analisis teknikal n fundamental WIKA; fundamental n teknikal : jsmr

Didukung SWF, begini rekomendasi saham konstruksi

JSMR: utanK v. SWF

Jasa Marga mempertimbangkan penerbitan SBK senilai Rp 500 miliar hingga Rp 1 triliun sebagai alternatif sumber pendanaan ekspansi. Tenor SBI diprediksi lebih pendek, tak lebih dari satu tahun.

Belum Lunas, Jasa Marga Tagih Piutang ke Pemerintah Rp3 Triliun

Menurut Deputi Direktur PT CNI, Djen Rizal, sejauh ini perusahaan terus menggenjot pembangunan infrastruktur strategis di lokasi smelter. Untuk mempercepat pembangunan infrastruktur pabrik, PT CNI telah menggandeng sejumlah BUMN Indonesia, yakni PT Wijaya Karya (WIKA) dan PT PP.

Utang Wijaya Karya tercatat meningkat di tahun 2020, ini strategi untuk melunasinya

PT PP - Wika Join Operation selaku kontraktor pelaksana proyek senilai Rp15,3 triliun tersebut menargetkan penyelesaian jalan tol sepanjang 27 kilometer yang akan terintegrasi dengan tanggul laut itu pada Mei 2022 mendatang

BUMN Karya Berdarah-darah, Bos WIKA: WIKA Jatuh Bangun, tapi Tetap Bangun Terus

WIKA: konsorsium bendungan di GOWA

WIKA: raih dana Rp 2,5 T

Wijaya Karya Raih Fasilitas Pembiayaan Rp 1 Triliun dari BTN

WIKA: punya utanK Rp 55,7 T

WIKA: RATING UTANk

WIKA: rencana penyelamatan

WIKA: PMN Rp 6 T disetujui

WIKA: manajemen para ahli non-finansial

JALAN TOL: 2457 km

PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) bakal menunjukkan pemulihan tahun ini 

WIKA: penjualan kuartal 3/2022 

KONSTRUKSI BUMN: suku bunga n IKN 

Tumbuh 92,4%, Wijaya Karya (WIKA) raih kontrak baru Rp 13,16 triliun hingga Q3-2021

Wijaya Karya (WIKA) baru serap capex Rp 350 miliar hingga semester I

Progres Kereta Cepat Jakarta Bandung: Bantalan Beton Rel Resmi Dipasang

Kontrak baru jadi katalis, ini rekomendasi saham Wijaya Karya (WIKA)

WIKA: tambah modal bandara Batam

WIKA: resmi kelola Bandara Batam 1 Juli 2022

WIKA: bersepeda motor listrik

WIKA Gandeng Ditjen Dikti, UGM, dan Unisa Kembangkan Energi Terbarukan

Erick Thohir Tunjuk Ayu Widya Kiswari Jadi Direktur WIKA

WIKA: saat tertekan harga saham, rekomendasi

WIKA, tlkm: saat tertekan harga (2) 

Mundur, Tol Bertingkat Terpanjang RI Ditarget Kelar ke 2024

MUNDUR (2): jsmr kluar dari GETACI

Waskita Karya Jual 30 Persen Saham Tol Medan Ke Investor Hongkong

JSMR lepas kepemilikan jalan tol

WIKA: lepas kepemilikan jalan tol

Direksi dan Komisaris Jasa Marga Dirombak Erick Thohir, Berikut Susunan Lengkapnya

JSMR: lalin naek

Jasa Marga menjadi perusahaan karya untuk tol

JSMR: lepas properti

PROGRESS: akhir 2021

JSMR: sasaran 2022-2025 neh

JSMR: volume lalin jalan tol diandalken

Lintas Selatan Jawa: JSMR

JSMR: lintas selatan JAWA

JSMR: lintas tol terpanjang

JSMR: lintas tol terpanjang (2)

JSMR: jumlah kendaraan lintas tol Nataru 2023

JSMR: THS BUMN terbaik

 JALAN TOL INDONESIA: jalur tol sepanjang 11.140 km

JALAN TOL INDONESIA: TOTAL 2499 km 

Tol Trans Jawa: stop dulu di Besuki

JSMR: laba melonjak Kuartal 1/2022

JSMR: prospek jalan tol baru

JSMR: TP 

JSMR: kewajiban bunga

JSMR: THS ijo

Investasi: overinvestment

Pembebasan Tanah Tol Serpong-Balaraja Sesi Pertama Sudah 94 Persen


KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Jasamarga Related Business (JMRB) akan melakukan ekspansi bisnis, salah satunya Toll Corridor Development (TCD) atau pengembangan koridor jalan tol. Hal ini sejalan dengan terus bertambahnya ruas jalan tol baru yang dibangun oleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk.

Oleh karena itu, PT JMRB melihat peluang bisnis pengembangan kawasan di sekitar jalan tol yang dibangun oleh Jasa Marga.

Direktur PT JMRB Cahyo Satrio Prakoso mengatakan, perusahaan tengah melakukan pengembangan TCD yang masih relevan dengan bisnis utama induk usaha yakni, bidang jalan tol.

Baca Juga: Jasa Marga kuasai 55% jalan tol di Indonesia

Cahyo menilai, pengembangan kawasan TCD memiliki potensi yang cukup besar karena berada di sekitar jalan tol yang merupakan “urat nadi” penggerak roda perekonomian.

Sebagaimana diketahui, Jasa Marga memiliki konsesi jalan tol lebih dari 1.500 kilometer dan diklaim sebagai operator jalan tol terbesar di Indonesia.

“Oleh karena itu, JMRB akan mengembangkan lini bisnisnya dengan memanfaatkan potensi besar yang dimiliki oleh Jasa Marga,” terang Cahyo dalam siaran pers, Selasa (18/8/2020).

Melalui pengembangan kawasan TCD diharapkan dapat dikembangkan menjadi lini bisnis yang dapat diandalkan. Sebab, kata Cahyo, konsep pengembangan kawasan TCD beragam dan tidak terpaku pada sektor tertentu.

Cahyo menjelaskan, sektor bisnis yang dikembangkan melalui TCD bisa berupa pengembangan residensial, kawasan industri, bahkan komersial.

Hal ini termasuk dekat dengan pusat transportasi maupun logistik. Dalam waktu dekat, JMRB bakal mengembangkan konsep TCD di sekitar ruas Jalan Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) dan Tol Jagorawi.

Baca Juga: Lalu lintas padat, Jasa Marga menerapkan contraflow di Tol Jagorawi

Dalam menjalankan bisnisnya, JMRB akan menggandeng para investor strategis maupun pengembang besar. Pada masa depan pun JMRB berencana untuk "Go Public".

Sebelumnya, PT JMRB telah dipercaya untuk mengembangkan sejumlah bisnis yang memanfaatkan sektor utama Jasa Marga yakni, pengembangan dan pengelolaan rest area, pengelolaan media periklanan dan utilitas di Ruang Milik Jalan ( Rumija) tol maupun rest area, pengembangan gedung, serta properti hunian. (Suhaiela Bahfein)

🍊



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Wijaya Karya Tbk bukukan laba bersih sebesar Rp 324,75 miliar di semester I-2020. Catatan itu didukung oleh penjualan perseroan sebesar Rp 7,13 triliun yang mayoritasnya disumbangkan oleh 

  • proyek infrastruktur dan 

  • gedung. Kontribusi lainnya berasal dari 

  • sektor industri, 

  • energi dan industrial plant, serta 

  • realty dan properti.


Direktur Utama Wijaya Karya Agung Budi Waskito menyebutkan bahwa catatan ini menjadi bukti, perseroan masih bisa menorehkan kinerja positif di tengah terpaan pandemi global Covid-19. Menurutnya, pada kuartal II khususnya, tantangan pada sektor konstruksi memang cukup berat.



"Sejumlah proyek terhenti atau mengalami perlambatan akibat keterbatasan akses material maupun penambahan pekerja yang akan masuk ke area proyek, sehingga hasil positif pada laporan keuangan semester I ini menjadi catatan yang cukup impresif bagi kami," ungkapnya dalam keterangan pers yang diterima kontan.co.id, Rabu (19/8).


Kinerja yang positif juga sejalan dengan kondisi keuangan perusahaan yang tetap berada pada kondisi sehat. Rasio gross gearing dan net gearing perusahaan masing-masing hanya sebesar 1,26x dan 0,82x dari covenant sebesar 2,50x. Agung B.W bilang, dengan perolehan tersebut membuat lembaga rating international Fitch mempertegas Long-Term Foreign and Local Currency Issuer Default Rating (IDR) perusahaan masih tetap pada rating BB dan national long term rating pada AA- (idn).


Sementara di semester II ini disebutnya menjadi momentum bagi perusahaan untuk memulihkan ritme pekerjaan. Terlebih lagi, sektor infrastruktur dengan penyerapan tenaga kerja masif menjadi salah satu andalan pemerintah untuk memulihkan roda perekonomian sehingga menjadi peluang besar dan perlu dimanfaatkan dengan optimal.


"Kami memetakan lagi proyek-proyek yang memiliki skema pembayaran yang lebih cepat sehingga likuiditas keuangan kita tetap sehat. Untuk itu, kami lebih fokus kepada proyek yang berasal dari Pemerintah dan BUMN," paparnya.



Saat ini emiten berkode saham WIKA ini masih memiliki order book mencapai Rp 79,45 triliun yang masih bisa diproduksi hingga beberapa tahun mendatang. Salah satu proyek yang sedang dikerjakan adalah Pembangunan Jalan Tol Kunciran - Batu Ceper - Cengkareng yang dimiliki Jasa Marga.


Adapun progres pembangunannya hingga pekan II Agustus 2020 telah mencapai 87% dan kini pembangunannya sedang berfokus pada pekerjaan struktur dan perkerasan. WIKA menargetkan pembangunan tol ini dapat selesai pada akhir 2020.


Tol ini nantinya membentang sepanjang 14,19 KM dan terbagi atas empat seksi. Seksi 1 Kunciran 44 - interchange Sultan Ageng Tirtayasa, Seksi 2 interchange Sultan Ageng Tirayasa - Benteng Betawi, kemudian Seksi 3 Benteng Betawi - interchange Husein Sastranegara, serta Seksi 4 interchange Husein Sastranegara - Benda Junction.


Sementara itu, WIKA juga sedang mengerjakan Terminal Kijing, Mempawah, Kalimantan Barat milik Pelindo II. Terminal ini diproyeksikan untuk menyerupai pelabuhan-pelabuhan internasional besar lainnya di Indonesia dengan fasilitas modern. Dengan kapasitas yang mencapai 2 juta TEUs menjadikannya sebagai terminal terbesar di Kalimantan.


WIKA sendiri mengerjakan keseluruhan lingkup pada proyek pelabuhan ini seperti pembangunan onshore atau terminal di daratan, pembangunan dermaga di laut dan jalan akses penghubung dari daratan. "Saat ini pembangunannya mencapai 63% dan kami sedang fokus pada pekerjaan pemancangan dermaga dan pekerjaan bangunan fasilitas darat," bebernya.


Selain berfokus pada proyek domestik, WIKA juga kini tengah menggarap beberapa proyek di luar negeri. Salah satunya adalah Istana Kepresidenan Republik Niger yang merupakan proyek pertama perseroan di wilayah Barat Afrika. Pada proyek ini, lingkup pekerjaan yang menjadi tanggung jawab WIKA meliputi pembangunan  ballroom, service building dan pavillion of president atau tempat kerja Presiden.


Saat ini tim proyek berhasil mencatatkan progres sebesar 68% hingga pekan kedua di Agustus 2020 dan tengah fokus pada penyelesaian bangunan ballroom serta mengejar target untuk segera rampung pada Februari 2021 mendatang.

🍓

JAKARTA, Investor.id -  PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) masih meraih laba bersih senilai Rp 105,7 miliar pada semester I-2020. Meski demikian laba tersebut turun signifikan dari perolehan peridode sama semester I-2019 yang mencapai Rp 1,06 triliun. Sekretaris Perusahaan Jasa Marga Agus Setiawan mengatakan, penurunan kinerja perseroan pada semester I-2020 dipengaruhi atas pandemi Covid-19 yang berakibat terhadap penurunan trafik ruas tol. 

Di sisi lain, perseroan juga mencatat peningkatan beban bunga seiring dengan pengoperasian jalan tol baru. "Ditambah dengan adanya imbauan pemerintah untuk bekerja dari rumah atau Work From Home (WFH) serta kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berakibat pada turunnya volume lalu lintas harian ruas tol yang dikelola perseroan," jelas dia dalam keterangan tertulis yang diterima Investor Daily pada akhir pekan lalu. 

Perseroan mencatat pendapatan pada semester I-2020 sebesar Rp 6,77 triliun atau turun dari periode sebelumnya senilai Rp 13,83 triliun. Penurunan pendapatan terutama disebabkan oleh pendapatan tol perseroan yang melemah hingga 17,5% menjadi Rp 3,9 triliun. 

Kendati, pendapatan non tol perseroan tetap bertumbuh 4,1% menjadi Rp 433,3 miliar. 

Sementara itu, EBITDA perseroan pada semester I-2020 tercatat sebesar Rp 2,6 triliun, turun 23% dibandingkan semester I-2019. 

Sedangkan total aset bertumbuh 3% menjadi Rp 102,7 triliun. 

Agus mengungkapkan, perseroan berkomitmen untuk terus menjaga kinerja perusahaan tetap positif di tengah pandemi Covid-19. Hal ini dilakukan dengan melakukan efisiensi beban usaha dan pengendalian capex, baik belanja operasional maupun pengembangan usaha. Lebih lanjut, Agus menjelaskan, setelah adanya pelonggaran PSBB pada Juni 2020, realisasi pendapatan tol mulai meningkat. 

Pada Mei 2020, pendapatan tol perseroan turun 50%, namun pada Juni 2020 penurunan hanya sekitar 20%, dibandingkan dengan pendapatan tol normal. Terkait pengembangan ruas baru, Jasa Marga berkomitmen untuk terus mengebut pembangunannya dengan tetap menerapkan protokol kesehatan dalam rangka pencegahan penularan Covid-19. Setelah menyelesaikan pembangunan Jalan Tol Pandaan-Malang Seksi 5 (Pakis-Malang) sepanjang 3,11 km di awal tahun, sebanyak lima jalan tol lainnya juga ditargetkan selesai konstruksi pada tahun 2020. Di luar Pulau Jawa, Jasa Marga menargetkan dua jalan tol beroperasi, yaitu Jalan Tol Balikpapan-Samarinda Seksi 1 Balikpapan (Km 13) - Samboja dan Seksi 5 Sepinggan - Balikpapan (Km 13) serta Jalan Tol Manado-Bitung (Seksi 2A sd SS Danowudu). Sedangkan tiga jalan tol lainnya terletak di wilayah Jabotabek yaitu Jalan Tol Bogor Ring Road Seksi 3A Simpang Yasmin-Semplak serta Jalan Tol Kunciran-Cengkareng dan Jalan Tol Cinere-Serpong yang masuk dalam jaringan Jalan Tol JORR II. 

Di bidang pengoperasian jalan tol, Jasa Marga berkomitmen untuk terus mengembangkan implementasi teknologi pembayaran Nir Henti. Jasa Marga melalui anak usaha PT Jasamarga Tollroad Operator (JMTO) terus melakukan perluasan uji coba terbatas pembayaran tol Single Lane Free Flow (SLFF) with barrier dengan teknologi Radio Frequency Identification (RFID) berbasis server yang dikenal dengan nama FLO di Jalan Tol wilayah Jabotabek dan Bali. Jasa Marga melalui JMTO juga mengikuti tender proyek sistem transaksi Multi Lane Free Flow (MLFF) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Implementasi MLFF bertujuan untuk mengefisienkan waktu perjalanan, meningkatkan fleksibilitas, keamanan dan kenyamanan pengguna jalan.

Artikel ini telah tayang di Investor.id dengan judul "Dipicu Covid-19, Laba Bersih Jasa Marga Turun Menjadi 105,7 Miliar"

Read more at: http://brt.st/6GfD

🍒


JAKARTA, investor.id - Mulai normalnya trafik dan pendapatan ruas tol akan menjadi sentimen positif terhadap kinerja keuangan dan pergerakan harga saham PT Jasa Marga Tbk (JSMR) hingga akhir tahun ini. Dukungan juga datang dari keputusan pemerintah untuk mempercepat pembiayaan pembebasan lahan untuk infrastruktur melalui penyederhanaan verifikasi data. Analis Danareksa Sekuritas Maria Renata mengungkapkan, berdasarkan data terakhir bahwa semua ruas tol Jasa Marga telah kembali normal setelah pemerintah melonggarkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) akibat pandemi Covid-19. Kenormalan terlihat dari mulai pulihnya trafik kendaraan seluruh ruas tol perseroan atau setara dengan 80% dari kondisi normal sebelumnya. “Peningkatan trafik mendekati kondisi normal tersebut terjadi setelah adanya pelonggaran PSBB. Hal ini membuat trafik kendaraan ruas tol perseroan mencapai 80% dari kondisi normal dibandingkan selama PSBB yang rata-rata hanya 59%,” tulis Maria dalam risetnya, baru-baru ini. Peningkatan trafik kendaaraan membuat pendapatan ruas tol perseroan kembali memasuki level 80% dari kondisi normal. Sedangkan pendapatan terendah perseroan terjadi selama periode 27 April- 3 Mei 2020, yaitu pendapatan tarif tol perseroan anjlok hingga 60%. Jalon tol Jasa Marga. Foto: ilustrasi: IST Peningkatan trafik diharapkan berdampak pada pemulihan kinerja operasional dan keuangan untuk beberapa bulan ke depan. Selain faktor tersebut, menurut Maria, Jasa Marga sedang bernegosiasi dengan sejumlah bank untuk pemangkasan suku bunga pinjaman hingga 100 bps. Sedangkan pelunasan Komodo Bond perseroan senilai Rp 4 triliun yang jatuh tempo pada Desember 2020 optimistis terlaksana dengan baik, termasuk kesiapan dana untuk pembiayaan operasionalsepanjang tahun ini. Menurut dia, optimisme perseroan seiring diperolehnya fasilitas pinjaman senilai Rp 2,45 triliun. Perseroan juga sudah menandatangani pinjaman lainnya senilai Rp 2 triliun dan berdiskusi untuk mendapatkantambahan pinjaman lagi sebesar Rp 700 miliar. Jasa Marga sedang juga memproses emisi obligasi dan surat berharga komersial (commercial paper) lain dengan target berkisar Rp 1,5-3 triliun. Emisi obligasi ditargetkan terlaksana pada Agustus 2020 dan emisi commercial paper pada September 2020. Danareksa Sekuritas juga  memberikan pandangan positif terhadap prospek Jasa Marga ke depan. Sikap tersebut didasari atas regulasi pemerintah untuk mempercepat pembayaran dana pembebasan lahan untuk pembangunan infrastruktur maupun jalan tol. Jasa Marga akan mulai melaksanakan pekerjaan rekonstruksi perkerasan di Ruas Tol Jagorawi, Senin (8/6). Selama ini, pembayaran dana pembebasan lahan harus melalui proses verifikasi dari dua institusi, yaitu Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) serta Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang berimbas terhadap lamanya pencairan dana tersebut. “Namun, dengan regulasi baru, proses pembayaran atas pembelian lahan akan lebih mudah dan sederhana, yaitu hanya melalui satu verifikasi oleh LMAN,” jelas Maria. Jasa Marga bersama dengan operator jalan tol lainnya juga sedang berdiskusi dengan pemerintah untuk mendapatkan konpensasi atas penurunan drastis pendapatan ruas tol selama PSBB. Menurut dia, kompensasi bisa saja memberikan perpanjangan masa konsesi atau menerapkan kebijakan kenaikan tarif tol. Apabila permintaan tersebut dikabulkan pemerintah, tentu berimbas positif terhadap sektor ini. Berbagai faktor tersebut mendorong Danareksa Sekuritas untuk mempertahan kan rekomendasi beli saham JSMR dengan target harga Rp 5.700. Target harga tersebut merefleksikan perkiraan PE sebesar 15,3 kali tahun ini atau di bawah rata-rata dalam tiga tahun terakhir berkisar 16,7 kali. Target harga tersebut juga telah mempertimbangkan ekspektasi penurunan laba bersih Jasa Marga menjadi Rp 2,02 triliun tahun ini dibandingkan perolehan tahun lalu Rp 2,21 triliun. Begitu juga dengan pendapatan diharapkan bertumbuh dari Rp 10,98 triliun menjadi Rp 11,04 triliun. Sebelumnya, Jasa Marga telah menaikkan tarif kendaraan penumpang ruas tol Jakarta Inner Ring Road (JIRR) sebesar Rp 500 dari Rp 9.500 menjadi Rp 10.000 sejak 31 Januari 2020. Kenaikan tariff dan penambahan ruas tol baru akan menjadi faktor pendongkrak pendapatan perseroan sepanjang tahun ini, meskipun kinerja keuangan perseroan kuartal II-2020 diproyeksikan melemah akibat pandemic Covid-19. Ekspektasi berlanjutnya peningkatan kinerja keuangan perseroan, ungkap Maria, juga terlihat dari keberhasilan perseroan membukukan pertumbuhan kinerja keuangan sepanjang kuartal I-2020. Sejumlah proyek jalan tol baru, konstruksinya tetap ditargetkan selesai akhir tahun ini. Foto ilustrasi: IST “Relalisasi kinerja keuangan Jasa Marga sepanjang kuartal I memperkuat optimisme masyarakat terhadap kinerja keuangan Jasa Marga tahun ini, meskipun Indonesia sedang dilanda Covid-19,” sebut dia. Sementara itu, tim riset Mirae Asset Sekuritas menyebutkan bahwa trafik kendaraan ruas tol Jasa Marga diproyeksikan segera pulih setelah pelonggaran PSBB. “Kami juga memperkirakan pendapatan perseroan akan didukung pengoperasian ruas tol baru Balikpapan-Samarinda seksi IIIV dan Pandaan-Malang seksi V pada semester II-2020,” tulis tim Mirae dalam risetnya. Jasa Marga juga akan mendapatkan penurunan suku bunga pinjaman sebesar 1% yang diharapkan berdampak terhadap penurunan beban keuangan perseroan. Sedangkan DER perseroan masih berada di level 2,6 kali pada kuartal I-2020 dan rasio utang bersih mencapai 207%.

Artikel ini telah tayang di Investor.id dengan judul "Pulihnya Kinerja dan Saham Jasa Marga"

Read more at: http://brt.st/6FYd

🍐


JAKARTA, iNews.id - PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA mendapat kepercayaan otoritas Aljazair. Sejak 2017, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang konstruksi tersebut sudah membangun 4.000 unit bersubsidi dengan total tower apartemen yang mencapai 150 bangunan.  

"Tahun 2017 kita dapat di Algeria perumahan logement. Kita ambil baru 4.000 logement apartemen dapat kontrak 2018, 150 tower apartemen," ujar Manager Proyek Lodgement WIKA di Aljazair, Tumbur Butarbutar, dalam diskusi virtual, Jumat, (24/7/2020). 

Tumbur menjelaskan, WIKA baru mulai mengerjakan proyek tersebut pada 2019. Proses konstruksi dilakukan di dua wilayah yang berbeda yakni, sebanyak 1.700 unit di Aljazair dan 2.250 unit di Blida dengan total anggaran sebesar Rp187 miliar.

Bahkan, kata Tumbur, kinerja WIKA menjadi contoh bagi perusahaan kontraktor lain, baik dari China, Turki dan perusahaan lokal asal negara tersebut. 

"Karena yang kita banggakan dari WIKA adalah sisi kualitasnya. Kita menjadi contoh bagi kontraktor di sini, di sini kita bersaing dengan kontraktor dari China, Turki dan lokal juga," tuturnya.

Untuk memperkuat ekspansi perseroan, lanjut Tumbur, WIKA mengambil sejumlah proyek di beberapa negara lain, seperti Timor Leste dan Taiwan. Di Timor Leste, perusahaan pelat merah itu sudah membangun bandara pesawat bertaraf internasional. 

Sementara di Taiwan, WIKA dipercaya menggarap jalur Mass Rapid Transit (MRT). Jalur yang diberi nama Sanying Line itu akan membentang sepanjang 14,3 kilometer (km) dan menghubungkan daerah Tucheng, Sanxia dan Yingge dengan 13 stasiun pemberhentian.

Saat ini, WIKA tengah fokus dengan ekspansi bisnisnya. Tercatat, terdapat dua kawasan menjadi fokus WIKA, yakni kawasan Asia Pasifik. Kedua, Timur Tengah dan Afrika. 

🍐

Bisnis.com, JAKARTA – Upaya pemerintah untuk melanjutkan pembangunan infrastruktur di tengah pandemi virus corona akan menjadi berkah bagi emiten-emiten di sektor konstruksi.

Analis Sinarmas Sekuritas, Kharel Devin Fielim dalam risetnya pada Kamis (16/7/2020), mengatakan, prospek emiten di sektor konstruksi cukup potensial. Salah satu faktor pendukungnya adalah upaya pemerintah untuk melanjutkan pembangunan infrastruktur.

Komitmen pemerintah juga terlihat dari dana bantuan yang diberikan pemerintah melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) kepada sejumlah BUMN karya seperti PT Hutama Karya yang mendapat Rp2,3 triliun, PT Waskita Karya Tbk (Rp3,4 triliun), PT Wijaya Karya Tbk (Rp1,2 triliun), dan PT Jasa Marga Tbk (Rp5,3 triliun).

“Selain itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) juga telah merencanakan tender untuk 10 ruas jalan tol pada Juli – Agustus 2020. Lelang ini diperkirakan dapat mendorong nilai kontrk baru yang dikantongi emiten konstruksi agar mencapai target,” katanya dikutip dari riset tersebut.

Lebih lanjut, Kharel mengatakan pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang tengah berlangsung juga akan menjadi momentum positif untuk pemulihan sektor konstruksi. Pasalnya, perusahaan dapat kembali melanjutkan pengerjaan proyek yang tertunda serta mengikuti tender guna meraup nilai kontrak baru yang lebih tinggi.

Di sisi lain, sektor konstruksi juga masih menjadi tumpuan utama pemerintah untuk menurunkan angka pengangguran. Dalam rentang tahun 2017 hingga 2019, sektor konstruksi menyerap sebanyak 127,6 juta tenaga kerja. Kharel memperkirakan sektor ini akan menyerap 9,6 juta tenaga kerja Indonesia pada 2021 hingga 2025 mendatang.

Adapun, sejak pandemi virus corona terjadi, valuasi price to earning ratio emiten konstruksi telah anjlok sebesar 35 persen hingga 45 persen. Hal ini memunculkan peluang bagi investor untuk mendapatkan return yang cukup baik.

Kharel merekomendasikan saham-saham BUMN karya dengan posisi neraca keuangan yang sehat dan tingkat solvabilitas yang tinggi. Ia menyematkan rekomendasi beli untuk saham WEGE, WIKA, dan PTPP. Sementara itu, saham ADHI dan WSKT direkomendasikan untuk netral.


🍓

Bisnis.com, JAKARTA — Komisi VI DPR RI menyetujui usulan besaran pencairan utang pemerintah kepada badan usaha milik negara tahun anggaran 2020 untuk disampaikan ke Badan Anggaran DPR sesuai peraturan perundang-undangan.

Komisi VI menyetujui usulan besaran pencairan utang negara ke BUMN dengan jumlah total penagihan sekitar Rp116 triliun pada Rabu (15/5/2020).

Dari total nilai Rp116 triliun, terdapat utang pemerintah kepada sejumlah BUMN konstruksi, yakni PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA), dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT).

Secara detail, pemerintah memiliki utang Rp5,02 triliun kepada Jasa Marga. Nilai itu berasal dari kekurangan pembayaran pemerintah terkait pembelian lahan pada 2015—2020.

Selanjutnya, utang pemerintah kepada Waskita Karya senilai Rp8,94 triliun. Kewajiban itu berasal dari kekurangan penggantian pembebesan lahan proyek jalan tol.

Adapun, pencairan utang negara yang diajukan untuk Wijaya Karya senilai Rp59,11 miliar. Pemerintah memiliki kekurangan penggantian pembebasan lahan proyek jalan tol Serang—Panimbang periode 2018—2020.

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan terdapat utang pemerintah senilai Rp12 triliun kepada BUMN Karya dari lembaga manajemen aset negara (LMAN) atas pembebasan lahan jalan tol.

“Ini kebanyakan proyek infrastruktur atau jalan tolnya sudah jalan tetapi daripada hutang pemerintah untuk pembebasan tanahnya sendiri belum dicairkan. Akhirnya, utang LMAN ini akan dibayarkan,” jelas Erick di sela-sela rapat kerja (Raker) Komisi VI, Rabu (15/7/2020).

Sementara itu, Komisi VI DPR RI juga menyetujui pengajuan penambahan penyertaan modal negara (PMN) tahun anggaran 2020.Komisi VI DPR juga memberikan lampu hijau untuk pencairan utang pemerintah serta pinjaman dana pemerintah ke BUMN.

Jumlah PMN yang disetujui Komisi VI DPR tersebar untuk 7 BUMN. Rincian PMN sebagai berikut :

  • PT Hutama Karya (Rp7,5 triliun)
  • PT Permodalan Nasional Madani (Rp1,5 triliun)
  • PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Rp500 miliar)
  • PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Rp6 triliun)
  • PT Perkebunan Nusantara III (Rp4 triliun)
  • Perum Perumnas (Rp650 miliar)
  • PT KAI (Rp3,5 triliun).

Selain itu, Komisi VI menyetujui usulan besaran pencairan utang negara ke BUMN dengan jumlah total penagihan sekitar Rp116 triliun. Pencairan utang pemerintah ke BUMN disepakati sebagai berikut :

  • PT Hutama Karya (Rp1,88 triliun)
  • PT Wijaya Karya (Rp59,91 miliar)
  • PT Waskita Karya (Rp8,94 triliun)
  • PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (Rp5,02 triliun)
  • PT KAI (Rp257,88 miliar)
  • PT Pupuk Indonesia (Rp5,75 triliun) 
  • Perum Bulog (Rp566,36 miliar)
  • PT Pertamina (Rp45 triliun)
  • PT PLN (Rp48,46 triliun)

🍊


JAKARTA, investor.id - Pemulihan aktivitas konstruksi di sejumlah proyek utama dan luar negeri akan menjadi faktor penentu kinerja keuangan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) sepanjang tahun ini. Sedangkan perolehan kontrak baru diperkirakan turun drastis akibat penundaan tender sejumlah proyek pemerintah dan swasta. 

Analis Mirae Asset Sekuritas Joshua Michael mengungkapkan, margin keuntungan bisnis konstruksi diperkirakan pulih, apabila aktivitas konstruksi pada sejumlah proyek utama perseroan, termasuk proyek di luar negeri, sudah normal. Sebagaimana diketahui, pendapatan proyek luar negeri turun sebesar 19,2% pada kuartal I-2020 dan hanya berkontribusi 2% terhadap total pendapatan. Ekspektasi peningkatan margin keuntungan didukung oleh keputusan Pemerintah Aljazair membuka pembatasan Negara tersebut dari pandemi Covid-19 sejak 7 Juni 2020. Meski demikian, perbatasan darat, penerbangan penumpang internasional, perjalanan laut, dan penerbangan domestik masih ditutup. Pembukaan tersebut diharapkan bisa memulihkan aktivitas proyek perseroan di negara tersebut. Wika memiliki proyek besar yang sedang berjalan senilai Rp 2 triliun di Aljazair. Berdasarkan data proyek konstruksi di luar negeri menghasilkan margin keuntungan yang besar atau mencapai 15,1% pada kuartal I-2020 dibandingkan dengan margin keuntungan proyek domestik dengan margin keuntungan bersih hanya 4%. wijaya karya Peningkatan margin keuntungan perseroan juga diharapkan datang dari segmen bisnis properti pada semester II tahun ini. Kenaikan didukung oleh ekspektasi pertumbuhan permintaan. Karena itu, margin kotor perseroan diperkirakan meningkat dari 12,1% pada kuartal I-2020 menjadi 12,5% sepanjang tahun ini. Terkait proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung, Wika diharapkan menuntaskan pengerjaan proyek hingga 65% tahun ini dari perkiraan awal mencapai 80-85% setelah sempat mengalami penundaan akibat pandemi Covid-19. Pengerjaan proyek ini diharapkan mulai normal pada semester II tahun ini. “Meskipun pengerjaan proyek kereta cepat ini sempat tertunda, kami percaya bahwa target penyelesaian proyek tersebut tahun 2021 tetap bisa terwujud dengan asumsi tidak ada lagi hambatan dan kecepatan pengerjaan bisa dipertahankan seperti tahun 2019,” tulis Joshua dalam risetnya, baru-baru ini. Adanya penundaan pengerjaan proyek tersebut, menurut dia, mendorong Mirae Asset Sekuritas untuk mengalihkan kontribusi keuntungan bersih dari proyek kereta cepat senilai Rp 121 miliar tahun ini menjadi keuntungan tahun depan. Terkait perolehan kontrak baru Wika tahun ini, Joshua tetap mempertahankan senilai Rp 33,5 triliun atau turun 19% dari perolehan pada periode sama tahun lalu dan total kontrak yang dikerjakan mencapai Rp 114 triliun. 

Target tersebut jauh di bawah proyeksi semula mencapai Rp 53,6 triliun. Bahkan dalam skenario terburuk, perolehan kontrak baru perseroan hanya mencapai Rp 13-16 triliun. Berbagai faktor tersebut mendorong Mirae Asset Sekuritas memilih untuk menurunkan rekomendasi saham WIKA menjadi hold dengan target harga dipertahankan Rp 1.250. Target harga tersebut sejalan dengan pemangkasan target kinerja keuangan perseroan tahun ini. Target harga tersebut merefleksikan perkiraan PB tahun ini mencapai 0,9 kali. Wika - wijaya karya Selain itu, pihaknya juga mempertimbangkan proyeksi penurunan laba bersih perseroan menjadi Rp 904 miliar tahun ini dibandingkan perolehan tahun lalu senilai Rp 2,28 triliun. Pendapatan perseroan juga diperkirakan turun dari Rp 27,21 triliun pada 2019 menjadi Rp 20,96 triliun tahun ini. Sementara itu, analis Danareksa Sekuritas Maria Renata mengungkapkan, perolehan kontrak baru Wika diharapkan mulai normal pada kuartal III dan IV tahun ini setelah penerapan new normal. “Kami memperkirakan banyak tender proyek infrastruktur dimulai pada semester kedua tahun ini dan diharapkan Wika mampu untuk memenangkan sejumlah proyek baru,” tulis dia dalam risetnya. Meski demikian, menurut dia, sejumlah proyek pemerintah yang ditenderkan tersebut kemungkinan baru dicatatkan sebagai perolehan kontrak baru perseroan tahun depan, karena proses tender akan membutuhkan waktu berkisar 3-6 bulan. Sedangkan tender proyek swasta diperkirakan mulai pada kuartal terakhir tahun ini dengan asumsi kondisi ekonomi kian membaik. Danareksa Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli saham WIKA dengan target harga direvisi turun dari Rp 1.800 menjadi Rp 1.750. Target harga tersebut merefleksikan perkiraan PE tahun ini sekitar 7,4 kali atau di bawah rata-rata tiga tahun terakhir mencapai 9,7 kali. Target harga tersebut juga mempertimbangkan proyeksi penurunan laba bersih Wika menjadi Rp 1,61 triliun tahun ini dibandingkan perolehan periode sama tahun lalu Rp 2,28 triliun.

 Pendapatan perseroan juga diperkirakan turun dari Rp 27,21 triliun menjadi Rp20,63 triliun. Maria sebelumnya mengungkapkan, dampak negatif pandemic Covid-19 telah terlihat dari penurunan laba berish perseroan sebesar 65,3% menjadi Rp 99 miliar sampai kuartal I-2020 dibandingkan periode sama tahun lalu mencapai Rp 286 miliar. Penurunan tersebut sejalan dengan pelemahan pendapatan perseroan dari Rp 6,50 triliun menjadi Rp 4,19 triliun. Danareksa Sekuritas mengungkapkan bahwa realisasi pendapatan dan laba bersih tersebut di bawah ekspektasi. Pencapaian pendapatan Wika kuartal I-2020 baru mencerminkan 14,4% dari total target tahun ini. Sedangkan perolehan laba bersihnya hanya merefleksikan 4,4% dari total target laba bersih tahun ini dengan total Rp 2,24 triliun. Rendahnya realisasi kinerja keuangan Wika kuartal I-2020 dipicu atas minimnya perolehan pendapatan yang disertai dengan peningkatan beban non-operasional. Sumber : Investor Daily


Artikel ini telah tayang di Investor.id dengan judul "Faktor Penentu Pulihnya Margin Keuntungan Wika"

Penulis: Parluhutan Situmorang

Read more at: http://brt.st/6Ebl

🍉


Liputan6.com, Jakarta - Sejak memasuki periode new normal serta pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Transisi khusus di DKI Jakarta, PT Jasa Marga (Persero) Tbk mencatat adanya peningkatan lalu lintas di Jalan Tol Jasa Marga Group selama periode 5-30 Juni 2020.

Corporate Communication & Community Development Group Head Jasa Marga Dwimawan Heru mengatakan, walaupun lalu lintas relatif meningkat, lalu lintas harian rata-rata (LHR) jalan tol Jasa Marga Group sepanjang Juni 2020 masih turun sekitar 27,3 persen dibandingkan rata-rata kondisi normal pada Februari 2020.

Namun, Heru menggaris bawahi bahwa dengan adanya pergerakan masyarakat di masa new normal mempengaruhi peningkatan lalu lintas.

Jika dihitung, pergerakan kendaraan di tol Jasa Marga naik 24,2 persen dibanding saat masa pandemi yang anjlok 51,5 persen.

"Bisa kita simpulkan memang ada peningkatan. Sebelumnya, pasca pemberlakuan PSBB hingga sebelum diberlakukan periode new normal, LHR di Jalan Tol Jasa Marga Group turun hingga 51,5 persen dari rata-rata kondisi normal Februari 2020," jelas Heru dalam keterangan tertulis, Sabtu (4/7/2020).

2 dari 3 halaman

PSBB Transisi

Peningkatan yang terjadi, khususnya pasca pemberlakuan PSBB transisi di DKI Jakarta, terdapat di sejumlah jalan tol yang ada di wilayah Jabodetabek.

Antara lain untuk ruas jalan tol yang mengalami recovery cukup baik yakni jalan tol radial disekitar Jakarta yaitu Jalan Tol Jagorawi, Jakarta-Tangerang, dan Jakarta-Cikampek.

Sementara itu, Jalan Tol Prof Dr Ir Soedijatmo saat ini masih belum memperlihatkan peningkatan akibat masih terbatasnya pergerakan menggunakan moda transportasi udara.

"Dengan adanya tren yang terlihat selama bulan Juni 2020, Jasa Marga memperkirakan jumlah kendaraan akan terus meningkat seiring dengan pergerakan masyarakat dalam masa new normal," ujar Heru.

🍊


KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seiring dengan dilonggarkannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan penerapan new normal, sejumlah emiten pengelola jalan tol mulai mencatatkan peningkatan volume kendaraan. Sebagaimana diketahui, penerapan PSBB dan kebijakan physical distancing lainnya telah menurunkan lalu lintas di sebagian besar ruas tol.

Sekretaris Perusahaan PT Jasa Marga Tbk (JSMR) Mohamad Agus Setiawan mengatakan, volume kendaraan di jalan tol Jasa Marga sudah naik kembali. "Lebih tinggi dari sebelumnya, tetapi masih di bawah volume normal sebelum pandemi," ungkap Agus saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (24/6).

Menurut dia, volume kendaraan mulai turun sejak akhir Maret 2020 seiring dengan himbauan work from home (WFH) yang dilanjutkan dengan kebijakan PSBB, pengendalian transportasi, dan larangan mudik. Hal tersebut telah menurunkan lalu lintas di ruas-ruas tol Jasa Marga sebesar 50% dari kondisi normal.

Baca Juga: Jasa Marga (JSMR) bakal segera terbitkan obligasi senilai Rp 1 triliun-Rp 2 triliun

Pemulihan volume kendaraan yang signifikan terlihat pada ruas tol di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Meskipun begitu, ruas tol yang mengalami pemulihan cukup baik adalah jalan tol radial di sekitar Jakarta, yaitu Jalan Tol Jagorawi, Jakarta-Tangerang, dan Jakarta-Cikampek.

Sementara itu, volume kendaraan di jalan tol penghubung DKI Jakarta dengan Bandara Internasional Seokarno-Hatta, yakni Jalan Tol Prof. Dr. Ir. Soedijatmo tercatat masih stagnan. "Hal ini akibat masih terbatasnya pergerakan menggunakan moda transportasi udara," kata Agus.

Bernada serupa, sejak pemberlakuan PSBB transisi dan memasuki new normal pada awal Juni 2020, sejumlah jalan tol PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) juga memperlihatkan indikasi pemulihan. GM Corporate Affairs META Deden Rochmawaty mengatakan, kondisi lalu lintas di Jalan Tol BSD (Pondok Aren-Serpong) berangsur membaik, yakni sekitar 65.000 kendaraan per hari.

"Jumlah tersebut sudah mencapai 73% dari kondisi normal sebelum pandemi Covid-19," ungkap Deden. Sebagai perbandingan, selama PSBB, volume lalu lintas di Jalan Tol BSD rata-rata turun 50%-60% di bawah volume lalu lintas pada kondisi normal.

Sementara itu, untuk jalan tol milik META yang ada di Makassar, penurunan volume kendaraan selama PSBB bisa mencapai 65% dibanding sebelum pandemi Covid-19 merebak. "Namun, sejak diberlakukannya pelonggaran PSBB di Makassar, bersamaan juga telah dilakukannya proses erection girder terakhir pada 17 Mei 2020, volume mulai bertahap naik sekitar 15%," jelas Deden.

Baca Juga: Trafik Jalan Tol Mulai Meningkat 40% di Masa New Normal

Asal tahu saja, META mengelola Jalan Tol Bosowa Marga Nusantara (BMN) dan Jalan Tol Seksi Empat Makassar (JTSE) yang berlokasi di Makassar, Sulawesi Selatan.

Sayangnya, kedua emiten di atas belum dapat memprediksi, kapan lalu lintas tol dapat kembali ke angka normal dan seberapa besar kebijakan kenormalan baru dapat menolong kinerja perusahaan pada tahun ini. JSMR masih terus melakukan evaluasi dan META akan melihat tren beberapa bulan ke depan terlebih dahulu.

🍓

Bisnis.com, JAKARTA - PT Jasa Marga (Persero) Tbk., melalui dua anak usahanya, yaitu PT Jasamarga Kunciran Cengkareng (JKC) dan PT Cinere Serpong Jaya (CSJ) tengah berupaya mempercepat pembangunan dua ruas jalan tol yang masuk ke dalam jaringan Jalan Tol JORR II yaitu jalan tol Cengkareng - Batuceper - Kunciran dan jalan tol Cinere-Serpong.

Direktur Utama PT JKC Agus Suharjanto menyampaikan bahwa pembangunan konstruksi jalan tol Cengkareng - Batuceper - Kunciran hingga 16 Juni 2020 telah mencapai 83,79 persen dan progres pembebasan lahan mencapai 84,74 persen.

"Pembayaran 67 bidang tanah bisa dilaksanakan di akhir bulan Juni 2020 dan sisanya sebanyak 200 bidang tanah harus dilakukan konsinyasi," ujar Agus, dalam siaran pers, Kamis (18/6/2020).

Dia menambahkan konstruksi diharapkan dapat diselesaikan pada November 2020 sehingga di akhir tahun ini sudah siap untuk dioperasikan.

Jalan Tol Cengkareng - Batuceper - Kunciran terbagi menjadi empat seksi, yaitu Seksi I Simpang Susun Kunciran - Underpass Tirtayasa (2,04 kilometer), Seksi II Underpass Tirtayasa - Underpass Benteng Betawi (3,52 kilometer), Seksi III di Underpass Benteng Betawi - Underpass Husein Sastranegara (6,57 kilometer) dan Seksi IV Underpass Husein Sastranegara - Simpang Susun Benda (2,05 kilometer).

Sementara itu, Direktur Utama PT CSJ Ayu Widya Kiswari mengatakan pembangunan konstruksi Jalan Tol Cinere - Serpong hingga 16 Juni 2020 mencapai 82,28 persen dan progres pembebasan lahan sebesar 91,08 persen.

Dia menambahkan jalan tol Serpong - Cinere memiliki total panjang 10,14 kilometer, terdiri dari dua seksi, yakni Seksi 1 Serpong - Pamulang (6,59 kilometer) dan Seksi 2 Pamulang - Cinere (3,55 kilometer).

"Ruas Jalan Tol Serpong - Cinere akan melintasi wilayah Serpong (Jombang), Serua, Ciputat, Pamulang, dan Pondok Cabe atau Cinere. Jalan Tol ini nantinya akan tersambung dengan Jalan Tol Serpong - Kunciran yang telah lebih dahulu beroperasi serta Jalan Tol Cengkareng - Batuceper - Kunciran,” jelas Ayu.

Dalam pembangunan kedua jalan tol ini, PT JKC dan PT CSJ menerapkan protokol kesehatan yang ketat sebagai mitigasi risiko di tengah pandemi Covid-19.

Protokol tersebut diantaranya melakukan pengukuran suhu tubuh secara rutin bagi semua orang yang berada di lingkungan proyek, menerapkan prinsip physical distancing, penyemprotan disinfektan pada sarana dan prasarana kantor dan lapangan, hingga memastikan setiap proyek menerapkan protokol tindakan isolasi dan kerjasama penanganan suspect Covid-19 dengan rumah sakit serta puskesmas setempat.

🍓

TEMPO.CO, Jakarta - PT Jasa Marga (Persero) Tbk. mencatatkan laba bersih pada kuartal I 2020 sebesar Rp 588 miliar. Sementara itu, Jasa Marga juga mencatat pendapatan usaha sebesar Rp 2,73 triliun atau meningkat 8,63 persen dari kuartal I tahun 2019.

"Angka tersebut berasal dari kontribusi pendapatan tol sebesar Rp 2,53 triliun atau naik 8,29 persen dari kuartal I tahun 2019 dan pendapatan usaha lain sebesar Rp 203 miliar, tumbuh sebesar 13,01 persen dari kuartal I tahun 2019," kata Corporate Secretary PT Jasa Marga (Persero) Tbk., M. Agus Setiawan dalam keterangan tertulis, Kamis, 11 Juni 2020.

Adapun di tengah pandemi Covid-19, BUMN ini tetap berhasil menjaga kinerja positif pada kuartal I Tahun 2020. Hal ini dapat dilihat dari EBITDA sebesar Rp 1,90 triliun, tumbuh sebesar 4,87 persen atau sekitar Rp 88 miliar dibandingkan dengan kuartal I tahun lalu.

Pada kuartal I tahun ini, Jasa Marga telah menyelesaikan pembangunan Jalan Tol Pandaan-Malang Seksi 5 (Pakis-Malang) sepanjang 3,113 Km. Selain Jalan Tol Pandaan-Malang Seksi 5 (Pakis-Malang), sebanyak lima jalan tol lainnya juga ditargetkan selesai konstruksi pada tahun 2020 yaitu Jalan Tol Bogor Ring Road Seksi 3A Simpang Yasmin-Semplak, Jalan Tol Balikpapan-Samarinda Seksi 1 Balikpapan (Km 13) - Samboja dan seksi 5 Sepinggan - Balikpapan (Km 13), Jalan Tol Manado-Bitung, Jalan Tol Kunciran-Cengkareng dan Jalan Tol Cinere-Serpong.

"Jasa Marga berkomitmen untuk terus mengembangkan implementasi teknologi pembayaran Nir Henti," kata dia.

Jasa Marga juga tengah memulai pengoperasian jalan tol baru dan kebutuhan pendanaan untuk penyelesaian sejumlah konstruksi proyek jalan tol.

Di awal tahun 2020, Jasa Marga melalui anak usaha PT Jasamarga Tollroad Operator melakukan perluasan uji coba terbatas pembayaran tol Single Lane Free Flow (SLFF) with barrier di BaliSistem pembayaran dengan teknologi Radio Frequency Identification (RFID) ini berbasis server dan dikenal dengan nama FLO.

🍇


JAKARTA, investor.id – PT Jasa Marga Tbk (JSMR) menetapkan pembagian dividen kepada pemegang saham sebesar Rp 110,36 miliar atau 5% dari laba bersih perseroan tahun 2019 sebesar Rp 2,21 triliun.  Dengan demikian, dividen yang akan diperoleh pemegang saham sekitar Rp 15,20 per unit saham. Selain itu, BUMN jalan tol ini menunjuk Direktur Utama baru Subakti Syukur. Sekretaris Perusahaan M Agus Setiawan mengatakan, besaran dividen tersebut sesuai dengan pertimbangan bahwa saat ini Jasa Marga tengah melakukan ekspansi bisnis jalan tol, dan perlu memperkuat likuiditas di tengah pandemi Covid-19. “Ini merupakan pencapaian Jasa Marga untuk tetap menjaga kinerja positif,” katanya dalam keterangan resmi perseroan yang diterima di Jakarta, pada Kamis (11/6). Perubahan DIreksi  Agus menjelaskan, penetapan pembagian dividen telah disetujui pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar pada Kamis (11/6). Selain itu, RUPST menetapkan perubahan susunan pengurus perseroan, di antaranya, mengalihkan penugasan Subakti Syukur dari semula Direktur Operasi menjadi Direktur Utama. Lebih lanjut, RUPST juga memberhentikan secara hormat Desi Arryani (sebelumnya, Direktur Utama), Adrian Priohutomo (sebelumnya, Direktur Pengembangan Usaha), Sapto Amal Damandari (sebelumnya, Komisaris Utama/Independen), Muhammad Sapta Murti (sebelumnya, Komisaris), Vincentius Sonny Loho (sebelumnya, Komisaris Independen), dan Alex Denni (sebelumnya, Direktur Human Capital dan Transformasi). Dengan demikian, susunan baru Direksi perseroan yaitu Direktur Utama Subakti Syukur, Direktur Keuangan Donny Arsal, Direktur Bisnis Mohammad Sofyan, Direktur Pengembangan Usaha Arsal Ismail, Direktur Human Capital dan Transformasi Enkky Sasono, serta Direktur Operasi Anas Wijaya Fitri Wiyanti. Sedangkan susunan baru Dewan Komisaris terdiri dari Komisaris Utama/Independen Yuswanda A Tumenggung, Wakil Komisaris Utama/Independen Zulfan Lindan, Komisaris Agus Suharyono, Komisaris Anita Firmanti Eko Susetyowati, Komisaris Sugihardjo, dan Komisaris Independen Adriansyah Chaniago. Enam Jalan Tol Baru Agus menambahkan, sepanjang tahun 2019 pengoperasian ruas-ruas jalan tol baru menyumbang peningkatan total aset perseroan yang mencapai Rp 99,68 triliun, atau naik sebesar 20,94% dari tahun 2018. Jasa Marga juga mencatat pertumbuhan earnings before interest, taxes, depreciation and amortization (EBITDA) mencapai Rp 6,88 triliun, atau tumbuh sebesar 14,26% dari tahun 2018. Sedangkan untuk margin EBITDA sebesar 62,65%.
 Tercatat sebanyak enam jalan tol baru sepanjang 161,58 km berhasil dioperasikan oleh Jasa Marga di tahun 2019. Jalan tol baru yang mulai beroperasi tahun 2019 adalah Jalan Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi, Seksi VII (Sei Rempah-Tebing Tinggi), sepanjang 9,26 km; serta Jalan Tol Pandaan-Malang, Seksi I-IV (Pandaan-Pakis), sepanjang 35,38 km. Kemudian, Jalan Tol Gempol-Pandaan, tahap II (Pandaan IC-Pandaan), sepanjang 1,56 Km; Jalan Tol Kunciran-Serpong, sepanjang 11,14 km;  Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Elevated, sepanjang 38,00 km; serta Jalan Tol Balikpapan-Samarinda, Seksi II-IV (Samboja-Simpang Jembatan Mahkota 2), sepanjang 66,24 km.
 Menurut Agus, perseroan telah mempersiapkan implementasi teknologi pembayaran nir henti dengan terus melakukan uji coba terbatas pembayaran tol Single Lane Free Flow (SLFF) with barrier, dengan teknologi Radio Frequency Identification (RFID) berbasis server yang dikenal dengan nama FLO baik di Pulau Jawa maupun di Pulau Bali. 
“Pencapaian Jasa Marga dalam 2019 ini selaras dengan komitmen Jasa Marga dalam melakukan percepatan pembangunan jalan tol untuk mendukung rencana pemerintah agar mewujudkan pertumbuhan ekonomi dan konektivitas antar wilayah,” ujar Agus. Sumber : Investor Daily

Artikel ini telah tayang di Investor.id dengan judul "Tunjuk Dirut Baru Subakti Syukur, Jasa Marga Bagi Dividen Rp 15,20 Per Saham"
Penulis: Thereis Love Kalla
Read more at: http://brt.st/6CnO
🍓

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) memiliki utang perbankan jatuh tempo sebesar Rp 3,07 triliun di tahun ini.  Berdasarkan laporan keuangan 2019, dari jumlah tersebut sebesar 
  • Rp 486,33 miliar sudah jatuh tempo sebelum Rabu (20/5).

Sementara itu masih ada sebesar Rp 2,58 triliun yang bakal jatuh tempo hingga akhir tahun. 
Secara rinci utang yang terlebih dahulu sudah jatuh tempo antara lain,  
  • utang kepada Bank UOB Indonesia sebesar Rp 100 miliar yang jatuh tempo pada 28 Januari 2020, 
  • utang kepada Lembaga Pembiayaan Ekspor Impor Indonesia-Exim Bank sebesar Rp 185 miliar yang jatuh tempo pada 26 Maret 2020, dan 
  • kepada Bank BNI sebesar Rp 201,33 miliar yang jatuh tempo pada 20 Mei 2020. 

Kemudian sisanya Rp 2,58 triliun bakal jatuh tempo hingga akhir tahun 2020. 
  • Utang terbesar kepada Bank BTPN sebesar Rp 998,97 miliar yang jatuh tempo pada 28 Juni 2020.

Adapun fasilitas pinjaman yang diberikan antara lain cash loan limit maksimum Rp 450 miliar dan bridging loan dengan limit maksimum Rp 2 triliun. Keduanya memiliki tingkat suku bunga 8,1% per tahun. Utang ini dijamin atas piutang WIKA. 
Selain itu Wijaya Karya memiliki 
  • utang kepada Bank DKI sebesar Rp 600 miliar jatuh tempo pada 23 Juli 2020, 
  • Bank Mandiri sebesar Rp 283,28 miliar yang jatuh tempo pada 10 Juni 2020.

Kemudian 
  • utang kepada MUFG Bank dan Shinhan Bank Indonesia masing-masing sebesar Rp 200 miliar. Utang kepada MUFG Bank jatuh tempo pada 18 November 2020 sementara utang kepada Shinhan Bank jatuh tempo pada 26 Mei 2020. 

Kemudian 
  • utang masing-masing sebesar Rp 100 miliar kepada PT Sarana Multi Infrastruktur jatuh tempo pada 21 Juni 2020, dan 
  • kepada BPD Jawa Barat yang jatuh tempo pada 7 November 2020.

Terakhir 
  • utang kepada BRI sebesar Rp 100,93 miliar yang jatuh tempo pada 30 November 2019 namun telah mengalami perubahan terakhir pada 15 Januari, akta notaris masih dalam proses. 

Wijaya Karya tercatat tidak memiliki surat utang jatuh tempo kecuali milik anak usaha. WIKA hanya memiliki 
  • utang pembiayaan sewa Crawler Crane FUWA FWX 55 sebesar Rp 3,18 miliar kepada Bringin Srikandi Finance dengan suku bunga 13%.

🍎

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hingga Mei 2020, masih belum banyak emiten badan usaha milik negara (BUMN) yang menebar berkah dividen. Tercatat, hanya perbankan pelat merah yang telah menentukan dan memberi dividen ke pemegang saham.
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) misalnya, membagikan dividen total Rp 20,63 triliun kepada para pemegang saham atau setara dengan 60% dari laba tahun buku 2019. Pemegang saham BBRI pun telah menerima berkah dividen pada 18 Maret 2020 kemarin.
Di sisi lain, ada beberapa emiten pelat merah yang mencatatkan kinerja kurang prima sepanjang 2019. Kebanyakan merupakan emiten yang bergelut di bidang energi dan pertambangan, sebut saja PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang sama-sama mencatatkan penurunan laba. Sementara PT Timah Tbk (TINS) justru membukukan kerugian.
Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada menilai turunnya laba sejumlah emiten BUMN pada 2019 tidak lepas dari perkembangan ekonomi 2019 yang belum kunjung membaik seiring adanya imbas perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China.
Namun, khusus untuk emiten energi dan pertambangan seperti TINS, ANTM, PTBA, dan juga PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), menghadapi kondisi yang sama, dimana terjadi penurunan harga komoditas yang turut berpengaruh pada kinerja mereka.
Lebih lanjut, Reza menilai keputusan pembagian dividen dikembalikan pada kebijakan manajemen masing-masing emiten.Tentunya pembagian dividen ini diupayakan agar tidak sampai mengganggu belanja modal (capex) atau keperluan internal emiten.
“Jika emiten melihat saat ini belum diperlukan untuk ekspansi, maka alokasi dana bisa disalurkan untuk pembagian dividen yang tujuannya mengoptimalisasi nilai pemegang saham,” ujar Reza kepada Kontan.co.id, Kamis (7/5).
PTBA merupakan salah satu emiten yang mengonfirmasi akan menebar deviden untuk tahun buku 2019. Sekretaris Perusahaan Bukit Asam Hadis Surya Palapa mengatakan PTBA masih akan mengupayakan besaran rasio pembayaran dividen tahun buku 2019 sama dengan besaran rasio dividen untuk tahun buku 2018, yakni sebesar 75%. Keputusan ini akan diambil pada RUPS bulan depan.
Sementara itu, Direktur Utama PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) Tumiyana mengatakan keputusan pembagian dividen ada pada keputusan pemegang saham. Meski demikian, ia menjamin likuiditas internal WIKA masih terjaga dan mampu bertahan hingga akhir tahun.


KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Di tengah penurunan pendapatan, PT Jasa Marga Tbk (JSMR) berhasil mempertahankan pertumbuhan laba. Sepanjang 2019, pendapatan Jasa Marga tercatat turun 28,75% menjadi Rp 26,34 triliun sedangkan laba bersih tumbuh 0,45% menjadi Rp 2,21 triliun.
Sekretaris Perusahaan Jasa Marga, Mohamas Agus Setiawan, menjelaskan, penurunan pendapatan disebabkan oleh ketentuan sistem pencatatan akuntansi di mana semua biaya yang diatribusikan untuk merealisasikan jalan tol dicatat sebagai pendapatan konstruksi dan nantinya akan dieliminasi oleh beban konstruksi.
Sehingga bila jalan tol sudah jadi dan yang dikonstruksikan semakin sedikit maka pendapatan konstruksi juga akan menurun. "Yang real pendapatan usaha Jasa Marga adalah dari pengoperasian jalan tol yaitu pendapatan tol dan pendapatan usaha lainnya," jelas Agus kepada Kontan, Kamis (30/4).
Pendapatan tol masih menunjukkan peningkatan 12,06% yoy dari Rp 9,04 triliun menjadi Rp 10,13 triliun.
Sementara itu, peningkatan laba bersih yang tipis disebabkan karena beban utang yang meningkat. Kenaikan beban utang tersebut sejalan dengan penambahan panjang jalan konstruksi sehingga perlu biaya untuk pembangunan.
Biaya pembangunan tersebut sekitar 70% berasal dari perbankan sehingga terdapat beban bunga yang menggerus laba bersih. Dus, Jasa Marga dalam tiga tahun ini mengevaluasi kinerja dengan EBITDA.
"EBITDA pada tahun 2019 mencapai nilai Rp 6,88 triliun atau tumbuh sebesar 14,26% dari tahun 2018," jelas dia.
Lebih lanjut, saat ini Jasa Marga masih terus melakukan evaluasi dengan adanya penurunan volume lalu lintas sejak pertengahan Maret 2020 akibat kebijakan work from home (WFH).
Agus menjelaskan ujung dari penurunan volume lalu lintas dapat berdampak pada penurunan pendapatan. Namun demikian, Jasa Marga telah melakukan efisiensi beban usaha dan optimalisasi belanja modal.
Di samping itu, JSMR juga tengah mengupayakan relaksasi atas pemenuhan kewajiban pinjaman investasi. "Ini dilakukan agar kinerja keuangan Jasa Marga bisa tetap terjaga," jelas dia.

Di tengah tekanan saat ini, Jasa Marga masih melakukan konstruksi penyelesaian JORR 2 ruas Cinere-Serpong dan Kunciran-Cengkareng. Diharapkan tahun ini keduanya bisa memberi kontribusi pendapatan. Agus menambahkan, konstruksi dua ruas tersebut tetap berjalan dengan memperhatikan protokol pencegahan Covid-19.
🍇

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten tol milik negara, PT Jasa Marga (Persero) Tbk., membukukan pertumbuhan laba bersih 0,20 persen secara tahunan pada 2019.
Berdasarkan laporan keuangan 2019 yang dipublikasikan, Kamis (30/4/2020), Jasa Marga mengantongi pendapatan tol Rp10,13 triliun per 31 Desember 2019. Pencapaian itu naik 12,11 persen dari Rp9,03 triliun pada 2018.
Pertumbuhan dua digit juga terjadi pada pos pendapatan usaha lainnya. Jumlah yang dikantongi emiten berkode saham JSMR itu naik 14,08 persen dari Rp748,12 miliar pada 2018 menjadi Rp853,46 miliar tahun lalu.
Kendati demikian, pendapatan konstruksi perseroan turun 43,50 persen secara tahunan menjadi Rp15,36 triliun pada 2019. Dengan demikian, total pendapatan JSMR tahun lalu mencapai Rp26,345 triliun atau tumbuh 28,75 persen secara year on year (yoy).
Beban pokok pendapatan perseroan mencapai Rp19,90 triliun pada 2019. Besaran yang dikeluarkan turun 35,92 persen dari Rp31,05 triliun pada 2018.
Di sisi lain, penghasilan lain-lain JSMR turun 37 persen secara yoy menjadi Rp57,55 miliar. Akan tetapi, penghasilan keuangan naik signifikan 68,03 persen menjadi Rp532,41 miliar per 31 Desember 2019.
JSMR juga mengantongi keuntungan dari pelepasan investasi Rp1,02 triliun pada 2019. Nilai itu naik 17,17 persen dari Rp876,91 miliar per 31 Desember 2018.
Dengan demikian, JSMR mengantongi laba bersih Rp2.207,11 miliar pada 2019. Pencapaian itu tumbuh 0,20 persen dari Rp2.202,60 miliar pada 31 Desember 2018.
Adapun, total aset perseroan jalan tol milik negara itu mencapai Rp99,67 triliun per 31 Desember 2019 atau naik 20,94 persen dari posisi akhir 2018.


JAKARTA okezone– PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) mengambil langkah efisiensi untuk menekan biaya operasional perusahaan. Apalagi di tengah penurunan pendapatan tol akibat pandemi Covid-19 ini.
Meski demikian Jasa Marga memastikan bahwa anggaran yang dipangkas adalah pos biaya overhead/biaya umum dan administrasi.
“Kami tetap komit menjaga tingkat pelayanan yang sudah ditetapkan dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM), sehingga program pelayanan kepada pengguna jalan tetap direalisasikan,” ujar Corporate Communication & Community Development Group Head Jasa Marga Dwimawan Heru dalam keterangan tertulis, Jakarta, Minggu (19/4/2020).
Diketahui sejak pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) dan khususnya setelah adanya imbauan Work From Home (WFH) sejak 16 Maret 2020 lalu, demi mencegah penyebaran Covid-19; Jasa Marga mencatat penurunan volume kendaraan yang melintas di ruas jalan tol Jasa Marga Group jika dibandingkan dibandingkan dengan lalu lintas harian rata-rata (LHR) normal. Penurunan berlanjut saat mulainya diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Jasa Marga mencatat tren penurunan lalu lintas di Gerbang Tol (GT) Utama (barrier) yang berbatasan dengan wilayah Jabotabek misalnya Gerbang Tol (GT) Cikampek Utama Jalan Tol Jakarta Cikampek (akses arah Timur), GT Cikupa Exit Jalan Tol Jakarta-Merak (akses arah barat) dan GT Ciawi 2 Jalan Tol Jagorawi (akses arah Selatan).

Tidak hanya di Jalan Tol Jasa Marga Group yang berbatasan dengan wilayah Jabotabek, Jasa Marga juga mencatat adanya penurunan lalu lintas di ruas jalan tol jarak jauh antar kota. Sebagai contohnya di Jalan Tol Trans Jawa yang dikelola oleh Jasa Marga Group, terjadi penurunan sekitar -34% dari LHR normal.
🍑

Bisnis.com, JAKARTA — Konsorsium badan usaha milik negara (BUMN bidang konstruksi dan PT Bahana Pembina Usaha Indonesia (persero) atau BPUI menjadi pembeli Cilandak Town Square dari PT Asuransi Jiwasraya (Persero).
Direktur Utama PT Adhi Karya Tbk. (ADHI) Budi Harto memastikan pihaknya terlibat dalam pembelian Citos dari Jiwasraya. Pembelian dilakukan bersama konsorsium BUMN Karya.
"Ya, Adhi Karya termasuk [yang membeli Citos]. Ketua konsorsiumnya PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA)," ujar Budi kepada Bisnis, Minggu (29/3/2020).
Direktur Keuangan PT Waskita Karya (Persero) (WSKT) Haris Gunawan turut memastikan pihaknya terlibat dalam melakukan pembelian pusat perbelanjaan di Jakarta Selatan.
“Kami [anggota] konsorsium, sebaiknya minta keterangan ke Wijaya Karya. Mereka lebih paham," ujar Haris kepada Bisnis, Minggu (29/3/2020).
Bisnis telah menghubungi Direktur Utama Wijaya Karya Tumiyana untuk meminta penjelasan mengenai pembelian Citos oleh Konsorsium BUMN Karya. Namun, hingga berita ini ditulis dia belum merespon pesan WhatsApp yang dikirimkan Bisnis.
Direktur Utama BPUI Robertus Bilitera mengonfirmasi bahwa sebagai induk holding asuransi dan penjaminan pihaknya ikut serta bersama Konsorsium BUMN Karya telah membeli Citos dari Jiwasraya.
"Benar, kami membeli mal tersebut bersama-sama anggota komsorsium BUMN lainnya. Ada satu dua dokumen yang masih kami rampungkan," ujar Robertus kepada Bisnis, Minggu (29/3/2020).
Robertus belum dapat menjabarkan lebih lanjut mengenai transaksi tersebut karena menurutnya proses tersebut belum rampung. Dia menjelaskan bahwa pihak holding akan memberikan informasi lebih detil mengenai pembelian Citos tersebut pada Senin (30/3/2020) sore.
Sebelumnya, dia menjelaskan bahwa holding asuransi dan penjaminan telah resmi terbentuk seiring terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 20/2020 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia.
Seluruh anggota holding asuransi dan penjaminan akan melakukan perubahan anggaran dasar dengan menempatkan BPUI sebagai pemegang saham utama. Para anggota holding pun akan melakukan penyesuaian rencana kerja agar sejalan dengan rencana kerja dari holding.
Robertus belum dapat berkomentar lebih banyak terkait peran holding asuransi dan penjaminan dalam upaya penyehatan Jiwasraya. Meskipun begitu, dia menjelaskan bahwa holding memang akan turut terlibat dalam langkah penyehatan asuransi jiwa pelat merah itu.
"Keterangan lengkap akan kami sampaikan dalam waktu dekat," ujarnya.
Berdasarkan dokumen keuangan Jiwasraya yang diperoleh Bisnis, hingga September 2019 perseroan mengantongi aset obligasi dan reksa dana pendapatan tetap senilai Rp5,12 triliun. Jumlah tersebut mencakup 23,11 persen dari total aset Jiwasraya saat itu senilai Rp22,17 triliun.
Dalam dokumen juga disebutkan Jiwasraya telah menjual aset properti strategis yang dimilikinya, yakni Cilandak Town Square atau Citos. Pusat perbelanjaan yang berada di Jakarta Selatan dengan nilai jual Rp2,2 triliun itu akan dibeli oleh holding asuransi dan penjaminan serta konsorsium BUMN Karya.

Jiwasraya dikabarkan telah mengantongi dana sekitar Rp800 miliar dari transaksi tersebut. Uang penjualan sendiri akan diterima secara bertahap. Bisnis telah mencoba meminta informasi lebih lanjut mengenai hal tersebut kepada Tiko, Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga, dan Direktur Utama Jiwasraya Hexana Tri Sasongko. Namun, hingga berita ini ditulis, ketiganya belum memberikan respon.
🍑

Bisnis.com, JAKARTA – PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. akan memaksimalkan menggenjot kontrak yang dapat diselesaikan tahun ini di krisis akibat pandemi Covid-19 serta potensi melambatnya perolehan kontrak baru.
Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya Mahendra Vijaya mengatakan bahwa hingga kuartal I/2020 perolehan kontrak baru perseroan hanya sebesar Rp2,48 triliun. Perolehan kontrak tersebut meleset dari target Rp5,7 triliun serta jauh lebih rendah dari perolehan pada periode yang sama tahun lalu senilai Rp10,5 triliun.
Dia menjelaskan pada tahun ini perseroan menargetkan kontrak baru senilai Rp65 triliun, target tertinggi dibandingkan peers. Kendati demikian, dengan mewabahnya virus corona, perseroan memperkirakan realisasi kontrak baru bisa menurun hingga separuhnya.
“Memang kalau bicara skenario terburuk, dalam artian kondisi Covid-19 bertahan sampai lebih dari 6 bulan, memang bisa jadi sampai segitu [50 persen], bahkan lebih,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (9/4/2020).
Hal ini sejalan dengan proyeksi dari PT Maybank Kim Eng Securities (MKE) yang menyatkaan perolehan kontrak baru Wijaya Karya pada tahun ini bisa merosot hingga 50 persen dari perkiraan awal. Analisis MKE memperkirakan perolehan kontrak baru perseroan bisa jadi hanya Rp30,5 triliun dari perkiraan awal saat ini di angka Rp61 triliun.
Melempemnya perolehan kontrak baru di kuartal I/2020 ini disebabkan oleh pemunduran proses kontrak seiring ketidakpastian yang meningkat di tengah pandemi virus corona. Pihaknya masih menunggu kelanjuta proses kontrak dari para pemberi kontrak karya.
Kendati demikian, emiten berkode saham WIKA tersebut menyatakan masih memiliki strategi untuk bertahan di tengah krisis Covid-19. Perseroan akan berupaya menggenjot penyelesaian proyek dari kontrak dihadapi atau order book yang saat ini mencapai sekitar Rp120,5 triliun.
Dia mengatakan total kontrak dihadapi itu masih mencukupi kebutuhan produksi hingga tahun depan atau 2021. Dari jumlah itu, lanjutnya, sebanyak Rp76 triliun di antaranya merupakan kontrak carry over ke 2020.
“Kami masih memiliki kontrak carry over dari tahun lalu yang masih bisa diproduksi di tahun ini, namun kembali seberapa besar yang bisa diproduksi akan tergantung pada situasi Covid-19 sendiri. Intinya, kami masih mampu berproduksi sekalipun kontrak baru tidak tercapai sesuai targetnya,” jelasnya.
Krisis akibat Covid-19 ini benar-benar tak terduga. Mahendra mengatakan bahwa perseroan sejatinya membidik pertumbuhan tinggi pada tahun ini selepas melewati tantangan tahun politik di 2019. Namun, semua rencana itu kini harus dievaluasi kembali karena adanya pandemi virus corona.
Menjaga likuiditas kini menjadi salah satu fokus perseroan pada tahun ini. Salah satu strategi perseroan untuk menjaga likuiditas adalah dengan berfokus pada pengerjaan proyek yang memiliki karakteristik pembayaran jangka pendek.
“Untungnya, kami masih punya beberapa proyek carry over dan nanti kami akan lebih fokus ke proyek-proyek yang short term payment untuk menjaga likuiditas perusahaan, insyaallah WIKA bisa survive-lah,” ujarnya.
🍇


JAKARTA, investor.id - Realisasi laba bersih PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) sepanjang 2019 telah melampaui ekspektasi analis. Pertumbuhan laba tersebut diharapkan berlanjut pada tahun ini, yang didukung oleh peningkatan perolehan kontrak baru. Wijaya Karya atau Wika membukukan kenaikan laba bersih sebesar 32,1% menjadi Rp 2,28 triliun tahun lalu dibandingkan pencapaian tahun 2018 yang sebesar Rp 1,73 triliun. Sedangkan pendapatan turun 12,7% menjadi Rp 27,21 triliun pada 2019 dibandingkan tahun sebelumnya Rp 31,15 triliun. “Realisasi laba bersih tersebut setara dengan 101% dari target yang ditetapkan Danareksa Sekuritas, namun melampaui konsensus analis atau mencapai 112%. Pertumbuhan laba bersih tersebut didukung oleh keuntungan dari perusahaan patungan (joint venture/JV) kereta api cepat Jakarta-Bandung,” tulis analis Danareksa Sekuritas Maria Renata dalam risetnya, baru-baru ini. Wika mencatatkan laba dari JV kereta api cepat Jakarta- Bandung melonjak 76% pada tahun lalu, seiring realisasi pembangunan proyek telah mencapai 58% menjadi Rp 939 miliar hingga akhir 2019. Pertumbuhan laba bersih juga ditopang oleh penurunan beban bunga dari Rp 973 miliar pada 2018 menjadi Rp 884 miliar pada 2019. Perseroan juga berhasil mencetak kenaikan margin laba kotor sebesar 1,2% menjadi 12,8%. Begitu juga dengan margin laba bersih bertumbuh 2,8% menjadi 8,4% pada 2019.
Terkait penurunan pendapatan, menurut Maria, dipengaruhi oleh rendahnya raihan kontrak baru perseroan tahun lalu akibat pemilihan umum. Total kontrak baru tahun lalu senilai Rp 41,6 triliun atau menunjukkan penurunan sebesar 17,7% dari pencapaian tahun 2018. Hal ini membuat total kontrak proyek yang dibukukan perseroan tahun lalu hanya mencapai Rp 123,9 triliun. “Dengan demikian pencapaian pendapatan tersebut hanya merefleksikan 76,1% dari target Danareksa Sekuritas dan setara dengan 78,5% dari perkiraan konsensus analis,” jelas Maria. 
Selain kenaikan laba bersih, Danareksa Sekuritas memberikan pandangan positif atas keberhasilan perseroan mempertahankan DER tetap stabil sekitar 0,78 kali pada 2019 dibandingkan tahun 2018 mencapai 0,79 kali. Penurunan DER didukung atas peningkatan ekuiti perseroan.
Perseroan juga mencatatkan arus kas operasional positif senilai Rp 833 miliar hingga akhir 2019 dibandingkan hingga September 2019 yang negatif Rp 3,8 triliun. Hal tersebut mendorong Danareksa Sekuritas tetap optimistis terhadap pertumbuhan keuntungan Wika tahun ini. Berbagai faktor tersebut mendorong Danareksa Sekuritas untuk mempertahankan rekomendasi beli saham WIKA dengan target harga Rp 1.900. Target tersebut merefleksikan PE tahun ini sekitar 2,1 kali.
Pandangan serupa juga diungkapkan analis Mirae AssetSekuritas Indonesia Joshua Michael. Menurut dia, realisasi kinerja keuangan Wika tahun 2019 melampaui ekspektasi atau setara dengan 117% dari proyeksi Mirae Asset Sekuritas dan mencerminkan 113% dari konsensus analis. Menurut Joshua, lonjakan laba bersih tersebut didukung oleh peningkatan keuntungandi luar operasional yang mencapai Rp 627 miliar tahun 2019, dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 486 miliar. Hal ini membuat margin keuntungan laba bersih perseroan naik menjadi 8,4% sepanjang 2019. 
Terkait pendapatan perseroan, Joshua menegaskan bahwa perolehannya di bawah perkiraan atau hanya merefleksikan 81% dari target Mirae Asset Sekuritas dan 79% dari konsensus analis. Hal ini terlihat dari penurunan pendapatan dari segmen infrastruktur dan bangunan sekitar 14,6% menjadi Rp 17,6 triliun. Begitu juga pendapatan dari proyek EPC turun dari Rp 5,1 triliun menjadi Rp 3,9 triliun. Tahun ini, kinerja keuangan Wika diproyeksikan lebih baik ditambah dengan dukungan posisi keuangan perseroan yang tetap sehat. “Meski demikian, kami memangkas turun target pertumbuhan pendapatan perseroan tahun ini sebesar 6%. Sedangkan perkiraan laba bersih direvisi naik hingga 6%,” ungkapnya. Mirae Asset Sekuritas merevisi turun target pendapatan Wika tahun ini dari Rp 32,66 triliun menjadi Rp 30,76 triliun. Adapun estimasi laba bersih direvisi naik dari Rp 1,63 triliunmenjadi Rp 1,72 triliun tahun ini. Mirae Asset Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli saham WIKA dengan target harga direvisi turun dari Rp 1.950 menjadi Rp 1.500. Pemangkasan target harga mengindikasikan penundaan pembangunan sejumlah proyek akibat pandemik Covid-19. Target harga tersebut mempertimbangkan perkiraan PE tahun ini sekitar 4,3 kali. Sebelumnya, analis Maybank Kim Eng Sekuritas Arnanto Januri dan Isnaputra Iskandar dalam risetnya, mengungkapkan, Wika merupakan perusahaan konstruksi BUMN yang memiliki prospek tingkat pertumbuhan paling tinggi dan paling rendah dalam risiko keuangan. Hal ini didukung atas tesis perseroan mendapatkan keuntungan pesat dari proyek kereta api cepat Jakarta- Bandung, neraca keuangan yang sehat untuk mendukung investasi dan mengejar kontrak baru, dan mulai gencar untuk menghasilkan pendapatan berulang. “Kami memperkirakan recurring incomes akan berkontribusi di atas 15% terhadap pendapatan tahun 2023 dibandingkan posisi saat ini masih di bawah 10%,” ungkap Arnanto dan Isnaputra. Salah satu proyek Wijaya Karya. Maybank Kim Eng Sekuritas memproyeksikan peningkatan laba bersih Wika menjadi Rp 2,15 triliun tahun 2020 dibandingkan perkiraan tahun 2019 senilai Rp 2,10 triliun dan realisasi tahun 2018 mencapai Rp 1,72 triliun. Pendapatan juga diharapkan bertumbuh menjadi Rp 38,58 triliun tahun 2020 dibandingkan proyeksi tahun 2019 senilai Rp 30,74 triliun dan perolehan tahun 2018 yang sebesar Rp 31,15 triliun. Proyeksi kenaikan kinerja keuangan tersebut didasarkan atas perkiraan perolehan kontrak baru perseroan mencapai Rp 61 triliun tahun 2020 dibandingkan perkiraan tahun 2019 senilai Rp 54 triliun dan perolehan tahun 2018 mencapai Rp 50,56 triliun. Sedangkan total kontrak yang ditangani (order book) diproyeksikan naik menjadi Rp 168,64 triliun tahun 2020, dibandingkan perkiraan tahun 2019 mencapai Rp 142,16 triliun dan realisasi tahun 2018 mencapai Rp 123,45 triliun. Target Laba Sebelumnya, manajemen Wika menargetkan laba bersih tahun ini tumbuh 11,41% menjadi Rp 2,92 triliun dibandingkan realisasi tahun lalu Rp 2,62 triliun. Salah satu strategi perseroan adalah mengejar target kontrak baru 2020 sebesar Rp 65,5 triliun, melonjak 59,7% dibanding realisasi 2019 sebesar Rp 42 T.
 Terkait pandemic Covid-19, Wika - Sekretaris Perusahaan Wika Mahendra Vijaya mengatakan, perseroan mengevaluasi sejauh mana dampaknya terhadap target-target perseroan, utamanya target kontrak baru tahun ini. Perseroan belum merilis nilai kontrak baru yang telah diraih sepanjang tahun berjalan ini (year to date/ytd). Namun, per Januari 2020, perseroan baru mengantongi nilai kontrak baru Rp 822,43 miliar, yang sebanyak 52,27% berasal dari swasta, 43,97% pemerintah, dan sisanya 3,77% BUMN. Sembari mengejar target kontrak baru, Wika pun mulai merealisasikan pekerjaan dari kontrak yang telah diraih perseroan pada tahun lalu. Salah satunya adalah proyek luar negeri, yakni gedung tertinggi Tour de Goree di Senegal, Afrika Barat. Kesepakatan terkait proyek ini telah ditandatangani Wika dengan lembaga yang dikendalikan pemerintah Senegal, yakni L’Agence De Gestion Du Patrimoine Bati De L’Etat (AGPBE) pada 2 Desember 2019.. 
Sumber : Investor Daily Artikel ini telah tayang di Investor.id dengan judul "Prospek Wika Setelah Kinerjanya di Atas Ekspektasi" Penulis: Parluhutan Situmorang Read more at: https://investor.id/market-and-corporate/prospek-wika-setelah-kinerjanya-di-atas-ekspektasi


🍓


Bisnis.com, JAKARTA — Konsorsium badan usaha milik negara (BUMN bidang konstruksi dan PT Bahana Pembina Usaha Indonesia (persero) atau BPUI menjadi pembeli Cilandak Town Square dari PT Asuransi Jiwasraya (Persero).
Direktur Utama PT Adhi Karya Tbk. (ADHI) Budi Harto memastikan pihaknya terlibat dalam pembelian Citos dari Jiwasraya. Pembelian dilakukan bersama konsorsium BUMN Karya.
"Ya, Adhi Karya termasuk [yang membeli Citos]. Ketua konsorsiumnya PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA)," ujar Budi kepada Bisnis, Minggu (29/3/2020).
Direktur Keuangan PT Waskita Karya (Persero) (WSKT) Haris Gunawan turut memastikan pihaknya terlibat dalam melakukan pembelian pusat perbelanjaan di Jakarta Selatan.
“Kami [anggota] konsorsium, sebaiknya minta keterangan ke Wijaya Karya. Mereka lebih paham," ujar Haris kepada Bisnis, Minggu (29/3/2020).
Bisnis telah menghubungi Direktur Utama Wijaya Karya Tumiyana untuk meminta penjelasan mengenai pembelian Citos oleh Konsorsium BUMN Karya. Namun, hingga berita ini ditulis dia belum merespon pesan WhatsApp yang dikirimkan Bisnis.
Direktur Utama BPUI Robertus Bilitera mengonfirmasi bahwa sebagai induk holding asuransi dan penjaminan pihaknya ikut serta bersama Konsorsium BUMN Karya telah membeli Citos dari Jiwasraya.
"Benar, kami membeli mal tersebut bersama-sama anggota komsorsium BUMN lainnya. Ada satu dua dokumen yang masih kami rampungkan," ujar Robertus kepada Bisnis, Minggu (29/3/2020).
Robertus belum dapat menjabarkan lebih lanjut mengenai transaksi tersebut karena menurutnya proses tersebut belum rampung. Dia menjelaskan bahwa pihak holding akan memberikan informasi lebih detil mengenai pembelian Citos tersebut pada Senin (30/3/2020) sore.
Sebelumnya, dia menjelaskan bahwa holding asuransi dan penjaminan telah resmi terbentuk seiring terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 20/2020 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia.
Seluruh anggota holding asuransi dan penjaminan akan melakukan perubahan anggaran dasar dengan menempatkan BPUI sebagai pemegang saham utama. Para anggota holding pun akan melakukan penyesuaian rencana kerja agar sejalan dengan rencana kerja dari holding.
Robertus belum dapat berkomentar lebih banyak terkait peran holding asuransi dan penjaminan dalam upaya penyehatan Jiwasraya. Meskipun begitu, dia menjelaskan bahwa holding memang akan turut terlibat dalam langkah penyehatan asuransi jiwa pelat merah itu.
"Keterangan lengkap akan kami sampaikan dalam waktu dekat," ujarnya.
Berdasarkan dokumen keuangan Jiwasraya yang diperoleh Bisnis, hingga September 2019 perseroan mengantongi aset obligasi dan reksa dana pendapatan tetap senilai Rp5,12 triliun. Jumlah tersebut mencakup 23,11 persen dari total aset Jiwasraya saat itu senilai Rp22,17 triliun.
Dalam dokumen juga disebutkan Jiwasraya telah menjual aset properti strategis yang dimilikinya, yakni Cilandak Town Square atau Citos. Pusat perbelanjaan yang berada di Jakarta Selatan dengan nilai jual Rp2,2 triliun itu akan dibeli oleh holding asuransi dan penjaminan serta konsorsium BUMN Karya.

Jiwasraya dikabarkan telah mengantongi dana sekitar Rp800 miliar dari transaksi tersebut. Uang penjualan sendiri akan diterima secara bertahap. Bisnis telah mencoba meminta informasi lebih lanjut mengenai hal tersebut kepada Tiko, Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga, dan Direktur Utama Jiwasraya Hexana Tri Sasongko. Namun, hingga berita ini ditulis, ketiganya belum memberikan respon.
🍅
JAKARTA - PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA mengumumkan laporan keuangan (audited) yang berakhir pada 31 Desember 2019. Dari laporan tersebut, WIKA membukukan laba bersih tahun 2019 sebesar Rp2,62 triliun atau naik 26,42% dibandingkan periode yang sama tahun 2018.

Capaian kinerja tersebut, salah satunya dipengaruhi oleh kuatnya komitmen dan strategi Perseroan dalam menjalankan roda bisnisnya di tengah siklus politik 5 tahunan yaitu, Pemilihan Umum serta Pemilihan Kepala Negara dan Pemerintahan.

Kondisi keuangan Perseroan saat ini juga terbilang baik. Posisi utang berbunga sebesar Rp15,08 triliun dan total ekuitas Rp19,22 triliun menghasilkan rasio gross gearing dan net gearing masing-masing hanya 0,78 kali dan 0,25 kali.



Hal ini menunjukkan WIKA sangat sehat secara keuangan dan masih memiliki ruang yang cukup untuk berpartisipasi pada proyek-proyek infrastruktur yang menjadi program pemerintah dan dibutuhkan oleh masyarakat karena sudah dirasakan manfaatnya.

"Apa yang telah ditorehkan pada 2019, membuktikan WIKA mampu menciptakan operasi yang semakin efisien dan strategi investasi yang mulai membuahkan hasil sehingga memberikan hasil yang lebih optimal," ujar Direktur Utama Perseroan Tumiyana di Jakarta, Sabtu (21/3/2020).

Tahun 2020 ini, Perseroan memproyeksikan target kontrak baru sebesar Rp65,5 triliun, naik 59,7% dibandingkan realisasi 2019. Sementara untuk laba bersih, Perseroan menargetkan dapat memperoleh Rp2,92 triliun atau tumbuh 11,41% dibandingkan realisasi tahun 2019.
(ven)
🍒

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Sejumlah emiten badan usaha miliki negara (BUMN) memiliki obligasi jatuh tempo pada tahun ini. Tiga diantaranya adalah PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Jasa Marga Tbk (JSMR), dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN).
Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Adhi Karya mempunyai satu obligasi yang jatuh tempo tahun ini, tepatnya pada 15 Maret 2020. Namanya adalah Obligasi Berkelanjutan I ADHI Tahap II Tahun 2013 Seri B dengan nilai pokok Rp 500 miliar.
Corporate Secretary ADHI Noegroho Purwanto mengatakan, perusahaannya sudah menyiapkan dana untuk melunasi obligasi tersebut. "Sumber dananya berasal dari deposito ADHI," kata dia saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (13/3).
Setelah itu, ADHI berencana untuk menerbitkan obligasi sekitar Rp 2 triliun. Noegroho memperkirakan, pelaksanaannya akan berlangsung pada semester II-2020. "Dananya nanti akan digunakan untuk pembiayaan proyek investasi ADHI berupa jalan tol," ungkap dia.
Tak mau kalah, JSMR juga telah mempersiapkan dana untuk menebus Obligasi Jasa Marga XIV Seri JM-10 Tahun 2010 yang akan jatuh tempo pada 12 Oktober 2020. Pinjaman bank akan digunakan untuk menebus obligasi dengan nilai pokok Rp 1 triliun tersebut.
"Per hari ini, Jasa Marga punya standby loan Rp 4,75 triliun. Jadi, itu lebih dari cukup," ucap Corporate Finance Group Head Jasa Marga Eka Setya Adrianto.
PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) bahkan memiliki empat obligasi yang bakal jatuh tempo pada Juni-Juli 2020 ini. Total nilai pokoknya mencapai Rp 5,37 triliun.
Secara rinci, utang tersebut terdiri dari Obligasi XIV Bank BTN Tahun 2010 senilai Rp 1,65 triliun, Obligasi Berkelanjutan II Bank BTN Tahap I Tahun 2015 Seri B sebesar Rp 500 miliar, Obligasi Berkelanjutan III Bank BTN Tahap II Tahun 2019 Seri A senilai Rp 1,76 triliun, dan Obligasi Berkelanjutan III Bank BTN Tahap I Tahun 2017 Seri A sebesar Rp 1,47 triliun.

Direktur Keuangan BBTN Nixon Napitupulu mengatakan, perusahaannya sudah menyiapkan dana untuk melunasi keempat surat utang tersebut. "Kami akan menerbitkan obligasi baru dengan nilai kurang lebih sama," ungkap dia. Sayangnya, Nixon enggan merinci rencana penerbitan surat utang tersebut.
🍇

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten kontruksi PT Jasa Marga (Persero) Tbk. tak terlalu bernafsu menambah ruas tol baru pada tahun ini. Perusahaan akan lebih berfokus untuk menyelesaikan sejumlah ruas tol yang belum rampung.
Corporate Finance Group Head Jasa Marga Eka Setya Adrianto menyatakan penambahan ruas tol baru akan bergantung pada proses lelang oleh pemerintah.
“Masih belum ada rencana, tender saja belum, nanti kalau kami memang mendapatkan ruasnya, baru kami update lagi. Tentunya, Jasa Marga akan menambah panjang jalan, namun dengan tetap menjaga kinerja keuangan perusahaan tetap solid,” kata kepada Bisnis.com, akhir pekan lalu.
Pada tahun ini perseroan akan lebih berfokus pada penyelesaian sejumlah ruas yang dimiliki. Dari 20 ruas yang dimiliki, terdapat lima ruas yang belum rampung, yakni ruas Cengkareng-Kunciran, Cinere-Serpong, Manado-Bitung, Probolinggo-Banyuwangi, dan Jakarta-Cikampek Selatan.
Dia memaparkan ruas Probolinggo-Banyuwangi saat ini masih dalam tahap pembebasan lahan. Adapun, dalam pengerjaan ruas Jakarta-Cikampek Selatan, satu dari tiga seksi yang ada dalam ruas itu sudah memulai fase konstruksi.
Eka mengemukakan nilai investasi untuk penyelesaian ruas-ruas itu akan bergantung pada waktu penyelesaian proyek. Jika semua proyek selesai tepat waktu, nilai kebutuhan investasinya mencapai sekitar Rp20 triliun.
Kebutuhan dana ini, imbuhnya, juga termasuk kebutuhan pembayaran untuk ruas Jakarta-Cikampek II (Elevated). Meski tol tersebut telah beroperasi sejak akhir 2019, pembayaran proyeknya baru akan dilakukan pada 2020.
Untuk memenuhi kebutuhan investasi ini, perseroan sudah mengantongi pinjaman dari bank melalui tia-tiap anak usaha terkait. Total fasilitas pinjaman tersebut telah memenuhi sekitar 70 persen dari investasi yang dibutuhkan.
Sementara itu, Jasa Marga sebagai induk perusahaan akan menggalang dana untuk memenuhi sisa kebutuhan dana. Dana ini nantinya akan disuntikkan sebagai tambahan penyertaan modal kepada anak usaha agar ekuitasnya meningkat.
Meski begitu, penggalangan dana pada tahun ini tidak hanya ditujukan untuk penyelesaian ruas yang sudah dimiliki. Dana segar juga akan digunakan dalam menunjang kebutuhan investasi lainnya, sesuai dengan kebutuhan perseroan.
“Jadi tidak secara spesifik penggalangan dana akan digunakan untuk setoran modal tersebut, karena pendanaan kita pool of fund. Jadi, setiap penerbitan tidak spesifik untuk apa, tapi lebih ke segala kebutuhan perusahaan,” katanya.
Hingga saat ini, lanjutnya, perseroan masih mengkaji beberapa pilihan skema pendanaan. Penerbitan obligasi, pinjaman bank, dan kontrak investasi kolektif efek beragun aset atau KIK-EBA adalah beberapa alternatif skema yang dipertimbangkan.
“Sekitar 70 persennya sudah secure dari bank di level anak usaha, tinggal di-drawdown pada saatnya proyek selesai, sementara kami mempersiapkan porsi ekuitasnya. Pinjaman bank, obligasi, KIK-EBA, dan Dinfra semua bisa jadi opsi,” tuturnya.
Skema lain yang juga akan didorong oleh Jasa Marga pada tahun ini adalah penerbitan step up coupon bond. Perseroan akan menerbitkan instrumen itu melalui anak usaha yang sudah beroperasi. Namun, perseroan belum memutuskan anak usaha mana yang akan ditunjuk untuk menerbitkannya.
Sejauh ini, menurutnya pengelola Tol Bali dan Tol Pasuruan menjadi dua anak usaha yang paling mungkin menerbitkan instrumen ini. Proporsi utang kedua perusahaan in itidak terlalu besar sehingga dinilai cocok untuk mendorong produk pendaan baru.
Adapun, besaran pinjamannya akan disesuaikan dengan jumlah pinjaman eksisting saat ini. Korporasi pengelola jalan tol terbesar di Indonesia menarget instrumen baru ini dapat diterbitkan paling lambat sebelum semester I/2020 berakhir.
“Kalau dari sisi sisi keuangan, fokus utama kami saat ini adalah membuat masing-masing anak perusahaan sustain di awal pengoperasian jalan tol melalui produk-produk keuangan yang akan kami terbitkan nanti,” jelasnya.
Direktur Pengembangan Bisnis Jasa Marga Adrian Priohutomo mengatakan sedikitnya terdapat lima ruas tol yang tengah dibidik perseroan. Ruas-ruas yang dimaksud adaah Solo-Yogyakarta-NYIA sepanjang km, Gedebage-Tasikmalaya, Tasikmalaya Cilacap, Akses Patimban, dan Yogyakarta-Bawen.
Seluruh ruas tersebut ditarget mulai beroperasi mulai 2024, keculai ruas Yogyakarta Bawen yang akan ditarget beroperasi mulai 2023. Total investasi yang dibutuhkan untuk seluruh ruas itu mencapai sekitar Rp104,84 triliun.
Kendala Leverage
Rencana ekspansi ruas tol baru oleh PT Jasa Marga (Persero) dinilai dapat terganjal tingginya tingkat leverage perseroan yang membatasi ruang gerak perseroan dalam melakukan modifikasi keuangan.
Kepala Riset Praus Kapital Alfred Nainggolan mengatakan bahwa Jasa Marga sudah memaksimalkan potensi pendanaan dari pinjaman bank dan obligasi.
Menurutnya, hal ini membuat ruang gerak perseroan untuk menambah liabilitas cukup terbatas. Kondisi ini juga terlihat dari tingkat debt to equity ratio (DER) perseroan yang telah mencapai kisaran 4 kali.
Di sisi lain, skema sekuritisasi atau monetisasi pendapatan dari ruas-ruas tol yang dimiliki Jasa Marga diniliai tidak dapat memenuhi kebutuhan pendanaan. Pasalnya, tidak semua ruas tol milik perseroan sudah mature dan memiliki tingkat profitabilitas tinggi.
“Jasa Marga sudah mulai ada keterbatasan. Karena leverage sudah maksimal, sementara sekuritisasi aset juga kemungkinan bisa dibilang sudah mentok, ini kemungkinan akan menjadi tantangan bagi Jasa Marga ke depan,” ujarnya.
Dia mengatakan salah satu solusi bagi perseroan adalah menjual kepemilikan asetnya atau melakukan divestasi. Rencana bundling kepemilkan Tol Trans Jawa dan melepas kepemilikannya melalui pasar saham menurutnya menjadi salah satu opsi menarik.
Di luar itu, dia mengatakan bahwa Jasa Marga juga perlu mendapatkan suntikan penyertaan modal negara (PMN) kembali. Pemerintah dianggap perlu melakukan hal ini seiring dengan tingginya beban penugasan yang diberikan kepada perusahaan. Terlebih, dalam 5 tahun terakhir, suntikan modal dari pemerintah relatif minim.
Rendahnya suntikan PMN dinilai turut membuat kepercayaan investor terhadap Jasa Marga menyusut. Hal ini terlihat dari pergerakan harga saham Jasa Marga cenderung volatil dalam beberapa tahun terakhir.
Kepercayaan investor juga tergerus sejalan dengan meningkatnya intervensi yang dilakukan oleh pemerintah. Contohnya, dalam kenaikan tarif tol yang diamanatkan per 2 tahun sekali, nyatanya bisa berubah karena campur tangan pemerintah.
Kondisi ini, secara umum juga dianggap terjadi pada hampir semua badan usaha milik negara (BUMN) yang melantai di Bursa Efek Indonesia. Campur tangan pemerintah acap menurunkan kepastian bisnis BUMN di mata investor.
Dengan berbagai faktor tersebut, Alfred memberikan rekomendasi hold untuk saham JSMR, dengan target harga Rp5.000 per saham.

Pada penutupan perdagangan Jumat (21/2/2020), saham JSMR ditutup melemah 0,99 persen ke level Rp5.000. Adapun, pada perdagangan hari ini, Selasa (25/2/2020) pukul 11:38 WIB, harga saham berada di level Rp4.960.
🍑

Bisnis.com, JAKARTA – PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. mengklaim memiliki potensi nilai kontrak sebesar yang dapat diraup dari proses tender pada tahun ini mencapai sekitar Rp70 triliun.
Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya Mahendra Vijaya pada awal tahun, perolehan kontrak belum banyak meningkat, karena baru masuk proses tender. Perolehan kontrak biasanya baru akan semarak pada Maret—Agustus.
“Untuk Januari meski belum ada datanya memang belum banyak, karena baru proses tender. Biasanya tender-tender besar baru akan bergulir pada Maret—Agustus, untuk nilainya secara total pada tahun ini bisa mencapai lebih Rp70 triliun,” katanya kepada Bisnis.com, Senin (24/2/2020).
Dia optimistis dari berbagai proyek yang masih ditender, perseroan dapat mengantongi sedikitnya Rp65 triliun sebagai Nilai Kontrak Baru (NKB) 2020. Target ini meningkat sekitar 57,76 persen dari raihan kontrak baru sepanjang 2019 sebesar Rp41,2 triliun.
Adapun, total kontrak on hand hingga akhir tahun lalu mencapai 117,7 triliun. Dia mengatakan bahwa dari nilai kontrak ini saja, perseroan telah memiliki kontrak yang bisa memenuhi produksi hingga 2 tahun ke depan.
Meski tidak secara spesifik, dia mengatakan sejumlah proyek yang diharapkan dapat menjadi pendorong NKB pada tahun ini berasal dari sejumlah proyek infrastruktur. Di antaranya, light rail train (LRT) Fase 2, sejumlah pembangkit listrik, smelter, pelabungan, bendungan, dan gedung.
“Untuk target tahun ini kami masih optimistis, target kontrak kami adalah yang terbesar di industri. Kita perlu lihat nanti di kuartal III/2019, siapa yang akan memeroleh NKB tertinggi, mudah-mudahan kami masih bisa mempertahankan kinerja yang positif,” jelasnya.
Dia menambahkan meski tender baru akan semarak setelah memasuki kuartal II/2020, perseroan telah membidik sejumlah proyek pada awal tahun ini. Dia memperkirakan total potensi nilai kontrak yang mampu didapatkan hingga Maret 2020 mencapai Rp5 triliun—Rp6 triliun.
Emiten berkode saham WIKA ini menjadi salah satu perusahaan konstruksi yang paling diunggulkan di antara perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) karya lainnya. Perseroan dinilai memiliki keunggulan dari sisi rasio utang terhadap modal yang cukup rendah.
Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio mengatakan rasio utang terhadap modal atau debt to equity ratio (DER) perseroan mencapai 0,92 kali. Di sisi lain, PT PP (Persero) Tbk. memiliki DER sebesar 1,25 kali, PT Adhi Karya (Persero) Tbk. 1,71 kali, dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. 3,7 kali.
Selain itu, keunggulan lain Wijaya Karya adalah laba dan pendapatannya yang lebih stabil dibandingkan BUMN karya lain. Meski begitu, berdasarkan laporan keuangan 2019 (unaudited), perseroan mengalami penurunan pendapatan 10,87 persen secara tahunan, menjadi Rp27,77 triliun. Di sisi lain, perolehan laba perseroan naik 16,29 persen, menjadi 2,51 triliun.
WIKA menjadi top picks kami karena labanya paling stabil di antara BUMN Karya. Dan posisi DER-nya juga dapat dikatakan lebih sehat. Kami merekomendasikan beli dengan target harga Rp2.500 per saham,” katanya.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Dennies Christoper Jordan, Analis Artha Sekuritas. Dia memperkirakan WIKA akan menjadi emiten BUMN karya yang paling moncer kinerjanya pada tahun ini. Perseroan dinilai memiliki kondisi keuangan paling sehat, tercermin dari arus kas yang baik dan rasio utang rendah.

🍆
JAKARTA, iNews.id - Sebanyak 10 perusahaan asal Indonesia bersama The Sandi Group (TSG) Global Holdings berekspansi bisnis ke Republik Demokratik Kongo atau Democratic Republic Of The Congo (DRC), Afrika.
Ke-10 perusahaan Indonesia dimaksud meliputi PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), PT Industri Kereta Api/INKA (Persero), PT Len Industri (Persero), PT Dirgantara Indonesia (Persero), PT Merpati Nusantara Airlines (Persero), PT Naga Putih Nusantara (NPN) dan PT Nabati Agro Sumatera (NAS), PT Widodo Makmur Unggas (WMU), PT LMP Property & Construction dan PT Aero Bahteranusa Palapa (ABP).
Direktur Utama WIKA Tumiyana mengatakan, salah satu bentuk sinergi antara TSG Holdings dan perseroan adalah rencana proyek pembangunan PLTS di Kinshasa, Republik Demokratik Kongo. Hal tersebut merupakan momentum sekaligus bukti bahwa WIKA konsisten dan kontinyu mengembangkan eksistensi bisnisnya di pasar luar negeri dengan perencanaan yang terukur dan matang.
"Jadi kami bersama TSG Global Holdings, optimistis dapat men-deliver pekerjaan pembangunan PLTS dengan tepat mutu, biaya, serta waktu yang efektif dan efisien," ujar dia di Jakarta, Rabu (22/1/2020).
Sementara itu, CEO TSG Global Holdings, Rubar Sandi mengatakan, kolaborasi ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan Indonesia Africa Forum (IAF) 2018 dan Asia Africa Infrastructure Dialogue 2019 yang dihelat di Bali. Saat itu, Indonesia dan Afrika bersepakat untuk menjajaki pengembangan bisnis baru di sektor industri strategis, infrastruktur, pembiayaan, pertambangan, tekstil, pemeliharaan pesawat dan perdagangan komoditas.
"Skema kolaborasi atau kerja sama yang dilakukan berupa joint operation bisnis. Ada beberapa juga yang Joint Venture, terutama dengan pihak swasta," kata dia.
Di DRC, TSG Global Holdings bersama WIKA, dan Len akan mengerjakan pembangunan electric solar panel berkapasitas 200 Megawatt (MW). Proyek ini juga akan berkolaborasi dengan Sunplus  S.A.R.L. Di samping itu, WIKA juga tidak menutup kemungkinan akan mengerjakan proyek pembangunan Bendungan (Water Dam) di DRC.
Selain megaproyek solar panel dan bendungan, bersama PT INKA, TSG Global Holdings juga akan berpartisipasi dalam pembangunan infrastruktur kereta sepanjang 1.700 Kilometer, pembelian rolling stock, hingga Light Rail Transit (LRT) dari kota ke bandara di DRC.
Sementara di sektor penerbangan, TSG Global Holdings bersama Merpati Nusantara Airlines akan menjalin kerja sama dengan beberapa perusahaan penerbangan di Afrika, khususnya DRC, untuk membuka rute pengangkutan Cargo Indonesia-Afrika. Termasuk juga kerja sama dalam hal Maintenance Repair and Overhaul (MRO) dan Training Centre. Adapun TSG Global Holdings juga akan melakukan kerja sama dalam pembelian pesawat NC 212i buatan PT Dirgantara Indonesia.
Menurut Rubar, alasan pihaknya memilih mengembangkan bisnis ke Republik Demokratik Kongo dikarenakan memang saat ini beberapa investor USA sedang membuat target investasi di Asia Tenggara dan Afrika, terlebih Pemerintah USA memberikan dukungan penuh kepada investor yang memiliki rencana investasi di Asia Tenggara dan Afrika.
"Dan kenapa kami memilih berkolaborasi dengan perusahaan Indonesia, karena Indonesia adalah negara terbesar, yang telah menggelar Indonesia-Africa Forum pada 2018 dan Asia Africa Infrastructure Dialogue pada 2019. Maka dari itu TSG sangat tertarik untuk bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan Indonesia, baik BUMN maupun swasta," tutur Rubar.

Selain BUMN, TSG bersama lima perusahaan swasta Indonesia juga turut mengembangkan sektor lainnya di DRC. PT WMU akan mengembangkan peternakan unggas dengan teknologi terbarukan, PT NPN membangun pabrik pakan ternak. Selanjutnya, PT NAS untuk pengadaan stok minyak sawit, PT LMP Property & Construction akan melakukan pengembangan kota satelit di beberapa provinsi di DRC. Sementara itu, PT ABP akan mengembangkan bisnis transportasi laut dan sungai di wilayah DRC.
🍇
Bisnis.com, JAKARTA — PT Jasa Marga (Persero) Tbk. siap membuka akses baru di jalan tol Jagorawi pada tahun ini. Akses baru jalan tol yang sudah beroperasi sejak 1978 itu terletak di KM 42, Kabupaten Bogor.
Irra Susiyanti, Marketing & Communication Department Head PT Jasa Marga Tbk. Regional Jabodetabek Jabar, mengatakan bahwa fisik bangunan akses baru di KM 42 sudah rampung. Namun, akses tersebut belum bisa digunakan karena masih menunggu uji layak fungsi dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
"Kami sedang menunggu uji laik fungsi. Targetnya memang awal tahun ini [bisa dibuka]," jelas Irra kepada Bisnis, Senin (13/1/2020).
Berdasarkan catatan Bisnis, pembukaan akses baru di KM 42 merupakan permintaan dari Pemerintah Kabupaten Bogor.
Keberadaan akses baru diharapkan bisa memicu pengembangan wilayah di sekitarnya.
Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Bogor memang telah mengubah rencana umum tata ruang di daerah sekitar akses baru.
Bisnis mencatat bahwa di jalan tol Jagorawi terdapat 11 akses atau bukaan. Transaksi di jalan tol pertama di Indonesia itu ditunjang 145 gardu di seluruh gerbang tol.
Dalam periode Januari—September 2019, transaksi tol di Jagorawi mencapai 112,54 juta kendaraan atau 416.814 per hari. Pada periode yang sama, ruas Jagorawi menyumbang pendapatan sebesar Rp643,4 miliar.

Di sisi lain, Jasa Marga melanjutkan pekerjaan pemeliharaan jalan selama satu pekan hingga 21 Januari 2020. Pekerjaan rekonstruksi perkerasan jalan itu diprioritaskan pada bahu luar jalan tol.
🍒

JAKARTA, investor.id – Emiten-emiten berkapitalisasi besar (big cap) yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun ini tetap berekspansi secara moderat. Mereka optimistis tahun 2020 adalah waktu yang tepat untuk ekspansi karena perekonomian global dan domestik lebih kondusif. Emiten big cap yang memutuskan untuk tetap berekspansi tahun ini di antaranya PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR), dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Langkah serupa ditempuh PT Indika Energy Tbk (INDY), PT PP (Persero) Tbk (PTPP), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), serta PT Barito Pacific Tbk (BRPT). Direktur Keuangan Telkom Harry M Zen kepada Investor Daily di Jakar ta, Senin (6/1), mengungkapkan, perseroan mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/ capex) tahun ini berkisar 25-26% dari total pendapatan. “Sumber pendanaan capex merupakan kombinasi antara kas internal dan pinjaman ekternal,” kata dia. Emiten yang tetap ekspansif Rasio capex tersebut, menurut Harry, sedikit lebih kecil disbanding pada 2019 yang mencapai 27% terhadap pendapatan. “Tahun lalu, kami menargetkan pertumbuhan pendapatan sekitar mid to high single digit atau di kisaran 5-9%,” tutur dia. Dia menambahkan, pada 2019 anggaran capex Telkom sekitar Rp 37 triliun. Hingga September 2019, emiten pelat merah itu telah menyerap capex sebesar Rp 22,13 triliun. “Untuk proyeksi pertumbuhan pendapatan di 2020 juga masih di level mid to high single digit. Kontribusi terbesar tetap dari Telkomsel, yakni 60-65% dari total pendapatan Telkom Group,” papar dia Kontribusi pendapatan selanjutnya, kata Harry M Zen, akan berasal dari segmen bisnis enterprises dan consumer, yang masing-masing sebesar 13-15%.  Secara terpisah, Head of Corporate Communication Indika Energy Leonardus Herwindo menjelaskan, perseroan menganggarkan capex US$ 146 juta. Sebagian besar capex tersebut akan digunakan untuk operasional anak usaha, PT Petrosea Tbk (PTRO). Dia mengakui, angka tersebut jauh di bawah anggaran capex 2019 yang mencapai US$ 315 juta. Sampai saat ini, perseroan masih menghitung realisasi dari penyerapan capex sepanjang tahun lalu. 
Menurut Leonardus, rencana capex 2020 disesuaikan dengan volatilias harga dan kondisi pasar batu bara yang masih bergerak dinamis serta efektivitas operasional perusahaan. Tahun ini, kata dia, industri batu bara kemungkinan penuh tantangan. “Harga batu bara diperkirakan masih mengalami fluktuasi dan dipengaruhi berbagai faktor eksternal, seperti dinamika supply-demand, perekonomian global, hingga politik dagang,” ujar dia. 
Selain itu, situasi dan perkembangan geopolitik di Timur Tengah, termasuk harga minyak dunia, turut memengaruhi harga batu bara global. “Ini tentu berpengaruh pada strategi dan rencana operasional perseroan pada 2020,” tandas dia. Leonardus mengemukakan, untuk target produksi, Indika Energy tetap optimistis prospek dan fundamental industry batu bara masih baik, walaupun volatilitas harganya berlanjut. Itu sebabnya, menurut dia, perseroan fokus menjaga stabilitas keuangan dan mengelola operasi usaha melalui peningkatan produktivitas, pengendalian biaya, dna stabilitas operasi agar semakin kompetitif. 
Pada 2020, Indika Energy menargetkan produksi batu bara sebanyak 30,95 juta ton. Dari jumlah tersebut, sebanyak 29,65 juta ton berasal dari anak usaha, PT Kideco Jaya Agung. Sekitar 1,3 juta ton lainnya dari produksi PT Multi Tambangjaya Utama. Grup Barito Salah satu pabrik Grup Barito Pacific. Foto: PT Barito Pacific Tbk. Di sisi lain, Barito Pacific mengalokasikan capex secara konsolidasi sebesar US$ 536 juta pada 2020. Mayoritas capex akan diserap anak usaha, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), untuk mulai membangun pabrik CAP 2 yang ditaksir menelan investasi sekitar US$ 5 miliar. Berdasarkan catatan Investor Daily, Barito Pacific menganggarkan capex 2019 hingga US$ 560 juta. Namun, perseroan masih menghitung apakah alokasi tersebut terserap maksimal atau tidak pada 2019. Menurut Investor Relations Barito Pacific Allan Alcazar, dari total capex 2020, sebanyak US$ 430 juta dialokasikan untuk capex Chandra Asri, US$ 88 juta untuk Star Energy Group Holdings Pte, dan US$ 18 disalurkan untuk PT Griya Idola. “Sumber pendanaan capex berasal dari kas internal masing-masing anak usaha. Chandra Asri dan Star Energy masih punya kas yang cukup,” ucap dia. Allan mengungkapkan, Chandra Asri akan membangun pabrik CAP 2 di Cilegon, Banten dengan terlebih dahulu membentuk perusahaan patungan (joint venture/JV) bernama CAP Perkasa. Perseroan masih menjajaki sejumlah mitra strategis yang potensial. “Untuk mitra strategis, di short list Chandra Asri sudah ada dua perusahaan dari semula empat perusahaan. Tapi belum bisa disebutkan detailnya,” tutur dia. Pabrik PT Chandra Asri Petrochemical di Cilegon, Banten. 
 Dalam jadwal master proyek CAP 2, pabrik ini direncanakan berkapasitas 125% dari kapasitas CAP 1. Setelah proses seleksi investor strategis rampung, perseroan akan melanjutkan ke tahap rencana pembiayaan beserta engineering, procurement and construction (EPC) bidding pada kuartal II-2020. Pada tahap terakhir, perseroan akan masuk proses persetujuan final investment decision (FID), termasuk financial close pada kuartal IV-2020, selanjutnya masuk ke proses pekerjaan EPC. Secara keseluruhan, pabrik CAP 2 ditargetkan beroperasi mulai semester I-2024. Chandra Asri juga bakal menggalang dana sebagai salah satu sumber ekspansi melalui penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue hingga 7,16 miliar saham. “Target dana dari rights issue juga belum ditetapkan, karena masih akan melewati persetujuan pemegang saham pada 5 Februari 2020,” kata Allan. Allan Alcazar menambahkan, untuk divisi bisnis geothermal, Star Energy akan menggunakan US$ 11 juta dari total belanja modalnya untuk eksplorasi pada wilayah kerja Hamiding di Halmahera Barat, Maluku. Selain itu, sebanyak US$ 30 juta untuk keperluan drilling. Sebagian capex juga akan diserap untuk keperluan overhaul. “Pada Griya Idola, sebanyak US$ 15 juta dari total capex mereka digunakan untuk menyelesaikan pembangunan gedung Wisma Barito Pacific II,” ujar dia. 
 Di pihak lain, Sekretaris Perusahaan Bukit Asam Suherman kepada Investor Daily di Jakarta, Senin (6/1), mengungkapkan, tahun ini perseroan mengalokasikan capex Rp 4 triliun. Angka itu lebih rendah dari proyeksi capex 2019 sebesar Rp 5 triliun. Rendahnya belanja modal tahun ini, menurut Suherman, terjadi karena perseroan sudah mengalokasikannya untuk proyek baru pada 2019. Sedangkan pengembangan proyek baru akan dilakukan lagi pada 2021. “Jadi, capex 2020 lebih untuk capex pengembangan dan capex rutin,” tutur dia. Bukit Asam berencana menggunakan capex untuk sejumlah proyek, seperti gasifikasi batu bara, pengembangan angkutan batu bara, dan PLTU Sumsel-8. “Capex juga akan digunakan untuk anak perusahaan dan pengembangan yang lain,” kata dia. Dia menjelaskan, pada 2019 Bukit Asam memproses pembangunan dua proyek PLTU di kawasan Muara Enim dan Halmahera Timur. Kedua proyek tersebut menelan investasi US$ 2,03 miliar. PLTU pertama yang sedang dibangun, menurut Suherman, adalah PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 di Muara Enim. PLTU ini dibangun PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) yang merupakan konsorsium Bukit Asam dengan China Huadian Hongkong Company Ltd. Proyek ini menelan investasi US$ 1,68 miliar yang didanai Exim Bank of China. Bukit Asam juga bekerja sama dengan PT Antam Tbk (ANTM) untuk membangun PLTU Feni di Halmahera Timur. Proyek pembangkit listrik ini berkapasitas 3×60 MW untuk PLTU dan 3x17 MW untuk PLTD. Selanjutnya, kata Suherman, akan dibentuk joint venture company antara Bukit Asam dan Antam untuk membangun pembangkit listrik tersebut. “Proyek PLTU ini menelan investasi US$ 350 juta yang pendanaannya bisa dari perbankan,” ucap dia. Selain proyek pembangkit listrik, Bukit Asam menyiapkan proyek hilirisasi batu bara di Peranap (Riau) dan Tanjung Enim (Sumatera Selatan). Bukit Asam menggandeng Pertamina selaku off taker dimethyl ether (DME) dan Air Products selaku pemilik teknologi gasifikasi batu bara untuk proyek hilirisasi di Peranap. “Untuk proyek hilirisasi di Tanjung Enim, Bukit Asam menggandeng Pertamina, PT Pupuk Indonesia (Persero), dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA),” papar dia. Suherman mengatakan, untuk menunjang angkutan batu bara, Bukit Asam mengembangkan proyek angkutan batu bara jalur kereta api dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero). Melalui proyek pengembangan ini, perseroan berharap bisa mengangkut batu bara hingga 60 juta ton per tahun pada 2023. Kendati belanja modal tahun ini lebih rendah, kata dia, perseroan tetap berharap bisa menggenjot produksi yang lebih tinggi tahun ini. Bukit Asam menargetkan produksi batu bara pada 2020 sebanyak 30 juta ton. Pada 2019, Bukit Asam menargetkan produksi batu bara 27,26 juta ton, naik 3% dari realisasi tahun sebelumnya 26,36 juta ton. Sedangkan target angkutan batu bara pada 2019 adalah 25,3 juta ton atau meningkat 12% dari realisasi angkutan kereta api pada tahun lalu. Suherman menambahkan, volume penjualan batu bara ditargetkan menjadi 28,38 juta ton, terdiri atas penjualan batu bara domestik 13,67 juta ton dan ekspor 14,71 juta ton. Angka itu meningkat 15% dari realisasi penjualan batu bara tahun silam. “Peningkatan target penjualan ini ditopang rencana penjualan ekspor untuk batu bara medium to high calorie ke premium market sebanyak 3,8 juta ton,” ujar Suherman. 
 Corporate Finance Group Head Jasa Marga Eka Setya Adrianto mengungkapkan, perseroan mengalokasikan capex Rp 20 triliun tahun ini. Angka itu kurang lebih sama dengan 2019 karena ada beberapa proyek yang telah selesai namun belum dibayarkan tahun lalu. Salah satunya adalah proyek Jakarta Cikampek (Japek) Elevated. “Ritme pada 2020 seharusnya sama saja dengan tahun sebelumnya,” kata dia. Belanja modal tersebut, menurut Eka, bakal digunakan untuk membiayai sejumlah proyek. Namun sejauh ini belum ada proyek jalan tol baru yang ditawarkan. Itu sebabnya, Jasa Marga akan fokus mengerjakan proyek baru yang sudah ada. “Proyek yang kami garap ini adalah ruas-ruas yang belum beroperasi, seperti tol JORR dan Manado-Bitung,” tutur dia. Eka menjelaskan, perseroan akan menggunakan pinjaman bank, yakni sekitar 70% untuk memenuhi belanja modal. Sisanya akan dipenuhi dari berbagai instrumen, baik lokal maupun global. “Opsinya banyak, baik lokal maupun global. Kami sudah beberapa kali menerbitkan produk keuangan, tinggal cari harga yang optimal,” tegas dia. Belanja modal tersebut, menurut dia, diharapkan mampu menopang kinerja bisnis Jasa Marga tahun ini. “Kami berharap pendapatan bertumbuh signifikan seiring beroperasinya ruas-ruas tol baru,” tandas dia. 
 PT PP juga menganggarkan capex yang cukup besar, sekitar Rp 7,5 triliun tahun ini, dibandingkan tahun lalu Rp 6,8 triliun. Capex tersebut akan digunakan untuk membiayai modal kerja dan mendanai sejumlah proyek perseroan. Menurut Presiden Direktur PT PP Lukman Hidayat, capex perseroan berasal dari sisa dividen, divestasi aset, dan pinjaman perbankan. Sedangkan penggunaan belanja modal difokuskan untuk pengembangan “Sebagian besar belanja modal akan digunakan untuk proyek di sektor air, jalan tol serta energi baru terbarukan (EBT) biomassa di wilayah Indonesia timur. Perseroan juga berencana membuat sistem instalasi Sea Water Reverse Osmosis (SWRO),” ujar dia. Sejalan dengan itu, Kalbe Farma memproyeksikan capex 2020 sebesar Rp 1-1,5 triliun, lebih rendah dari capex 2019 yang mencapai Rp 1,5-2 triliun. Direktur Kalbe Farma Bernandus Karmin Winata mengatakan, pada 2019 perseroan memfokuskan penggunaan capex untuk pembangunan pabrik dan transformasi digital. Dengan demikian, alokasi capex cenderung lebih tinggi mencapai Rp 1,5-2 triliun. “Tahun lalu capex lebih tinggi karena digunakan untuk pembangunan pabrik di Myanmar, Cikarang, dan Pulogadung,” papar dia. Pada 2020, kata dia, Kalbe belum berencana mendirikan pabrik baru. Karena itu, capex akan digunakan untuk modal kerja dan penyelesaian pembangunan sejumlah pabrik. Prospek Saham Head of Fixed Income Division PT Indomitra Securities Maximilianus Nico Demus. Foto: id.linkedIn Sementara itu, kalangan analis yakin saham-saham yang tergabung dalam indeks 45 saham paling likuid di bursa (LQ45) pada 2020 berkinerja lebih baik, meskipun baru-baru ini terdapat sentimen baru berupa ketegangan antara AS dan Iran. Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus memperkirakan prospek saham LQ45 tahun ini positif akibat tercapainya kesepakatan antara AS dan Tiongkok yang akan diperkirakan terjadi pada 15 Januari 2020. “Semuanya kembali lagi, kuncinya adalah keputusan antara AS dan Tiongkok, itu akan menjadi alasan untuk menguat,” ujar dia kepada Investor Daily di Jakarta, Senin (6/01). Nico mengakui, ketegangan antara AS dan Iran berpotensi meningkat, menyusul tewasnya Qassem Soleimani, komandan pasukan elite Iran, akibat serangan rudal AS. Namun, Iran diperkirakan tidak akan menyerang balik, sehingga sentiment itu tidak akan berkepanjangan. Nico menambahkan, saham yang masih menjadi favorit di antaranya saham perbankan, infrastruktur, dan kesehatan. “Saham-saham sektor kesehatan termasuk favorit karena sektor kesehatan menjadi salah satu program prioritas pemerintah tahun ini. Jadi, saham-saham, seperti Hermina, Mika, dan Siloam patut dicermati,” papar Nico. Analis Oso Sekuritas Sukarno Alatas juga memperkirakan saham-saham LQ45 berkinerja positif tahun ini, terutama pada kuartal I-2020. Sentimen positifnya antara lain progress kesepakatan perang dagang dan tren penurunan suku bunga. Dia menambahkan, sentimen ketegangan antara AS dan Iran sangat memegaruhi pergerakan pasar saham Senin (6/1), sehingga indeks harga saham gabungan (IHSG) turun 1,04%. “Sentimen itu akan sangat mengganggu jika sampai terjadi perang dunia ketiga,” ucap dia. Sukarno Alatas merekomendasikan ANTM dengan target harga Rp 1.025, ASII (Rp 7.500), BSDE (Rp 1.500), BBRI (Rp 4.600), BBNI (Rp 8.500), BMRI (Rp 8.550), ERAA (Rp 1.900), dan JPFA (Rp 1.500). Lainnya yaitu JSMR dengan target harga Rp 5.850, PGAS (Rp 2.300), TLKM (Rp 4.300), PTPP (Rp 1.925), WIKA (Rp 2.500), WSKT (Rp 1.700), UNTR (Rp 23.800), dan INKP dengan target harga Rp 9.300. (bil) Sumber : Investor Daily

Artikel ini telah tayang di Investor.id dengan judul "Emiten Big Cap Ekspansif"
Penulis: Farid Firdaus/Gita Rossiana
Read more at: https://investor.id/market-and-corporate/emiten-big-cap-ekspansif

🍅
JAKARTA sindonews- Lembaga Pemeringkat Kredit Internasional Fitch Ratings menempatkan Long-term Issuer Default Rating PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA pada level BB dan national long-term rating pada level AA-(idn). Fitch juga meningkatkan outlook perusahaan yang sebelumnya negative menjadi stable.

Direktur Keuangan WIKA Ade Wahyu menyambut baik penilaian positif terhadap perusahaan. Dengan rating perusahaan berada pada level “BB” dan outlook stable menegaskan upaya yang dilakukan perusahaan dalam menjaga kesehatan rasio keuangannya.

Hal ini dibuktikan dengan rasio hutang berbunga (gearing) perusahaan hingga kuartal III/2019 tercatat berada pada posisi yang masih rendah yaitu pada level 1,19x dibandingkan dengan batas hutang berbunga perusahaan (covenant) sebesar 2,5x.



“Capaian ini akan semakin meyakinkan investor bahwa WIKA memiliki kemampuan untuk memenuhi segala kewajibannya,” jelas Ade dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (6/12/2019).

Rating beserta outlook yang disampaikan juga mencerminkan kepercayaan Fitch Ratings bahwa WIKA akan terus bertumbuh di masa mendatang sejalan dengan kebijakan Pemerintah yang tertuang dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2020 - 2024 dengan nilai investasi mencapai Rp37.000 Triliun serta pemindahan Ibukota baru dengan anggaran pembangunan sebesar Rp466 Triliun.

Ade kemudian menyampaikan pandangannya tentang pentingnya memiliki strategi yang tepat dan kapabilitas untuk memastikan bahwa kehadiran WIKA dalam pembangunan bangsa selain memberikan manfaat bagi masyarakat juga turut berkontribusi positif bagi pertumbuhan perusahaan.

"WIKA menjadi satu-satunya kontraktor lokal yang mengerjakan proyek Kereta Cepat Jakarta - Bandung. WIKA juga bertindak sebagai kontraktor utama dalam mengerjakan tol pertama di Kalimantan yang menghubungkan Balikpapan dan Samarinda juga Tol Bangkinang - Pangkalan sebagai bagian dari Tol Trans Sumatera," ungkap Ade Wahyu

Berbekalkan kekuatan neraca serta rekam jejak yang luas baik di dalam maupun luar negeri, WIKA dapat berperan lebih besar dalam mensukseskan program pembangunan infrastruktur yang telah dicanangkan oleh Pemerintah sekaligus mendeliver sesuai dengan ekspektasi pemangku kepentingan.
🍒

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga saham-saham yang masuk dalam portfolio reksadana manager investasi Minna Padi Aset Manajemen (MPAM) ambles. Pada perdagangan Rabu (27/11), harga saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) turun 3,70% ke level 780 per saham. 
Kemudian harga saham PT Waskita Karya TBk (WSKT) melemah 4,74% ke harga Rp 1.305 per saham, selanjutnya PT Wijaya Karya (WIKA) merosot 4,59% ke harga Rp 1.870 per saham.
Bahkan beberapa saham seperti PT Forza Land Indonesia Tbk (FORZ) terjun 24,75% ke harga Rp 154 per saham.
Analis Samuel Sekuritas Muhammad Alfatih mengatakan, potensi penurunan saham-saham yang berada di portofolio Minna Padi bakal berlangsung dalam beberapa waktu ke depan.
Ia melihat saham-saham blue chip akan mengalami penurunan 4% hingga 5%, kemudian untuk saham second liner bakal terkoreksi cukup dalam. Menghadapi situasi ini, “Investor tidak melawan tren ini, jadi biarkan saja aksi-aksi jual dilakukan,” katanya, Rabu (27/11).

Kemudian, ia menyarankan investor yang ingin menggunakan momentum ini untuk memilih saham-saham blue chip ketimbang saham-saham second liner yang likuiditasnya terbilang rendah.  Ia merekomendasikan investor untuk wait and see saham-saham tersebut.
🍒

JAKARTA, Investor.id –  PT Jasa Marga Tbk (JSMR) melalui anak usahanya, PT Cinere Serpong Jaya, mengantongi fasilitas pinjaman senilai Rp 2,3 triliun dari tiga bank nasional. Tiga bank yang menyalurkan pinjaman tersebut terdiria tas PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Sekretaris Perusahaan Jasa Marga M Agus Setiawan mengatakan, masing-masing bank sindikasi memikul sepertiga dari total pinjaman yang diberikan. Pinjaman ini telah berlaku efektif dan memiliki tenor hingga 15 tahun, atau jatuh tempo pada Oktober 2034. “Untuk progress proyek tol Cinere-Serpong saat ini sudah mencapai 72%. Kami menargetnya ruas tersebut mulai beroperasi pada akhir semester I-2020,” jelas dia kepada Investor Daily, Selasa (19/11). Sebagai informasi, Cinere-Serpong yang memiliki total panjang 10,14 kilometer (km) merupakan bagian dari proyek jalan tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) 2. Ruas tol terbagi dua seksi, seksi I dari Serpong-Pamulang terbentang sepanjang 6,5 km, sedangkan seksi II dari Pamulang-Cinere terbentang sepanjang 3,6 km. Saat ini, komposisi pemegang saham ruas tol ini adalah Jasa Marga sebanyak 55%, PT Waskita Karya Tbk 35%, dan PT Jakarta Propertindo 10%. Adapun, badan usaha Cinere Serpong Jaya didirikan sejak 2008. Pinjaman ini menambah daftar penggalangan dana yang diraih Jasa Marga sepanjang 2019. Ke depan, perseroan turut mempertimbangkan alternatiff pembiayaan ekspansi, selain dari perbankan. Sebelumnya, Direktur Keuangan Jasa Marga Donny Arsal mengatakan, perseroan menjajaki penerbitan KIK-EBA syariah pertama di Indonesia dengan underlying asset jalan tol Jakarta Outer Ring Road (JORR). Perseroan sedang berdiskusi dengan sekuritas yang akan menangani aksi penerbitan dan menjalani proses pemeringatan. Namun, perseroan belum mengajukan rencana ini ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Perseroan, lanjut Donny, juga belum menentukan secara spesifik berapa dana yang bisa diraih dari KIK-EBA, karena tergantung dari permintaan investor. Namun, perseroan berharap mampu menghimpun dana sekitar Rp 2 triliun. Semula, Jasa Marga sempat mempertimbangkan penerbitan zero coupon bond. Menurut Donny, rencana ini belum menjadi pilihan dalam waktu dekat lantaran pricing obligasi tersebut cenderung mahal. Sementara itu, Jasa Marga menargetkan penyelesaian sejumlah pekerjaan proyek jalan tol tahun ini. Satu dari beberapa proyek yang ditargetkan tuntas adalah proyek jalan layang Jakarta-Cikampek II yang bakal difungsikan pada Desember 2019. Pekerjaan ruas jalan tol sepanjang 36,40 km tersebut telah mencapai 98,68%. Selanjutnya, terdapat proyek jalan tol Pandaan-Malang seksi Singosari-Malang yang progress kosntruksinya mencapai 97,76%, tol Balikpapan-Samarinda telah 96,91%, dan jalan tol Serpong-Kunciran yang sudah 100%. Hingga kuartal III 2019, Jasa Marga berhasil mengoperasikan jalan tol sepanjang 1.041 Km dengan penambahan panjang jalan tol baru di tahun 2019 sepanjang 41,46 Km. Tercatat, ruas tol yang beroperasi sejak tahun lalu antara lain Medan Kualanamu-Tebing Tinggi Seksi VII (Sei Rampah-Tebing Tinggi) sepanjang 9,26 Km, dan Pandaan Malang Seksi Pandaan-Singosari sepanjang 30,6 Km, serta Gempol-Pandaan sepanjang 1,6 Km.     Sumber : Investor Daily

Artikel ini telah tayang di Investor.id dengan judul "Jasa Marga Raih Pinjaman Sindikasi Bank Rp 2,3 Triliun"
Penulis: Farid Firdaus
Read more at: https://investor.id/market-and-corporate/jasa-marga-raih-pinjaman-sindikasi-bank-rp-23-triliun

🍉

Liputan6.com, Jakarta - PT Jasa Marga Tbk catat kenaikan earnings before interest, taxes, depreciation and amortization atau EBITDA sebesar 16,9 persen pada kuartal III 2019. Angka ini naik dari kuartal III 2018 sebesar Rp 4,28 triliun menjadi Rp 5 triliun pada kuartal III 2019.
Hal ini diungkapkan oleh Direktur Keuangan Jasa Marga Donny Arsal. Peningkatan ebitda terefleksi dari kinerja yg meningkat dan dana yang tersedia untuk memenuhi kewajiban. Untuk diketahui, EBITDA merupakan pendapatan perusahaan sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi.
"Kita lihat di kuartal III ini traffic jalan tol positif, karena memang kita sambungkan beberapa kota dengan Trans Jawa jadi kota-kota saling berhubungan," ungkap Donny di Jakarta, Selasa (05/11/2019).
Donny juga menggarisbawahi kemampuan bayar utang perusahaan yang mumpuni. Total liability to total equity Jasa Marga naik dari 3,08 kali pada kuartal III 2018 menjadi 3,23 kali pada 2019 di kuartal yang sama.
"Artinya kita punya kapasitas membayar utang 3 kali dari kewajiban," tambahnya.
Pendapatan tol Jasa Marga, menurut Donny, tidak dapat disamakan dengan pendapatan usaha lainnya. Pendapatan riil ruas tol dimulai saat proyek pembangunan tol selesai.
"Pendapatan konstruksi semakin kecil itu kenapa? Karena proyeknya semakin sedikit, semakin habis. Justru pendapatan sebenarnya itu dimulai ketika tol beroperasi," tuturnya.
Setelah resmi beroperasi, ruas tol juga tidak semata-mata bisa langsung menghasilkan pendapatan, karena biasanya ada masa uji coba dan penyesuaian pengguna kendaraan berpindah dari ruas arteri ke ruas tol.

"Tol itu nggak langsung ada uangnya. Perlu land clearing, perlu proses konstruksi. Setelah selesai nggak bisa diterapkan 100 persen. Revenue tol akan meningkat seiring dengan kawasan di sekitarnya. Ada grow story di situ," tambahnya.

🍒
JAKARTA, investor.id – PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) membukukan pendapatan Rp 4,37 triliun hingga kuartal III-2019, naik 6,5% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 4,11 triliun. Seiring itu, laba bersih perseroan naik 8,4% menjadi Rp 303,26 miliar dari Rp 279,81 miliar. Direktur Utama Wijaya Karya Beton Hadian Pramudita mengatakan, perolehan pertumbuhan hingga September ini adalah bagian dari hasil ekspansi perusahaan, salah satunya masuk ke segmen jasa konstruksi. “Langkah awal yang baik, bagaimana segmen jasa kontruksi telah memberikan kontribusi 14,8% terhadap total pendapatan. Kami yakin jasa ini akan bisa menjadi sumber pertumbuhan bagi perusahaan ke depan selain dari produk beton pracetak dan quarry,” ungkap Hadian dalam keterangan resmi, Selasa (29/10). Menurut Hadian, hasil positif pada perolehan pendapatan juga diikuti keberhasilan perusahaan mengoptimalkan efisiensi pada pos biaya. Biaya produksi di kuartal III-2019 naik 5,9% atau lebih rendah dibandingkan kenaikan pendapatan, yakni 6,5%. Bahkan, beban usaha mengalami penurunan sebesar 6,1%. Alhasil, laba usaha perusahaan pada kuartal III-2019 tumbuh lebih besar 14,3% menjadi Rp 490,49 miliar dari perolehan periode sama tahun lalu sebesar Rp429,01 miliar. Dengan pencapaian tersebut, margin usaha perusahaan meningkat 77 bps dari 10,4% menjadi 11,2%. Sementara itu, Direktur Keuangan Wijaya Karya Beton Imam Sudiyono mengungkapkan, selama Januari-September 2019, perusahaan juga berhasil meningkatkan margin profitabilitasnya melalui pengendalian pos biaya. Pada kuartal III-2019, margin usaha perseroan tercatat sebesar 11,2% naik dibandingkan di kuartal II-2019 sebesar 10,1% dan kuartal I-2019 sebesar 9,9%. “Secara kuartalan margin laba kami terus meningkat di tengah kondisi makro yang menantang, kami juga mengupayakan terus perbaikan margin laba selain menggenjot pertumbuhan,” ungkap Imam. Teranyar, total kontrak yang diperoleh Wika Beton hingga September 2019 mencapai Rp 10 triliun, yang terdiri atas perolehan kontrak baru Rp 4,8 triliun dan carry over sebesar Rp 5,2 triliun. Perolehan kontrak baru tersebut berasal dari induk  perseroan, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), sebesar 31% atau setara dengan Rp 1,49 triliun, kontrak dari pihak swasta sebesar 49% atau setara dengan Rp 2,35 triliun dan sisanya dari BUMN sebesar 19% dan pemerintah dengan porsi 1% dari total kontrak baru. Sebagai informasi, perusahaan menargetkan perolehan kontrak baru sepanjang tahun ini sebesar Rp 9,1 triliun. Sasaran proyek sampai dengan akhir tahun, antara lain proyek kilang minyak eksisting, jalur lintas Tebing-Siantar, Jalan kereta api Muara Enim, jalan tol Indrapur-Kisaran dan PLTU-1 berkapasitas 2x25 MW di Sulawesi Utara. Adapun untuk proyek dari internal, perseroan mengincar Tol Pekanbaru – Padang, Harbour Road fase 2, Stadion BMW, Tol Semarang-Demak dan PLTU Sumbagsel 2x150 MW. Prospek Saham Sementara itu, Mirae Asset Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli saham WTON dengan target harga Rp 1.000. Target harga tersebut didasarkan perkiraan kenaikan laba bersih Wika Beton menjadi Rp 509 miliar tahun ini dibandingkan perolehan tahun 2018 senilai Rp 486 miliar. Pendapatan juga diharapkan meningkat dari Rp 6,93 triliun menjadi Rp 7,67 triliun. Sedangkan pendapatan dan laba bersih tahun 2020 diperkirakan naik masing-masing menjadi Rp 8,44 triliun dan Rp 554 miliar. Begitu juga Samuel Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli saham WTON dengan target harga Rp 680 per saham. Target harga tersebut mengimplikasikan proyeksi PE tahun 2020 sekitar 10,1 kali. Target itu merefleksikan estimasi pertumbuhan laba bersih perseroan menjadi Rp 520 miliar tahun ini dan kembali naik menjadi Rp 596 miliar pada 2020, dibandingkan realisasi tahun 2018 senilai Rp 486 miliar. Riset Samuel Sekuritas menyatakan, pendapatan Wika Beton juga diharapkan tumbuh menjadi Rp 7,66 triliun tahun ini dan menjadi Rp 8,77 triliun pada 2020, dibandingkan perolehan tahun 2018 sebesar Rp 6,93 triliun. Sumber : Investor Daily

Artikel ini telah tayang di Investor.id dengan judul "Terungkap, Mengapa Kinerja Wika Beton Terdongkrak"
Penulis: Farid Firdaus
Read more at: https://investor.id/market-and-corporate/terungkap-mengapa-kinerja-wika-beton-terdongkrak
🍐


sesuai dengan analisis teknikal sekira pekan pertama Oktober 2019, ekh, ternyata tren harga saham WIKA bneran naek neh n bullish, khususnya jangka pendek, tapi juga sukses bullish jangka menengah n panjang: 
2130 dictak @ 24 Oktober 2019. 
🍇

brikut analisis teknikal sederhana tren harga saham WIKA neh : 
Support terkuat @ 1775, resistensi terkuat @ 1900. Stochastic yang mlesat naek mnunjukkan momentum beli yang rada kuat, malah agak mendekati area jenuh beli. Tekanan simple moving average (SMA) 20d (20 day) n 60d (60 day), yang berada di atas tren harga saham real time, menunjukkan tren kenaekan harga saham WIKA cuma berkisar periode jangka waktu pendek. Dalam jangka menengah n panjang, rada sulit berekspektasi naek. JO berekspektasi November n Desember bisa menjadi bulan tertinggi harga saham WIKA karna genjotan capital expenditures n penyelesaian proyek2. 
🍒



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembangunan ruas tol Serpong-Balaraja dipastikan terus jalan. Terbaru, PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) menggandeng perusahaan infrastruktur pelat merah PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).
Proyek tersebut sudah mulai dikerjakan ketika Direktur Operasi WIKA Agung Budi Waskto menerima penyerahan Surat Perintah Mulai Kerja. PT Trans Bumi Serbaraja resmi memberikan mandat kepada WIKA, akhir Juni lalu.

Sebagai rintisan, WIKA akan membangun seksi I terlebih dahulu. Seksi tersebut memiliki panjang sekitar 10 kilometer, menghubungkan kawasan BSD City dengan Tol Jakarta Outer Ringroad (JORR). “Kontrak antara WIKA dengan BSDE mencapai Rp 979 miliar,” ujar Direktur Operasi WIKA Agung Budi Waskito dalam keterangan yang diterima Kontan.co.id, Jumat (5/7).
Pembangunan proyek tersebut akan dibagi menjadi tiga paket. Paket pertama dan ketiga seksi I ruas tersebut akan dibangun November 2019.
Sedangkan paket kedua sudah dimulai pada Juni lalu. “Setelah itu pekerjaan konstruksi dilanjutkan dengan masa pemeliharaan selama tiga tahun,” kata Agung dalam keterangan tersebut. Itu berarti seksi I proyek jalan tol tersebut diperkirakan akan rampung pada tahun 2021.
Hal ini sekaligus memastikan bahwa ruas tol Serpong-Balaraja masih berlanjut. Sebelumnya Astra International Tbk (ASII) melalui anak usahanya Astra Infrastructure dan PT Transindo Karya Investama dipastikan cabut.
ASII maupun Transindo adalah bagian dari konsorsium PT Trans Bumi Serbaraja sebagai badan usaha jalan tol (BUJT) ruas tol Serpong-Balaraja. Sebagai informasi, konsorsium tersebut sudah dibentuk sejak tahun 2016.
“Ada beberapa asumsi bisnis yang berubah sehingga Astra Infra memutuskan untuk tidak melanjutkan proyek tersebut,” kata CEO Toll Road Business Gorup Astra Infra, Krist Ade Sudiyono kepada Kontan.co.id, Kamis (4/7) lalu.
Sebelumnya ASII, mengempit porsi 25% saham konsorsium tersebut. Jumlah itu sama dengan jumlah yang dipegang oleh PT Transindo Karya Investama, anak usaha Kompas-Gramedia Group. Sedangkan 50% lainnya dipegang oleh Bumi Serpong Damai.
Namun kini, PT Trans Bumi Serbaraja sudah sepenuhnya dimiliki oleh BSDE. Laporan keuangan BSDE Maret 2019 lalu menunjukkan telah terjadi transaksi antara BSDE dengan Astra Infra dan Transindo. BSDE membeli 75.000 saham Trans Bumi Serbaraja dari kedua perusahaan itu senilai Rp 90,92 miliar. Dengan begitu, BSDE memiliki 100% kepemilikan ruas tol Serpong-Balaraja.
BSDE tentu tak mau investasinya di jalan tol tersebut mangkrak. Maklum nilai investasi BSDE untuk ruas tol tersebut cukup besar. “Nilai investasinya masih belum bisa fix. Bisa bertambah, bisa berkurang. Kisarannya di atas Rp 3 triliun,” kata Direktur Utama BSDE Hermawan Wijaya kepada Kontan.co.id, Sabtu (6/7). Apalagi di akhir tahun 2016 lalu PT Trans Bumi Serbaraja juga dapat pinjaman duit dari sindikasi perbankan dan lembaga keuangan senilai Rp 4,3 triliun dengan tenor 15 tahun.

Para kreditur sindikasi tersebut yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dengan kucuran dana sebesar Rp 2,6 triliun, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan kucuran dana sebesar Rp 1 triliun, PT Sarana Multi Infrastruktur dengan kucuran dana sebesar Rp 700 miliar.
🍓


per tgl 28 Agustus 2019: 
Bisnis.com, JAKARTA— PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. telah mengantongi kontrak baru Rp20,3 triliun hingga pekan ketiga Agustus 2019 atau setara dengan 32,87 persen dari target yang dibidik tahun ini.
Dalam siaran pers, Rabu (28/8/2019), emiten berkode saham WIKA itu melaporkan realisasi kontrak baru Rp20,3 triliun per pekan ketiga Agustus 2019. Posisi itu bertambah Rp5,07 triliun dari Rp15,23 triliun pada semester I/2019.
Dengan realisasi itu, WIKA merealisasikan 32,87 persen dari target nilai kontrak baru 2019. Total nilai yang dibidik senilai Rp61,74 triliun.
Manajemen emiten berkode saham WIKA itu menyebut perolehan kontrak baru dari kesepakatan bisnis atau framework agreement dengan negara-negara Afrika dalam Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue (IAID) 2019 dan proyek Jakarta International Stadium (JIS).
Berdasarkan catatan Bisnis, Wijaya Karya meneken sejumlah kesepakatan dalam IAID 2019. Perseroan mendapatkan dukungan dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia di Afrika sebesar US$356 juta atau sekitar Rp4,98 triliun.
Adapun, proyek yang akan WIKA itu yakni pelabuhan terminal likuid di Zanzibar, Tanzania, senilai US$40 juta, pembangunan kawasan bisnis terpadu di Senegal senilai US$250 juta, dan pembangunan rumah susun di Pantai Gading senilai US$66 juta.
Sebelumnya, Direktur Utama Wijaya Karya Tumiyana mengatakan perseroan masih optimistis mampu mencapai target kontrak baru Rp61,74 triliun pada 2019. Pihaknya menegaskan belum berencana merevisi turun target tahun ini.

“Sampai dengan kuartal III/2019, kontrak baru akan bergerak menjadi sekitar Rp37 triliun,” ujarnya.
🍏

per tgl 12 Agustus 2019: 
tren harga saham JSMR tampaknya cukup meyakinkan akan naek. isunya: tren harga saham saat ini berada di bawah medium Bollinger Band, tapi sdikit d atas MA 50d, sdangkan stochastic menunjukkan momentum beli lemah (36, d bawah 50). Bisa kah tren harga saham jsmr tembus 6K trus k 6200-an lage, sbuah ekspektasi teknikal yang mungkin aza terjadi, bo. 

ada 2 tren harga saham yang mencolok perbedaannya: jsmr n wika cenderung beriringan n naek trennya; bandingkan dengan tren harga saham KIJA n ASRI, yang beriringan n nyaris berhimpitan, tapi jauh d bawah tren harga jsmr n wika. Nah, satu-satunya saham yang diamati teknikalnya di grafik ini n berbeda dari kedua tren tsb di atas: APLN. Bergejolak bingitz lah. Mungkin menggambarkan bahwa tren teknikal  harga saham infrastruktur lebe bagus daripada saham properti. Apln agaknya dipengaruhi oleh isu-isu heboh di seputar kejahatan 'white-collar'nya. 
🍆


Bisnis.com, JAKARTA— PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. mengklaim mendapatkan banyak tawaran pekerjaan konstruksi dari negara-negara di benua Afrika.
Mahendra Vijaya, Corporate Secretary Wijaya Karya mengungkapkan perseroan mendapatkan banyak tawaran pekerjaan dari negara-negara di Afrika. Kendati demikian, emiten berkode saham WIKA itu tidak dapat menerima semua proyek.
Dia menuturkan harus melakukan kajian mendalam untuk proyek luar negeri yang diambil. Hal itu khususnya menyangkut faktor risiko dan keamanan.
Mahendra menuturkan ada beberapa negara di Afrika yang kini tengah dalam proses negosiasi.
“Calonnya banyak, ada Zanzibar, Madagaskar, Senegal, Rwanda, dan Pantai Gading,” ujarnya di Jakarta, Rabu (7/8/2019).
Pihaknya mengungkapkan beberapa proyek yang disasar antara lain infrastruktur, seperti jalan dan pelabuhan, apartemen, serta gedung bank sentral. Potensi total nilai kontrak yang dapat dikantongi perseroan mencapai Rp2 triliun.
Sebelumnya, Direktur Operasi III Wijaya Karya Destiawan Soewardjono menuturkan perseroan telah merealisasikan kontrak baru dari luar negeri Rp827 miliar pada Januari 2019—Juni 2019. Nilai tersebut didapatkan kontraktor pelat merah itu dari sejumlah negara.
Destiawan mengungkapkan masih membidik sejumlah proyek di luar negeri pada semester II/2019. Sebagai gambaran, WIKA mengincar proyek jembatan di Serawak, Malaysia, dengan nilai sekitar Rp900 miliar.
Bahkan, perseroan juga tengah mengincar salah satu proyek perumahan di Pantai Gading. Nilai kontrak yang diincar perseroan dari negara itu sekitar Rp900 miliar.
Saat ini, lanjutnya, WIKA dan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) tengah melakukan negoisasi terkait nilai proyek, tata cara, dan terms pembayaran untuk proyek di Pantai Gading.

“Jadi kalau target semester II/2019 tercapai semua jadi Rp4 triliun sehingga capaian kontrak baru dari luar negeri menjadi Rp4,8 triliun tahun ini,” paparnya
🍈

Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pengatur Jalan Tol Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melakukan promosi peluang investasi di sektor jalan tol ke investor asing di Singapura. Investor disebut bisa berpartisipasi secara langsung maupun tidak langsung.
Kepala BPJT Danang Parikesit mengatakan bahwa Singapura memiliki posisi penting bagi perkembangan investasi asing di Indonesia. Hal ini tercermin dari posisi Singapura sebagai negara asal penanaman modal asing paling besar di Indonesia hingga kuartal pertama 2019. Untuk itu dalam ajang
Posisi Singapura di bidang investasi makin strategis, mengingat Singapura masih merupakan negara dengan investasi terbesar di Indonesia hingga triwulan pertama tahun ini.
Dalam ajang The 2nd Indonesia Investment Day (IID) di Singapura, BPJT memaparkan peluang investasi jalan tol yang bisa digarap investor asing.
"Singapura juga kerap dijadikan referensi dari berbagai perwakilan perusahaan multinasional yang akan mengembangkan usaha di Kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia," ujarnya melalui siaran pers Sabtu (27/7/2019).
Danang mengakui bahwa masih banyak investor asing yang takut mengambil risiko investasi berbasis proyek seperti pada proyek jalan tol. Namun, calon investor mempunyai tiga pilihan skema yang bisa dipertimbangkan untuk memulai berinvestasi di bisnis jalan tol.
Pertama, calon investor bisa masuk melalui pasar modal yang mana perusahaan tol sudah menjadi emiten di Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan catatan Bisnis, saat ini sedikitnya dua perusahaan jalan tol dikendalikan oleh investor asing, yaitu PT Nusantara Infrastructure Tbk. (META) dan PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk. (CMNP).
Berdasarkan laporan META ke BEI, per 10 Juli 2019, pemegang saham pengendali META adalah PT Metro Pacific Tollways Indonesia (MPTI) dengan porsi saham 74,24 persen. MPTI adalah anak usaha perusahaan tol terbesar di Filipina, Metro Pacific Tollways Corporation.
Sementara itu, pemegang saham terbesar CMNP adalah BP2S/SG BNP Paribas Wealth Management Singapore Branch.
Dalam laporan ke BEI, entitas terebut digolongkan sebagai investor asing dengan porsi kepemilikan 47,16 persen.
Kedua, investor juga bisa bergabung ke dalam konsorsium badan usaha jalan tol.
Danang menyebutkan bahwa pihaknya bisa memfasilitasi investor yang tertarik menanamkan yang lewat skema ini.
"Tentu saja hal ini aman bagi investor asing mengingat BUJT [badan usaha jalan tol] memahami betul proses bisnis jalan tol sehingga mengurangi risiko yang harus dihadapi oleh investor asing,” jelas Danang.
Dari 33 perusahaan jalan tol yang ada di Indonesia, sedikitnya ada tiga investor asing yang sudah bercokol. Investor asal Malaysia, CMS Works International Limited sudah berpartisipasi di PT Jasamarga Cengkareng Kunciran dengan porsi saham sebanyak 21 persen.
Di ruas Tangerang—Merak, Capital Holding Investment Limited memegang 15,69 persen saham PT Marga Mandalasakti.
Adapun, perusahaan investasi CapAsia mengempit 25 persen saham PT Margautama Nusantara (MUN). MUN merupakan subholding bisnis jalan tol META dengan portofolio empat ruas jalan tol.
Danang menerangkan, opsi ketiga yang bisa ditempuh calon investor yakni penyertaan langsung dengan menjadi pimpinan konsorsium. Skema ini merupakan yang paling sarat risiko dibandingkan dengan dua opsi lain.

“Sudah ada beberapa perusahaan asing yang melakukan hal ini, biasanya adalah perusahaan yang awalnya memang bergerak di bisnis jalan tol,” kata Danang.
🍐
JAKARTA okezone- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) resmi menetapkan konsorsium PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk (PTPP), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) dan PT Misi Mulia Metrical sebagai pemenang lelang jalan Tol Semarang - Demak.
Penetapan tersebut tertuang dalam surat nomor PB.02.01-Mn/1347 tanggal 17 Juli 2019 perihal penetapan pemenang pada pelelangan pengusahaan jalan tol Semarang-Demak yang terintegrasi dengan pembangunan tanggul laut kota Semarang.
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Danang Parikesit mengatakan, usai ada penetapan lelang, konsorsium itu berkewajiban untuk membentuk Nadan Usaha Jalan Tol (BUJT) dengan waktu 2 bulan. Serelah itu, akan dilanjutkan dengan penandatanganan perjanjian pengusahaan jalan tol yang akan dilaksanakan selambat-lambatnya tiga bulan sejak penetapan lelang.
“Timeline pembentukan BUJT. Itu nantinya akan menjalankan penyelenggaraan perusahaan. Waktunya hanya 2 bulan. Kadang pengerjaannya bisa gampang atau sulit,” ujarnya di Kantor BPJT, Jakarta, Jumat (19/7/2019).
Danang menambahkan, jalan tol ini nantinya juga berfungsi sebagai tanggul rob yang selama ini kerap terjadi dan menggenangi jalan nasional. Banjirnya jalan nasional ini sering menimbulkan kemacetan lalu lintas dan terganggunya perekknomian disekitar wilayah industri.
“Sangat penting (jalan tol tanggul rob) bagi kita di saerah pantai yang ada kenaikan air laut. Wika sebagai BUMN punya kemampuan tinggi teknologi konstruksinya,” jelasnya
Danang menambahkan, masa konsesi tol ini adalah selama 35 tahun sejak surat perintah mulai kerja pertama diterbitkan oleh BPJT.
Pembangunan jalan tol ini menelan investasi sekitar Rp15,3 triliun dan ditargetkan berlangsung selama 2 tahun. Lahan yang dibutuhkan seluas 1.887.000 meter persegi. Lahan dibagi menjadi dua seksi, yatu seksi I Kota Semarang dan Seksi ll Kabupaten Demak.
Secara teknis Jalan Tol Semarang-Demak direncanakan memiliki empat simpang susun yaitu Kaligawe, Terboyo, Sayung dan Demak.
“Ada tim yang akan bantu BPK lahan untuk proses pembebasan lahan,” ucap Danang.
(dni)
🍉

Bisnis.com, JAKARTA - Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang digarap oleh PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. terus bergulir dan berpotensi menyumbang pendapatan sekitar Rp9,5 triliun pada 2019. Bagaimana prospek kinerja dan saham emiten BUMN berkode saham WIKA itu?
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Joshua Michael menuliskan dalam risetnya bahwa WIKA berpotensi mendapatkan tambahan laba bersih dari proyek kereta cepat Jakarta—Bandung. Jumlah laba bersih yang berpeluang dikantongi yakni Rp350 miliar pada 2019 dan Rp215 miliar pada 2020.
“Dengan asumsi margin laba bersih sebesar 5,5% hingga 6%,” tulisnya dalam riset.
Joshua menilai tidak ada masalah dari segi pendanaan. Pasalnya, KCIC sebagai operator telah mendapatkan pinjaman US$1,1 miliar dari CDB.
“Begitu juga dengan akuisisi lahan yang telah mencapai 96% hingga saat ini,” imbuhnya.
Dia memberikan rekomendasi beli untuk saham WIKA. Target harga jangka panjang berada di level Rp3.000 per saham.
Kendati demikian, pihaknya juga menggarisbawahi sejumlah risiko dari rekomendasi yang diberikan yakni tertundanya tender proyek, gangguan dalam proyek kereta cepat Jakarta—Bandung, pertumbuhan negatif anggaran infrastruktur negara, serta volatilitas suku bunga.
Dalam riset yang dipublikasikan melalui Bloomberg, analis PT Sucor Sekuritas Joey Faustian menuliskan bahwa WIKA memiliki total orderbook atau kontrak dihadapi Rp125 triliun per Desember 2018. Nilai itu mewakili rasio kontrak dihadapi terhadap pendapatan 4,3 kali.
“Memberikan profitabilitas yang kuat selama 4 tahun ke depan,” tulisnya.
Dari sisi debt to equity ratio (DER), Joey menyebut WIKA berada di posisi terendah kedua dengan 0,8 kali. Pihaknya berharap ke depan WIKA mempertahankan gearingrendah di 0,9 kali hingga 1,1 kali.
Dia menginisiasi ulasan terhadap saham WIKA dengan rekomendasi beli. Target harga saham menurutnya berada di level Rp2.700.
“WIKA adalah top picks kami di sektor konstruksi karena percaya perseroan memiliki prospek pertumbuhan laba bersih yang kuat didukung order book terkuat, utang yang rendah, dan rekam jejak manajemen yang terbukti untuk menjaga arus kas stabil,” paparnya.
Berdasarkan data Bloomberg, harga saham WIKA ditutup stagnan Rp2.340 pada penutupan perdagangan, Kamis (12/7). Kontraktor pelat merah itu diperdagangkan dengan price earning ratio (PER) 18,43 kali.

Untuk periode berjalan 2019, pergerakan WIKA masih berada di teritori positif. Tercatat, saham perseroan telah menghasilkan return positif 41,39%.
🍇

JAKARTA okezone- PT Jasa Marga (Persero) mendapatkan rating AA surat utang yang diterbitkan perseroan dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Hal tersebut didorong oleh melesatnya pertumbuhan EBITDA (Earning Before Interest, Taxes, Depreciation and Amortization) PT Jasa Marga(Persero) Tbk (JSMR) atau pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi di kuartal I/2019.
Dikutip dari Harian Neraca, Senin (24/6/2019), Ebitda Jasa Marga di Kuartal I-2019 adalah sebesar Rp1,81 triliun, tumbuh sebesar 14,5% atau sekitar Rp229,58 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Corporate Secretary Jasa Marga, M. Agus Setiawan di Jakarta, kemarin menyampaikan, Pefindo memberikan rating idAA (double A) dengan outlook stabil terhadap perseroan. Rating ini berlaku untuk periode 14 Juni 2019 sampai dengan 1 Juli 2020. Selain itu, Pefindo menetapkan rating idAA untuk dua surat utang JSMR. Pertama, Obligasi XIV Seri JM-10 Tahun 2010, yang berlaku untuk periode 14 Juni 2019 sampai dengan 1 Juni 2020.
Kedua, Obligasi Berkelanjutan I Tahap II Seri T Tahun 2014, yang berlaku untuk periode 14 Juni 2019 sampai dengan 19 September 2019. JSMR merupakan salah satu BUMN yang gencar mencari alternatif pendanaan, termasuk obligasi. Sebelumnya, Agus mengatakan perseroan menganggarkan belanja modal sekitar Rp27 triliun pada 2019.
Manajemen JSMR memproyeksikan akan mengoperasikan empat jalan tol baru dan menambah konsesi sekitar 250 kilometer (km) tahun ini. Pada 2018, total konsesi yang dimiliki JSMR sepanjang 1.527 km. Panjang ruas yang telah dioperasikan 1.000 km tahun lalu. Asal tahu saja, untuk menjaga kondisi keuangan perusahaan tetap solid dan untuk memperkuat struktur permodalan, Jasa Marga kembali melakukan inovasi alternatif pendanaan berbasis ekuitas yaitu Kontrak Investasi Kolektif Dana Investasi Infrastruktur (KIK DINFRA)
(rhs)
🍇

per tgl 09 April 2019, tren harga saham JSMR mnuju 6400 neh, scara teknikal : 
stochastic menunjukken  tren harga saham masuk area jnuh BLI seh, tapi ttap bergerak naek, bahkan mungkin dibantu momentum bullish dalam jangka pendek (MA 20D @ 5602, maka ekspektasi tembus 6200 lage bisa terjadi. 6200 itu rekor tertinggi @ jsmr seh. 
🍋


per tgl 26 Maret 2019, tren harga saham JSMR balek lage k tertinggi @5475 neh, scara teknikal emang mungkin aza seh : 

5500 bukan halangan bsar lah. momentum penguatan harga tlah kluar dari area jenuh beli (STOCHASTIC d bawah 80). tren harga bullish jangka pendek, harga d atas MA 20D (5215) mnuju batas atas Bollinger Band @ 5465. agaknya ekspektasi k 5500 ga terlalu berlebihan. Namun ati2 jika masuk area jenuh beli ya, bisa2 berbalik arah k 5400, 5300. 
🍧


per tgl 14 Maret 2019, tren bullish jangka pendek (MA 20D) mase ada, bahkan stochastic menunjukkan tren BELI yang kuat, walo dkat AREA JENUH BLI (stoc 80-100). Berarti wika mase mungkin mengincar 2K juga akhirnya. 1975 sbagai puncak tertinggi 2019 mesti dilalui scara susah payah seh. 


🍅


per tgl 24 April 2018, secara teknikal tren bullish JANGKA PANJANG @ harga saham WIKA dah usai... dalam jangka pendek momentum JENUH JUAL makin dekat ... batas bawah Bollinger Band 1446 mase jauh dari harga tutup per hari ini (1680) n skaligus lom mendekati AVG 1308 (hasil trading JO), yang ternyata stidaknya tlah tercapai sejak 21 Oktober 2010 (yaitu sekira 7 taon lebe lalu)... ekspektasi sederhana JO tren harga saham WIKA bisa menuju 1770 (MA 20D), walo agak sulit balek k 2K atwa 2100an lage, karna faktor fundamental arus kas yang kurang bagus. 

🌱

per tgl 06 April 2018, analisis teknikal saham WIKA mulai menunjukkan tren naek (bullish) jangka pendek (SMA 5D), menengah (SMA 20D) (liat kurva berwarna: pink n blue). 
🌳
per tgl 04 April 2018, tren harga saham WIKA tampaknya berINDEKSulkus TINGGI (luka amat dalam) d 7,92: 
ada ekspektasi bahwa jarak antara 7,92 s/d 2,17 mesti tertutupi, supaya kondisi tren harga saham WIKA BISA WAJAR lage di sekira 2K. 
🌹

per tgl 05 Maret 2018, tren harga saham WIKA kembali AMBLES, analisis teknikal sederhanya, sbb: 

ekspektasi sederhana JO @ tren harga saham WIKA: dah masuk area JENUH JUAL sih (Stochastic), tapi batas bawah Bollinger Band nyaris tertembus neh (1865); bahkan tren BEARISH (turun) dalam jangka pendek (di bawah MA20D, 1940). Tren berbalik arah naek tampaknya mase brat. Jaga batas bawah / support 1840 supaya ga bablas ke 1800an lage. Jika berbalik arah naek, mungkin 1900 jadi UJI PSIKOLOGIs kuat. 

🍊


per tgl 25 Januari 2018, tren harga saham WIKA @ 2120 neh : 
🍭
per tgl 24 Januari 2018: tren harga saham WIKA mencapai 2070 neh :


mase sesuai dengan ekspektasi teknikal sederhana per tgl 17 Januari 2018 seh :)
MALAH k 2100 neh : 

per tgl 17 Januari 2018: 
ekspektasi: tren harga saham wika @ stochastic mase dalam area jenuh jual, walo mulai terjadi pembalikan arah naek ... secara teknikal, tren mase bearish jangka pendek @ MA 20D : 2285... namun ekspektasi naek menuju k 2K ada pasca pembalikan arah, mantul naek saat daya beli saham wika makin kuat


menurut investing.com:

Analisis Teknikal WIKA


Rangkuman:BELI
Rata-Rata Bergerak:BELIBeli (12)Jual (0)
Indikator Teknikal:BELIBeli (5)Jual (0)

Pivot Points17/01/2018 00:08 GMT

NamaS3S2S1Pivot PointR1R2R3
Klasik1.9141.9221.9291.9371.9441.9521.959
Fibonacci1.9221.9281.9311.9371.9431.9461.952
Camarilla1.9311.9321.9341.9371.9361.9381.939
Woodie's1.9121.9211.9271.9361.9421.9511.957
DeMark's--1.9251.9351.940--

Indikator Teknikal17/01/2018 00:08 GMT


NamaNilaiTindakan
RSI(14)81,770Beli Berlebih
STOCH(9,6)81,949Beli Berlebih
STOCHRSI(14)92,998Beli Berlebih
MACD(12,26)40,528Beli
ADX(14)70,895Beli Berlebih
Williams %R-3,226Beli Berlebih
CCI(14)132,6662Beli
ATR(14)18,9286Volatilitas Tinggi
Highs/Lows(14)74,6429Beli
Ultimate Oscillator73,012Beli Berlebih
ROC7,778Beli
Bull/Bear Power(13)119,1280Beli
Beli: 5

Jual: 0

Netral: 0

Rangkuman:BELI

Rata-Rata Bergerak17/01/2018 00:08 GMT

PeriodeSederhanaEksponensial
MA51.925,0000
Beli
1.920,0247
Beli
MA101.884,0000
Beli
1.892,1725
Beli
MA201.840,7500
Beli
1.858,4817
Beli
MA501.796,4000
Beli
1.788,8921
Beli
MA1001.678,7500
Beli
1.722,7217
Beli
MA2001.629,7000
Beli
1.709,6122
Beli
Beli: 12

Jual: 0

Rangkuman:BELI

Comments

Popular posts from this blog

onlineisasi-digitalisasi (5)

analisis fundamental sederhana: saham KONSUMER (mapi, myor, unvr, icbp, amrt, cpin, hero, mapi, cleo, ades)

terkait fundamental saham ENERGI n TAMBANG (3) (pgas, adro, indy, bumi, antm, elsa)