ada perubahan besar dalam kebijakan OPEC akibat fluktuasi harga jangka pendek, seperti diungkapkan Menteri Energi Suhail Al Mazrouei di Abu Dhabi.
Adapun Menteri Energi Qatar Mohammed bin Saleh Al Sada mengatakan kepada kantor berita resmi Qatar bahwa OPEC harus meninjau kesepakatan pasokannya saat stok minyak mentah kembali ke rata-rata historis lima tahunnya.
Dalam sebuah laporan, JP Morgan Securities memaparkan bahwa meskipun OPEC mengatakan kesepakatan mereka akan berjalan sampai akhir tahun ini, kelompok tersebut kemungkinan besar akan memperpendek kesepakatan jika pasar menjadi seimbang.
Comments
Post a Comment