OMDO @ saham 50: RISIKO PASAR modal, saham (2)

🍁
secara teknikal memang tren ihsgALAU sdang GALAu seh: stochastic menunjukkan momentum BLI LEMAH, bahkan nyaris masuk area JENUH JUAL NEH; ulcer index menunjukkan sbenernya trauma 1.0 aza, berarti ada risiko teknikal walo tidak tinggi seh; secara kasat mata: support @ 6K, 5750 terliat, resistensi @ 6250, 6500 n 6750 tampak. Jika gerak gerik ekonomi makro tidak myakinken, maka tren ihsGALAU akan menyentuh 6K dulu trus k 5750 di akhir November 2019. Desember "window dressing" 2019 akan menjadi uji terkuat ihsg berbalik arah tetap di ATAS 6K, bahkan k 6250, 6500. Liat aza.
Jakarta -detik
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengubah aturan penolakan otomatis atau auto rejection atas perdagangan saham. Mulai hari ini jika ada saham turun hingga 10% langsung terkena auto rejection.
Keputusan itu menindaklanjuti Surat Perintah Kepala Departemen Pengawasan Pasar Modal 2A Otoritas Jasa Keuangan Nomor: S-273/PM.21/2020 tanggal 9 Maret 2020 perihal Perintah Mengubah Batasan Autorejection pada Peraturan Perdagangan di Bursa Efek dan Surat Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor: Kep-00023/BEI/03-2020 perihal Perubahan Batasan Auto Rejection.
Keputusan itu diambil juga lantaran melihat kondisi perdagangan pasar modal yang cukup mengkhawatirkan. Kemarin Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 6,5% ke 5.136.
Untuk menjaga penurunan harga saham yang wajar maka BEI mengubah batas bawah auto rejection seluruh fraksi menjadi 10%. Sementara untuk batas atasnya tetap yakni 20%, 25% dan 30%.
Berikut rincian perubahan ketentuan batasan Auto Rejection sebagai berikut:
- Lebih dari 35% di atas atau 10% di bawah acuan harga untuk saham dengan rentang harga Rp 50 sampai dengan Rp 200
- Lebih dari 25% di atas atau 10% di bawah acuan harga untuk saham dengan rentang harga lebih dari Rp 200 sampai dengan Rp 5.000
- Lebih dari 20% di atas atau 10% di bawah acuan harga untuk saham dengan harga di atas Rp 5.000.
Ketentuan sebagaimana tersebut berlaku efektif sejak hari Selasa, tanggal 10 Maret 2020 sampai dengan batas waktu yang akan ditetapkan kemudian.

🍏



Bisnis.com, JAKARTA – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah mempertimbangkan untuk membuat papan pencatatan baru yang mewadahi saham-saham yang masuk dalam kategori pengawasan khusus, sebagai pengembangan dari wacana penghapusan batas bawah harga saham.
Sebelumnya, pada 2019 lalu BEI berencana menghapuskan batas bawah harga saham terendah untuk meningkatkan transparansi perdagangan saham. Namun, seiring berjalannya waktu wacana itu tertunda dan disebut bakal terlaksana di 2020.
Direktur Perdagangan dan Penilaian Anggota Bursa BEI Laksono Widodo mengatakan hingga saat ini pihaknya masih terus mengkaji langkah yang sebaiknya dilakukan untuk menangani saham-saham yang terjerembap di level harga terendah alias Rp50.
Wacana yang saat ini jadi pilihan adalah memisahkan pencatatan saham-saham gocap di sebuah papan baru. Adapun mengenai batas bawah harga saham, Laksono mengatakan hal tersebut masih dipertimbangkan.
“Apakah langsung batas bawahnya dilepas atau menunggu dulu, masih akan ditentukan kemudian. Tapi papannya dibentuk dulu,” katanya saat dihubungi Bisnis.com baru-baru ini.
Menurutnya saat ini rencana tersebut termasuk perangkat peraturan perdagangannya tengah menunggu persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Bila disetujui, BEI akan melakukan penilaian untuk masing-masing saham untuk menentukan penempatannya.
“Karena tidak semua perusahaan itu trading [di level] Rp50 karena alasan-alasan yang sifatnya going concern, tapi ada juga yang memang value-nya di situ,” tambahnya.
Di sisi lain, Laksono menyebut implementasi rencana ini tak bakal dilaksanakan dalam waktu dekat. Pasalnya, selain menunggu lampu hijau dari OJK, bursa juga masih menunggu situasi pasar lebih kondusif.
Definitely tidak di semester I, tapi so far masih di 2020. Kan sekarang masih banyak sekali dampak dari kasus Jiwasraya masih ada coronavirus, menunggu market tenang,” tutur Laksono.
Berdasarkan catatan Bisnis.com, penghuni kelompok saham gocapan tercatat terus mengalami peningkatan dalam tiga tahun terakhir. Pada 2017, tercatat hanya 35 emiten yang masuk ke dalam daftar ini.
Namun, anggota kelompok bertambah menjadi 41 emiten pada 2018. Tidak berhenti di situ, jumlah kelompok saham yang diperdagangkan dengan harga kisaran batas bawah itu bertambah menjadi 71 tahun lalu.

Untuk periode berjalan 2020, jumlah anggota kelompok saham gocapan kembali bertambah. Saat ini, setidaknya terdapat 101 emiten masuk ke dalam daftar tersebut.
🍉

JAKARTA, investor.id – Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan bahwa pihaknya sangat berhati-hati dan tak mau gegabah dalam menghadapi anjloknya indeks harga saham gabungan (IHSG) akibat sentimen negatif Virus Korona. Direktur Utama BEI Inarno Djajadi menyatakan bahwa pihaknya telah menyiapkan beberapa opsi strategis untuk mengantisipasi apabila pergerakan IHSG turun semakin mendalam. Pada perdagangan Jumat (28/2), IHSG ditutup turun 82,99 poin (1,49%) ke level 5.452,7. Pada perdagangan sesi I, indeks sempat terpangkas 4%. Sehari sebelumnya, indeks anjlok 2,7%. “Penurunan ini memang terjadi secara global. Kalau kita lihat bursa-bursa lain di dunia tidak ada yang melakukan suspensi. Kita lihat Dow Jones turun sekitar 4%, S&P juga sekitar 4,4%-an. Itu mereka tidak reaktif. Yang bisa kita lakukan yaitu mempersempit rentang dari rejection. Lalu, seperti opsi buyback, tapi itu juga bukan wewenang BEI, melainkan OJK,” jelas Inarno, Jumat (28/2). Dia menegaskan, pihaknya terus berkoordinasi dengan OJK dan tidak mau terburu-buru untuk memberlakukan kebijakan baru terkait auto rejection, apabila nantinya IHSG semakin tergerus. Namun, BEI akan terlebih dahulu melakukan auto halt, jika situasi makin memburuk. “ Koordinasi dengan OJK intens. Ada beberapa policy yang beberapa bagiannya di OJK seperti buyback tanpa RUPS. Tapi, dari kami, ada juga kebijakan yang lain. Jadi, kami sangat hati-hati,” ujarnya. Dalam surat keputusan Direksi PT BEI nomor Kep-00366/BEI/005-2012 mengenai tindakan yang dilakukan bursa dalam hal terjadi kondisi darurat pada poin III.3.8 disebutkan, jika terjadi kepanikan pasar dalam melakukan transaksi jual dan atau beli sehingga mengakibatkan IHSG mengalami penurunan lebih dari 10%, akan dilakukan trading halt selama 30 menit. Namun, jika IHSG mengalami penurunan mencapai lebih dari 15% setelah trading halt, maka akan dilakukan trading suspend sampai akhir sesi perdagangan atau lebih dari satu sesi perdagangan setelah mendapat persetujuan OJK. Inarno menambahkan, terkait suspensi perdagangan di BEI, pihaknya bisa saja melakukan itu tanpa harus menunggu koreksi IHSG sampai 10%. Akan tetapi, dia belum bisa memberikan keterangan mengenai rincian lebih lanjutnya. “Tidak harus sampai 10%, cuma saya belum bisa bicara detailnya. Tapi yang jelas tidak 10%,” ujarnya. Selain opsi tersebut, lanjut Inarno, jika IHSG mengalami penurunan yang drastis, kemungkinan otoritas bursa akan membuka peluang untuk melakukan perubahan auto rejection simetris menjadi asimetris. Namun, langkah tersebut juga masih akan dicermati dengan hati-hati sambil mengamati pergerakan IHSG. Adapun selama ini perdagangan di BEI menggunakan aturan auto reject simetris yang mana batas kenaikan maksimum atau batas atas dan batas penurunan maksimum atau batas bawah memiliki jumlah yang sama. 

  • Aturan simetris mengatur harga saham Rp 50-200  batas atas dan batas bawah sebesar 35%. 
  • Harga saham Rp 200-5.000 batas atas dan batas bawahnya sebesar 25%, dan 
  • harga saham di atas Rp 5.000 batasnya sama-sama sebesar 20%. 
  • Namun, apabila nanti dilakukan auto reject asimetris, maka perubahan yang terjadi, batas bawah untuk semua harga saham sebesar 10%. 
  • Sedangkan untuk batas atas, saham dengan harga Rp 50-200 sebesar 35%. 
  • Kemudian, harga Rp 200-5.000 sebesar 25% dan 
  • harga saham di atas Rp 5.000 sebesar 20%. 

Menurut Inarno, tergerusnya pergerakan IHSG memang murni akibat dari sentimen negatif Virus Korona. Dia menjelaskan, menyebarnya Virus Korona secara global membuat ketakutan pelaku pasar, sehingga mengganggu mata rantai ekonomi dunia. “Seperti misalnya otomotif, ternyata juga terkena dampak Korona, karena beberapa sparepart dari Tiongkok, bahkan obat-obatan, banyak bahan bakunya dari Tiongkok. Jadi, ini mata rantainya sangat berpengaruh kepada yang lain, sehingga investor itu secara global menilai bahwa lebih tenang megang uang cash, sehingga mereka lebih banyak sell out,” ujarnya. Sumber : Investor Daily

Artikel ini telah tayang di Investor.id dengan judul "Dirut BEI Buka Suara soal Jatuhnya Pasar Saham"
Penulis: Thereis Love Kalla
Read more at: https://investor.id/market-and-corporate/dirut-bei-buka-suara-soal-jatuhnya-pasar-saham

🍉

THE WORLD HEALTH Organization on Friday raised its global risk assessment from the coronavirus from "high" to "very high."
"The continued increase in the number of COVID-19 cases, and the number of affected countries over the last few days, are clearly of concern," Tedros Adhanom Ghebreyesus, WHO director general, said at a press conference on Friday.
Health officials have reported over 83,000 cases of the virus and nearly 2,900 deaths.
Several countries have confirmed their first cases of the virus over the past day, and all have links to Italy, according to WHO.
Nigeria has reported the first coronavirus case in sub-Saharan Africa, an Italian man who traveled to Lagos after a trip to Milan on Feb. 25. The case raises concerns that limited resources and stressed health systems in the region might not be able to handle a large outbreak of the virus.
Italy has over 600 cases of the virus and 17 deaths.
Despite the global risk assessment being raised to the same level as China, Tedros said there is still a chance for containment.
"We don't see evidence yet that the virus is spreading freely in communities," he said.
WHO has held off on declaring the virus a pandemic.

Tedros said that drug treatment trials are underway and to expect results in a few weeks. He added that more than 20 vaccines are in development.

🍐

Bisnis.com, CHICAGO - Harga logam mulia rontok pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), meskipun pasar saham global Eropa dan Amerika Serikat juga terpuruk di tengah ketakutan atas wabah virus corona yang menyebar cepat ke seluruh penjuru dunia .
Di pasar berjangka, kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di Bursa Comex anjlok sebesar 75,80 dolar AS atau 4,6 persen, menjadi menetap di 1.566,70 dolar per ounce.
Sementara di pasar spot, emas jatuh 4,5 persen menjadi diperdagangkan di 1.568,96 dolar AS per ounce pada pukul 14.15 waktu setempat (19.15 GMT), mengarah ke penurunan persentase satu hari terbesar sejak pertengahan 2013.
Harga palladium memimpin penurunan bebas dalam logam mulia pada Jumat (28/2/2020), sempat terperosok hampir 13 persen di awal sesi, diikuti emas menurun 4,6 persen, platinum jatuh 6,1 persen dan perak meluncur 7,4 persen.
Baca juga: Harga Emas Hari Ini
“Banyak investor dan pedagang harus memenuhi margin calls [permintaan pialang agar investor menyetor lebih lanjut uang tunai atau surat berharga guna menutup kemungkinan kerugian] untuk produk lain, sehingga mereka menjual apa yang mereka bisa. Itu sebabnya situasinya memukul emas dan saham pertambangan emas," kata Michael Matousek, kepala pedagang di U.S. Global Investors, Inc..
“Orang-orang berusaha menjual apa pun yang mereka bisa. Ini merupakan penjualan keseluruhan."
Logam mulia emas melihat ayunan harga yang tajam minggu ini, setelah mencapai level tertinggi 7 tahun di 1.688,66 dolar AS pada Senin (24/2). Logam ini sekarang berada di jalur untuk mencatat penurunan mingguan tertajam sejak November 2016.
Penyebaran cepat virus corona menimbulkan ketakutan akan pandemi, dengan enam negara melaporkan kasus pertama mereka dan Organisasi Kesehatan Dunia memperingatkan bahwa Covid-19 dapat menyebar ke seluruh dunia.

Kepanikan akan virus mengirim pasar saham dunia ke jalur penurunan mingguan terburuk sejak 2008, dengan hampir enam triliun dolar AS terhapus dari nilai pasar mereka sejauh minggu ini.

🍑

Bisnis.com, JAKARTA – Kejatuhan indeks harga saham gabungan (IHSG) hingga penutupan sesi pertama pada perdagangan hari ini, Kamis (27/2/2020) dinilai menjadi momentum untuk menambah koleksi saham. Investor diimbau untuk tidak panik.
Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio mengatakan hingga sesi pertama memang terjadi panic selling di pasar saham dengan penurunan IHSG hingga 2,63 persen. Secara tahun berjalan penurunan IHSG mencapai sekitar 11 persen.
Dia mengatakan panic selling ini terjadi lantaran kepanikan pasar terhadap dampak virus corona terhadap kegiatan bisnis. Sejauh ini, virus tersebut sudah memberikan dampak terhadap sektor manufaktur dan pariwisata yang mengalami perlambatan signifikan.
Menurut Frankie, penemuan kasus covid-19 sebetulnya sudah mulai melandai. Di samping itu, banyak bank sentral dunia juga sedang menyiapkan stimulus untuk mengurangi dampak ekonomi akibat penyebaran virus corona. 
"Tentunya bisa menjadi harapan yang baik bagi para investor,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (27/2/2020).
Frankie menyebut, harga saham yang terkoreksi saat ini menjadi peluang baik buat investor. Dia mengatakan saat ini merupakan momentum tepat bagi investor untuk membeli menambah koleksi saham, yang sebelumnya tertunda karena harga tinggi.
Dia mengatakan investor juga tidak perlu risau dengan harga saham-saham Bank BUMN yang turun signifikan pada hari ini. Penurunan saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. sebesar 7,8 persen misalnya, dinilai hanya sebagian efek sehari setelah cum date dividen.
Dia menyarankan investor untuk membeli saham-saham blue chips yang memberikan dividen kepada pemegang sahamnya. Beberapa saham yang cukup menarik saat ini, di antaranya PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT United Tractors Tbk. (UNTR), PT Astra International Tbk. (ASII), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM).

“Jangan panik, kalau panik rugi nanti. Hari ini adalah saat yang tepat untuk beli,”tukasnya.
🍓

JAKARTA, iNews.id - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi melemah pada hari ini. Adapun indeks akan bergerak di kisaran 5.860-5.988.
Analis Binaartha Sekuritas M Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, berdasarkan indikator, MACD telah berhasil membentuk pola golden cross di area negatif. Meskipun demikian, Stochastic dan RSI menunjukkan sinyal negatif.
"Di sisi lain, terlihat pola evening star candlestick pattern yang mengindikasikan adanya potensi koreksi lanjutan pada pergerakan IHSG sehingga berpeluang menuju ke support terdekat," ujar Nafan dalam risetnya, Senin (24/2/2020).
Adapun support pertama maupun kedua memiliki range di 5.860,00 hingga 5.839,59. Sementara itu, resistance pertama maupun kedua memiliki range di 5.960,71 hingga 5.988,87.
IHSG sebelumnya ditutup melemah 1,01 persen ke level 5.882. Terdapat 108 saham menguat, 306 saham melemah, dan 143 saham stagnan. Transaksi perdagangan mencapai Rp5,65 triliun dari 5,73 miliar lembar saham yang diperdagangkan.
Adapun sejumlah rekomendasi saham yang dapat menjadi pertimbangan investor, antara lain INKP, MEDC, MYOR, PTPP dan SIMP.
🍒

Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah kondisi pasar yang cenderung lesu dalam beberapa perdagangan terakhir, investor harus cermat untuk memilih aset agar tidak jatuh di lubang yang salah. Bukan untung malah jadinya buntung.
Head of Research Samuel Sekuritas Suria Dharma mengatakan bahwa saat ini pasar tengah dibayangi oleh dua katalis negatif, yaitu penyebaran virus corona yang tidak hanya melemahkan ekonomi China tetapi juga global, dan isu pemblokiran efek dampak dari kasus asuransi dengan manajemen investasi.
Akibatnya, terdapat beberapa saham yang cenderung harus dihindari karena pergerakkannya yang terseret cukup dalam dari dua sentimen tersebut.
“Saham yang ada hubungannya dengan kasus asuransi tentu harus dihindari terlebih dahulu untuk sementara. Selain itu, saham yang juga akan tertekan cukup dalam adalah saham di sektor komoditas, kecuali emas,” ujar Suria saat dihubungi Bisnis.com, Rabu (19/2/2020).
Hal tersebut dikarenakan harga komoditas yang juga tengah dalam tekanan, akibat proyeksi penurunan permintaan China, akan sangat mempengaruhi prospek kinerja emiten tersebut pada tahun ini. Tekanan kinerja tentunya berimbas mengganggu laju sahamnya.
Namun, hal itu tidak berlaku untuk komoditas emas yang saat ini justru bergerak menguat, sehingga ikut mencerahkan prospek kinerja emiten produsen batu kuning.
Kemudian, Suria juga mengatakan bahwa investor mungkin harus menghindari sementara saham yang kinerja bisnisnya sangat ditopang oleh ekspor dan saham sektor pelayaran. Hal tersebut mengingat penyebaran virus corona atau covid-19 telah membuat kedua lini bisnis itu ikut melemah.
Senada, SVP Research PT Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial mengatakan bahwa dalam situasi pasar modal yang memang masih sangat rapuh, saham di sektor komoditas yang memiliki keterkaitan besar terhadap China, seperti batu bara, timah, dan nikel mungkin harus dihindari untuk sementara.
“Saat ini kegiatan manufaktur China belum pulih total yang artinya permintaan terhadap komoditas tersebut masih lemah,” ujar Janson.
Dia mengatakan bahwa saat ini pasar lebih baik fokus terhadap saham di sektor perbankan, konsumsi, dan pra-infra, yang mempunyai valuasi sangat reasonable dan dividend player.
Sementara itu, Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji mengatakan bahwa saham yang harus dihindari saat pasar lesu adalah saham yang tidak memiliki likuiditas cukup baik, yaitu saham yang tidak masuk ke dalam indeks utama seperti LQ45, IDX30, dan sebagainya.
"Saham-saham yang harganya stabil di Rp50 per saham mungkin harus dihindari, karena harga itu menunjukkan fundamental kinerja yang cukup baik atau tidak efektif," jelas Nafan.
Di sisi lain, Analis Kresna Sekuritas Timothy Gracianov mengatakan bahwa rasanya kurang tepat untuk mengatakan sektor tertentu untuk dihindari. Pasalnya, sektor yang sedang terpuruk mungkin saja menjadi saat yang tepat untuk mulai mengakumulasi beli karena pasar overpunish.
Seperti contohnya, lanjut dia, pada pekan lalu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah terkoreksi 2,21 persen dengan salah satu penekannya dari sektor perkebunan yang melemah 5,5 persen dipicu oleh penurunan harga CPO karena terganggunya pangsa ekspor CPO dari Indonesia ke China.
Namun, dengan prospek B30 pada tahun ini yang dapat menaikkan permintaan CPO cukup baik, sehingga mencerahkan kinerja emiten sektor perkebunan. Dalam jangka panjang saham-saham itu memiliki prospek yang cukup baik.

“Siasat yang kami rekomendasikan menghadapi ketidakpastian pasar akan dampak global dari penyebaran virus korona ini yaitu incar emiten yang membagikan dividen tahunan dengan yield atraktif dari harga saat ini setelah mereka merilis laporan keuangan 2019,” ujar Timothy.

🍏

Bisnis.com, JAKARTA – Selama tahun berjalan dari 12 emiten yang melantai di Bursa Efek Indonesia, semua langsung menyentuh batas ‘Auto Reject Atas’ (ARA) pada hari pertama. Padahal dari sisi fundamental maupun teknikal, saham emiten itu belum terkalkulasi. Ada apa?
Analis Teknikal Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan fenomena ARA yang kerap terjadi hanya berlaku bagi emiten yang menawarkan saham sebanyak-banyaknya 30 persen dari modal yang ditempatkan secara penuh. Syarat kedua adalah harga saham mesti kurang dari Rp500 per saham.
William menambahkan semakin sedikit saham yang dilepas dan semakin rendah harga akan mudah untuk menciptakan situasi ARA pada sebuah emiten. Pasalnya harga pembelian satu lot lebih terjangkau dan sesuai dengan kemampuan beli banyak investor lokal.
“Tren ARA pasti akan ada terus, ini adalah aksi spekulan. Seringkali transaksi ARA itu kecil dengan penawaran yang tebal bisa jadi ada ganjalan atau dijaga,” katanya kepada Bisnis pada Selasa (12/2).
Menurutnya, penguatan saham emiten anyar sampai menyentuh ARA hanya berlangsung jangka pendek. Investor, lanjutnya, bakal mengambil keuntungan dalam jangka pendek sehingga harga kembali normal.
Meski demikian, William tetap menyarankan beli tapi dengan jangka pendek saja. “Fundamental belum jelas dan teknikal belum ada. Kalau hanya untuk jangka pendek, ikut masuk boleh saja,” katanya.
Sementara itu, Head of Research Samuel Sekuritas Suria Dharma mengatakan fenomena ARA yang kerap mewarnai prosesi pencatatan perdana adalah penggiringan harga saham. Sama halnya dengan William, dia berpendapat itu dapat terjadi karena saham yang beredar sedikit.
“Karena saham yang beredar itu sedikit sehingga mudah terjadi cornering,” katanya.
Analis Indo Premier Sekuritas Mino berpendapat saham-saham anyar bakal melanjutkan tren auto reject atas. Pasalnya, investor tertarik untuk mengambil untung jangka pendek.
“Investor tidak berpikir untuk jangka panjang atau fundamental. Mereka pun berekspektasi harga di awal bakal naik untuk kemudian dijual,” katanya.
Saham Baru = Harga Murah?
Sementara itu, Kepala Riset Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi mengatakan fenomena ARA terjadi karena secara teori investor meminati emiten-emiten anyar. Harga saham yang murah, lanjutnya, berpotensi menarik minat banyak investor.
“Nah murah atau mahal biasanya investor melihat book value-nya yakni total ekuitas setelah IPO dibagi jumlah lembar saham yang beredar setelah IPO. Apabila masih dibawah 2 kali dengan harga saham yang ditawarkan masuk kategori murah,” katanya.
Selain itu, penjamin efek atau underwriter juga berperan untuk menjaga harga saham emitennya di pasar sekunder setelah melewati pasar primer pada saat book building. Namun, di sisi lain, bisnis yang digeluti perseroan harus minim kompetitor dan dana IPO mayoritas dihabiskan untuk ekspansi usaha.
Investor, lanjutnya, enggan masuk bila rencana penggunaan dana IPO lebih besar porsinya untuk membayar hutang, tujuan go public untuk melepas kepemilikan pengendali dan tidak memiliki rencana yang konkret ke depan.
“Belum tentu ARA akan terus berlanjut. Semua tergantung prospek saham harga saham yang ditawarkan. Kalau menarik ya ARA,” ungkapnya.
Manipulasi Pasar
Di sisi lain, Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Prof. Budi Frensidy menyampaikan fenomena ARA yang terus berlangsung sejak awal tahun bisa jadi adalah manipulasi pasar. Menurutnya, otoritas dan pelaku pasar perlu mewaspadai gejala ini.
“Dapat mengarah ke manipulasi pasar jika kondisi free float dan jumlah pihak [investor] sedikit. Jika baru ARA sekali dengan kenaikan sekitar 30 persen sampai 50 persen dari harga IPO mungkin masih masuk akal. Tapi kalau seratus persen atau lebih hanya dalam beberapa minggu, sangat wajar untuk diwaspadai,” katanya.
Budi khawatir kalau porsi free float kecil dan pihak yang membeli hanya kurang dari 300 orang maka kondisi penguatan harga tidak akan bertahan lama. Oleh sebab itu dia berharap otoritas lebih cermat menanggapi fenomena ini.
“Bisa jadi dicermati atau ditambahkan syarat free float dan banyak pihak [investor],” katanya.
IPO Kerap Dikendalikan Segelintir Orang
Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Hoesen menyatakan fenomena IPO di pasar saham kerap kali dikendalikan segelintir orang karena pembentukan harga yang tidak efisien.
Menurutnya, untuk mengatasi fenomena tersebut diperlukan sistem tangguh untuk mengendalikan pasar primer. Dia menilai melalui sistem pemesanan elektronik atau e-bookbuilding agar seluruh investor di pasar saham bisa memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan pemesanan saham emiten baru.
“Harapannya dengan electronic bookbuilding itu transparan dari sejak alokasi di awal dan akan melibatkan [investor] enggak bisa ngatur itu kalau perlu, enggak ada 100 persen fix allotment,” katanya. Namun sampai dengan saat ini proses sistem pemesanan elektronik masih belum diterapkan oleh otoritas bursa.
Dihubungi secara terpisah, Associate Director of Investment Banking NH Korindo Sekuritas Rama Gautama yang menjadi penjamin efek PT Agro Yasa Lestari Tbk. (AYLS) mengatakan tidak tahu menahu alasan naiknya saham kliennya itu.
Kecewa di Saham Nara
Kemarin, harga saham AYLS pun melompat dari level Rp100 per saham menuju Rp170 per saham atau naik 70 persen. Perseroan membukukan transaksi perdagangan sebanyak 10 kali dengan nilai Rp1,96 juta.
Fenomena ARA telah mendorong investor ritel beramai-ramai memborong saham Nara Hotel tanpa memperhatikan prospektus. Mereka berharap di hari pertama harga saham dapat melonjak seperti sebelumnya.

Namun, pencatatan justru tertunda karena para investor ketakutan harga bakal jatuh. Pasalnya, dari 2 miliar saham yang baru diterbitkan 99 persen komposisi kepemilikan dimiliki oleh investor ritel. “Kalau [komposisinya] seperti ini siapa yang berani menjaga harga tetap naik? Pasti langsung jatuh di hari pertama,” ungkap sumber Bisnis.
🍐

GENEVA bbc.com: The World Health Organisation on Thursday (Jan 30) declared a global emergency over the deadly coronavirus spreading from China, after the Asian giant reported its biggest single-day jump in the death toll.

The UN health agency based in Geneva had initially downplayed the threat posed by the disease, which has now killed 170 people in China, but revised its risk assessment after crisis talks.

"Our greatest concern is the potential for the virus to spread to countries with weaker health systems," WHO chief Tedros Adhanom Ghebreyesus told a briefing in Geneva.


🍈

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street ditutup menghijau pada perdagangan Kamis (30/1). Menghapus penurunan pada sesi perdagangan sebelumnya yang dipicu kekhawatiran terhadap wabah virus corona.
Melansir Reuters, Dow Jones Industrial Average naik 124,99 poin atau 0,43% menjadi 28.859,44, S&P 500 naik 10,26 poin atau 0,31% menjadi 3.283,66, dan Nasdaq Composite menambahkan 23,77 poin, atau 0,26%, menjadi 9.298,93.
Sebelumnya, WHO menyatakan darurat kesehatan global, tetapi pada saat yang sama tidak membatasi perjalanan ke China.
"Penyebaran virus Wuhan tidak semakin cepat, tetapi pasar menjadi lebih peduli tentang prospek pendapatan dan pertumbuhan ekonomi karena perusahaan menerapkan penghentian kerja untuk mengurangi kemungkinan penyebaran penyakit," kata Tom Essaye, pendiri The Sevens Report.
Sementara itu, saham maskapai penerbangan juga rebound, dengan American dan United masing-masing ditutup lebih dari 3% lebih tinggi. Las Vegas Sands dan Wynn Resorts, dua proxy coronavirus untuk paparan game mereka di Macao, mengakhiri perdagangan masing-masing naik 2%.

Asal tahu, kasus meninggal karena virus corona telah mencapai 171 orang dengan 8.000 terinfeksi. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit kemudian mengkonfirmasi penularan pertama manusia ke manusia di AS.
🍐

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nasib sial menimpa investor produk reksadana PT EMCO Asset Management. Investasi mereka pada empat produk reksadana besutan EMCO, terancam tidak bisa di-redemption atau dicairkan.
Berawal dari satu berkas surat bagi para nasabah yang ditandatangani Eddy Kurniawan Direktur Utama EMCO Asset Management, KONTAN memperoleh informasi terkait persoalan EMCO. Surat tertanggal 27 November 2019 itu, menceritakan kondisi pengelolaan dana reksadana EMCO terkini.
Di awal surat, manajemen mengucapkan terima kasih kepada investor empat reksadana besutannya. Keempat reksadana itu terdiri dari Reksadana EMCO Mantap, Reksadana EMCO Growth Fund, Reksadana Syariah EMCO Saham Barokah Syariah Reksadana EMCO Pesona. Keempatnya merupakan reksadana berkategori reksadana saham.
Selanjutnya, manajemen EMCO mulai bicara soal penurunan kinerja saham, yang berpengaruh pada penurunan nilai aktiva bersih (NAB) reksadana sahamnya. EMCO pun meminta dukungan nasabahnya.
"Dukungan tersebut dapat berupa tidak melakukan transaksi penarikan dana (redemption) untuk sementara waktu sampai dengan NAB membaik," tulis Eddy, dalam suratnya, yang diperoleh KONTAN, pertengahan Januari 2019.
Janji imbal hasil tetap
Eddy menambahkan, pihaknya memohon maaf atas ketidaknyamanan tersebut.
Hingga akhirnya seorang agen pemasar produk reksadana EMCO yang tidak ingin disebutkan namanya, bercerita kepada KONTAN. Dia sedang berupaya me-redemption dana nasabah yang berhasil dihimpunnya pada empat produk, bernilai tidak kurang dari Rp 100 miliar.
Pihaknya kebingungan saat manajemen EMCO tidak lagi dapat mencairkan dana pada keempat produk tersebut. Apalagi, empat produk reksadana itu dijual dengan iming-iming return tetap atau imbal hasil pasti (fix return).
"Return yang ditawarkan berkisar 10% hingga 10,5% per tahun, periode investasi berkisar mulai dari 3 bulan hingga 12 bulan," tutur sang agen yang mengaku sudah mulai menjual produk reksadana EMCO tersebut sejak kuartal II 2017.
Rekasadana yang dijual itu sebenarnya bersifat terbuka (open end). Namun EMCO membungkus tawaran investasi dalam periode mulai dari 3 bulan hingga 12 bulan. Imbal hasil akan dibayar kepada investor per tiga bulan.
Awalnya, dana pokok investasi dan imbal hasil selalu tepat dibayar pada waktunya. "Hingga akhir tahun 2019, reksadana tidak lagi bisa di-redemption," ujar sang agen penjual.
KONTAN pun sudah berupaya menghubungi Eddy. Lewat pesan singkat, Eddy sempat menjanjikan akan memberikan keterangan kepada KONTAN. "Setelah pertemuan dengan direksi, saya hubungi bapak. Saya usahakan hari ini," tulis Eddy, Selasa (21/1) siang.
Karena tak kunjung memberi kejelasan, KONTAN menyambangi kantor EMCO Asset Management di Menara Imperium Lantai 23 Jalan HR. Rasuna Said, Jakarta, keesokan harinya, Rabu (22/1) siang.
Sayang sekretaris Eddy Kurniawan yang mengaku bernama Endah menyatakan atasannya tidak ada kantor. Jajaran direksi EMCO Asset Management lainnya, yakni Sastra Winata Karta dan R. Sonny Prakoso pun tidak berada di kantor.
Namun di kantor itu, KONTAN mendapati sejumlah investor yang berusaha menghubungi manajemen menanyakan nasib dananya.
Hingga berita ini diturunkan, Eddy tidak kunjung mengklarifikasi gagal bayar investasi nasabah pada keempat reksadana saham EMCO.
Sekadar mengingatkan EMCO Asset Management berdiri sebagai hasil pemisahan kegiatan usaha manajer investasi PT Makinta Securities tahun 2011 silam.
Merujuk data di website Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pemegang saham EMCO Asset Management terdiri dari PT Petrada Artha Investama dengan porsi kepemilikan 95% saham. Sedangkan Makmur Widjaja menjadi pemegang sisa saham EMCO Asset Management sebesar 5%.
KONTAN yang mencoba memperoleh keterangan dari OJK sejak 23 Januari lalu, hingga kini tidak memperoleh hasil apa-apa. Ketua Komisioner OJK, Wimboh Santoso dan Kepala Eksekutif Pasar Modal OJK Hoesen, tidak berkomentar apa-apa terkait tawaran imbal hasil pasti atau fix return dan gagal bayar reksadana besutan EMCO Asset Management.
Bahkan hingga berita ini ditulis, tidak ada tindakan apa pun dari OJK kepada EMCO, meski nasabah sudah menjadi korban. Tidak ada peringatan dalam website OJK kepada publik, mengenai aktivitas reksadana EMCO yang sedang bermasalah. Apakah OJK tidak mengetahui kasus ini?
🍒


KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara atau melakukan suspensi terhadap tiga efek di seluruh pasar mulai sesi I perdagangan Kamis (23/1) hari ini. Ketiga saham tersebut adalah saham PT Inti Agri Resources Tbk (IIKP), saham PT SMR Utama Tbk (SMRU), serta saham dan waran seri II PT Trada Alam Minera Tbk (TRAM dan TRAM-W).
Suspensi tiga efek ini menyusul penghentian sementara dua lainnya, yaitu efek PT Hanson International Tbk (MYRX) dan PT Eureka Prima Jakarta Tbk (LCGP).
Suspensi terhadap efek Hanson International yang meliputi saham biasa (MYRX) dan saham seri B/saham preferen (MYRX-P) berlaku di seluruh pasar sejak 16 Januari 2020. Penghentian sementara tersebut dilakukan akibat gagal bayar atas pinjaman individual perusahaan.
Sementara itu, suspensi saham LCGP telah berlaku di seluruh pasar sejak 2 Mei 2019. LCGP dihentikan sementara karena tidak membukukan pendapatan pada kuartal I-2019. Suspensi terhadap lima efek ini baru dibuka hingga pengumuman BEI lebih lanjut. 
Penghentian sementara ini merujuk pada surat yang dikeluarkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No. SR-11/PM.21/2020 tanggal 22 Januari 2020 perihal Perintah Penghentian Sementara Perdagangan Efek. Hal ini dilakukan dalam rangka menjaga perdagangan efek yang teratur, wajar, dan efisien.
"Pembukaan suspensi atas efek-efek di atas hanya dapat dipertimbangkan apabila perusahaan tercatat telah memenuhi kewajiban kepada BEI dan pihak OJK telah memerintahkan pembukaan suspensi atas efek-efek dimaksud," kata Sekretaris Perusahaan BEI Yulianto Aji Sadono dalam keterangan tertulis, Rabu (22/1).

🍇
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) terus melanjutkan bersih-bersih terhadap emiten yang bermasalah. Pada awal tahun ini, BEI telah menghapus pencatatan saham PT Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk (BORN) tepatnya pada Senin (20/1).
BORN menjadi saham pertama yang dihapus pencatatannya dari bursa pada 2020. Sebelumnya, BEI telah mengumumkan potensi delisting emiten yang bergerak di bidang pertambangan terintegrasi ini pada 6 Desember 2019 lalu.
Selanjutnya, BEI bakal menghapus pencatatan saham PT Leo Investments Tbk (ITTG) pada Kamis (23/1). BEI delisting paksa saham ITTG lantaran saham ini sudah lebih dari dua tahun disuspensi.
Saham ITTG terakhir ditransaksikan di pasar reguler pada 30 April 2016 dengan harga Rp 82 per saham. Saat penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) pada November 2001, harga perdana saham ITTG sebesar Rp 150 per saham.
Adapun, perdagangan saham ITTG di pasar negosiasi masih dibuka hingga hari ini. Per 31 Desember 2019, jumlah saham publik ITTG sebanyak 338,59 juta saham atau setara 24,55%.
PT Evergreen Invesco Tbk (GREN) juga masuk daftar emiten yang berpotensi di-delisting dari bursa. Jumlah saham milik masyarakat sebesar 1,90 miliar saham atau 40,52%. Terakhir ditransaksikan, harga saham GREN sebesar 328 per saham. Saham GREN telah disuspensi perdagangannya sejak 19 Juni 2017 silam.
Kemudian, PT Cakra Mineral Tbk (CKRA) pun memiliki potensi untuk didepak dari bursa efek Indonesia. Saat ini jumlah kepemilikan publik sebanyak 415,52 juta atau setara 8,114%. BEI telah menghentikan perdagangan saham CKRA dari 5 Juni 2018.
Terakhir, PT Polaris Investama Tbk (PLAS) turut bergabung dalam daftar saham yang berpotensi di-delisting. Jumlah kepemilikan publik atas perusahaan ini sebesar 84,44% atau setara dengan 999,94 juta saham.

Sementara itu, sepanjang tahun lalu BEI telah menghapus pencatatan saham dari 6 emiten atau lebih banyak dari 2018 dengan jumlah 4 emiten. Analis menilai penghapusan saham dari pencatatan bursa merupakan salah satu risiko di pasar modal.

🍈

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia atau PT Asabri (Persero) belakangan tengah jadi sorotan. Perusahaan BUMN asuransi ini menyeruak setelah diberitakan ada skandal dalam pengelolaan keuangannya. Dikabarkan, portofolio saham milik Asabri anjlok hingga 90 persen. Bahkan, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menyebut ada dugaan korupsi di Asabri yang nilainya sebesar Rp 10 triliun. Baca juga: Mengenal PT Asabri, Asuransinya Pensiunan Tentara “Saya mendengar ada isu korupsi di Asabri yang mungkin itu tidak kalah fantastisnya dengan kasus Jiwasraya, di atas Rp 10 triliun," ujar Mahfud di Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Jumat (10/1/2020) lalu. Lantas, di mana sajakah portofolio saham Asabri? Menguti Kontan.co.id, Hingga November 2019, berdasarkan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Asabri punya portofolio di 14 saham dengan kepemilikan di atas 5 persen. Berikut portofolio saham Asabri: 
1. Bank Yudha Bhakti (BBYB) sebanyak 20,13 persen 
2. Alfa Energi Investama (FIRE) sebanyak 23,60 persen 
3. Hartadinata Abadi (HRTA) sebanyak 5,26 persen 
4. Island Concept Indonesia (ICON) sebanyak 5,02 persen 
 5. Inti Agri Resources (IIKP) sebanyak 11,58 persen 
6. Indofarma (INAF) sebanyak 13,92 persen 
7. Hanson Internasional (MYRX) sebanyak 5,40 persen 
8. Pelat Timah Nusantara (NIKL) sebanyak 10,31 persen 
9. Proma Cakawala Abadi (PCAR) sebanyak 25,14 persen 
10. Pool Advista Finance (POLA) sebanyak 7,65 persen 
11. Pool Advista Indonesia (POOL) sebanyak 7,43 persen 
12. PP Property (PPRO) sebanyak 5,33 persen 
13. Sidomulyo (SDMU) sebanyak 18,06 persen 
14. SMR Utama sebanyak 6,61 persen 


Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Investasinya Anjlok, Ini 14 Daftar Saham Asabri", https://money.kompas.com/read/2020/01/13/125359426/investasinya-anjlok-ini-14-daftar-saham-asabri?page=all#page3.
Penulis : Akhdi Martin Pratama
Editor : Yoga Sukmana

🍈
JAKARTA, investor.id - Phintraco Sekuritas menyatakan IHSG berpeluang melanjutkan penguatannya, menguji level psikologis 6.300 di akhir pekan ini (10/1). Perhatikan potensi penguatan saham-saham bank (BBCA, BBNI, BBRI dan BMRI) seiring dengan tren positif nilai tukar rupiah. Saham lain yang menarik dicermati adalah TLKM, ASII, UNVR yang mulai membentuk sinyal minor bullish reversal. IHSG mencatatkan technical rebound pada perdagangan Kamis (9/1), seiring meredanya kekhawatiran eskalasi konflik geopolitik di Timur Tengah. Hal ini didasari oleh pernyataan Presiden AS, Donald Trump bahwa Pemerintah AS tidak akan melakukan serangan balasan atas serangan ke pangkalan udara AS di Irbil dan Ayn Al-Asad (8/1). 
Sumber : Investor Daily

Artikel ini telah tayang di Investor.id dengan judul "IHSG Berpeluang Menguat Menguji Level Psikologis 6.300"
Penulis: Ely Rahmawati
Read more at: https://investor.id/market-and-corporate/ihsg-berpeluang-menguat-menguji-level-psikologis-6300
🍒
Sambutan Bapak Presiden Joko Widodo pada saat pembukaan perdagangan hari pertama bursa efek, menyisakan satu pekerjaan rumah yang harus diselesaikan otoritas pasar modal. Presiden secara khusus menekankan perlunya menertibkan ‘goreng-gorengan’ saham dan para manipulator. Presiden adalah pimpinan negara. Jadi, walaupun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga negara (independen) nonpemerintahan, maka pernyataan Presiden di atas perlu mendapat atensi. 
Sebagai orang yang karatan di pasar, saya mempunyai pertanyaan besar mengenai apa itu saham ‘gorengan’. Pertanyaan ke ‘saham gorengan’ lebih kepada definisinya. Saya tidak punya definisi itu, karena buat saya tidak ada saham gorengan. 
Karena itulah saya bertanya kepada para pelaku pasar. Saya bertanya dan mendapat respons dari sekitar 50 pelaku pasar yang terdiri atas para investor (termasuk dana pensiun dan manajer investasi), pimpinan sekuritas, pimpinan asosiasi di pasar modal, lembaga penunjang (penasihat hukum dan akuntan publik), emiten, dan mantan regulator. Begini tanggapan mereka, saya sudah ringkas sesuai maknanya. 
Pertama, yang terbanyak tidak memberikan jawaban tuntas ada atau tidak, tapi hanya memberi definisi. Maaf, saya anggap ini keraguan ada tidaknya ‘saham gorengan’. 
Kedua, saham yang harganya naik-turun secara volatile, terlihat dimainkan/ dimanipulasi, sehingga harganya terbentuk tidak berdasar mekanisme pasar. Caranya bisa pakai isu liar biar terlihat menarik, misal volume perdagangannya, berita/ informasi palsu, sampai window dressing laporan keuangan, atau melalui perdagangan yang bersifat semu. Sehingga harga sahamnya tidak mencerminkan fundamental ataupun refleksi dari ekonomi makro. 
Ketiga, saham berkualitas jelek yang direkayasa untuk ambil keuntungan. Kemudian yang secara straight forward mengatakan ada, tidak memberi definisi, beberapa hanya memberi contoh (saya tidak tuliskan disini). Anggapannya saham gorengan adalah sama dengan perdagangan semu. Saham ‘gorengan’ arahnya adalah cornering. Yang terbanyak adalah yang langsung mengatakan tidak ada, dengan pandangan bahwa semua saham ada kepentingan pemegang mayoritas. Beda harga pasar dengan nilai fundamental tidak bisa jadi patokan ada tidaknya yang memainkan harga saham itu. 

Seorang investor yang membeli dalam jumlah banyak lalu menjual pada harga tinggi, bahkan bila berkali-kali jual-beli, tidak dilarang oleh peraturan di dunia manapun. Secara implisit terkandung pendapat bahwa saham itu kalau hanya diperjualbelikan (apakah ini ‘dimainkan’) dalam jumlah besar bukan berarti langsung dosa. 
Tapi menjadi eksplisit dosa jika perdagangannya itu semu, atau ada manipulasi (informasi atau laporan keuangan, misalnya). Sesuai dengan larangan yang ada di UU No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pasal 90. 
Jadi saham ‘gorengan’ itu apa? Mayoritas sepakat bahwa saham yang dipanggil ‘gorengan’ itu adalah saham yang naik tinggi dalam waktu relatif cepat, lalu bergejolak naik turun karena ada yang berkepentingan. 
Tapi apakah hanya saham jelek, hanya saham dengan kapitalisasi kecil, saham dengan fundamental tidak kuat yang bisa dipanggil ‘gorengan’? Secara eksplisit bahkan ini dibantah. Ada saham BUMN yang dimainkan, dalam arti dibeli secara bersama-sama oleh beberapa dana pensiun secara berkala, sehingga harganya naik tinggi. Ada saham BUMN yang naik melesat tinggi, lalu terbanting karena pemerintah tidak konsisten dalam menentukan harga jual produknya. Atau saham BUMN yang dari mulai IPO sudah dipaksakan untuk ditelan oleh perseroan negara lainnya dan sampai saat ini tidak pernah kembali ke harga IPO. 
Apakah itu semua juga ‘gorengan’? Tapi semua sepakat bahwa melakukan perdagangan semu untuk memainkan harga saham itu suatu pelanggaran dan pantas untuk dihukum. Yang pasar dan mayoritas emiten tidak bisa terima adalah bahwa dosa ‘gorengan’ atau ‘manipulasi’ ditimpakan hanya ke saham lapis dua. 
Bukankah ini adalah prioritas pemerintah dan otoritas untuk meng-encourage perusahaan menengah untuk go public agar punya sumber dana yang efisien. Tapi struktur bursa Indonesia memang secara keaktifan berat ke bawah. Sekitar 8% atau 52 emiten di bursa menguasai lebih dari 75% kapitalisasi pasar, dengan nilai perdagangan hanya 56,8%. Tapi keaktifan saham berkapitalisasi besar ini sangat kecil. Volume hanya 10,8% dan frekuensi keaktifan 33%. Artinya, keaktifan transaksi di Bursa Efek Indonesia yang dibanggakan sebagai salah satu teraktif di Asean itu, 90% volume dan 67 frekuensi adalah kontribusi dari perusahaan lapis dua. Tolong perseroan ini jangan di-bully sebagai manipulator. 
Jadi apakah ‘menggoreng’ saham itu berdosa. Bagaimana jika semua transaksinya riil dilakukan oleh yang berkepentingan secara terbuka melalui mekanisme di bursa efek, tanpa perdagangan semu? Satu respons menganggap ‘gorengan’ adalah market making. Di banyak bursa efek, market maker diperbolehkan. Di New York Stock Exchanges (NYSE), para market maker-lah yang mayoritas masih duduk di floor, bahkan menjadi show room peninggalan tradisi sejarah perdagangan di sana. Di beberapa Negara gugusan Nordic, market making direkomendasikan untuk dilakukan oleh emiten yang sahamnya tidak aktif, dengan tujuan utama aktivitas transaksi di bursa untuk meningkatkan likuiditas perdagangan. Saya membayangkan bagaimana mereka yang harus terbang lebih dari 12 jam untuk sampai ke Indonesia, apalagi yang belum pernah ke Indonesia, sebagai seorang investor menerjemahkan arti ‘predator’ dan ‘gorengan’ dalam strategi investasi mereka di Indonesia. Pembukaan dan penutupan perdagangan tahunan di bursa efek adalah suatu ritual seremonial yang biasanya dilakukan oleh para tokoh, dengan tujuan agar menyebarkan nafas segar wangi untuk mengundang investor berinvestasi di pasar modal Indonesia. Pembukaan dan penutupan adalah saat yang paling tepat untuk membantu ekspos keberhasilan kerja bursa efek. Keberhasilan mencetak 58 saham perdana atau kelancaran efisiensi transaksi di bursa efek selama 2019, patut diacungi jempol dan seyogianya ini lah yang menjadi topik utama untuk ditonjolkan. Predator di bursa efek, saya berani katakan tidak ada. Saham ‘gorengan’, satu istilah khas di pasar modal Indonesia yang menggambarkan aktivitas perdagangan aktif saham tertentu, yang jika dilakukan tanpa perdagangan semu atau niat cornering, belum tentu berdampak negatif untuk pasar. Bagaimanapun, saya menghargai perhatian Presiden untuk meningkatkan kredibilitas pasar modal kita. Dalam konteks itu, saya mengimbau perlunya pengawasan yang lebih ketat dari otoritas dan regulator. *) Mantan Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia Sumber : Investor Daily

Artikel ini telah tayang di Investor.id dengan judul "Predator Makan Gorengan"
Penulis: Tito Sulistio *)
Read more at: https://investor.id/opinion/predator-makan-gorengan

🍑

Bisnis.com, JAKARTA - Topik mengenai 'saham gorengan' di pasar modal sedang mencuat setelah Presiden Joko Widodo menyerukan otoritas bursa bersih-bersih pada 2020 untuk mengembalikan kredibilitas dan kepercayaan investor.
Hal itu disampaikan Jokowi dalam pembukaan perdagangan 2020 di Gedung Bursa Efek Indonesia, Kamis (2/1/2020).
"Jangan sampai ada saham harga Rp100 per saham digoreng terus menjadi Rp1.000 terus naik lagi sampai Rp4.000. Ini menyangkut kepercayaan, saham gorengan tidak boleh ada lagi," tegas Jokowi saat pidato pembukaan di Bursa Efek Indonesia pada Kamis (2/1/2020).
Pernyataan itu meluncur dari Kepala Negara setelah baru-baru ini terungkap bahwa salah satu penyebab bobroknya keuangan PT Asuransi Jiwasraya (Perseroan) ialah kesalahan pengelolan investasi, termasuk menanam modal di saham-saham dengan kualitas buruk.
Komposisi portofolio investasi keuangan Jiwasraya./Materi RDP Komisi 6 DPR
Arya Sinulingga, Staf Khusus Menteri BUMN, mengatakan Manajemen Jiwasraya sudah membeberkan pihaknya melakukan investasi ke dalam sejumlah saham yang berkualitas tidak bagus, baik langsung maupun melalui reksa dana.
"[Manajemen Jiwasraya] mengaku kalau beli 'saham gorengan'. Mungkin ada bluechip-nya tapi tidak banyak," tuturnya baru-baru ini.
Seperti diberitakan Bisnis, Direktur Utama Jiwasraya Hexana Tri Sasongko menyebutkan setidaknya terdapat 160 portofolio investasi saham dan reksa dana saham yang dimiliki Jiwasraya.
Beberapa saham yang masih dimiliki Jiwasraya di antaranya di PT Semen Baturaja Tbk. (SMBR), PT SMR Utama Tbk. (SMRU), PT PP Properti Tbk. (PPRO), PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. (BJBR), dan PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk. (BIPI).
Selain itu, penempatan tidak langsung di antaranya ada di PT Prima Cakrawala Abadi Tbk. (PCAR), PT Eureka Prima Jakarta Tbk. (LCGP), PT Graha Andrasentra Propertindo Tbk. (JGLE), PT Pool Advista Finance Tbk. (POLA), dan PT Trada Alam Minera Tbk. (TRAM).
Mari kita intip kinerja saham-saham tersebut dalam 3 tahun terakhir!
Berdasarkan data Bloomberg yang dihimpun Bisnis, 8 dari 10 saham itu mencetak kinerja negatif pada 2019 dan 2 saham lainnya stagnan. Koreksi paling dalam dibukukan oleh saham SMRU -92,31%, POLA -88,09%, dan PCAR -79,44%.
Kinerja Saham-Saham yang Dikoleksi Jiwasraya
EmitenKinerja Saham 2017Kinerja Saham 2018Kinerja Saham 2019
PT Semen Baturaja Tbk. (SMBR)+36.46%-53.89%-74.78%
PT SMR Utama Tbk. (SMRU)+41.76%+34.85%-92.31%
PT PP Properti Tbk. (PPRO)-44.13%-37.58%-41.28%
PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. (BJBR)-25.94%-11.12%-39.32%
PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk. (BIPI).+0.00%-29.58%0%
PT Prima Cakrawala Abadi Tbk. (PCAR)+69.33%+2006.30%-79.44%
PT Eureka Prima Jakarta Tbk. (LCGP)-40.74%+62.50%-12.31%
PT Graha Andrasentra Propertindo Tbk. (JGLE)-66.41%-62.41%0%
PT Pool Advista Finance Tbk. (POLA)-+1529.63%-88.09%
PT Trada Alam Minera Tbk. (TRAM)+44.91%-14.14%-70.59%
Sumber: Bloomberg.
Saham PCAR dan POLA amblas setelah menguat ribuan persen pada 2018. Tercatat, saham emiten pengolahan rajungan itu meroket 2.006,3% pada 2018 dan menjadi saham dengan lonjakan harga tertinggi kedua setelah PT Transcoal Pacific Tbk. (TCPI) yang terbang 6.367,39%.
Kinerja saham POLA pada 2018 lebih ajaib lagi. Saham perusahaan yang mayoritas sahamnya digenggam oleh PT Pool Advista Indonesia Tbk. itu melompat dari harga IPO Rp135 pada 16 November 2018 ke level Rp2.200 pada akhir Desember 2018. Artinya, POLA tancap gas 1.529,63% hanya dalam periode 30 hari bursa.
Fantastisnya lonjakan saham PCAR dan POLA tak sejalan dengan kinerja fundamental perseroan. Berdasarkan laporan keuangan 2018, pertumbuhan pendapatan PCAR dan POLA terbilang biasa-biasa saja.
PCAR mengantongi kenaikan pendapatan 30,33% year-on-year menjadi Rp176,5 miliar dan pendapatan POLA tumbuh 23,86% yoy menjadi Rp54,66 miliar pada akhir 2018.
Begitu pula dengan kinerja labanya. Laba POLA tercatat naik 40,57% yoy menjadi Rp29,62 miliar. Di sisi lain, PCAR justru berbalik rugi Rp8,38 miliar pada 2018 setelah untung tipis Rp370,46 miliar per 2017.
Lonjakan harga fantasis di antara saham-saham yang dikoleksi Jiwasraya tidak terjadi pada 2017. Kinerja 10 saham itu cenderung variatif. Namun, kenaikan dan penurunan harganya berada di kisaran puluhan persen.
Data tersebut juga mengungkap bahwa tidak ada satu pun saham yang mencetak return positif berturut-turut dalam 3 tahun terakhir. Justru ada dua saham yang konsisten mencetak capital loss dalam periode 2017-2019, yakni PPRO dan JGLE.
Bercermin dari data-data tersebut, sepertinya sudah dapat disimpulkan apa salah satu penyebab tekornya kondisi keuangan perusahaan asuransi pelat merah itu...
🍉

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ada 11 saham perusahaan yang baru melantai 2016-2019 yang telah masuk dalam kategori saham gocap alias mentok di harga terbawah Rp 50 per saham pada Jumat (13/12).
Direktur Avere Investama Teguh Hidayat mengatakan, saham-saham yang bisa turun sampai level gocap alias Rp 50 per saham memang memiliki fundamental yang kurang baik. Menurut dia, perusahaan yang baru saja melantai dan sudah masuk saham gocap rata-rata merupakan perusahaan yang baru saja berdiri dan memiliki bisnis yang tidak jelas.
"Karena nama perusahaan juga kita baru dengar. Termasuk ini banyak yang turun perusahaan properti, sedangkan kita tahu properti sedang jelek, tidak hanya yang baru, tetapi juga perusahaan properti yang sudah ada seperti BSDE dan APLN kinerjanya masih turun," jelas Teguh kepada Kontan.co.id, Jumat (13/12).
Kontan.co.id mencatat, empat perusahaan yang melantai pada tahun ini dan sudah masuk di saham gocap yaitu  PT Capri Nusa Satu Tbk (CPRI),  PT Bliss Properti Indonesia Tbk (POSA), PT Hotel Fitra Tbk (FITT) dan PT Bhakti Agung Propertindo Tbk (BAPI). Saham tersebut rata-rata bergerak di sektor properti.
Ambil contoh, pada laporan keuangan kuartal III-2019 CPRI masih membukukan rugi bersih Rp 13,63 miliar, padahal perusahaan hanya membukukan pendapatan sebesar Rp 2,36 miliar. Selain itu, utang CPRI tercatat mencapai Rp 45,87 miliar dengan ekuitas sebesar Rp 194,05 miliar. Adapun kas dan setara kas perusahaan hanya Rp 5,09 miliar. 
Bandingkan dengan kondisi keuangan kuartal III-2018 yang membukukan rugi bersih Rp 43,54 miliar dan mengantongi pendapatan Rp 1,42 miliar. Utang CPRI pada kuartal III-2018 tercatat mencapai Rp 32 miliar dengan ekuitas sebesar Rp 126,63 miliar. Adapun kas dan setara kas perusahaan tercatat 5,07 miliar.
"Memang properti sedang jelek, tetapi mereka bisa IPO, itu pertanyaannya," jelas Teguh.
Menurut Teguh, Bursa Efek Indonesia (BEI) banyak memberikan produk jelek. Sepanjang tahun ini sudah ada 52 perusahaan yang melantai dan masih ada beberapa perusahaan yang akan melantai di tahun ini. Apabila jumlah perusahaan yang melantai hingga akhir tahun lebih dari 54 maka jumlah ini menjadi rekor yang terbanyak.
"Padahal sebenarnya properti turun, batubara turun, sawit belum naik. Secara umum belum ada sektor yang menarik saat ini. Pokoknya sebanyak mungkin, siapapun yang mau IPO silakan," ujar Teguh.
BEI hanya dipenuhi oleh perusahaan dengan emisi kecil, ditambah lagi empat perusahaan sudah masuk saham gocap. Teguh melihat, hanya beberapa perusahaan yang memiliki fundamental bagus, perusahaan tersebut biasanya bergerak di bidang barang konsumer seperti PT Estika Tata Tiara Tbk (BEEF).
Untuk menghindari kondisi seperti ini, Teguh menyarankan investor untuk tetap menganalisa laporan keuangan dan melihat pergerakan sektor perusahaan. Selain itu, investor perlu waspada apabila harga saham yang baru saja IPO bisa naik berkali lipat. 
"Itu hati-hati sebenarnya cuma digoreng saja. Dan saham yang sekarang jeblok, juga naik terbang dulu lalu turun sampai gocap," ujar dia.
Sependapat dengan Teguh, Head of Capital Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana juga melihat adanya relaksasi yang dibuat oleh BEI sehingga banyak emiten yang tidak memiliki fundamental bagus tapi tetap bisa melantai. Hal ini menjadi salah satu pendorong saham yang baru saja melantai menjadi masuk dalam kategori saham gocap.
“Investor memang harus betul-betul menganalisa sendiri, harus paham dulu perusahaannya,” ujar Wawan menanggapi fenomena BEI yang cenderung mengejar kuantitas.
Namun, Wawan juga menekankan pada profil investor. Apabila investor senang berspekulasi untuk jangka pendek, investor bisa memanfaatkan karakteristik saham IPO yang harganya berpeluang terbang sebelum akhirnya turun. Dia menyebut perilaku investor dengan karakter ini sebagai seni trading. “Beberapa investor malah suka. Sepanjang tidak melanggar aturan dan tahu risiko masing-masing ya sudah,” ujar dia.
Associate Director Research & Investment PT Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus juga menyarankan investor untuk kembali pada analisa fundamental tiap emiten, baik yang baru saja melantai ataupun yang sudah lama. "Perhatikan profil perusahaan, laporan keuangan secara fundamental dan produknya, itu saja," jelas Nico.
🍈
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak awal tahun hingga Rabu (11/12) atau (year-to-date/ytd), terdapat beberapa saham yang harganya longsor. Beberapa dari saham-saham tersebut ada yang harganya telah tergerus hingga lebih dari 90%.
Sebut saja saham PT Forza Land Indonesia Tbk (FORZ) yang secara ytd harganya telah anjlok hingga 94,57%. Pun begitu dengan saham PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk (BOSS) yang harga sahamnya tergerus 92,46%.
Tak mau ketinggalan, saham emiten pelat merah PT Indofarma Tbk (INAF) juga telah merosot 92,37% sejak awal tahun. Harga saham PT SMR Utama Tbk (SMRU) juga telah ‘tersunat’ 92,31% secara ytd.
Analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai, saham-saham ini merupakan saham yang rentan digoreng. Ia mengatakan, anjloknya saham-saham ini adalah akibat penyebaran (distribusi) secara besar-besaran.
Untuk itu, ia merekomendasikan investor untuk menghindari saham-saham tersebut. Namun, jika sudah terlanjur ‘terjerembab’ di saham-saham tersebut, William merekomendasikan untuk segera menjualnya.
“Jika memang masih bisa dijual, maka dijual saja. Terjadi distribusi besar yang membuat saham-saham ini berjatuhan,” ujar William ketika dihubungi Kontan.co.id, Rabu (11/12).
Setali tiga uang, Presiden Direktur CSA Institute Aria Santoso juga menyarankan investor untuk mempelajari latar belakang dan kualitas emiten sebelum membeli sahamnya.
“Bagi para investor, sebaiknya hindari saham yang kurang dipahami,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (11/12).
Aria melanjutkan, jika investor telah kadung masuk ke dalam saham-saham yang anjlok ini, maka perhatikan paparan risiko terhadap jumlah uang yang ada dalam portofolio investor.
“Kerugian investor jangan sampai melampaui batas toleransi risiko yang sudah ditetapkan sebelumnya,” imbuhnya.
Menurut Aria, ada beberapa alasan kenapa harga saham-saham tersebut terjun sejak awal tahun. Mulai dari faktor fundamental emiten hingga nilai wajar (fair value) yang terlalu tinggi.
🍉

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan tiga emiten yang berpotensi dihapus pencatatan sahamnya. Tiga emiten itu PT Cakra Mineral Tbk (CKRA), PT Evergreen Invesco Tbk (GREN), dan PT Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk (BORN).
"Ketiganya telah memenuhi kriteria untuk dilakukan penghapusan saham di bursa," tulis otoritas BEI dalam surat yang ditandatangani oleh Goklas Tambunan, Kepala Divisi Penilaian 3 dan Kepala Divisi Pengaturan & Operasional Perdagangan, Jumat (6/12).
Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee melihat kondisi ini akan merugikan investor di saham-saham itu. Sebab, jika perusahaan perusahaan delisting maka investor hanya bisa menjual sahamnya di pasar negosiasi atau mencari sendiri orang yang bersedia memiliki saham tersebut. 
"Biasanya harga akan terdiskon jauh," kata Hans kepada Kontan.co.id, Jumat (6/12). Dia menambahkan, saham dari perusahaan yang sudah delisting akan sulit mencari pembelinya karena sudah tidak lagi diperdagangkan di pasar. Cara lain, bisa dengan bantuan broker. 
Dia menambakan, perusahaan yang sudah delisting sesungguhnya memungkinkan untuk lisiting kembali. Dengan catatan, perusahaan sudah melakukan restrukturisasi sehingga bisnisnya membaik lagi. Cara yang paling memungkinkan ini terjadi dengan pihak ketiga yang bersedia membeli saham perusahaan delisting itu. 
Hans Kwee bilang, karena kasus delisting perusahaan merugikan, ia menyarankan investor harus lebih berhati-hati dalam memilih saham emiten. "Kalau memang tidak propspek jangan dibeli," tutupnya. 
Asal tahu saja, ketiga emiten tadi terjebak dalam kondisi yang membuat mereka terancam delisting. CKRA misalnya, belum menyampaikan laporan keuangan tengah tahunan 2019. Perusahaan yang sudah disuspensi selama dua tahun itu juga belum membayar denda. Per 19 Agustus, CKRA menunggak Rp 637,29 juta kepada BEI.
Sama seperti CKRA, GREN juga belum belum membayar denda. Perusahaan yang sudah disuspensi sejak 19 Juni 2017 itu belum menyampaikan laporan keuangan tengah tahunan 2019. 
Tidak jauh berbeda, saham BORN  yang telah telah disuspensi sejak 9 Mei 2019 itu juga belum membayar denda dan belum menyampaikan laporan keuangan tengah tahunan 2019.
🍓

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru mengumumkan pencabutan izin perusahaan efek PT Merrill Lynch Sekuritas Indonesia sebagai perantara pedagang efek (PPE/broker/pialang). Izin tersebut dicabut sejak 14 November lalu.

Selain Merrill Lynch, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi pernah menyatakan bahwa PT Deutsche Sekuritas Indonesia dan PT Nomura Sekuritas Indonesia juga sedang mengajukan diri untuk keluar dari statusnya sebagai sekuritas Anggota Bursa (AB).

Sekuritas AB adalah perusahaan yang memiliki izin sebagai PPE dari OJK sehingga berhak menggunakan sistem dan sarana bursa efek untuk bertransaksi.

Belum ada keterangan resmi dari Merrill Lynch dan Nomura Sekuritas, tetapi Deutsche Sekuritas diprediksi ditutup terkait dengan kebijakan grup perusahaan yang berniat menutup bisnis brokernya di seluruh dunia sejak tahun lalu.


Melihat fenomena hengkangnya sekuritas asing, apapun penyebabnya, ternyata nilai transaksi bursa yang berpotensi hilang dapat dihitung dengan melihat data historis masing-masing sekuritas di situs otoritas bursa.




Laporan statistik bursa 2016 (tahun terakhir data bursa tahunan yang dapat diakses publik saat ini), menunjukkan bahwa nilai transaksi pada tiga kuartal pertama 2019 sekuritas itu tidak sampai 75% dari nilai transaksi setahun penuh pada 2018.

Deutsche Sekuritas mentransaksikan saham di pasar senilai Rp 73,05 triliun pada 9 bulan pertama tahun ini, hanya berporsi 53,28% dari transaksi 2018 Rp 137,09 triliun.

Tahun lalu, unit usaha Deutsche Bank tersebut menjadi sekuritas dengan nilai transaksi saham terbesar ke-9 dan dengan pangsa pasar 3,36% dari total transaksi bursa.

Entah ada hubungannya dengan angka keberuntungan, uniknya posisi sekuritas berkode transaksi DB itu masih berada pada posisi yang persis sama di daftar sekuritas dengan nilai transaksi saham terbesar pada 2016 dan 2017, yakni pada posisi ke-9.

Persentase penurunan nilai transaksi Merrill Lynch juga mirip-mirip dengan Deutsche Sekuritas. Transaksi saham tahun ini oleh sekuritas berkode broker ML itu hingga September 2019 hanya Rp 46,14 triliun atau berporsi 53,79% dari nilai perdagangan saham Rp 137,09 triliun di tahun lalu.

Pada rentang 2018-206, posisi perseroan pada daftar sekuritas dengan nilai transaksi terbesar ada pada urutan ke-14, ke-17, dan ke-15.

Selain itu, Nomura Sekuritas yang asal Jepang justru tidak terlihat lagi namanya dalam laporan 40 sekuritas dengan nilai transaksi tertinggi di industri pada data statistik bursa periode kuartal I-kuartal III/2019.

Terakhir, nilai transaksi perusahaan efek dengan kode broker FG itu tercatat sebesar Rp 15,8 triliun pada akhir Juni atau hanya berporsi 31,83% dari nilai transaksi sepanjang tahun 2018 yakni Rp 49,64 triliun.

Dengan demikian, dapat ditarik rerata transaksi saham dari masing-masing ketiga sekuritas itu sejak 2016 hingga 2019 yakni Deutsche Sekuritas tercatat Rp 115,44 triliun/tahun, Merrill Lynch Rp 76,15 triliun/tahun, dan Nomura Sekuritas Rp 39,21/tahun.



Jika ketiganya ditambahkan dan kemudian dijadikan pengurang bagi rerata nilai transaksi di seluruh bursa saham domestik Rp 1.853,09 triliun/tahun, maka akan didapati angka penurunan transaksi Rp 230,81 triliun/tahun atau artinya turun 12,46% menjadi Rp 1.622,2 triliun/tahun.

Untungnya, kabar baik menyusul baru-baru ini. Sumitomo Mitsui Financial Group asal Jepang diberitakan di beberapa media memiliki niat menambah bisnis operasionalnya di Indonesia dengan kegiatan perusahaan efek di pasar modal, kartu kredit, dan pembiayaan konsumen.

Sebelumnya, di Indonesia, Sumitomo sudah memiliki bank komersial dengan menggabungkan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia dengan PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) hingga namanya menjadi PT Bank BTPN Tbk, yang baru diakuisisi 2013.

Rencana pelebaran bisnis itu seiring dengan rencana Sumitomo menciptakan 'konglomerasi keuangan' di negara ASEAN.

Mari berharap bahwa transaksi yang akan diciptakan sekuritas milik Sumitomo nantinya besar sehingga mampu menambal bolongnya nilai transaksi bursa sebesar yang ditinggalkan oleh tiga sekuritas asing yang hengkang.

Tidak hanya demi besaran nilai statistik dan pertumbuhan pasar modal tercinta, tetapi juga kinerja pendapatan bursa yang akan berpengaruh ke biaya yang dibebankan oleh OJK juga setiap tahunnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA
🍐

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) terus berupaya menjaring perusahaan untuk mencatatkan saham di bursa dan menjadi perusahaan terbuka, termasuk usaha kecil menengah (UKM) dan usaha rintisan (startup). Oleh karena itu, BEI mengembangkan papan pencatatan baru yakni papan akselerasi yang dikhususkan untuk menjaring UKM dan startup.
Salah satu persyaratan calon emiten agar tercatat di papan akselerasi adalah memiliki aset kurang dari Rp 250 miliar. BEI pun memudahkan perusahaan skala kecil untuk melakukan initial public offering (IPO). Khusus untuk penghuni papan akselerasi, BEI menetapkan harga minimal IPO sebesar Rp 50, berbeda dengan saham-saham penghuni papan utama dan papan pengembangan yang harus menawarkan harga saham perdana minimal Rp 100.
Selain itu, saham di papan akselerasi dapat diperdagangkan dengan harga minimal Rp 1. Berbeda dengan saham di papan lainnya yang memiliki batas bawah harga sebesar Rp 50.
Lantas, dengan ukuran perusahaan yang mini ditambah dengan harga saham yang murah, apakah saham-saham papan akselerasi rawan menjadi saham gorengan? “Memang tidak bisa dipungkiri bahwa saham-saham yang rawan digoreng adalah saham-saham yang tidak memiliki kapitalisasi besar,” kata Kepala Riset Koneksi Kapital Indonesia Marolop Alfred Nainggolan kepada Kontan.co.id, Kamis (5/12).
Analis Royal Investium Sekuritas Wijen Ponthus juga tidak menampik adanya potensi saham-saham ini untuk digoreng. Menurut dia, perlu ketegasan dari pihak BEI untuk mencegah terjadinya praktik goreng-menggoreng saham.
Salah satunya adalah dengan membatasi pergerakan saham per hari agar tidak volatile. “Sebenarnya ada banyak cara untuk mencegah spekulasi di pasar modal Indonesia,” ujar Wijen, Kamis (5/12).
Menanggapi hal ini, Kepala Divisi Inkubasi Bisnis BEI Irmawati Amran mengaku telah menyiapkan beberapa strategi guna melindungi investor di papan akselerasi.
Salah satunya adalah membatasi pergerakan saham sesuai dengan harga perdagangan. Untuk saham dengan kisaran harga Rp 1–Rp 10 per saham, maka pergerakannya dibatasi hanya boleh naik atau turun Rp 1 setiap harinya. Namun, jika harga saham tersebut sudah berada di atas Rp 10, maka pergerakannya dibatasi 10% dari harga yang berlaku saat itu.
“Jika sudah di atas Rp 10, maka pergerakannya dibatasi hanya 10%, tidak peduli berapapun harganya. Bahkan ketika harganya sudah Rp 5.000 tetap dibatasi 10%. Jadi, seperti itulah proteksi kami terhadap investor,” ujar Irma kepada Kontan.co.id, Kamis (5/12).
Irma juga menegaskan BEI akan terus berupaya melindungi investor agar tidak terjebak dari tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. Dia menambahkan, BEI telah menyediakan pengawasan khusus untuk papan akselerasi yang berbeda dari dua papan lainnya.
Namun, Irma masih enggan membeberkan lebih lanjut terkait sistematika pengawasan saham-saham di papan akselerasi. “Saya hanya memberi tahu bahwa punya pengawasan papan akselerasi, berbeda dengan papan lainnya. Pengawasan ini lebih khusus, lebih hati-hati, dan sangat ketat,” ujar Irma.
Namun yang jelas, saham-saham di papan akselerasi akan dievaluasi setiap setahun sekali berdasarkan aturan pencatatan bursa. Evaluasi ini memungkinkan saham-saham di papan akselerasi untuk naik kelas ke papan pengembangan.
🍉

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Minna Padi Aset Manajemen (MPAM) telah memulai proses penjualan portfolio efek dalam bentuk saham, obligasi maupun deposito yang menjadi aset dasar pada enam produk reksadana yang dibubarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sejak 21 November silam.
Penjualan aset dasar ini akan berlangsung selama 60 hari kerja. Sebelumnya sejumlah analis menyebut, ini menjadi momentum investor untuk mengoleksi saham-saham unggulan yang terdapat dalam portofolio MPAM tersebut.
Selain saham-saham blue chips, portfolio reksadana Minna Padi juga terdapat saham-saham lapis kedua dan ketiga, misalnya saja BJTMDUCKMINAMTPSKPALJMAS, dan FORZ.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menyarankan investor untuk lebih hati-hati sebelum mengoleksi saham-saham tersebut. Pasalnya saham-saham dengan kapitalisasi pasar kecil cenderung memiliki risiko tinggi.
“Sehingga investor harus lebih hati-hati kalau mau masuk, harus mencermati fundamentalnya lebih dulu,” ujarnya Senin (2/12).
Dari beberapa saham lapis dua dan tiga yang terdapat dalam portfolio Minna Padi, ia melihat saham BJTM menjadi salah satu saham yang menarik untuk dikoleksi.
Selain dari kinerjanya yang masih solid, menurutnya prospek sektor emiten perbankan ke depan masih cerah didukung adanya penurunan suku bunga.
Sampai kuartal III tahun ini, BJTM memang mencatatkan penyaluran kredit sebesar Rp 37,73 triliun atau tumbuh 14,7% yoy. Selain itu dari segi likuiditas juga masih terbilang bagus. Kapitalisasi pasar BJTM sendiri sebanyak Rp 9,98 triliun.
Ia merekomendasikan investor untuk buy saham BJTM dengan target harga sampai akhir tahun sebesar Rp 690 hingga Rp 700 per saham. Dalam penutupan perdagangan Senin (2/12), saham BJTM menguat 2,31% ke level Rp 665 per saham.
Sementara itu Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan mengatakan, saham-saham lapis kedua dan ketiga tersebut belum terlalu menarik untuk dikoleksi lantaran terlalu berisiko.
“Pandangan saya, ketika ada saham first liner yang lebih murah, bisa jadi prioritas, jadi pertimbangan,” ujarnya, Senin (2/12).
Lebih lanjut ia menyarankan investor untuk lebih dulu mencermati harga, transaksi, serta fundamental dari saham-saham tersebut.

Senada dengan Wawan, ia juga melihat saham BJTM masih menarik untuk dikoleksi lantaran sektor perbankan masih memiliki prospek cerah.
🍉
Jakarta, Beritasatu.com - Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan sore ini Rabu (27/11/2019) turun 3,1 poin (0,06 persen) ke level 6.023,1. Kapitalisasi pasar saham Indonesia pada saat penutupan sebesar Rp 6.954 triliun.
Berdasarkan data yang diolah Beritasatu.com, dalam jajaran top 10 market cap (kapitalisasi pasar terbesar), lima saham menguat, satu saham stagnan dan empat saham melemah.
Saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mengalami penurunan terdalam sebesar Rp 500 (1,2 persen) mencapai Rp 41.000 dengan kapitalisasi pasar Rp 312,8 triliun, atau menduduki peringkat lima dalam jajaran 10 besar saham dengan kapitalisasi terbesar. Pelemahan juga dialami PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) yang turun Rp 15 (0,78 persen) mencapai Rp 1.905 dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp 221,5 triliun.
Sementara saham PT Astra International Tbk (ASII) yang berada di peringkat enam mengalami kenaikan tertinggi sebesar Rp 75 (1,18 persen) menjadi Rp 6.425 dengan kapitalisasi pasar Rp 260,1 triliun.
Berikut daftar 10 saham dengan kapitalisasi saham terbesar:
1. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik Rp 75 (0,23 persen) menjadi Rp 31.500 dengan kapitalisasi pasar Rp 767,8 triliun.
2. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik sebesar Rp 20 (0,48 persen) mencapai Rp 4.170 dengan kapitalisasi pasar Rp 509,2 triliun.
3. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) mengalami penurunan Rp 20 (0,51 persen) mencapai Rp 3.880 dengan kapitalisasi pasar Rp 382,2 triliun.
4. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun Rp 25 (0,36 persen) mencapai Rp 6.900 dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp 318,7 triliun.
5. PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mengalami penurunan Rp 500 (1,2 persen) mencapai Rp 41.000 dengan kapitalisasi pasar Rp 312,8 triliun.
6. PT Astra International Tbk (ASII) mengalami kenaikan Rp 75 (1,18 persen) menjadi Rp 6.425 dengan kapitalisasi pasar Rp 260,1 triliun.
7.PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) yang turun Rp 15 (0,78 persen) mencapai Rp 1.905 dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp 221,5 triliun.
8. PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) naik sebesar Rp 75 (1,18 persen) menjadi Rp 9.175 dengan kapitalisasi pasar Rp 221,5 triliun.
9. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) turun sebesar Rp 25 (0,3 persen) mencapai Rp 7.475 dengan kapitalisasi pasar Rp 138,0 triliun.
10. PT ICB Indofood Sukses Makmur Tbk turun Rp 0 (0,0 persen) mencapai Rp 11.375 dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp 132,6 triliun.


Sumber: BeritaSatu.com
🍏

Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah fund manager memproyeksikan indeks harga saham gabungan (IHSG) pada tahun depan tembus 7.000 seiring dengan pulihnya kondisi ekonomi global serta mulai masuknya dana asing.
PT BNI Asset Management memprediksi IHSG berada pada kisaran 6.818—7.349 pada 2019. Faktor utamanya adalah perlambatan ekonomi global yang berpotensi terus berlanjut sehingga investor menurunkan ekspektasinya terhadap perekonomian Amerika Serikat (AS).
"Mereka kemudian menurunkan ekspektasinya dan memindahkan sebagian besar investasinya ke negara berkembang, termasuk Indonesia. Dampaknya IHSG bisa sampai di atas 7.000," kata Head of Investment Division PT BNI Asset Management Susanto Chandra saat dihubungi Bisnis, Rabu (19/12).
Menurutnya, Indonesia berpotensi menjadi tujuan investasi yang strategis pada tahun depan sejalan dengan pelaksanaan pemilihan presiden. Pada tahun politik, adanya ekspektasi pembangunan ke arah yang lebih baik membuat IHSG rerating akibat arus dana asing yang mulai masuk.
Di sisi lain, Susanto tidak menampik bahwa ada kekhawatiran dari banyak kalangan mengenai resesi di AS. Jika hal ini terjadi, kata dia, dampak ke pasar saham Indonesia tidak akan signifikan atau hanya sementara. 
"Kalau terjadi resesi tentunya akan ada volatilitas, tetapi jangka pendek dikarenakan sentimen investor mengurangi porsi aset berisiko," ujarnya.
Target serupa juga diproyeksikan oleh PT Manulife Asset Management Indonesia pada tahun depan, yakni sekitar 6.900—7.100. Optimisme itu didorong oleh potensi masuknya dana asing yang semakin besar pada 2019.
Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Katarina Setiawan menjelaskan, investor asing akan kembali masuk ke pasar saham setelah pada tahun ini banyak melakukan aksi jual menyusul kebijakan suku bunga The Fed yang sangat agresif.
"Tahun ini kan memang banyak tekanan, selain The Fed, lalu ketidakpastian tinggi. Ada juga dari perang dagang antara AS dan China. Namun, tahun depan indeks kami proyeksikan lebih baik dibandingkan dengan tahun ini," ujarnya.
Tahun depan, kenaikan suku bunga acuan diprediksi tidak seagresif pada tahun ini baik di AS maupun Bank Indonesia (BEI) sehingga tekanan terhadap pasar saham berkurang. Selain itu, faktor pemilu juga akan menjadi katalis positif.
Katarina menambahkan, secara historical setiap tahun pelaksanaan pemilu IHSG selalu meningkat. Kondisi ini diyakini akan kembali berulang pada tahun depan. "Dalam tiga pemilihan presiden terakhir demikian secara historical," kata dia.
Direktur Utama PT Indo Premier Investment Management Diah Sofiyanti memasang target indeks yang cukup konservatif, yakni pada level 7.000. Menurutnya, kondisi ekonomi domestik akan lebih dominan dalam mengerek gerak indeks.
Salah satunya infrastruktur yang lebih terintegrasi sehingga meningkatkan perekonomian nasional terutama sektor riil dan meningkatkan daya beli masyarakat. Selain itu, konsumsi karena pemilu juga akan menjadi pendorong kenaikan IHSG tahun depan.
"Dari faktor eksternal tentu masih ada faktornya, misalnya perang dagang. Ini masih akan berlanjut tapi lebih lunak dan investor masih melihat tahun depan relatif aman untuk investasi," jelasnya.
Proyeksi serupa disampaikan oleh Direktur Utama PT Sucorinvest Asset Management Jemmy Paul Wawointana yang memperkirakan indeks berada pada level 7.000. Jemmy melihat pendorong utama untuk tahun depan adalah kinerja perusahaan tercatat.
Menurutnya, dengan membaiknya ekonomi nasional serta potensi meningkatnya peredaran uang akan mengerek laba dari mayoritas emiten. Inilah yang akan menggerakkan indeks sehingga mampu berada pada angka baru."Selain itu valuasi emerging market juga cukup murah sehingga potensi dana asing masuk ke pasar Indonesia semakin besar," kata dia.
Selain itu, sejumlah sektor diyakini akan membaik. Diantaranya adalah harga sejumlah komoditas seperti nikel dan crude palm oil (CPO) yang menjadi salah satu sektor andalan Tanah Air.
Sementara itu, manajer investasi yang mematok target indeks di bawah 7.000 adalah PT Avrist Asset Management. Fund manager perseroan memproyeksikan indeks pada tahun depan masih bergerak pada kisaran 6.770—6.890.
"Alasannya, kalau dari price to book kita masih di bawah long term average. Sementara kalau dari price to earning kita agak sedikit di atas long term average," jelas Head Investment Avrist Asset Management Farash Farich.
Selain itu, yang menjadi penghambat gerak indeks adalah naiknya ekspektasi mengenai resesi di Negeri Paman Sam yang datang lebih cepat. Menurutnya, kondisi ini akan pengaruh ke pasar saham negara emerging market.

Dalam tahap awal, resesi akan berdampak pada harga komoditas kemudian menjalar ke perusahaan yang bergerak di sektor tersebut dan ke sektor lainnya. "Sekarang investor fokus ke resesi AS yang mungkin datang lebih cepat."
🌷
Liputan6.com, Jakarta - Forbes kembali merilis daftar terbaru orang terkaya Indonesia pada 2018. Sejumlah faktor penilaian yang mempengaruhi daftar orang terkaya tersebut antara lain pergerakan harga saham di bursa efek.
Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat tertekan lantaran sejumlah faktor baik eksternal dan internal. Dari eksternal, sentimen perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, kekhawatiran kenaikan suku bunga bank sentral AS atau the Federal Reserve mempengaruhi laju IHSG.
Sepanjang tahun berjalan 2018, IHSG koreksi 2,8 persen ke posisi 6.117 secara year to date pada perdagangan saham Kamis 13 Desember 2018.
Sedangkan dari internal didorong dari kekhawatiran defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan. Ditambah depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan data kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah sempat tembus 15.246 per dolar AS pada 15 Oktober 2018, dan posisi tersebut terendah sepanjang 2018. Akan tetapi, memasuki akhir 2018, rupiah kembali menguat terhadap dolar AS ke posisi 14.252 pada 2 Desember 2018.
Pada daftar terbaru orang terkaya Indonesia pada 2018 ini, kekayaan dari orang terkaya Indonesia ada yang menyusut. Forbes menyebutkan kalau dari daftar yang masuk dalam Forbes Indonesia Rich List alami penurunan kekayaan akibat nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS sebesar lima persen dan juga harga saham yang lesu.
Analis PT Reliance Sekuritas, Kornelis Wicaksono menuturkan,rupiah koreksi terhadap dolar AS pada kuartal III 2018 berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan yang kadar impornya besar sehingga menjadi sentimen buruk terhadap pergerakan harga sahamnya.
Sementara itu, Head of Equity Capital Market PT Samuel International, Harry Su menilai,  bila saham emiten banyak dipegang oleh investor asing akan cenderung tertekan.
Hal itu mengingat investor asing keluar dari pasar saham Indonesia sepanjang 2018. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), total dana investor asing yang keluar dari pasar saham Indonesia mencapai Rp 48,57 triliun sepanjang tahun berjalan 2018.
"Bank sentral AS menaikkan suku bunga mendorong uang balik ke Amerika Serikat," ujar dia.
Harry menambahkan, harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) yang merosot pada 2018 juga pengaruhi pergerakan saham perkebunan yang dimiliki pengusaha atau orang kaya Indonesia. "Harga CPO turun faktor suplai dan demand," kata dia.
Adapun Forbes menyebutkan salah satu pengusaha Indonesia terkena imbas dari harga saham lesu dan rupiah merosot terhadap dolar AS sehingga menekan kekayaan yaitu Soegiarto Adikoesomo.
Ia kini berada di posisi 39 untuk daftar orang terkaya di Indonesia. Soegiarto Adikoesomo yang juga Presiden Komisaris PT AKR Corporindo Tbk ini alami penurunan kekayaan terbesar sekitar 42 persen menjadi USD 780 juta. Hal itu lantaran turunnya harga saham PT AKR Corporindo Tbk.
Berdasarkan data RTI, saham AKRA merosot sepanjang tahun berjalan 2018. Saham AKRA susut 32,60 persen ke posisi Rp 4.280 per saham pada perdagangan saham 12 Desember 2018.
Total frekuensi perdagangan saham sekitar 520.109 kali dengan nilai transaksi saham Rp 11,1 triliun. Saham AKRA sempat berada di level tertinggi Rp 6.575 dan terendah Rp 3.220 per saham sepanjang tahun berjalan 2018.
"Saham AKRA banyak dimiliki oleh investor asing dan karena adanya fund flows keluar, saham AKRA banyak dilepas," ujar Harry saat dihubungi Liputan6.com.
Di sisi lain bila melihat kinerja keuangan perseroan cukup positif hingga akhir September 2018. Laba periode berjalan PT AKR Corporindo Tbk naik 16,91 persen menjadi Rp 1,26 triliun hingga akhir September 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,10 triliun.
Hal itu ditopang dari penjualan dan pendapatan tumbuh 25,31 persen ke posisi Rp 16,82 triliun hingga akhir kuartal III 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 13,42 triliun.
Penjualan dan pendapatan perseroan terbesar memang masih dari perdagangan dan distribusi harga bahan bakar minyak (BBM). Akan tetapi, pendapatan dan penjualan dari tanah kawasan industri dan lainnya dari Rp 401,39 miliar hingga akhir kuartal III 2017 atau turun 96,71 persen menjadi Rp 12,55 miliar hingga akhir September 2018.
Selain itu, pengusaha lain yang nilai kekayaannya turun yaitu Anthoni Salim. Direktur Utama PT Indofood Sukses Makmur Tbk ini kini berada di posisi kelima untuk daftar orang terkaya Indonesia versi Forbes pada 2018. Nilai kekayaan Anthoni Salim turun sebanyak USD 1,6 miliar menjadi USD 5,3 miliar.
Seperti diketahui, saham INDF alami koreksi 9,51 persen ke posisi Rp 6.900 per saham pada penutupan perdagangan saham 12 Desember 2018. Sepanjang 2018, total frekuensi perdagangan saham 582.525 kali dengan nilai transaksi Rp 44,9 triliun.
Selain itu, saham emiten perkebunan milik grup Salim juga terkoreksi sepanjang tahun berjalan 2018. Saham PT PP London Sumatera Tbk (LSIP) turun 11,97 persen ke posisi Rp 1.250 per saham pada perdagangan saham 12 Desember 2018. Nilai transaksi harian sentuh Rp 4,8 triliun dengan total frekuensi 397.278 kali.
Selain itu, saham PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) susut 1,72 persen ke posisi Rp 456 per saham dengan transaksi Rp 1 triliun. Total frekuensi perdagangan saham 186.686 kali.
Pendiri grup Sinar Mas Eka Tjipta Widjaja juga kekayaannya menyusut pada 2018. Ia turun ke peringkat ketiga untuk daftar orang terkaya Indonesia versi Forbes 2018. Total kekayaannya berkurang USD 500 juta menjadi USD 8,6 miliar.



Selanjutnya








































Di tengah harga saham lesu sehingga mendorong sejumlah kekayaan orang terkaya Indonesia menyusut, ada juga yang kekayaannya melonjak signifikan. Salah satunya Low Tuck Kwong dan berada di posisi 11 untuk daftar orang terkaya Indonesia pada 2018.
Aset bersih Low Tuck Kwong naik 63 persen menjadi USD 2,5 miliar imbas peningkatan pendapatan tambang batu bara PT Bayan Resources Tbk (BYAN) yang dorong lonjakan harga saham BYAN sebesar 82 persen.
Sepanjang 2018, saham BYAN naik 88,21 persen ke posisi Rp 19.950 per saham hingga perdagangan saham 12 Desember 2018. Total frekuensi perdagangan saham 2.314 kali dengan nilai transaksi Rp 109 miliar.
🍎
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan Bursa Efek Indonesia (BEI) Krisstian Sihar Manullang mengatakan, pihaknya terus memeriksa perusahaan atau emiten yang sahamnya bergerak tak wajar atau unusual market activity (UMA). Begitu juga terhadap perusahaan yang baru melantai atau initial public offering  (IPO) di bursa.
Bahkan, otoritas pasar modal juga memanggil emiten-emiten yang sahamnya bergerak tak wajar tersebut. Hal ini, termasuk bagian dari upaya regulator itu dalam menjaga pergerakan harga di pasar. "Pastinya sudah (dipanggil) selama ini. Setiap hasil pemeriksaan akan kami laporkan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK)," kata Kriss kepada Kontan.co.id, Jumat (7/12).

Dia mengatakan, BEI akan terus memantau terus perkembangan harga saham emiten yang sudah masuk ke dalam daftar UMA. Apabila fluktuasi harganya masih berlanjut, maka BEI akan melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan, termasuk memanggil emiten atau underwriter, suspensi ataupun pemeriksaan.
"Bursa senantiasa melakukan pemantauan terhadap setiap saham yg diperdagangkan di bursa. Tapi kami tidak bisa mengungkapkan hasil pemeriksaan, karena sifatnya confidential," jelasnya.
Sebelumnya, OJK dikabarkan berencana memanggil emiten-emiten baru yang memiliki kenaikan harga saham tak wajar pada hari perdana dicatatkannya sahamnya, atau masuk daftar UMA.
Hingga Jumat (7/12), diketahui sebanyak 11 emiten yang melantai di bursa sepanjang 2018, masuk ke dalam daftar UMA. Beberapa saham tersebut di antaranya NUSAPOLASOSSSUREPANIDIGIANDIFILMKPALINPS, dan BOSS.
Sepanjang 2018 hingga saat ini, diketahui sudah ada 52 perusahaan baru yang tercatat di BEI. Dari ke-52 perusahaan tersebut, sebagian besar mencatatkan kenaikan saham yang cukup tinggi dalam pencatatan perdana sahamnya.
🌲

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mengutip data Bloomberg, price to earning ratio (PER) IHSG termasuk paling tinggi di antara bursa Asia yakni mencapai 19,46 kali. Level tersebut melampui PER indeks bursa regional lainnya. Taiwan Taiex dan Hang Seng yang masing-masing berada pada level di kisaran 14 kali.
Menurut Kepala Riset BNI Sekuritas Norico Gaman, PER IHSG relatif tinggi karena earning growth IHSG lebih besar dibandingkan dengan rata-rata earning growth bursa regional lainnya yang hanya sekitar 10% sedangkan IHSG bisa 15%.

Norico mengatakan, meski PER IHSG lebih tinggi jika dibandingkan dengan bursa-bursa ragional lain, valuasi saham-saham di Indonesia belum terlalu mahal jika dibandingkan dengan saham-saham di bursa regional. "Hal ini merefleksikan masih adanya potensi apresiasi harga saham di bursa Indonesia,” kata Norico, Kamis (6/12).
Kepala Riset Kapital Indonesia Alfred Nainggolan beranggapan, salah satu penyebab PER IHSG lebih tinggi adalah pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang stabil dan rata-rata price earning emiten yang ada di bursa. “PER IHSG kita 19,46 kali salah satunya penyebabnya adalah growth earning emiten kita double digit,” ungkapnya
Alfred mengatakan PER tidak akan menjadi masalah jika pasar memperhatikan ekonomi kita yang terus tumbuh dan cukup stabil. Kendati demikian, jika IHSG terus naik tetapi indeks lain tidak ikut naik, maka PER kita akan semakin tinggi. Artinya semakin besar selisih PER bursa Indonesia dengan bursa regional lainnya, investor akan berpikir untuk mengurangi saham-saham di Indonesia.
“Misalnya PER kita 19 kali sementara Hang Seng 14 kali. Terus IHSG kita naik lagi ke 6.300. PER-nya tentu naik, Hong Kong tidak berubah indeksnya. Orang akan berpikir beli di Bursa Hong Kong saja karena lebih murah,” kata dia.
Meski begitu Alfred memprediksi IHSG akan mengalami penguatan di level 6.300 hingga akhir tahun. Senada, Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menganggap, PER IHSG yang cukup tinggi terkerek oleh saham yang memiliki kapitalisasi besar seperti Unilever dan Sampoerna. “Saham-saham consumer goods tersebut memiliki valuasi yang tinggi. Mereka berhasil menggerek PER jadi tinggi pula,” katanya.
Menurut Hans, PER akan menjadi perbandingan investor untuk masuk ke bursa. Namun karena PER IHSG yang tinggi terkerek oleh saham berkapitaliasi besar, maka investor akan menimbang saham per saham, bukan saham secara keseluruhan untuk masuk. Dia memprediksi, hingga akhir tahun ini IHSG akan berada di level 6.162 dan 7.000 pada tahun depan.
🍃

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski dalam beberapa hari belakangan saham-saham dengan kapitalisasi pasar besar mulai mencatatkan perbaikan, namun saham-saham di papan utama masih menunjukkan penurunan jika dibandingkan dengan saham-saham yang ada di papan pengembangan.
Jika ditilik dari data Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, Jumat (30/11). Saham-saham yang berada di papan utama mencatatkan penurunan sebesar 5,58% secara year to date (ytd). Sementara itu, saham-saham di pengembangan justru mencatatkan kenaikan sebesar 2,48%,

Analis Panin Sekuritas William Hartanto, berasumsi bahwa hal inilah yang tengah menjadi tren investor di tahun 2018 ini, yakni memilih emiten-emiten di papan pengembangan.
"Menurut saya wajar, karena setahun ini kan pasarnya koreksi, Jadi yang papan utama akan lebih rawan menurun, dan selagi menunggu koreksi kita selesai, pelaku pasar akan fokus kepada saham-saham kapitalisasi kecil terutama ritel" kata William kepada Kontan.co.id, Jumat (30/11).
Menurutnya saham di papan pengembangan lebih diminati pasar karena selain harga di pasar lebih murah, kapitalisasi kecil memungkinkan beberapa dari investor untuk menggerakkan harga saham-saham ini.
"Jumlah saham di papan pengembangan juga bertambah dari initial public offering (IPO), dan kita tau saham2 IPO kemarin naiknya luar biasa. Jadi kedua itu alasannya kenapa yang papan pengembangan lebih naik" kata William.
Ia juga menambahkan, papan pengembangan umumnya lebih menarik karena saat pasar uptrend saham-saham tersebut ikut mencatatkan kenaikan, namun saat market downtrend saham-saham tersebut jadi alternatif untuk trading jangka pendek sehingga ke depan, saham-saham ini masih tetap bagus prospeknya.
Ia juga menggarisbawahi beberapa saham yang secara fundamental prospektif seperti BUVACLEOCAMPMAMI, dan ZINC.
Meski begitu, Ia melihat bahwa penurunan di papan utama sudah cukup signifikan sehingga investor juga sudah bisa mulai mengoleksi saham-saham di papan utama dengan menggunakan Moving Average 20. Beberapa saham yang bisa dikoleksi misalnya BBCABBRIBBNIBBTNASII dan JSMR.
🍅

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saat menghadapi krisis moneter 1997-1998 lalu, Indonesia meminta pertolongan Dana Moneter Internasional ( IMF) tidak hanya berupa nasihat-nasihat kebijakan, namun juga suntikan dana.
Mantan Gubernur Bank Indonesia Boediono mengungkapkan, kala itu IMF salah memberi resep untuk kembali meningkatkan likuiditas keuangan Indonesia yang mengering tiba-tiba. IMF menyarankan Indonesia untuk menutup 16 bank yang menguasai 3% hingga 4% aset perbankan nasional.
Namun penutupan 16 bank tersebut dilakukan tanpa ada payung pengaman sehingga menimbulkan dampak psikologis ke masyarakat. Kala itu sebut Boediono, belum dikenal sistem blanket guarantee atau kebijakan penjaminan 100% dana nasabah di perbankan.
"Pada waktu itu resep ronde pertama salah. Untuk 16 bank yang menguasai 3 sampai 4% dari aset bank tanpa ada payung pengamannya," ujar Wakil Presiden RI ke-11 tersebut di Jakarta, Rabu (28/11).
Hal tersebut membuat masyarakat berbondong-bondong menarik dananya dari bank lantaran khawatir bank tempat mereka menyimpan dana juga akan ditutup. Sehingga banyak dari mereka yang memindahkan dananya di bank-bank BUMN atau bahkan ke Singapura karena dianggap lebih aman.
"IMF tidak memikirkan dampaknya akan begitu," ucap dia.
Baru setelah kejadian tersebut, mulailah diberlakukan kebijakan blanket guarantee. "Yaitu setelah 3 bulan ekonomi Indonesia dirundung bank kelabakan kurang dana, sistem pembayaran kita enggak diterima di luar," kata Boediono.
Dampak kebijakan blanket guarantee tersebut baru mulai efektif pada bulan Maret. Puluhan bank pun kembali ditutup karena rasio kecukupan modal (CAR) minus hingga puluhan persen. Namun, tidak ada lagi dampak berantai lantaran tidak ada lagi penarikan dana nasabah secara besar-besaran.
Boediono juga menjelaskan, sebelumnya Indonesia sempat menghadapi krisis di tahun 1960 dan 1980. Namun, berbeda dengan era 1998 di mana krisis disebabkan pembalikan dana asing ke luar negeri. Sedangkan untuk 1960 dan 1980 terjadi akibat anjloknya harga minyak yang membuat APBN terbebani. (Mutia Fauzia)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Boediono soal Kesalahan Resep IMF Menangani Krisis 1998"
🌹

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada Senin (26/11) Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi menerapkan percepatan penyelesaian transaksi saham hanya dalam dua hari (settlement T+2). Tadinya, jual-beli saham harus diselesaikan dalam waktu tiga hari.
Rabu (28/11) ini adalah penyelesaian pertama untuk proses perdana settlement T+2. Ada dua settlement yang terjadi hari ini, yaitu untuk Jumat 23 November (T+3) dan Senin 26 November (T+2). Total nilai transaksi sekitar Rp 14 triliun.


Laksono Widodo, Direktur Bursa Efek Indonesia (BEI) mengatakan  jika pelaksanaan settlement T+2 berjalan lancar di mana tidak ada sekuritas yang gagal serah saham.
"Berjalan lancar, alhamdullilah. Tidak ada yang gagal. Kita juga surprised sih," kata Laksono, Rabu (28/11).
Laksono bilang, jika sebelumnya telah disediakan contingency plan yang juga dapat disebut alternatif tindakan apabila hasil yang diharapkan gagal terwujud. "Tapi ternyata tidak terjadi apa-apa, sehingga tidak perlu dipergunakan. Kami senang juga dengan itu," pungkasnya.
Adapun tindakan alternatif yang dimaksud seperti securities lending and borrowing, menggandeng asuransi negara untuk membantu di cash market dan additional funding dari bank kustodian untuk broker asing.

Menurut catatan Kontan.co.id, implementasi T+2 jni menjadi penting untuk meningkatkan volume transaksi yang ada di BEI. Dengan adanya T+2, maka perputaran transaksi bisa lebih cepat 30%.


🌻
bloomberg: Central-bank measures to shore up confidence in Indonesia have done their bit in stabilizing the nation’s currency and boosting equities. Now a plunge in oil prices will provide the next leg up, according to Ashmore Group Plc.


Just as the Jakarta Composite Index heads for one of the best monthly gains among emerging-market gauges in Asia, foreigners have come back to the market. They’ve invested more than $660 million net in November, on track for the biggest inflows since April 2017. And with the benchmark gauge still down 10 percent from its high in February, its valuation of about 14 times estimated earnings remains below its three-year average.


Thanks to six increases in Bank Indonesia’s benchmark interest rate since May, the rupiah has rebounded from the doldrums, prompting a halt in foreign outflows. Add to that the slump of more than 30 percent in crude since early October, and things are looking brighter for Indonesia’s consumers and its economy, said Arief Wana, a director at PT Ashmore Asset Management Indonesia.

“Foreign investors have started to realize that Indonesia’s economy is doing OK,” Wana, who helps managed 24 trillion rupiah ($1.7 billion) of assets, said in an interview. “Valuations have come down recently. Indonesian equities on relative basis have become more attractive.”


Betting on more gains in Indonesian stocks, his firm has trimmed the cash holdings of the Ashmore Dana Progresif Nusantara fund to below 10 percent from an average of 13 percent since its inception in early 2013. Wana expects shares of property and building-materials companies to be among the key drivers of the equity market after the government’s decision to cut the income tax on luxury residential sales.

Moreover, the government has said it would keep the price of regulated fuel and electricity unchanged ahead of a general and presidential election in April. Wana expects it will raise them after, but with economic growth remaining solid, that shouldn’t be a problem. The nation’s gross domestic product is forecast to expand more than 5 percent annually through 2020.

“A 10 to 15 percent of fuel price increase will not be the end of the world for Indonesia,” he said. But “with oil prices coming down to $50 a barrel and the rupiah staying at 14,500 to the dollar, then probably we only need to increase oil prices by 5 percent. Some people might say this is the blessing for the righteous person.”


🌸


KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) bakal memberlakukan penghitungan atau metodologi pembobotan indeks harga saham yang baru. Hal ini tertuang dalam surat dengan nomor Peng-00893/BEI.OPP/11-2018.
Penerapannya bakal dimulai sejak 1 Februari 2019 dan dilakukan secara bertahap hingga 1 Agustus 2019. Pembobotan akan diterapkan pada Indeks LQ45 dan IDX30, di mana setiap tahapannya, BEI akan mengurangi rasio saham non-free float secara gradual.

Kepala Riset Koneksi Kapital Indonesia Alfred Nainggolan menilai, rencana Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk melakukan pembobotan indeks, lebih mengacu pada kondisi realitas pasar. Untung dan ruginya pun dinilai tidak berdampak signifikan dan mempengaruhi nilai saham.
"Saya lihat goalnya lebih kepada realita yang ada, dan ini cukup sepadan. Karena, saham yang menggerakkan indeks harusnya karena volatilitas transaksinya atau harga sahamnya," kata Alfred kepada Kontan.co.id, Jumat (23/11).
Dia mencontohkan, saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) yang memiliki free float kecil, mempunyai pengaruh besar pada pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Ini karena, pembobotan indeks masih mengacu pada kapitalisasi pasar. Ke depan, perhitungannya akan lebih fair.
Saham dengan free float kecil tidak bisa lagi mendominasi pergerakan indeks bursa. "Jadi yang diuntungkan lebih kepada penyempurnaan pasar, untuk melihat pergerakan harga atau indeks itu bisa mencerminkan kondisi yang sebenarnya," jelasnya.
Sedangkan dilihat dari sisi rugi, Alfred melihatnya lebih kepada adjustment. Di mana, ketika ada kinerja atau reksadana yang menggunakan acuan indeks sebagai pembentukan portofolio, maka mereka perlu melakukan penyesuaian.
"Itu juga enggak bisa dilihat sebagai sisi negatif, saya lebih melihat tidak ada dampak negatifnya, tapi lebih kepada penyempurnaan saja," ungkapnya.
Selain itu, Alfred tidak melihat adanya dampak ke investor retail saat pembobotan indeks bakal diterapkan tahun depan. "Bagi investor, ini enggak ada nilai negatifnya karena lebih kepada penyempurnaan indeks dan enggak berhubungan dengan nilai atau harga sahamnya," tandasnya.
Terkait adanya pembatasan bobot atawa capping maksimal 15% pada saat evaluasi setiap tiga bulan, Alfred menilai mampu menekan risiko pasar bakal didominasi saham tertentu.

🌹

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) berencana untuk menambahkan perhitungan baru pada penentuan bobot penghuni indeks dengan menambahkan porsi atau besaran jumlah saham yang beredar (free float). Implementasi perhitungan baru pada indeks ini diharapkan terjadi paling lambat pada minggu ketiga bulan November.
Hasan Fawzi, Direktur BEI mengatakan, sebelumnya bursa memang telah merencanakan untuk melakukan menambahkan perhitungan free float pada bobot di dalam indeks. Ada dua rencana yang disiapkan yakni melakukan penyempurnaan kepada indeks yang sudah ada atau pembuatan indeks baru.

“Berdasarkan hasil diskusi dengan manajer investasi, anggota bursa dan pemilik saham besar, dikerucutkan bahwa yang diambil adalah penyempurnaan indeks lama. Bukan pembuatan indeks baru,” ujarnya saat ditemui di BEI, Senin (12/11).
Adapun, penerapan lebih awal akan dilakukan pada indeks LQ45 dan IDX30. Menurut Hasan, tujuan utama dari penambahan perhitungan ini adalah mempertimbangkan ketersediaan saham (investable) pada indeks yang dijadikan acuan.
“Saham yang tadinya memiliki bobot tinggi dari kapitalisasi pasar, akan disesuaikan dengan free float. Ini akan menuju tingkat keseimbangan yang baru. Kamu juga memastikan ada kecukupan ketersediaan barang pada saat ada perubahan portofolio investasi yang dilakukan,” ujarnya.
Untuk diketahui, perhitungan ini hanya mencakup bobot saham di dalam indeks. Tidak termasuk perhitungan penghuni indeks. Setelah muncul penghuni indeks yang ditetapkan seperti di LQ45 dan IDX30 maka perhitungan free float untuk melihat bobot baru dimasukkan.
Terkait respons pasar, menurutnya berdasarkan hasil diskusi semua manajer investasi menyambut positif rencana ini. Kondisi pasar yang menurun pada perdagangan akhir pekan lalu lebih disebabkan efek sesaat karena adanya penyesuaian portofolio. Selebihnya akan lebih stabil.

Selain itu, dengan adanya aturan baru ini, BEI juga akan mempercepat pengumuman terbaru penghuni indeks yakni pada pertengahan Januari agar terdapat lebih banyak waktu dalam penyelarasan ini.
🍆

Bisnis.com, JAKARTA--Kelompok manajer investasi merespons rencana Bursa Efek Indonesia pada penyesuaian penyebaran free float pada LQ45 dan IDX30 dengan melakukan rebalancing portofolio.
Direktur Panin Asset Manajement, Rudiyanto mengatakan, manajer investasi memiliki reksa dana indeks, ETF dan reksa dana saham yang kinerjanya mengacu pada indeks tersebut.
Dia mengatakan, perseroan akan melakukan penyesuaian terhadap portofolio di saham yang mengalami perubahan bobot yang signifikan.
Panin Asset Manajement pun tengah melakukan pengurangan pada saham yang memiliki free float tidak banyak.
Penyesuaian pun dilakukan pada saham PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) dan PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR).
"Harus melakukan penyesuain terhadap portofolio terutama di saham yang mengalami perubahan bobot signifikan. Dari banyaknya transaksi HMSP kemarin, bisa jadi proses tersebut [penyesuaian] sudah berjalan," ungkapnya kepada Bisnis, Minggu (11/11/2018).
Adapun porsi saham publik pada HMSP dan UNVR masing-masing 7,5% dan 15,01%.
Pada perdagangan Jumat (9/11/2018), kinerja saham HMSP dan UNVR masing-masing turun 10,29% dan 4,67% masing-masing menjadi Rp3.400 dan Rp40.325 per saham.
🌸
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah analis menilai kondisi saham-saham berkapitalisasi besar yang dtinggalkan asing bisa dijadikan momentum investor lokal untuk melakukan aksi beli atau buy on weakness. Benar saja, jika melihat data RTI, kecenderungan saham dengan net sell asing memiliki tren harga saham yang menurun.
Juan Harahap, Analis Artha Sekuritas mengatakan, perginya asing dari saham big caps tersebut lebih disebabkan dari pengaruh suku bunga The Fed yang trennya meningkat. Kemungkinan besar, The Fed akan kembali menaikkan suku bunga.

“Hal ini membuat pasar modal menjadi kurang menarik secara keseluruhan, jadi asing cenderung memindahkan uang menuju instrumen investasi yang lain,” ujar Juan kepada Kontan, Selasa (30/10).
Namun, pihaknya mengatakan ini dapat dijadikan momentum tepat untuk melakukan buy in weakness dikarenakan secara fundamental emiten tersebut masih sangat menarik untuk dikoleksi.
Senada, Rovandi, Analis Trimegah Sekuritas mengatakan, pertimbangan asing keluar dari saham dalam negeri karena saham-saham terebut sudah overweight sehingga menyebabkan mereka merubah instrumen investasi lain seperti obligasi. Asing akan lebih hati-hati.
“Ini moment buy on weakness untuk saham-saham UNTRASII, dan TLKM,” ujarnya.
Menurutnya rilis kinerja kuartal III yang positif akan mendorong pergerakan harga saham big caps. Adapun pihaknya memproyeksikan terger harga saham-saham tersebut hingga akhir tahun untuk ASII sebesar Rp 8.000- Rp 8.200 per saham, UNTR Rp 37.200-Rp 37.500 per saham dan TLKM Rp 4.000-Rp 4.100 per saham.
Kinerja ytd
Berdasarkan data RTI, sejak awal tahun 2018 atau secara year to date (ytd) terdapat 5 saham yang paling besar ditinggal asing yakni saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan net sell mencapai Rp 11,39 triliun, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNInet sell Rp 5,76 triliun, PT United Tractors Tbk (UNTR) net sell Rp 5,56 triliun.
Selanjutnya disusul oleh saham PT Astra International Tbk (ASII) dengan nett sell asing mencapai Rp 4,72 triliun dan saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan net sell Rp 4,67 triliun.
Nett sell asing ini juga diiring dengan pergerakan harga saham yang masih negatif secara year to date. Tercatat hingga perdagangan hari ini, saham BBRI sudah turun 17,03% ytd ke level Rp 3.020 per saham.
Saham BBNI turun 27,53% ytd ke level Rp 7.175 per saham, UNTR turun 7,70% ytd ke level Rp 32.675 per saham, ASII turun 7,23% ytd ke level Rp 7.700 per saham, dan TLKM turun 14,19% ytd ke level Rp 3.810 per saham.
🌸

Jakarta DETIK Ellen May - Analisis fundamental adalah hal terpenting yang harus diperhatikan bagi long term investor saham. Mengapa demikian? Karena seorang long term investor memiliki mindset membeli bisnis, dan mengharapkan return dari kemampuan perusahaan menghasilkan laba.

Apa hal terpenting analisis fundamental saham buat long term investor? Bagaimana menilainya dengan mudah? Apa prinsip dasar investasi dan analisis fundamental? Bagaimana dengan trader saham? Perlukah mempelajari analisis fundamental? Yuk kita pelajari!

Investasi jangka panjang dan analisis fundamental

Mindset investor buy a business not a stock!

Warren Buffett, sang investor legendaris dunia, merupakan salah 1 orang terkaya di dunia sampai saat ini yang memperoleh kekayaan melalui investasi di pasar saham. Buffett memiliki mindset untuk membeli sebuah perusahaan, bukan sebuah saham. 

Oleh sebab itu, Buffett memilih perusahaan yang ia mengerti dan dalam jangka waktu yang panjang bisa memberikan profit yang besar. 

Jika Anda ingin memiliki sebuah bisnis tentunya Anda harus tahu bisnis ini bergerak di bidang seperti apa, manajemennya seperti apa, bagaimana bisnis ini bisa memberikan profit yang konsisten dalam jangka waktu yang panjang dll. 

Dengan memiliki mindset seperti ini, Anda tidak akan tergiur untuk membeli saham yang murah, atau saham yang lagi ramai diperbincangkan tetapi Anda akan menilai dan menganalisa fundamental/kesehatan perusahaannya. 

Bagaimana caranya? Hal apa saja yang perlu diperhatikan? Yuk simak pembahasannya berikut ini:

4 Faktor yang perlu diperhatikan dalam menganalisa perusahaan:

Business Model: Saya percaya jika tertarik ke dalam dunia investasi saham karena adanya sebuah gagasan yang simple secara bisnis modelnya. Bisnis model di sini maksudnya adalah secara umum, masyarakat mengenal dan menggunakan produk/jasa yang ditawarkan oleh perusahaan ini. 

Contoh: PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan PT Bank Central Asia Tbk. Siapa si yang tidak kenal dengan produk Indomie dan Bank BCA? Produk mie instan asal Indonesia yang terkenal dari Sabang sampai Merauke, disukai oleh semua jenis kalangan dan Bank BCA yang merupakan salah 1 market caps terbesar di Indonesia. 

Jika Anda dalam kehidupan sehari-hari saja menggunakan produk/jasa dari perusahaan tersebut, maka perusahaan tersebut memiliki bisnis model yang baik, yang Anda mengerti bagaimana perusahaan ini mendapatkan keuntungan dan lainnya.

Management: Sebelum Anda berinvestasi saham, hal yang perlu Anda perhatikan juga adalah management dari perusahaan tersebut. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan antara lain apakah bisnis ini

dikelola oleh orang yang jujur, orang yang kompeten, dan terbuka terhadap para pemegang sahamnya?

Apakah perusahaan ini dapat dipercaya dan rasional dalam menjalankan usahanya? Perusahaan yang bisa memberikan profit yang konsisten tentunya dikelola oleh management yang baik di belakang layarnya.

Profitabilitas: Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) adalah rasio atau perbandingan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba (profit) dari pendapatan (earning) terkait penjualan, aset dan ekuitas berdasarkan dasar pengukuran tertentu. 

Rasio ini biasanya digunakan oleh investor dan kreditur (bank) untuk menilai jumlah laba investasi yang akan diperoleh oleh investor dan besaran laba perusahaan untuk menilai kemampuan perusahaan membayar utang kepada kreditur berdasarkan tingkat pemakaian aset dan sumber daya lainnya sehingga terlihat tingkat efisiensi perusahaan.

Semakin tinggi nilai rasio maka kondisi perusahaan semakin baik berdasarkan rasio profitabilitas. 

Nilai yang tinggi melambangkan tingka laba dan efisiensi perusahaan tinggi yang bisa dilihat dari tingkat
pendapatan dan arus kas. Biasanya peningkatan rasio ini juga akan tercermin dari harga saham perusahaan yang akan bergerak sejalan dengan peningkatan laba perseroan.

Beberapa rasio penting yang perlu Anda ketahui antara lain: Net Profit Margin = Laba Bersih Setelah Pajak/Penjualan

ROA = Laba Bersih: Total Aset

ROE = Laba Bersih Setelah Pajak / Ekuitas Pemegang saham

EPS = Laba Bersih Setelah Pajak - Dividen Saham Preferen / Jumlah Saham Biasa yang Beredar

Valuasi: Menghitung valuasi saham adalah proses menentukan berapa harga yang wajar untuk suatu saham. 

Walaupun harga saham berubah setiap waktu, namun dengan mengetahui nilai wajarnya, kita akan lebih tenang dalam menghadapi gejolak pasar. 

Proses penghitungan ini sendiri biasanya lebih sering dilakukan oleh seorang investor, untuk menentukan apakah harga saham tersebut sudah cukup murah untuk dibeli atau belum.

Meskipun begitu, cara untuk menghitung valuasi saham ini cukup bervariasi, dan memiliki level subjektiitas yang cukup tinggi. 

Sehingga jika Anda menggunakan metode ini, Anda tidak akan benar-benar menemukan saham yang murah dengan fundamental yang bagus. Karena saham dengan fundamental yang bagus, biasanya harganya selalu overvalue.

Salah satu metode penghitungan valuasi yang cukup simple yang bisa Anda gunakan ialah metode penghitungan PBV = Price/Book Value Trader perlukah analisis fundamental?
Mindset seorang trader berbeda sekali dengan mindset seorang investor. 

Dari asal katanya saja, "trade" artinya berdagang. Berdagang itu tentunya Anda ingin mendapatkan keuntungan yang cepat dan cepat laku barangnya. Jika barang yang Anda beli masih dihold dalam jangka waktu yang agak panjang, maka barang tersebut berpotensi rusak/busuk.

Seorang trader sebaiknya menggunakan analisis teknikal untuk menganalisa pergerakan harga saham.

Mengapa? Karena perilaku pasar tercermin melalui chartnya. Aksi jual dan beli saham atau yang sering disebut prinsip supply and demand itu terlihat jelas dalam chartnya, sehingga, analisa fundamental tidak perlu diperhatikan terlalu dalam. 

Fokus seorang trader mendapatkan profit yang besar, dalam waktu yang cukup singkat sehingga analisa bagaimana fundamental perusahaan tersebut bisa diabaikan. (das/das)
🌺
🌸


🌳


McKinsey: Short-term measures of volatility can fluctuate wildly. But over the long term the market has been remarkably stable.
Markets are volatile. Or are they? After bouncing around 2,100 for six months, the S&P 500 began to swing more dramatically last August. With 100- to 200-point shifts between a high of about 2,100 and lows approaching 1,800, the index has been erratic for some time. That has many managers—as well as many analysts and investors—pondering whether the markets have entered an era of structurally higher volatility relative to the previous century.
Thus far, that doesn’t appear to be the case. Despite those dramatic swings in share price, the volatility companies have actually experienced over intervals of five years is still far below the peak levels of 2010, the late 1980s, or the mid-1970s. In fact, today five-year volatility is lower than the average over the past 50 years (Exhibit 1), though the measurement period can have a big effect (Exhibit 2). Admittedly, the peaks and troughs of volatility have been more extreme since the 1990s. But over longer time frames of five years and more, this hasn’t translated into a systematic increase, and there is no indication that stock markets have reached a new, higher level of long-term volatility. Even a short-term, forward-looking volatility index such as VIX is still below 17 percent, only slightly higher than the 15 percent average of the past 50 years.




































































Recent volatility has been near historic lows.
Volatility varies by the period of measurement.

That’s good news for managers making corporate-investment decisions—if they can distance themselves from short-term or forward-looking measures of volatility for the stock market as a whole. These are unlikely to be meaningful indicators of actual long-term risks for their specific businesses.




































































About the author(s)

Marc Goedhart is a senior expert in McKinsey’s Amsterdam office, and Darshit Mehta is an analyst in the Delhi office.
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Investor asing jual besar-besaran saham Asia sepanjang bulan Oktober lalu. Kekhawatiran perlambatan laba, suku bunga Amerika Serikat (AS) yang lebih tinggi serta tensi perdagangan antara AS dan China menjadi penyebab aksi jual ini.
Data bursa saham menunjukkan, total pembelian bersih asing mencapai US$ 14,54 miliar di pasar saham Taiwan, Korea Selatan, India, Thailand, Filipina, Indonesia, dan Vietnam pada bulan lalu. Total jual bersih ini merupakan level tertinggi dalam tujuh tahun terakhir.


Aksi jual tertinggi tampak pada pasar saham Taiwan, Korea Selatan, dan India. Penjualan bersih asing di masing-masing pasar mencapai sekitar US$ 4 miliar atau lebih dalam sebulan.
"Investor asing kabur seiring sentimen risiko yang makin tinggi akibat kekhawatiran tensi perdagangan dan pengetatan moneter," kata Jingyi Pan, market strategist IG kepada Reuters.
Kekhawatiran pertumbuhan di wilayah Asia muncul setelah Dana Moneter Internasional alias International Monetary Fund (IMF) yang menurunkan proyeksi pertumbuhan global tahun depan. Awal November, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa dia berniat mencapai kesepakatan dengan China. Tapi, dia juga mengancam akan menerapkan tarif lebih besar jika kesepakatan ini gagal.

Data Refinitiv menunjukkan 54% perusahaan Asia gagal mencapai konsensus laba di kuartal ketiga. "Aksi jual ini menyebabkan saham-saham Asia menjadi lebih murah dan menyebabkan pasar saham menjadi lebih menarik. Tapi, outlook masih suram di tengah ketidakpastian perdagangan AS-China dan faktor lainnya sehingga menahan masuknya dana asing," kata Pan.
🌳

JAKARTA, KOMPAS.com - Perekonomian global masih dihantui ketidakpastian yang mengakibatkan keluarnya sejumlah dana dari pasar saham dan pasar surat utang negara. Indonesia termasuk salah satu di antaranya. Analis PT Bahana Sekuritas Muhammad Wafi menilai rencana kenaikan suku bunga bank sentral Amerika masih menjadi perhatian para investor serta kesehatan fiskal Indonesia. Hal ini tercermin dari asumsi Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2019, yang masih didiskusikan oleh pemerintah bersama parlemen. Wafi menuturkan, beberapa asumsi makro ekonomi seperti target pertumbuhan ekonomi, level rupiah dan lifting minyak sudah lebih realistis dibanding asumsi awal yang disampaikan dalam RAPBN 2019. "Kinerja keuangan emiten dan perekonomian Indonesia secara domestik masih cukup baik hingga kuartal ketiga tahun ini. Namun masih ada sejumlah risiko yang perlu diamati kedepannya," ujar Wafi dalam keterangan tertulis, Selasa (23/10/2018). Risiko tersebut antara lain harga minyak dunia yang cenderung naik. Sedangkan harga batubara dan CPO masih tertekan karena permintaan yang turun. Saat ini, pasar masih menanti upaya lanjutan pemerintah untuk melakukan reformasi energi kedepannya. Dengan demikian, subsidi energi khususnya untuk bahan bakar minyak (BBM) bisa kembali ditekan. Kondisi tak pasti seperti ini membuat pasar ragu memilih saham mana yang minim risiko. Wafi mengatakan, di tengah ketidakpastian global, keuangan sejumlah emiten masih memperlihatkan kenaikan positif pada kuartal ketiga tahun ini. Hal ini menjadi sentimen positif di pasar. Penjualan semen, misalnya, mulai memperlihatkan trend kenaikan hingga kuartal tiga 2018, tumbuh 4,9 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Penjualan wholesale mobil naik sebesar 6,8 persen secara tahunan. Sedangkan penjualan retail mobil meningkat 10,8 persen hingga kuartal ketiga 2018. Dengan memperhatikan pencapaian hingga kuartal ketiga dan risiko perekonomian, kata Wafi, Bahana masih merekomendasikan beli untuk beberapa saham pilihan yang terbilang aman dan tahan uji ditengah berbagai gejolak yang ada. Di antaranya saham PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM). Emiten tersebut masih mengantongi keuntungan hingga akhir tahun karena pengguna telekomunikasi dan paket data masih tinggi kedepannya. Ditambah lagi, perusahaan telekomunikasi milik negara ini rajin membagi dividend. Selain itu, saham PT Hanjaya Mandala Sampoerna (HMSP), PT Gudang Garam (GGRM), dan PT Ramayana Lestari Sentosa (RALS) juga cukup menjanjikan karena didukung oleh daya beli masyarakat untuk kelas masyarakat menengah ke bawah yang masih kuat. Didukung pula rencana kenaikan upah minimum propinsi yang direncanakan naik sekitar 8 persen. PT Aces Hardware (ACES) juga tak luput dari rekomendasi Bahana. retail tersebut membukukan kenaikan SSSG sebesar 11,3 persen pada September, dibanding periode yang sama tahun lalu. PT Ramayana Lestari Sentosa juga sukses mencatat kenaikan SSSG sekitar 11 persen pada periode yang sama dibanding tahun lalu. Wafi juga merekomendasikan PT Semen Indonesia (SMGR) sebagai pemain terbesar dalam industri semen yang sudah memiliki jaringan di hampir seluruh Indonesia. "Sejumlah capaian kinerja ini menjadi sentimen positif bagi pasar saham domestik meski sifatnya jangka pendek," kata Wafi.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pasar Global Masih Bergejolak, Pilihan Saham Ini Layak Dilirik", https://ekonomi.kompas.com/read/2018/10/23/165639026/pasar-global-masih-bergejolak-pilihan-saham-ini-layak-dilirik
Penulis : Ambaranie Nadia Kemala Movanita 
Editor : Bambang Priyo Jatmiko

🌸

Jakarta detik - Perdagangan saham di pasar modal belakangan ini cukup sepi. Nilai transaksi harian turun cukup dalam.

Hari ini saja nilai transaksi hanya sebesar Rp 5,9 triliun dengan jumlah 8,89 miliar lembar saham yang berpindah tangan. 

Data Bursa Efek Indonesia (BEI) selama sepekan kemarin rata-rata nilai transaksi juga hanya Rp 6,19 triliun. Turun 12,15% dari rata-rata nilai transaksi di pekan sebelumnya sebesar Rp 7,05 triliun.
Sementara rata-rata volume transaksi harian BEI pekan kemarin juga anjlok 25,02% dari 11,21 miliar saham menjadi 8,40 miliar saham.
Menurut Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali sepinya perdagangan saham belakang ini lebih karena faktor global. Dengan Bank Sentral AS, The Fed yang terus menaikan suku bunga memacu Bank Indonesia (BI) juga ikut melakukannya.

Tercatat dari awal tahun BI sudah menaikkan suku bunga acuan BI 7 days reverse repo rate 150 basis poin menjadi 5,75%. Hal itu memacu kenaikan bunga surat utang yang menarik investor pasar modal.

"Saat ini investor lebih memilih di asset berupa obligasi karena interest rate masih terus naik. Otomatis yield meningkat dan membuat nilai obligasi lebih murah relatif dengan ekuitas, terbukti dari setiap adanya lelang SUN atau obligasi negara lainya selalu mengalami oversubscribe yang cukup signifikan," terangnya kepada detikFinance, Senin (22/10/2018).

Selain itu fluktuasi mata uang rupiah juga ikut mempengaruhi psikologis pelaku pasar. Hal itu juga membuat investor asing menarik dananya.

"Nilai tukar rupiah yang selama ini turun juga mendorong investor asing untuk memindahkan posisinya dari ekuitas di Indonesia karena depresiasi nilai tukar rupiah terhadap US$ juga mengurangi keuntungan dari investasi di dalam negeri," tuturnya.
Hari ini investor asing tercatat melakukan aksi jual di seluruh pasar sebesar Rp 64,54 miliar. Sebenarnya investor asing melakukan pembelian di pasar nego dan tunai sebesar Rp 85,03 miliar namun mereka melakukan aksi jual di pasar reguler sebesar Rp 149,56 miliar.

"Saya rasa sementara tekanan yield yang masih terus naik dan nilai tukar yang belum stabil akan membuat investor mengambil langkah lebih konservatif dalam investasi di ekuitas," tutup Frederik. (das/dna)

🌷
Jakarta detik- Target pertumbuhan ekonomi yang dipasang pemerintah dalam RPJMN Tahun 2015-2019 sebesar 7% nampaknya hanya tinggal kenangan saja. Pasalnya, pemerintah hanya mampu merealisasikannya di level 5%.

Peneliti dari INDEF Bhima Yudhistira mengatakan, di tengah ketidakpastian sebagai sentimen negatif buat ekonomi nasional, membuat pemerintah harus lebih realistis lagi dalam menyusun target pertumbuhan ekonomi.

"Tahun depan idealnya 5,1% sudah maksimum. Ini pelajaran penting kalau pemerintah buat target jangan muluk-muluk harus baca situasi global dan domestik," kata Bhima saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Senin (22/10/2018).
Bhima mengatakan, pertumbuhan ekonomi nasional yang di level 5% pun masih terbilang tinggi. Bahkan, pemerintah bisa membuat ekonomi lebih berdampak merata di masyarakat.

"Lebih baik kualitas pertumbuhannya dinaikkan. Artinya tumbuh tapi struktur ekonomi dan redistribusi pendapatan masyarakat lebih merata," jelas dia.


Menurut Bhima, target ekonomi tumbuh di level 7% terlalu tinggi, apalagi melihat masih rendahnya pertumbuhan sektor manufaktur nasional, selain itu juga perkembangan harga komoditas perkebunan seperti karet dan sawit yang masih rendah belum mampu berkontribusi lebih terhadap perekonomian.

"Mesin ekonomi lain hanya bertumpu pada jasa yang daya tarik ke sektor lain relatif kecil," jelas dia.


🍀

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berikut ini rekomendasi teknikal tiga saham pilihan dari sejumlah analis untuk diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia pada Rabu (17/10).
1. PT Rimo International Lestari Tbk (RIMO)

Candle harga berusaha bertahan di midband. RSI berpotensi mengarah turun. Demikian juga dengan MACD belum terlihat terlalu kuat menanjak.
Rekomendasi: Sell on strength
Support: Rp 140
Resistance: Rp 166
William Surya Wijaya, Indosurya Bersinar Sekuritas

2. PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB)
Pergerakan harga saham SMCB sudah sangat bullish didukung oleh indikator MACD, ADX, SAR dan RoC yang menunjukkan sinyal positif.
Rekomendasi: Hold
Support: Rp 1.720
Resistance: Rp 1.830
Muhammad Nafan Aji Gusta Utama, Binaartha Sekuritas 

3. PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA)
Muncul hanging man candle dengan volume perdagangan menurun. Namun RSI masih menguat dan stochastic berpotongan golden cross.
Rekomendasi: Sell on strength
Support: Rp 314
Resistance: Rp 342
Achmad Yaki, BCA Sekuritas
🌷

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. IHSG hari ini naik atau turun? Dari sepuluh analis yang disurvei KONTAN, semua memperkirakan hari ini (15 Oktober 2018) IHSG naik. 
Jumat lalu (12/10) Bursa Efek Indonesia (BEI) hijau. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 53,67 poin (0,94%), sebelum bertengger di angka 5.756,49.

Kenaikan  IHSG itu merupakan pembalikan setelah sehari sebelumnya, IHSG terjungkal dalam.
Namun demikian, dalam kurun 20 hari perdagangan terakhir, IHSG masih mengalami 9 hari kenaikan dan 11 hari penurunan. Secara total, dalam kurun waktu tersebut IHSG minus -67,77 poin (-1,16%).
Berikut prediksi 10 analis yang dimuat dalam Harian KONTAN edisi 15 Oktober 2018:
Prediksi IHSG 10 Analis (15 Oktober 2018)
AnalisInstitusiNaikTurunSup.Res.
Hans KweeInvesta Saran Mandiriv5.7225.788
RovandiTrimegah Sekuritasv5.7005.810
Lanjar NafiReliance Sekuritasv5.7065.800
William Surya W.Indosurya Bersinar Sek.v5.6215.872
Aditya Perdana PSemesta Indovest Sek.v5.7105.800
William HartantoPanin Sekuritasv5.6605.800
Hendri WidiantoroErdikha Elit Sekuritasv5.7505.816
Dennies ChristoperArtha Sekuritasv5.7225.788
M. Nafan AjiBinaartha Sekuritasv5.7235.789
Kiswoyo Adi JoeNarada Asset Man.v5.7005.900
Total / Nilai median5.7085.800

Disclaimer: Prediksi 10 analis disajikan berdasarkan kondisi pasar saham pada saat prediksi ini dibuat. KONTAN dan para analis tidak bertanggungjawab atas segala risiko yang timbul akibat penggunaan prediksi ini
🌼

Bisnis.com, JAKARTA—Investor disarankan untuk menunggu sebelum mengambil keputusan investasi baru di pasar modal dalam negeri setelah koreksi tajam yang terjadi pasar global dan domestik kemarin.
Kemarin, IHSG ditutup melemah 117,846  poin atau 2,02% ke level 5.702,822. Kendati pelemahan ini tergolong tajam, tetapi dibandingkan indeks-indeks lainnya di Asia dan Amerika Serikat, tingkat koreksi IHSG masih relatif lebih rendah.
Pelemahan paling tajam di dalam negeri terjadi pada sektor aneka industri (-2,92%), keuangan (-2,68%), tambang (-2,46%), dan industri dasar & kimia (-2,23%). Sementara itu, di pasar global hingga pukul 18.30 WIB, indeks Nikkei -3,89%, Hang Seng -3,54%, Shanghai -5,22%, dan STI -2,69%.
Kevin Juido, Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas, mengatakan bahwa pelemahan tajam pasar saham global kemarin disebabkan oleh peningkatan tajam yield US Treasury 10 tahun yang sudah menyentuh 3,174% dan sempat lebih tinggi.
Hal ini menyebabkan arus keluar investor asing meningkat dari pasar negara-negara berkembang. Penguatan IHSG yang terjadi selama 3 hari di awal pekan ini bersifat semu, sebab terjadi dari aktivitas transaksi yang terbatas serta investor asing yang masih mencatatkan net sell.
Dalam 4 hari terakhir pekan ini, investor asing sudah keluar dari pasar saham Indonesia sekitar Rp2,96 triliun. Kevin menilai, belum terlalu banyak sentimen positif yang diharapkan bisa menopang IHSG, sehingga tetap rentan terhadap gejolak eksternal.
Menurutnya, penurunan IHSG kemarin yang tidak sebesar indeks-indeks global lainnya disebabkan karena posisi support kuat IHSG berada di level 5.600-5700, sehingga banyak pelaku pasar yang masuk mengimbangi keluarnya asing ketika IHSG mendekati level tersebut.
Kevin menilai, pasar yang kini tengah murah menjadi peluang yang baik bagi investor yang bagi investor berhorizon investasi jangka panjang. Namun, mengingat masih banyaknya risiko yang mengganggu di pasar, dirinya menyarakan pelaku pasar untuk menunggu dulu.
“Paling bijaksana wait and see dulu, tunggu sampai ada pemulihan sentimen positif, karena kalau kita tarik garis metric sampai akhir tahun ini akan ada masalah , seperti kenaikan suku bunga The Fed,” katanya, Kamis (11/10).
Jason Nasrial, Senior Vice President Royal Investium Sekuritas, juga merekomendasikan investor untuk wait and see, setidaknya hingga data hasil neraca perdagangan September terbit pada awal pekan depan.
“Kalau defisitnya seperti bulan Agutus, defisit US$1 miliar, IHSG bisa test ke 5.600,” katanya.
Jason mengatakan, koreksi yang terjadi pada IHSG tidak separah indeks regional lainnya karena IHSG sudah mengalami penurunan lebih awal dan cukup dalam dari level puncaknya tahun ini di kuartal pertama.
Lagi pula, selama 2009 -2018 awal, return IHSG adalah yang tertinggi dibandingkan indeks-indeks global lainnya dengan spread yang relatif jauh dibandingkan indeks-indeks tersebut. Alhasil, ketika terjadi koreksi, IHSG lebih dahulu dilepas oleh investor asing.
Menurutnya, koreksi wajar terjadi di seluruh pasar regional sebab sebelumnya Dow Jones dan S&P turun cukup dalam, yang mana memang wajar sebab valuasi pasar saham di Amerika Serikat adalah yang termahal di dunia.
Padahal, di sisi lain, AS juga mengalami defisit ganda, yakni budget deficit 3,7% terhadap GDP dan current account deficit 2,7% terhadap GDP. Selain itu, AS juga sudah memiliki debt to GDP ratio yang tinggi, mencapai 82%.
“Ini seharusnya bersifat sementara. Regional market juga sedang beradaptasi dengan new normal suku bunga US Treasury 10 tahun. At least, Senin [pekan depan] akan rebound untuk regional market,” katanya.
Jason menambahkan, seharusnya penurunan IHSG dan rupiah akan lebih terbatas lagi apabila pemerintah tidak menunda kenaikan harga BBM subsidi. Padahal, pada saat pemerintah terlanjur mengumumkan kenaikan harga, rupiah sempat menguat ke bawah Rp15.200 per dolar AS.
Frederik Rasali, Vice President Research Artha Sekuritas, mengatakan bahwa faktor lainnya adalah pelemahan tajam pada mata uang China dalam sepekan lalu, dari level 6,87 per dolar AS menjadi 6,92. Alhasil, pengenaan tariff yang dilakukan AS justru menyerang balik ke AS.
Selain itu, Trump juga berencana untuk mengetatkan aturan investasi asing di industri teknologi dan komunikasi pada bulan depan. Hal ini menyebabkan rontoknya harga saham-saham teknologi AS sehingga menyebabkan koreksi tajam pada indeks-indeks saham di AS.
Kebijakan pelemahan mata utang China menyebabkan arus modal asing cenderung beralih ke China dibandingkan ke banyak negara berkembang lainnya, termasuk Indonesia. Hal ini menjadi penyebab lainnya koreksi di pasar saham negara-negara berkembang dan Indonesia.
🌰
Bisnis.com, JAKARTA—Kinerja emiten-emiten berkapitalisasi pasar kecil dan menengah di pasar modal sepanjang tahun ini relatif lebih stabil dibandingkan emiten-emiten besar. Namun, setelah koreksi berkepanjang pada IHSG, potensi penguatan emiten besar justru akan lebih tinggi.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, kinerja indeks emiten-emiten berkapitalisasi pasar kecil menengah atau IDX SMC Composite sepanjang tahun berjalan hanya turun 1,47%. Tingkat koreksi ini jauh lebih kecil bila dibandingkan penurunan IHSG yang mencapai 8,42% atau indeks LQ45 yang turun  15,23%.
Untuk periode Agustus 2018 hingga Januari 2019, ada 336 emiten yang menjadi penghuni indeks IDX SMC Composite ini dengan tingkat kapitalisasi pasar antara Rp1 triliun hingga Rp50 triliun.
Valdy Kurniawan, Analis Phintraco Sekuritas, mengatakan bahwa ada dua kemungkinan penyebab fenomena ini. Pertama, persebaran kepemilikan investor pada saham-saham kecil dan menengah ini tidak seluas saham-saham besar atau blue chip.
Ini menyebabkan respon pasar terhadap sentimen negatif global dan domestik tidak terlalu tercemin pada pergerakan saham-saham kecil menengah ini.
Kedua, ketika pasar cenderung takut, sejumlah investor cenderung lebih memburu saham-saham yang harganya terlalu murah atau undervalue dan memiliki outlook positif. Ini terkait dengan teori behavioral finance.
“Di sinilah saham-saham lapis kedua dan ketiga yang sebelumnya luput dari pantauan investor mulai dicermati apakah undervalue dan memiliki kinerja serta outlook positif,” katanya, Rabu (10/8).
Jason Nasrial, Vice President Research Royal Investium Sekuritas, mengatakan bahwa stabilnya kinerja saham-saham IDX SMC Composite terutama disebabkan karena indeks ini dan emiten-emitennya tidak masuk dalam bobot perhitungan oleh banyak lembaga investasi asing dan lokal.
Berbeda dibandingkan saham-saham blue chip, emiten-emiten kecil dan menengah umumnya kurang likuid di pasar sehingga cenderung dihindari. Ketika outflow terjadi, dana-dana tersebut keluar dari emiten besar, sedangkan emiten kecil dan menengah relatif tidak terimbas.
Meskipun demikian, Jason menilai sebenarnya masih cukup banyak emiten dari kelompok kapitalisasi pasar kecil menengah yang berkinerja baik dari segi fundamentalnya.
“Justru karena bobotnya kecil atau bahkan nyaris tidak ada di dalam portofolio fund asing yang besar maupun lokal, sebenarnya dengan memasukkan 1 atau 2 small medium cap companies salah satu strategi untuk mitigasi risiko portofolio,” katanya, Rabu (10/8).
Jason menilai, saham-saham seperti SRIL, INCO, SMSM, BNLI dan BBKP cukup menarik dan berkinerja cukup positif. Menurutnya, di tengah pelemahan kurs, emiten kecil menengah yang berorientasi ekspor cukup menarik.
Kiswoyo Adi Joe, Kepala Riset Narada Kapital Indonesia, mengatakan bahwa di saat pasar kini sudah terkoreksi cukup dalam, dirinya tidak lagi merekomendasikan investor untuk masuk di emiten-emiten berkapitalisasi pasar kecil dan menengah.
Menurutnya, saat ini IHSG sudah relatif murah di level 5821, dengan tingkat PE ratio 12,7 kali. Padahal, dalam 10 tahun terakhir, PE ratio rata-rata IHSG berada di level 15 kali. Dirinya menilai, ruang untuk penurunan lebih dalam sudah sangat terbatas.
Kiswoyo menilai, asalkan nilai tukar rupiah bisa kembali stabil, IHSG dapat kembali bergerak meningkat hingga ke level 6500 hingga akhir tahun ini, yang mana mencerminkan PE ratio sekitar 14 – 15 kali.
“Kalau nanti IHSG naik, yang akan naik duluan adalah yang blue chip. Kebetulan sekarang blue chip ini sedang murah-murahnya, sehingga saya lebih merekomendasikan kini saatnya beli blue chip,” katanya.
Menurutnya, saham-saham seperti BBRI, BBNI, BMRI, TLKM dan UNVR sudah layak untuk mulai dibeli, sebab harganya sudah tergolong murah, sedangkan fundamentalnya sangat baik.

🌸

Emerging-market stresses have been building since at least 2013. Investors may have forgotten the effect of the “taper tantrum” on the so-called Fragile Five — Brazil, India, Indonesia, Turkey and South Africa — a term coined by Morgan Stanley to describe their vulnerability to capital outflows. Monetary accommodation, lower current-account deficits and growth disguised the underlying challenges, attracting more capital to those markets.
The textbook recipe for an emerging-market crisis requires a large dose of debt and an associated domestic credit bubble, including misallocation of capital into uneconomic trophy projects or financial speculation. Then add: a weak banking sector, budget deficits, current-account gaps, substantial short-term foreign-currency debt and inadequate forex reserves. Season with narrowly based industrial structures, reliance on commodity exports, institutional weaknesses, corruption and poor political and economic leadership.
Based on these criteria, the number of emerging markets at risk extends well beyond Turkey and Argentina. Like Tolstoy’s families, each nation has different sources of unhappiness.
Total emerging-market borrowing increased from $21 trillion (or 145 percent of GDP) in 2007 to $63 trillion (210 percent of GDP) in 2017.Borrowings by non-financial corporations and households have jumped. Since 2007, the foreign-currency debt — in dollars, euros and yen — of these countries doubled to around $9 trillion. China, India, Indonesia, Malaysia, South Africa, Mexico, Chile, Brazil and some Eastern European countries have foreign-currency debt between 20 percent and 50 percent of GDP.
In all, EM borrowers need to repay or refinance around $1.5 trillion in debt in 2019 and again in 2020. Many are not earning enough to meet these commitments.
Turkey and Argentina have twin deficits (combined budget and current-account gaps as a percentage of GDP) of 8.7 percent and 10.4 percent, respectively, that require financing. Pakistan has a twin deficit well above 10 percent. Brazil, India, Indonesia, South Africa and Ukraine are at or above 5 percent on that basis. In India, if state governments are included the number approaches double figures. Those gauges are rising in China, Malaysia, Mexico, Colombia, Chile and Poland.
Then look at reserve coverage — foreign-exchange holdings divided by 12-month funding needs for the current account, short-term debt maturities and amortization of long-term debt — which measures the capacity to meet immediate foreign-currency obligations. Turkey and Argentina score 0.4 and 0.6 respectively, meaning they can’t cover their needs without new borrowings. Pakistan, Ecuador, Poland, Indonesia, Malaysia and South Africa have reserve coverage of less than 1. Chile, Hungary, Colombia, Mexico and India have coverage of less than 2. Brazil and China come in at 2.5 and 3.1 times, respectively.
Even where reserve coverage appears adequate, caution is warranted. Long-term debt becomes short-term with the passage of time or an acceleration event. Forex holdings may not be readily accessible. Much of China’s $3 trillion of reserves is committed to the Belt and Road infrastructure initiative. The ability to turn U.S. Treasury bonds and other foreign assets into cash is limited by liquidity, price and currency effects. Reserve positions are notoriously opaque: In 1997, the Bank of Thailand was found to have grossly overstated available currency holdings.
China and India face well-documented difficulties in their financial systems. The true level of Chinese non-performing loans may be several times the official 1.75 percent. India’s NPL ratio is around 10 percent of all loans.
Events in Turkey and Argentina show how these weaknesses become exposed. Global liquidity tightening, led by the U.S. Federal Reserve increasing rates and unwinding its bond purchases, reduces capital inflows and increases the cost of borrowing. Trade tensions, sanctions, the breakdown of the global institutional structure and rising geopolitical risks exacerbate those stresses.
Weaknesses in the real economy and the financial system feed each other in a vicious cycle. Capital withdrawals undermine currencies, driving down prices of assets such as bonds, stocks and property. The reduced availability of finance and higher funding costs add to pressure on overextended borrowers, triggering banking problems that feed back into the economy. Credit rating and investment downgrades extend the cycle.
































































Policy responses can make things worse. Higher interest rates to prop up currencies (60 percent in Argentina) may be ineffective. They reduce growth and aggravate the debt burden. Weaker currencies import inflation. Supporting the financial system and the economy pressures government finances. IMF remedies, which aren’t always effective, impose financial and human costs that many nations find unacceptable, prompting political and social breakdown. And the IMF’s capacity to assist may be constrained by concurrent crises.
Investors are assuming that critical vulnerabilities have been addressed.
Important changes made after the 1997 Asian crisis created different risks, however. Floating exchange rates and unrestricted foreign-exchange movement increase currency volatility and allow capital flight. While local-currency debt has increased, unhedged foreign-currency debt remains significant.
Higher returns on local-currency debt attracted foreign investors to India, China, Malaysia, Indonesia, Mexico, Brazil, South Africa and Eastern Europe. But weakening currencies may drive them to exit, hurting all assets.
Turkey and Argentina may be special cases. But given the fundamental problems, other emerging markets are likely to come under pressure. As Herbert Stein’s 1976 law states: “If something cannot go on forever, it will stop.”
🌲


KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun 2018 ini, sejumlah emiten melakukan aksi buyback saham atau pembelian kembali atas saham yang telah dilepas.
Misalnya PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) menjadi emiten pertama yang menyatakan aksi buyback saham di tahun ini. MIKA telah mendapat restu dari para pemegang saham pada 2 Maret 2018 untuk melakukan buyback atas 727.540.000 saham dengan anggaran Rp 1,4 triliun. Aksi buyback MIKA ini akan berlangsung hingga 27 agustus 2019

Emiten lainnya yakni PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) juga telah mendapat persetujuan buyback. TBIG akan memulai buyback saham secara bertahap sejak 30 April 2018 hingga 30 Oktober 2019 atas 204.000.000 saham dengan anggaran Rp 1,2 triliun.
Kemudian ada PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) juga telah memulai aksi buyback setelah menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 26 Juni 2018 lalu. Saratoga akan melakukan buyback 20.000.000 saham atau setara dengan 0,737% dengan anggaran Rp 110 miliar. Pembelian kembali saham ini berlaku hingga 30 juni 2018.
Selanjutnya ada PT Bumi Serpong Tbk (BSDE) juga sudah mendapat persetujuan pemegang saham pada RUPS 27 Juni 2018 lalu untuk merealisasikan buyback sebanyak 1.924.669.600 saham dengan anggaran Rp 3,3 triliun. Aksi buyback ini akan berlangsung selama 18 bulan ke depan setelah RUPS.
Lalu ada juga PT Cikarang Listrindo Tbk (POWR) yang berencana melakukan pembelian kembali saham sebanyak-banyaknya 321,74 juta saham atau 2% dari jumlah modal ditempatkan perseroan. Biaya buyback saham sebanyak-banyaknya US$ 20 juta atau setara dengan Rp 295,88 miliar dengan asumsi kurs tengah Rp 14.794 per dolar AS.
Untuk memperoleh izin melaksanakan buyback, POWR akan menggelar RUPS pada 24 Oktober 2018 dan durasi buyback saham  akan dihitung 18 bulan ke depan sejak selesai RUPS nanti.
Yang terakhir ada PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) yang juga berencana melakukan pembelian kembali saham. LPPF akan menyiapkan dana sebesar Rp 1,25 triliun untuk buyback 7% saham atau sebesar 204.254.266 saham dari modal disetor dan ditempatkan. Aksi korporasi ini telah disetujui dalam agenda RUPSLB yang diadakan pada 8 Oktober 2018.
Pelaksanaan buyback saham LPPF ini dilakukan dalam waktu paling lama 18 bulan atau sejak ditutupnya RUPSLB sampai dengan tanggal 7 April 2020.
Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan, ada beberapa alasan yang melatarbelakangi aksi buyback emiten-emiten tersebut. Pertama, emiten melakukan buyback karena melihat peluang harga saham akan membaik.
Kedua, bisa karena kinerja fundamental emiten yang juga akan membaik sehingga menjadi sentimen positif bagi emiten untuk melakukan buyback. “Jika bukan itu alasannya, maka alasan berikutnya yang paling mungkin adalah untuk menjaga harga saham agar tidak turun jauh,” kata William, Selasa (9/10).
Namun William bilang, buyback saham bukan satu-satunya solusi untuk memperbaiki kinerja saham perseroan. Malah justru dapat mengurangi likuiditas karena mayoritas saham akan diserap oleh emiten.
“Jadi sebenarnya yang paling penting adalah supaya saham tersebut jadi menarik untuk dibeli lagi, maka harus muncul sentimen positif. Caranya dengan melakukan perbaikan kinerja. Karena kalau kinerja buruk, di buyback berkali-kali juga tidak akan membuat harga menjadi naik,” ulasnya.
Dari sejumlah saham emiten yang melakukan buyback saham tersebut, William merekomendasikan buy saham LPPF dan saham TBIG. “Boleh beli, targetnya masing-masing hingga akhir tahun 2018 di level Rp 7.500 per saham dan Rp 6.000 per saham,” imbuhnya.
🍉


Liputan6.com, Jakarta - Pemenang Nobel Robert Shiller berpendapat, kini bukan saatnya lagi bagi investor berpikir bagaimana memperoleh untung semata. Investor seharusnya lebih berfokus pada penilaian jangka panjang.
"Pandanganku mungkin tampak berlebihan tapi bukankah kita sedang meluncurkan suatu perang dagang? Tidakkah orang-orang berpikir demikian?. Entahlah, tapi menurut saya itu mungkin menjadi saat-saat buruk di saham," tutur dia seperti dikutip dari CNBC, seperti ditulis Selasa (2/10/2018).
Meski begitu, ia bukan berarti meramalkan masa depan yang buruk di pada iklim investasi. Melainkan, lanjut dia, hanya sulit dapat keuntungan besar. Tingkat imbal hasil akan lebih rendah dalam kisaran 2,6 persen dalam tahunan dari yang diharapkan investor. Apalagi bursa saham AS cenderung naik dalam sembilan tahun. Penguatan terbesar di indeks saham S&P 500 yang naik lebih dari 335 persen sejak sentuh level terendah dalam Maret 2009.
"Bukannya saya memprediksi kehancuran. Hanya saja butuh 10 tahun lamanya hanya untuk mendapatkan return atau balik modal. Ini tentunya tidak berdampak baik," ujar dia.
Kinerja keuangan perusahaan AS sempat melonjak imbas kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terutama soal pajak perusahaan. Trump memangkas pajak perusahaan dari 35 persen menjadi 21 persen. Namun, menurut Shiller, iklim pajak tidak akan bertahan lama. Pendapatan perusahaan akan turun.
"Apakah Donald Trump akan permanen? Saya tidak akan membahas hal itu. Banyak perselisihan tentang itu," ujar dia.
Meski demikian, Ekonom dari Wharton School Siegel menilai, meski harga saham-sahammenunjukan tren yang mahal, investor akan cenderung membelinya jika dibandingkan dengan keharusan untuk membeli surat utang atau obligasi.
"Saham memang dinilai terlalu tinggi untuk jangka panjang tapi obligasi dipandang jauh lebih tinggi nilainya untuk jangka yang sama. Penilaian relatif ini didasarkan pada apa yang lebih menguntungkan," ujar dia.

🌷
Vice President Research PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya berpendapat, sekarang saatnya bagi investor untuk masuk dan membeli saham murah di BEI untuk jangka menengah dan panjang. Apalagi, rata-rata saham (IHSG) telah turun sekitar 7,59% sepajang tahun 2018.
Menurut dia, investor asing pun mulai melakukan akumulasi beli karena melihat saham mulai dalam tren konsolidasi setelah terkoreksi cukup dalam. Bahkan, sepekan lalu, investor asing dilaporkan telah membeli saham hingga Rp 1 triliun walaupun pekan ini belum terlalu terlihat transaksinya secara signifikan. Mereka berharap keuntungan dari kenaikan harga saham (capital gain) dan dividen.
Sekarang memang saatnya bagi investor untuk membeli saham setelah terkoreksi cukup dalam dan mulai berkonsolidasi. Saya yakin, IHSG dan saham akan kembali menguat pada akhir tahun,” ujar William kepada Investor Daily, Rabu (26/9).
Menurut dia, investor bisa mulai mengoleksi saham dari sektor infrastruktrur, terutama PT Telkom Tbk (TLKM), saham perbankan (BMRI, BBRI, BBNI, dan BBCA), serta konsumsi (consumer) yakni Indofod (INDF), Unilever UNVR), Indocement (INTP), yang sudah terkoreksi cukup dalam dan potensi penguatannya besar.
Namun, dia kurang merekomendasikan saham dari sektor pertambangan batu bara serta minyak dan gas (migas) yang saat ini diuntungkan oleh pendapatan dan penguatan dolar AS. Alasannya, karena saham-saham di sektor tersebut telah menguat signifikan sejak 2016, sehingga malah berpeluang melemah. (dka)

🍑
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Federal Reserve diperkirakan akan kembali mengerek suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) dalam rapat FOMC nanti.
Mino, Analis Indo Premier Sekuritas mengatakan agar para pelaku pasar masuk ke saham blue chip dengan memperhatikan pergerakan turunnya. "Sebenarnya agak susah cari untung, tapi bisa masuk dari sisi tren minor. Dari sisi teknikal, lihat tren turunnya dan bisa kita eksploitasi disitu. Tapi sifatnya sangat jangka pendek," kata Mino, Rabu (26/9).

Pelaku pasar harus disiplin, harus benar-benar memperhatikan pergerakan harganya. Kalau seandainya ragu langsung cut loss. "Pantau indikator-indikator teknikal yang kapan support-nya aman dari tren bearish saat ini," kata Mino
Ia merekomendasikan untuk melirik dan mencermati saham-saham dari sektor finance dan pertambangan seperti batubara. "Carilah saham-saham tersebut yang secara fundamental bagus, contohnya saham BMRIBBRI, dan BBCA. Jangan pula mengambil saham yang fundamentalnya kurang bagus atau tidak jelas," kata Mino.
Dia mengatakan bahwa sebenarnya pasar telah mengantisipasi kenaikan suku bunga The Fed. Sebelumnya kenaikan suku bunga BI 25 basis poin menjadi 5,5% untuk mengantisipasi kenaikan bulan September. "Kemungkinan seandainya naik, BI tidak menaikkan karena telah mengambil langkah di awal. Desember kan kemungkinan naik lagi menjadi empat kali, jadi BI baru kemungkinan menaikkan lagi setelah Desember," kata Mino.
Terkait perang dagang, juga masih menjadi sentimen yang perlu diwaspadai. Ini yang membuat banyak investor menjadi ragu. Tapi, Mino mengatakan bahwa sentimen global ini tidak perlu terlalu ditakuti.
Setali tiga uang, William Surya Wijaya, Vice President Research Department Indosurya Bersinar Sekuritas mengatakan bahwa momentum koreksi dapat dimanfaatkan sebagai peluang akumulasi pembelian saham-saham yang memiliki likuiditas tinggi. "Saham-saham sektor telekomunikasi, perbankan dan konsumer layak untuk diamati," kata William.
William bilang, investor wajib melihat jangka panjang, mengingat bahwa masa depan perekonomian Indonesia masih cerah dan didukung oleh bonus demografi.


🌳
JAKARTA - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat membuat banyak pihak memberi argumentasi masing-masing. Beberapa mengatakan ekonomi Indonesia masuk dalam tahap krisis. Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan ekonomi Indonesia masih sehat. Menurut dia, ada tiga kriteria untuk menilai perekonomian Indonesia krisis atau tidak.

"Jadi ada tiga kriteria untuk melihat sebuah negara disebut krisis ekonomi atau tidak. Ini juga bisa mengukur ekonomi kita baik atau tidak," jelas Sri Mulyani dihadapan ribuan para pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) dan Kamar Dagang Industri Indonesia (Kadin) di Hotel Kempinski, Jakarta Pusat, Jumat (14/9/2018).

Kriteria pertama, kata Sri Mulyani adalah moneter. Kondisi moneter Indonesia sampai saat ini masih baik, terlihat dari pertumbuhan ekonomi di level 5%. Inflasi yang rendah dan terjaga di level 3,5% dan konsisten menjaga stabilitas nilai tukar.

"Kondisi moneter nasional yang baik juga terlihat dari sektor perbankan, di mana kreditnya mulai bertumbuh dan kredit macet (NPL) yang masih terjaga. Rasio likuiditas (Loan to Deposit Ratio/LDR) masih bagus. Kalau beberapa tahun lalu, 2014-2016, beberapa bank harus merestrukturisasi NPL. Sekarang sudah full recovery sehingga kredit bisa tumbuh," ujarnya.



Sedangkan, kriteria kedua, mantan direktur pelaksana Bank Dunia ini menilai, kontribusi dari pajak, bea cukai dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) masih cukup baik dengan melihat APBN yang masuh sehat. Merujuk dari sini, ekonomi Indonesia bukan masuk golongan krisis.

"Dengan APBN yang sehat, kita bersyukur karena memasuki tahun turbulensi dari luar. Kalau APBN kita lemah, moneter lemah itu yang terjadi di Argentina, defisitnya di atas 5%, inflasi tinggi, suku bunga mereka hampir 60%. Turki hari ini harus naikkan suku bunga sampai 600 bps, dari 17% menjadi 24%," jelas dia.

Kriteria selanjutnya, Sri Mulyani menilai adalah kondisi neraca pembayaran yang terkait dengan neraca transaksi berjalan maupun neraca perdagangan Indonesia. Apalagi dengan penerapan kebijakan B20, ini membuat perekonomian Indonesia stabil.

"Kondisi neraca pembayaran Indonesia memang defisit namun hal tersebut masih dijaga dengan beberapa langkah, mulai dari penerapan kebijakan B20, pembatasan impor, hingga penundaan beberapa proyek infrastruktur. Itulah yang kami coba dengan memperbaiki kinerja ekspor. Dan itu butuh banyak usaha, dengan pajak memberikan insentif, LPEI untuk aktif tingkatkan ekspor," papar dia.
(ven)
🌹


KONTAN.CO.ID - TOKYO.  Krisis ekonomi Turki telah memusingkan kepala investor dan para pembuat kebijakan di pasar negara berkembang. Namun begitu bagi beberapa manajer investasi, ini adalah kesempatan mengambil berbagai aset murah, dari obligasi di Indonesia hingga saham-saham di Brasil.
Pandangan bullish pertumbuhan global telah diuji secara parah tahun ini, dengan pasar saham dilanda perang perdagangan China-AS, kenaikan imbal hasil surat utang AS, dan reli dollar AS.

Indeks saham pasar berkembang MSCI turun 9% tahun ini, sementara indeks patokan utama bursa China turun 17%.
Masalah Turki mempercepat penurunan itu. Lira anjlok sekitar 30% selama beberapa minggu pada bulan Juli dan Agustus, dilanda meningkatnya kekhawatiran kebijakan Presiden Tayyip Erdogan dan hubungan diplomatik yang memburuk dengan Amerika Serikat dan Eropa.
Krisis itu memicu penurunan tajam mata uang pasar negara berkembang lainnya, seperti Argentina, India, Rusia, Afrika Selatan, dan Indonesia.
Sejalan dengan peningkatan kecemasan yang lebih luas, banyak investor melihat peluang bagus untuk meningkatkan posisi di beberapa pasar ini, terutama di Asia.
Bagi Fabiana Fideli, kepala global ekuitas fundamental di Robeco, Korea Selatan dan China adalah tujuan investasi teratas. "Anda akan memiliki volatilitas. Sayangnya, kesempatan itu datang bersamaan di pasar-pasar negara berkembang," kata Fideli.
Tapi dia mencatat ini adalah kesempatan untuk membeli daripada alasan untuk panik. Robeco menjual kepemilikannya di Turki dalam strategi ekuitas fundamentalnya jauh sebelum krisis, katanya, mengantisipasi masalah dari pengaturan moneter negara yang sangat longgar.
Robert Samson, seorang manajer portofolio multi-aset senior yang berbasis di Nikko Asset Management Singapura, melihat saham-saham Asia didukung oleh pendapatan yang kuat dan pertumbuhan yang secara struktural baik, telah menambah kelas aset ke posisi overweight Nikko.
Dia mengatakan rasio price-to-earning (PER) saham Asia di luar Jepang adalah sekitar 13 kali, jauh di bawah rata-rata dan terendah sejak awal 2016 ketika pasar juga cukup tertekan.
"Ini bukan untuk mengatakan mereka tidak bisa mendapatkan harga yanglebih murah lagi, tetapi kami melihat tingkat pembalikan yang wajar ketika stres mereda," katanya.
Aksi jual di pasar negara berkembang mengumpulkan momentum setelah Presiden AS Donald Trump pada Maret menandatangani memorandum yang menargetkan hingga US$ 60 miliar barang-barang China dengan tarif impor, memicu kekhawatiran perang perdagangan global.
Sejak itu, pasar saham China telah merosot hampir 15% dalam dolar dan Indonesia telah kehilangan 12% meskipun India telah meningkat 5%.
Data dari layanan riset Morningstar menunjukkan ekuitas pasar yang berkembang dan dana obligasi secara global membukukan arus keluar bersih pada bulan Mei dan Juni, membalikkan arus masuk yang terlihat pada bulan Januari hingga April.
Dalam usahanya mencari peluang, Kenneth Akintewe, kepala Utang Negara Asia di Aberdeen Standard Investments di Singapura, mempelajari posisi investor di setiap pasar. Obligasi Indonesia berubah dari posisi overweight terbesar timnya menjadi underweight pada akhir 2017 karena tingkat kepemilikan asing melonjak di atas 40%.
Tetapi dia sekarang dengan hati-hati kembali ke obligasi Indonesia, setelah hasil jangka panjang di sana melonjak di atas 8% setelah kejatuhan lira Turki.
Akintewe juga melihat peluang berbelanja di pasar obligasi berdenominasi dolar, seperti obligasi hasil tinggi Tiongkok dan real estat, serta pasar obligasi mata uang lokal di Malaysia.
Chuck Knudsen, spesialis portofolio di T. Rowe Price di Baltimore, mengatakan Turki memberinya kesempatan berinvestasi dalam saham bank swasta di Brasil dan India, perusahaan asuransi di Afrika Selatan dan China, serta saham internet dan kepemilikan keuangan di Rusia.
Knudsen mengatakan, valuasi pasar yang muncul berdasarkan PER 2019 telah turun ke tingkat diskon, dibandingkan dengan rata-rata historis mereka dan relatif terhadap pasar-pasar negara maju. "Brasil dan Afrika Selatan akan menjadi dua negara yang memiliki kelebihan dan kami suka," katanya.
Taruhan semacam itu bukan tanpa risiko. Untuk menahan dampak penurunan mata uang lokal di pasar negara berkembang, beberapa pengelola dana menggunakan posisi pendek dalam mata uang Asia yang menghasilkan imbal hasil rendah seperti dolar Taiwan dan baht Thailand sebagai lindung nilai.
Akintewe mengatakan timnya sekarang juga melihat peluang untuk menggunakan euro atau dolar Australia guna mendanai investasi Asia lainnya.

"Yang Anda khawatirkan adalah volatilitas versus dolar AS, tetapi kami tidak selalu harus mengungkapkan semua risiko mata uang kami terhadap dolar AS," katanya.

🌲


KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyedia data dan indeks pasar modal Financial Times Stock Exchange (FTSE) Russel, kembali melakukan prombakan daftar saham Global Equity Index yang rencananya akan efektif pada 24 September. Beberapa saham domestik mengalami pergerakan di indeks tersebut. 
Misalnya, INKP masuk ke daftar saham-saham besar di FTSE. Sedangkan INDFKLBFINTP keluar dari grup saham besar ke indeks berkapitalisasi menengah atau mid cap.
Selain itu, ada TKIMTOPSTRAM masuk ke daftar saham-saham kecil atau small cap
Sedangkan JPFAWTONMPPALPCK, dan INKP keluar dari daftar saham-saham kecil. 
Analis Trimegah Sekuritas Rovandi mengatakan, biasanya, saham-saham yang baru masuk daftar akan menjadi buruan investor, sehingga terjadi kenaikan harga signifikan di pekan pertama, sebelum akhirnya dilanda aksi ambil untung.
Sementara untuk saham-saham yang keluar akan mengalami koreksi dalam, namun akhirnya kembali naik normal. 
Terkecuali INKP yang masuk indeks large cap, Rovandi memperkirakan SMBR, WTON, MPPA, dan LPCK mengalami downtrend sampai akhir tahun.
Rovandi merekomendasikan buy saham INKP dan TKIM dan TRAM. Sedangkan TOTL trading sell.
Setali tiga uang, William Hartanto Analis Panin Sekuritas menilai jika saham yang keluar dari indeks biasanya akan menurun, namun yang hanya berpindah dari big cap ke mid cap masih ada potensi naik. 
“Setiap kali saham masuk dan keluar indeks, dalam jangka pendek akan ada perubahan tren,” kata William.
Dalam terawangan William, pergerakan JPFA, INKP dan TKIM menarik. Sedangkan TRAM, MPPA dan LPCK menurun dan sisanya sideways.
Senada, Dennis Christoper Jordan Analis Artha Sekuritas Indonesia menuturkan, saham-saham yang masuk indeks FTSE akan cenderung menguat dan yang keluar akan cenderung turun. “Penguatan, dikarenakan akan lebih banyak arus kas asing yang masuk ke saham-saham ini,” kata Dennis.
Dennis menilai INKP dan TKIM merupakan saham yang menarik saat ini. Jika dilihat bisnis saat ini, INKP dan TKIM masih berkembang yang terlihat dari kinerja keuangan yang sangat baik dimana penjualan dan laba bersih mengalami pertumbuhan.
William merekomendasikan buy INKP dan TKIM. Lalu wait and see untuk TOTL dan TRAM karena rawan menurun. 
Untuk jangka pendek sekitar dua bulan, dalam hitungan Dennis, target harga TKIM 17.500 per saham, JPFA 2.500 per saham, INKP 20.000 per saham, WTON 480 per saham.
Kinerja emiten
Untuk diketahui penjualan TKIM naik tipis 4,38% year on year (yoy) dari US$ 525,27 juta menjadi US$ 548,28 juta pada paruh pertama tahun ini. Laba bersih yang dikantongi juga melonjak drastis dari US$ 4,22 juta menjadi US$ 147,6 juta, atau naik 3,397% yoy.
INKP membukukan pendapatan sebesar US$1,66 miliar, naik 14,08% yoy dari US$ 1,45 miliar. Adapun, laba bersihnya naik 99,04% yoy dari US$ 171,07 juta menjadi US$ 340,5 juta.
INDF catatkan penjualan naik terbatas menjadi Rp 36 triliun. Penjualan hanya naik 1% dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 35,65 triliun. Laba usaha tumbuh 2,1% menjadi Rp 4,54 triliun. Sedangkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas intuk turun 12,7% menjadi Rp 1,96 triliun.
KLBF membukukan pertumbuhan penjualan 3,12% secara tahunan. Jumlah yang dikantongi naik dari Rp 10,06 triliun pada semester I/2017 menjadi Rp 10,38 trililiun pada semester I/2018. Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun tipis 0,03% secara tahunan. Pencapaian Rp 1,215 triliun pada semester I/2018 turun dari periode yang sama tahun lalu Rp 1,216 triliun.
Pendapatan INTP menurun tipis 0,91% year-on-year (yoy) jadi Rp 6,48 triliun. Sementara beban pokoknya naik hingga 11% yoy menjadi Rp 4,78 triliun. Alhasil, laba bersih Indocement pun anjlok 60% yoy menjadi Rp 355,11 miliar.
MPPA membukukan penjualan bersih senilai Rp 5,87 triliun paruh pertama tahun ini, atau turun 12,5% dari posisi Rp 6,71 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Laba kotor menjadi Rp 691,23 miliar, turun 30,8% dari posisi Rp1 triliun pada semester I/2017.

JPFA catat revenue naik 18,2% Rp 16,7 triliun. Laba bersih juga naik drastis 146,23% ke Rp 1,11 triliun. Penjualan utamanya berasal dari peternakan dan produk konsumen yang menyumbangkan 42,63% total keuntungan atau setara Rp 7,12 triliun. Posisi kedua adalah pakan ternak dengan nilai Rp 5,87 triliun dan diikuti oleh penjualan DOC senilai Rp 1,44 triliun.


🍈


Jakarta detik- KH Ma'ruf Amin sebagai cawapres Jokowi Widodo (Jokowi), memiliki kemampuan dalam bidang ekonomi syariah. Sementara cawapres Prabowo Subianto, Sandiaga Uno punya pengalaman sebagai pengusaha. 

Berdasarkan pada fakta-fakta tersebut, kira-kira apa saja nilai plus alias keunggulan kedua cawapres ini?

"Kan harus berkaca pada data ya, data 4 tahun terakhir pertumbuhan ekonomi kita hanya 5 persenan saja, sehingga butuh akselerasi. Nah akselerasi itu kan butuh memang salah satunya pengalaman. Saya rasa dari sisi itu pak Sandi lebih unggul," kata Ekonom INDEF Eko Listiyanto kepada detikFinance, Jakarta, Jumat (10/8/2018).

Sementara sosok Ma'ruf yang religius juga dianggap penting buat perekonomian, khususnya ekonomi syariah.

"Tapi yang di sisi lainnya kalau kemudian arahnya kalau ekonomi keumatan dan kemudian itu ekonomi Islam, arahnya berbeda, karena dia anti bunga, itu juga penting," kata Eko.

Sementara terhadap investasi, Sandiaga dianggap sosok yang lebih ideal. Dengan latarbelakang pebisnis, dia paham soal investasi.

"Kalau investor, saya rasa akan cenderung lebih mudah menangkap pesan pesan yang akan disampaikan kubunya pak Prabowo-Sandi karena objeknya sudah memang praktiknya di dunia usaha," sebutnya.

Sedangkan Ma'ruf punya peluang untuk merangkul dunia usaha di lingkungan masyarakat kecil. Caranya lewat ekonomi syariah yang menyentuh ekonomi kerakyatan.

"Kita nggak tahu, masyarakat bawah kan juga bukan investor gede gede. Itu mungkin punya peluang penting. Kalau memang nanti pak Jokowi dengan timnya bisa menyodorkan platfrom ekonomi keumatan yang bisa dorong sektor UMKM, dan lain lain itu punya nilai plus kepada pasangan ini," tambahnya.
🌸

JAKARTA- Kinerja keuangan emiten paling likuid yang tergabung dalam LQ-45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama semester I-2018 cukup menjanjikan. Dari 32 emiten yang sudah mempublikasikan laporan keuangan, pertumbuhan laba bersih rata-rata 27,65%, sekitar 15 emiten mampu tumbuh dua digit, terutama bank BUMN yang pertumbuhan labanya cukup signifikan.

Sementara itu, sejumlah emiten yang selama ini cukup meyakinkan, justru mengalami kemerosotan laba pada semester I, seperti PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang anjlok 60,62%, PT Bumi Serpong Damai Tbk merosot 79,64%, XL Axiata anjlok 157%, PT Telkom Tbk turun 28,14%, PT Indofood Sukses Makmur Tbk terpangkas 12,67%, dan PT Unilever Indonesia Tbk turun 2,6%.

Adapun dari sisi kinerja harga saham, dari 45 emiten, hanya sembilan emiten yang mencetak gain, yang didominasi oleh emiten tambang batu bara. PT Bukit Asam Tbk misalnya, harganya melejit 82% sejak awal tahun hingga penutupan 31 Juli (year to date/ytd), PT Vale Indonesia Tbk naik 51%, PT Trada Alam Minera Tbk melejit 46,5%, PT Aneka Tambang Tbk melonjak 46%, dan PT Indika Energy Tbk meningkat 17,65%.

Di lain sisi, kapitalisasi pasar (market cap) terbesar masih didominasi oleh emiten lama. Market cap terbesar ditempati BCA sebesar Rp 568,1 triliun per 31 Juli, disusul HM Sampoerna Rp 446,7 triliun, BRI Rp 374,9 triliun, Telkom Rp 359,9 triliun, Unilever Indonesia Rp 330 triliun, dan Bank Mandiri Rp 307 triliun. (eld)


🌷
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada Agustus ini, setidaknya ada dua emiten yang memutuskan menebar dividen interim alias dividen sebelum tutup buku. Keduanya adalah PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM) dan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA).
Selain dua perusahaan itu, PT Baramulti Suksessarana Tbk (BSSR) juga berniat membagi dividen interim. Namun pembagian dividen ini masih akan dibahas pada rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) BSSR September nanti.
Mengutip pengumuman di situs Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), dividen interim AKRA senilai Rp 120 per saham dibayarkan hari ini. Sedangkan, dividen SMSM senilai Rp 15 per saham akan dibagikan 28 Agustus nanti.
Analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai, pembagian dividen interim tidak akan signifikan mengerek pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). "Biasanya tidak terlalu berpengaruh, kecuali yang membayar dividen saham-saham blue chips," kata dia, Kamis (2/8).
Bagi investor, sebelum berburu dividen, sebaiknya memperhatikan besaran dividen dan kinerja laba emiten. "Jika labanya menurun namun tetap memberikan dividen, saran saya jangan dibeli. Pada dasarnya, jika bukan karena dividen, harga saham itu biasanya akan makin turun," kata William.
Menurut dia, saat yang tepat membeli saham pembagi dividen, yakni sehari sebelum cum date (tanggal terakhir perdagangan saham dengan hak dividen) dan dijual saat ex date. Sebab, ada kecenderungan investor tertentu hanya mengincar dividen dan menjual saham saat ex date, lantaran tidak bertujuan menyimpan saham untuk jangka panjang.
Analis senior Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar menyebut, menarik atau tidak berburu dividen interim tergantung posisi sebagai investor atau trader. "Kalau sebagai investor jangka panjang, perlu melihat kinerja fundamental emiten. Tapi, bagi trader tentu menarik, karena tidak berpikir untuk investasi jangka panjang," jelas dia, Kamis (2/8).

William Siregar merekomendasikan beli SMSM dengan target harga di Rp 1.800-Rp 2.000 per saham. AKRA juga masih menarik. Sebab, target harga AKRA akhir tahun di Rp 5.000. Kemarin, SMSM ditutup di Rp 1.275 dan AKRA di Rp 4.250 per saham.


🍖

JAKARTA, KOMPAS.com - Emiten mulai mengumumkan kinerjanya sepanjang paruh pertama 2018. Hal ini bisa menjadi tenaga bagi pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG). Di sisi lain, sentimen negatif dari global diperkirakan akan membatasi kenaikan indeks dalam pekan ini. Pembalikan modal dari sejumlah negara Asia seperti India, Malaysia, Filipina, Indonesia dan negara lainnya, masih terjadi akibat perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina.  
Analis Bahana Sekuritas Muhammad Wafi menuturkan, dana asing dari pasar keuangan membuat indeks dan sejumlah mata uang Asia tertekan, termasuk Indonesia. Sejak Februari 2018, indeks telah tertekan sebesar 14,3 persen dan Rupiah telah mengalami depresiasi sebesar 5,6 persen. 
Meski masih tertekan, secara fundamental perekonomian Indonesia tidaklah buruk dan masih menjanjikan return yang lebih baik dibandingkan negara lain. 
Tingkat konsumsi masyarakat yang cukup kuat membuat neraca perdagangan Indonesia tidak seburuk proyeksi para investor. Kekhawatiran investor pada Juni lalu justru neraca perdagangan Indonesia membukukan surplus tertinggi sejak September 2017. "Faktor domestik memperlihatkan trend membaik yang tercermin pada angka penjualan retail yang meningkat bukan hanya karena faktor musiman puasa dan Lebaran semata," jelas Wafi dalam keterangan resminya, Rabu (25/7/2018). 
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan neraca perdagangan Indonesia surplus sebesar 1,74 miliar dollar AS. Surplus neraca perdagangan ini memberi ruang bagi kebijakan moneter untuk menahan suku bunga acuan atau BI 7-days reserve repo tetap dilevel 5,25 persen dalam rapat Dewan Gubernur minggu lalu (19/7/2018), setelah Bank Indonesia menaikkan suku bunga total sebesar 100 basis point (bps) sejak April 2018 untuk menjaga volatilitas nilai tukar.
 ''Valuasi saham-saham kita sudah berada dilevel terendah, kalau melihat rasio harga saham terhadap pendapatan emiten pada umumnya, saat ini sudah berada dilevel terendah dalam 10 tahun terakhir,'' lanjut Wafi. Wafi juga menjelaskan bahwa BI masih konsisten akan mengambil kebijakan menaikkan suku bila diperlukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar. Investor seharusnya bisa melihat hal ini sebagai peluang untuk kembali masuk ke pasar keuangan Indonesia. Rekomendasi Saham Mempertimbangkan perkembangan global serta domestik, Bahana Sekuritas merekomendasikan membeli saham Bank Mandiri (BMRI) dengan target harga Rp 9.500 per lembar saham dan saham Bank Central Asia (BBCA) dengan target harga Rp 27.600 per lembar saham karena valuasi kedua saham bank ini cukup atraktif. Seiring dengan semakin kuatnya konsumsi domestik, kinerja Ramayana Lestari Sentosa (RALS), Indofood Sukses Makmur (INDF) dan Erajaya Swasembada (ERAA) akan diuntungkan. Bahana menargetkan harga RALS sebesar Rp 1.570 per lembar saham seiring dengan transformasi bisnis yang dilakukan oleh manajemen dalam setahun terakhir. Target harga INDF dipatok sebesar Rp 8.600 per lembar saham, sejalan dengan menguatnya permintaan atas barang konsumsi bergerak cepat atau fast moving consumer goods (FMCG). ERAA dipatok dengan target harga sebesar Rp 4.000 dengan prospek margin yang semakin baik, ditopang oleh penjualan Samsung dan IPhone keluaran terbaru serta Xiaomi yang masih menjadi incaran masyarakat kelas menengah bawah. Astra International (ASII) dengan target harga Rp 7.800 juga memiliki prospek positif karena mayoritas unit bisnisnya mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Salah satu penyumbangnya adalah United Tractor (UNTR) dengan target harga Rp 41.100 per lembar saham, yang ditopang oleh penjualan alat berat serta prospek industri pertambangan yang semakin baik dengan stabilnya harga komoditas global. HM Sampoerna (HMSP) juga direkomendasikan beli dengan target harga Rp 4.400 dengan market share terbesar di industri rokok dan rata-rata harga penjualan rokok masih sesuai dengan daya beli masyarakat, margin HMSP diperkirakan lebih baik dibanding produsen rokok lainnya. XL Axiata (EXCL) dengan target harga Rp 4.000 per lembar saham, juga cukup menjanjikan karena valuasi harga sudah berada di level terendah dibanding emiten telekomunikasi lainnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bahana: Ekonomi Indonesia Masih Janjikan "Return" yang Baik", https://ekonomi.kompas.com/read/2018/07/25/135642626/bahana-ekonomi-indonesia-masih-janjikan-return-yang-baik
Penulis : Putri Syifa Nurfadilah
Editor : Bambang Priyo Jatmiko

🌱

Pelemahan rupiah karena kenaikan tingkat suku bunga di Amerika Serikat tidaklah perlu ditakuti. Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad lebih takut dengan proyek kereta api cepat RRT ketimbang pelemahan ringgit.
Mahathir telah dapat membuktikan bahwa proyek dari RRT itu akan membuat perekonomian Malaysia bangkrut. Proyek dari RRT itu juga penuh mark-upyang dimakan oleh penguasa lama Malaysia. Mahathir pun segera membatalkan proyek kereta api cepat itu.
Proyek-proyek pembiayaan RRT memang menjadi sumber risiko sistemik di negara berkembang. Indonesia harus belajar dari Malaysia, karena Mahathir telah terbukti mampu mengatasi risiko sistemik tahun 1998 yang lalu, sementara Presiden RI (saat itu) Soeharto gagal total. Banyak ekonom keliru dalam menyamakan kondisi saat dengan Taper Tantrum 2013.

Bukan hanya itu, mayoritas ekonom yang mengatakan kondisi saat ini berbeda dengan kondisi Taper Tantrum juga keliru dalam analisisnya. Mereka semua mengabaikan fakta bahwa perekonomian Indonesia sudah mengalami penyesuaian
yang sangat kondusif akibat Taper Tantrum.

Kedua, munculnya Mahathir dan kemenangan Donald Trump sebagai presiden di Amerika Serikat telah mematikan ruh dari Taper Tantrum itu sendiri, yaitu ideologi neoliberal. Trump melakukan aksi anti perdagangan bebas dan juga menopang sektor manufaktur.

Dalam konteks ini, Trump lebih revolusioner dibandingkan dengan Josef Stalin, pemimpin Uni Sovyet pada masa pertengahan 1920 sampai pada kematiannya tahun 1953.

Dari kedua hal itu saja kondisi saat ini sudah tidak cateris paribus dengan kondisi masa lalu. Belum lagi kehebatan Trump dalam menaklukkan Korea Utara, sehingga risiko sistemik yang paling potensial menjadi hilang total. Hal ini hanya dapat terjadi karena Korea Utara tidak lagi mempercayai RRT sebagai sekutu utama.

Jika Korut masih mempercayai RRT maka tidak mungkin Korut mau berdamai dengan Amerika Serikat. Untuk itu, kita semua harus belajar bahwa negara yang sangat dekat dengan RRT saja mulai menjauhi RRT karena RRT telah menjual kepentingan Korut kepada Amerika Serikat.

Kemenangan Mahathir di Malaysia juga menunjukkan bahwa rakyat Malaysia sudah muak diatur oleh Najib Razak saat menjadi perdana menteri Malaysia, karena dinilai terlalu berorientasi kepada RRT. Najib sangatlah korup dan telah menjual Malaysia kepada RRT.

Kemenangan Mahathir memperlihatkan bahwa siapapun yang anti RRT terbukti menjadi pemimpin negara. Sebelumnya, RRT telah menjadikan Malaysia sebagai satelit yang penuh dengan kegagalan pembangunan ekonomi sehingga pertumbuhan ekonominya tidak tinggi. Buktinya, pembangunan pada zaman Najib yang dibantu oleh RRT gagal membuat pertumbuhan ekonomi Malaysia seperti zaman Mahathir.

Dengan adanya Mahathir, yang juga anti neoliberal dan terbukti mampu mengatasi krisis ekonomi Asia di tahun 1990-an, maka kondisi akan munculnya risiko sistemik yang bermula di Malaysia juga akan sirna. Kemenangan pemimpin anti neoliberal telah membuat risiko sistemik di dunia semakin mengecil.

Walaupun demikian, reaktor nuklir yang akan dibangun oleh Malaysia di Pulau Kalimantan bagian utara, berpotensi menimbulkan risiko sistemik bagi Pulau Kalimantan. Perlu diingat bahwa jika kasus Fukushima terjadi di reaktor nuklir ini, maka 90%-nya tanah di Kalimantan akan terkontaminasi oleh radio aktif, seperti yang terjadi di Fukushima dan Chernobyl, Rusia. Namun, Mahathir pasti belajar dari Fukushima.

Mahathir adalah tokoh politik ternama, memenangi lima pemilu berturut- turut, dan mengalahkan para pesaingnya yang hendak memperebutkan kursi ketua partai UMNO. Pada masa pemerintahan Mahathir, Malaysia mengalami modernisasi dan pertumbuhan ekonomi pesat.

Pemerintahannya merintis serangkaian proyek infrastruktur besar. Menurut hasil pemilu tanggal 10 Mei 2018, Pakatan Harapan mengklaim menang sehingga Mahathir diangkat lagi menjadi perdana menteri, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya di Malaysia. Pelantikannya dijadwalkan pada pukul sembilan malam pada hari yang sama. Ia akan mengampuni Anwar Ibrahim (mantan wakil perdana menteri Malaysia), supaya Anwar bisa menjadi penggantinya.

Kembalinya Mahathir dan kemenangan Trump merupakan ancaman sangat serius bagi risiko sistemik dunia dan RRT. Perlu diingat juga bahwa gubernur bank sentral Malaysia yang ditunjuk oleh Mahathir untuk menghadapi krisis moneter Asia tahun 1990-an, adalah juga seorang wanita. Munculnya wanita sebagai pemimpin di pucuk pimpinan moneter dan keuangan di negara yang mayoritas muslim, telah membuktikan bahwa negara berkembang mampu mengatasi risiko sistemik.

Yang lebih penting lagi adalah astrologi yang ada saat ini berbeda dengan tahun 2013. Di mana kemenangan Trump dan Mahathir memperlihatkan bahwa zodiak gemini menjadi dominasi dunia saat ini. Mereka berdua adalah produk gemini! Berbeda dengan tahun 2013, di mana zodiac gemini tidak muncul. Dapat diduga pemimpin Indonesia yang diperkirakan mampu muncul sebagai kekuatan untuk menghalau risiko sistemik juga memiliki zodiac gemini.

Kekuatan gemini akan mampu menetralisir kekuatan risiko sistemik yang muncul pada Taper Tantrum. Fokus utama kebanyakan bentuk astrologi adalah korelasi yang terbukti antara gerakan fisik badan langit dan berbagai urusan manusiawi, seperti peristiwa dunia, peristiwa di jiwa pribadi orang, dan bawaan sejak lahir atau ciri kepribadian. Astrologer yang lain memperpanjang korelasi ini sampai gejala geologis tak berhubungan sampai aktivitas manusiawi, seperti gempa bumi, letusan vulkanik dan risiko sistemik.

Banyak cerita menonjol di sejarah astronomi Barat, termasuk Tycho Brahe, Johannes Kepler, dan Galileo sendiri, juga hidup dari usaha mereka mempraktikkan astrologi bagi bangsawan kaya. Isaac Newton kadang-kadang disebutkan juga mempunyai minat di bidang astrologi. Banyak kata tercatat di tangan Newton yang berisi referensi sampai astrologi, terutama mengenai alkemi.

Ada beberapa gejala biologis yang mengoordinasikan dengan gerakgerik langit (misalnya circadian irama, melihat Kronobiologi). Ini membuktikan atau tidak menggagalkan klaim astrologi, apalagi dengan munculnya tokoh-tokoh dunia berzodiak gemini di tahun 2018 ini.

Dengan kekuatan gemini, maka risiko sistemik justru akan berpotensi terjadi di RRT. Diawali dengan potensi menjauhnya Korea Utara dan Malaysia dari RRT. Tak diragukan lagi, jatuhnya rekor terbaru di pundipundi PBoC (bank central RRT) akan memicu aksi jual lebih lanjut di pasar ekuitas Tiongkok. Kunci ketakutan ini adalah bukan jatuhnya cadangan devisa yang begitu banyak, tapi apa arti dari jatuhnya cadangan devisa itu?

Apakah itu, --seperti yang disarankan beberapa orang--, sebuah eksodus modal yang besar modal dari Tiongkok karena para investor yang putus asa berusaha menarik uang mereka keluar dari ekonomi yang tenggelam dan tidak menghasilkan apa-apa selain tumpukan utang? Atau, apakah itu menandai kemunduran mata uang yuan yang akan segera terjadi karena PBoC kehabisan uang yang dibutuhkan untuk mempertahankan mata uangnya? Skenario itulah yang mungkin terjadi sebagai sumber risiko sistemik di era kekuatan gemini!
🌰


Achmad Deni Daruri, President Director Center for Banking Crisis
JAKARTA, KOMPAS.com - Bursa Efek Indonesia ( BEI) menghentikan perdagangan saham PT Transcoal Pacific Tbk (TCPI) mulai Selasa (24/7/2018).  Suspensi ini seiring dengan melonjaknya saham TCPI hingga 12 kali lipat sejak penawaran saham perdana (IPO) awal Juli 2018. "Sehubungan dengan terjadinya peningkatan harga kumulatif yang signifikan pada saham PT Transcoal Pacific Tbk (TCPI), dalam rangka cooling down, BEI memandang perlu untuk melakukan penghentian sementara perdagangan TCPI pada 24 Juli 2018," ungkap Lidia M. Panjaitan, Kepala Divisi Pengawasan Transaksi dan Irvan Susandy Kepala Divisi Operasional Perdagangan BEI dalam pengumuman. Penghentian sementara perdagangan saham TCPI dilakukan di pasar reguler dan pasar tunai untuk memberikan waktu yang memadai bagi pelaku pasar untuk mempertimbangkan secara matang setiap pengambilan keputusan investasi di saham TCPI. Senin (23/7/2018), harga saham emiten pengangkutan batubara ini mencapai rekor tertinggi pada Rp 1.650 per saham. Dalam sehari, harga saham TCPI naik 19,6 persen. Baca juga: Startup dan UMKM yang Belum Raup Keuntungan Bisa IPO di BEI, Ini Syaratnya Harga saham TCPI terus mencetak rekor baru sejak IPO 6 Juli 2018 lalu. Harga ini naik hampir 12 kali lipat dari harga IPO sebesar Rp 138 per saham, hanya dalam 12 hari perdagangan sejak IPO. BEI memasukkan TCPI dalam unusual market activity (UMA) pada Selasa pekan lalu karena kenaikan harga yang signifikan. Meski masuk UMA, harga saham Transcoal terus melambung ke rekor tertinggi. (Willem Kurniawan) Berita ini sudah tayang di Kontan.co.id dengan judul BEI suspensi perdagangan Transcoal Pacific (TCPI) setelah melonjak 12 kali lipat

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Melonjak 12 Kali Lipat dalam 12 Hari Perdagangan, Saham TCPI Disuspensi", https://ekonomi.kompas.com/read/2018/07/24/101100926/melonjak-12-kali-lipat-dalam-12-hari-perdagangan-saham-tcpi-disuspensi

Editor : Erlangga Djumena
🐒
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan mata uang rupiah mempengaruhi kinerja sejumlah emiten yang banyak melakukan aktivitas impor dan yang memiliki rasio DER yang tinggi. Jumat (20/7) rupiah di pasar spot berada di level Rp 14.495 per dollar Amerika Serikat (AS).
Analis senior Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar mengatakan secara sektornya, pasti akan terkena efek dari pelemahan rupiah. "Namun yang paling berpengaruh secara signifikan adalah emiten yang mengimpor bahan baku impor seperti PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) yang rata-rata bahan baku impor dari luar," kata William, Jumat (20/7).
William menambahkan, bahwa emiten yang memiliki leverage tinggi atau rasio DER di atas dari 1 kali harus waspada karena di tengah berakhirnya era suku bunga rendah, emiten dengan rasio DER tinggi akan terkena peningkatan beban keuangan yang signifikan. 
"Apalagi jika BI mengaktifkan lagi SBI, setelah kemarin menahan suku bunga BI yang dinilai tidak efektif maka itu akan memberatkan kinerja keuangan emiten-emiten tersebut. Selain itu, di masa mendatang bank juga akan sangat selektif memberikan kredit sehingga penyaluran kredit akan cenderung terbatas," lanjutnya.
William bilang, kerugian kurs memang berpengaruh, tapi besar kerugiannya sangat bergantung pada ukuran keterkaitan dollar terhadap siklus bisnis emiten di pasar modal.
"Jadi semua tergantung strategi masing-masing emiten. Yang harus kembali direview adalah rasio DER. Semakin tingggi rasio DER, maka semakin besar pengaruhnya atas kenaikan dollar. Dan efeknya pun akan makin tinggi bila bank menaikan tingkat suku bunga," imbuhnya.
Analis Artha Sekuritas Indonesia Juan Harahap juga memiliki argumen yang senada. Dia bilang, emiten yang banyak merugi atas pelemahan rupiah adalah emiten yang melakukan impor bahan baku seperti industri farmasi yaitu KLBF maupun PT Indofarma Tbk (INAF) dan juga sektor penerbangan seperti PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA).
"Strategi yang bisa dilakukan emiten-emiten tersebut adalah dengan melakukan hedging agar terlindung dari fluktuasi nilai tukar mata uang rupiah," tandasnya.
Analis Narada Aset Manajemen Kiswojo Adi Joe juga mengatakan bahwa emiten yang bisa terpapar dampak negatif pelemahan rupiah adalah emiten di sektor farmasi seperti KLBF dan INAF karena masih bergantung dengan aktivitas impor bahan baku dari luar negeri.
"Emiten-emiten ini agak sulit menekan kerugian dari pelemahan rupiah, kecuali mereka menerapkan strategi hedging yang tepat atau minimal melakukan review penjualan atas produk-produknya,"ungkapnya.
Sementara itu, Direktur Utama KLBF Vidjontius saat dihubungi Kontan.co.id turut mengungkapkan bahwa pelemahan rupiah turut menaikan biaya produksi perusahaannya khususnya pada komponen bahan baku.
Namun ia bilang, kenaikan biaya produksi ini ditanggulangi atau minimal impacts melalui review harga jual produk Kalbe secara terbatas. "Selain itu, dengan melakukan pemanfaatan product mix yang marginnya masih baik, efisiensi internal dalam supply chain dan peningkatan produktivitas," tambahnya.
🍝

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Instrumen berbasis saham dan obligasi dinilai masih menarik bagi investor, di tengah belum kondusifnya pasar finansial Indonesia. Koreksi dan penurunan harga yang menyelimuti dua instrumen tersebut dapat dimanfaatkan investor untuk investasi jangka panjang.
Apalagi, Bank Indonesia memutuskan mempertahankan suku bunga acuan BI 7-day reverse repo rate di level 5,25% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG), Kamis (19/7). Keputusan tersebut kembali membuat pasar keuangan memerah.
Kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 0,33% ke level 5.871,08. Serupa, nilai tukar rupiah pun harus tertunduk lesu di hadapan dollar Amerika Serikat. Kurs spot mata uang Garuda bahkan menembus Rp 14.500.
Namun para analis menilai, koreksi IHSG ini dapat dimanfaatkan. Mengingat pelemahan indeks saham dalam negeri ini telah membuat sebagian besar saham mengalami penurunan harga dan membuat valuasi harga saham kembali murah, sehingga layak dikoleksi. "Saham yang valuasinya sudah murah, secara selektif dapat menjadi pilihan investasi," kata Direktur Panin Asset Management Rudiyanto, Kamis (19/7).
Serupa, Direktur Bahana TCW Investment Soni Wibowo juga menyebut instrumen investasi saham sudah cukup menarik untuk dikoleksi kembali. Memang, katalis negatif dari eksternal, seperti rencana kenaikan suku bunga The Federal Reserve dan perang dagang antara AS dan China, masih menghantui. Namun, bagi investor jangka menengah dan panjang, pelemahan IHSG tersebut bisa menjadi kesempatan bagus masuk ke sektor saham.
Sementara itu, Presiden Direktur Asanusa Asset Management Siswa Rizali menyarankan, jika ingin berinvestasi di saham, baiknya investor kini fokus pada saham dengan valuasi murah. Investor jug bisa memilih saham yang untung saat rupiah melemah.
Emiten dengan ciri yang Siswa sebutkan tersebut bisa terlihat pada sektor perkebunan dan konsumer. Namun, untuk saat ini, emiten perkebunan masih dihantui harga crude palm oil (CPO) yang tergerus.
Tenor pendek
Sementara pada pasar obligasi, kenaikan BI 7-DRR yang sudah tiga kali di tahun ini juga membuat ekspektasi yield Surat Utang Negara (SUN) melonjak. Nah, dengan kondisi inflasi dalam negeri yang masih terkendali dan adanya potensi kenaikan suku bunga acuan The Fed di sisa tahun ini, yield SUN yang wajar ada di kisaran 7,25%–7,50%.
Jika posisinya berada di atas kisaran tersebut, artinya harga SUN sudah tergolong murah dan layak dijajal. Sekadar catatan, yield SUN 10 tahun yang tercatat di Indonesia Bond Pricing Agency kemarin berada di level 7,75%.
Siswa merekomendasikan pilihan instrumen investasi di aset kelas obligasi yang baik saat ini adalah obligasi dengan tenor pendek, yakni sekitar 1 tahun hingga 2 tahun. Mengingat, pada obligasi pemerintah, SUN tenor pendek memiliki spread yield obligasi lebih lebar.

Selain dua instrumen utama itu, Siswa juga menilai investasi pada reksadana pasar uang atau reksadana pendapatan tetap yang konservatif atau tenor pendek dapat dilirik. Apalagi, kinerja reksadana pasar uang sepanjang tahun ini masih positif.
🍓

Bisnis.com, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan perekonomian global tengah mengalami tiga tren utama. Hal ini diungkapkan saat menjadi pembicara dalam 10 tahun perayaan initial public offering (IPO) Adaro Energy, Senin (16/7/2018) malam.
"Pertama, kita lihat kebijakan yang diambil negara maju akan berpengaruh di bidang moneter adalah mulainya policy new normal. Banyak yang bilang ini adalah old normal back, karena sesungguhnya ekspansi moneter yang dilakukan ECB dan Amerika Serikat (AS) itu adalah extraordinary policy, di mana suku bunga naik dan terjadi rebalancing di seluruh dunia," jelasnya.
Menurutnya, banyak negara yang tidak siap menghadapi fenomena ini sehingga terdampak cukup besar. Indonesia menurutnya siap menghadapi situasi tersebut.
Kedua, tren perdagangan internasional, sebuah guncangan kebijakan yang diadopsi dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Kebijakan yang diadaptasi adalah penerapan tarif impulsif komoditas dari China, dan dari negara mitra dagang AS seperti Kanada, Eropa dan Meksiko.
Menurutnya tren ini merupakan tren yang paling menunjukkan ketidakpastian, bahkan sampai membuat Menteri Keuangan negara-negara anggota G-20 tidak bisa tidur.
"Saya bicara di berbagai kesempatan dengan rekan Menkeu negara G-20, itu juga tidak tahu apa yang dilakukan Trump dan pengaruhnya. Kekhawatiran itu menjadi lebih besar dari pada ketidakpastian itu sendiri," paparnya.
Ketiga adalah tren perubahan dan volatilitas, menurutnya, memasuki 2018 perekonomian dunai memasuki era optimisme yang tinggi tetapi berhadapan dengan perang tarif dan kenaikan suku bunga The Fed terjadi dinamika volatilitas yang tinggi.
Walaupun begitu, menurutnya harga komoditas saat ini tengah mengalami proses perbaikan. Sehingga sisi optimisme masih muncul dari perbaikan tersebut.
Terkait perubahan menurutnya saat ini perkembangan pesat teknologi menjadi suatu keniscayaan. Di satu sisi teknologi dapat meningkatkan produktivitas, tetapi di sisi lain menjadi tantangan pengembangan SDM supaya bisa mengejar inovasi teknologi.
Pemerintah menurutnya menyadari hal tersebut sehingga berfokus pada tiga hal, yakni perbaikan dan pembangunan infrastruktur; investasi pada SDM berupa mengatasi kemiskinan, kesehatan, pendidikan, dan stunting; serta reformasi birokrasi supaya lebih efisien.
Ke depan pemerintah akan berfokus menghadapi 'cuaca ekstrem' yang ditimbulkan dari ketiga tren tersebut dan memberikan respon melalui kebijakan fiskal maupun non-fiskal, supaya pertumbuhan ekonomi dapat tetap terjaga.
🌹
MEMASUKI semester kedua 2018, investor pasar modal umumnya melakukan rebalancing atau penyesuaian portofolio dengan memilih saham-saham baru. Bisa juga menjadi waktu bagi investor baru untuk masuk membeli saham pada semester kedua, ketika harga saham tengah menurun. Salah satu strategi memilih saham-saham yang sesuai dengan profil risiko dan pemahaman investor adalah dengan mencermati laporan keuangan Perusahaan Tercatat (perusahaan publik).

Sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Perusahaan Tercatat atau Perusahaan Publik wajib menyampaikan kepada OJK dan mengumumkan kepada masyarakat laporan keuangan tahunan paling lambat pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Sementara untuk laporan keuangan tengah tahunan wajib disampaikan paling lambat pada akhir bulan pertama setelah tanggal laporan keuangan tengah tahunan, jika tidak disertai laporan Akuntan.

BERITA TERKAIT +
Produk Pasar Modal Syariah
Galeri Investasi di Seantero Negeri
IDEA 2018, Pasar Modal Diharap Jadi Jawaban Tantangan Perekonomian
IHSG Cetak Rekor Tertinggi Baru dengan Ditutup Naik 33,70 Poin

Kedua laporan keuangan, baik laporan keuangan tahunan maupun laporan keuangan tengah tahunan, wajib diumumkan dalam paling sedikit satu surat kabar harian berbahasa Indonesia yang berperedaran nasional, juga dicantumkan dalam situs web masing-masing Perusahaan. Untuk Perusahaan Tercatat yang tercatat di Bursa, kewajiban penyampaian laporan keuangan berlaku juga untuk laporan keuangan Triwulan I dan laporan keuangan triwulan III.

Tujuan dari pengumuman kepada masyarakat dan pencantuman laporan keuangan pada situs web masing-masing Perusahaan adalah agar publik memiliki akses mudah mendapatkan laporan keuangan tersebut. Karena laporan ini dapat dijadikan pedoman untuk membuat riset sederhana tentang kondisi fundamental Perusahaan Tercatat, sekaligus menilai prospek perusahaan masing-masing.

Baca Juga: Sambut Akhir Pekan, IHSG Makin Dekati Level 6.000

Agar bisa membuat riset sederhana sebagai bahan pertimbangan memilih saham, seorang investor atau calon investor perlu punya gambaran sederhana tentang cara memahami laporan keuangan. Ini penting bagi investor sebelum membuat keputusan berinvestasi. Langkah pertama, penting untuk mencermati laporan direksi atau manajemen perusahaan. Pada bagian ini manajemen menjelaskan tentang perjalanan perusahaan, prospek, serta rencana bisnis ke depan.

Langkah berikut mencermati angka-angka yang tertera dalam laporan keuangan. Informasi penting yang perlu dicermati adalah neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan modal, serta catatan atas laporan keuangan. Yang terutama perlu dicermati seorang investor bila tidak sempat membaca yang lainnya adalah neraca dan laporan direksi.

IHSG Cetak Rekor Tertinggi Baru dengan Ditutup Naik 33,70 Poin 

Neraca menggambarkan posisi keuangan perusahaan, yang isinya berupa catatan tentang aktiva (aset), kewajiban (utang), serta ekuitas (modal). Aktiva atau aset adalah segala sesuatu yang dimiliki perusahaan, sedangkan pasiva (kewajiban dan ekuitas) merupakan gambaran tentang apa dilakukan perusahaan untuk memperoleh atau membiayai aset.


Ada beberapa poin penting dalam neraca yang perlu dicermati. Poin pertama adalah pos pendapatan usaha. Poin ini bisa memperlihatkan perusahaan dalam tren positif atau sebaliknya dari sisi operasional. Jika pendapatan usaha perusahaan dalam posisi positif ini tandanya kinerja perusahaan dalam kondisi baik.

Langkah berikut melihat posisi laba bersih setelah pajak. Laba bersih perusahaan menentukan besarnya laba bersih per saham. Laba bersih per saham menjadi indikasi berapa besar dividen yang akan dibagikan untuk pemegang saham. Perlu bagi seorang investor untuk membandingkan pendapatan usaha dan laba bersih antara beberapa Perusahaan Tercatat dalam satu sektor. Tujuannya untuk memastikan Perusahaan Tercatat mana yang membukukan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih lebih tinggi pada sektor usaha yang sama.

Ada beberapa rasio keuangan yang juga penting dicermati. Pertama, net profit margin (NPM) yang menggambarkan profitabilitas perusahaan. Nilai NPM berasal dari laba bersih dibagi pendapatan usaha. Semakin besar nilai NPM, semakin efisien perusahaan tersebut.

BERITA TERKAIT +
Produk Pasar Modal Syariah
Galeri Investasi di Seantero Negeri
IDEA 2018, Pasar Modal Diharap Jadi Jawaban Tantangan Perekonomian
IHSG Cetak Rekor Tertinggi Baru dengan Ditutup Naik 33,70 Poin

Return on equity (ROE) memberikan gambaran perbandingan antara laba yang dihasilkan dengan modal yang disetorkan pemegang saham (ekuitas). Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian hasil investasi. Nilai ROE yang baik biasanya di atas 20% persen. Semakin tinggi ROE, semakin bagus atau semakin optimal kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan modal perusahaan.

Rasio ketiga adalah earning per share (EPS) atau laba bersih per saham. Angka EPS diperoleh dengan membagi laba bersih perusahaan (setelah dikurangi dividen), dengan jumlah saham beredar. EPS juga bisa digunakan untuk melihat profitabilitas perusahaan. Semakin besar nilai EPS, semakin bagus kinerja Perusahaan Tercatat.

IHSG Pagi Ini Dibuka Turun Tipis 0,02%

Nilai buku perusahaan atau book value perlu juga dilihat. Nilai buku berguna untuk membandingkan nilai perusahaan per saham dengan posisi harga saham di lantai bursa. Jika harga saham lebih tinggi dari nilai buku per saham, maka disebut saham tersebut overvalue atau harga melebihi nilai buku. Artinya potensi kenaikan harga saham itu akan terbatas. Sebaliknya, jika harga saham di bawah nilai buku, maka disebut undervalued atau harga saham masih di bawah nilai buku. Kenaikan harga saham sangat terbuka.

Indikator lain yang juga perlu dilihat adalah price to earnings ratio (PER). Perhitungan nilai PER dapat dilakukan dengan cara membagi harga saham dengan EPS. Semakin tinggi PER maka semakin mahal harga saham tersebut. Sebaliknya nilai PER yang rendah berarti harga saham tergolong masih murah. (TIM BEI)


(kmj)
🍑

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa saham baru saja tuntas menggelar pemecahan nilai nominal saham alias stock split dan beberapa lagi masih dalam antrean.
Yang sudah tuntas misalnya PT Sarana Nusantara Menara Tbk (TOWR), PT Sariguna Prima Tirta Tbk (CLEO), PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA) dan PT Totalindo Eka Persada Tbk (TOPS).
Sementara itu, yang masih dalam antrean ada PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk (IKAI), PT Gema Grahasarana Tbk (GEMA) dan PT Mahaka Radio Integra Tbk (MARI).
Direktur LBP Institute Lucky Bayu Purnomo mengatakan, saham emiten-emiten yang telah melakukan stock split akan menjadi semakin menarik di mata investor karena memiliki kinerja fundamental yang unggul di sektornya.
"Selain itu, dengan adanya stock split akan memudahkan investor untuk membeli saham dengan harga yang jauh lebih murah," jelasnya, Kamis (12/7).
Lucky bilang saham yang paling menarik adalah saham TOWR. Ia menargetkan harga saham tersebut bisa naik 9% dari harga saat ini.
Sementara itu, untuk saham MINA, CLEO dan TOPS bisa naik 6% dari harga saat ini.
"Secara teknikal dan fundamental keempat saham ini memiliki potensi pertumbuhan yang cukup besar sekitar 6%-9% sehingga layak dibeli untuk jangka menengah hingga jangka panjang," ungkapnya.
Sementara untuk saham IKAI, GEMA dan MARI yang masih dalam antrian, Lucky bilang pergerakan sahamnya juga akan menjadi lebih menarik sesudah stock split.
Namun, ia menganjurkan agar investor menghindari saham IKAI setelah stock split lantaran pergerakan harga sahamnya masih cenderung fluktuatif.
Sedangkan untuk tiga saham lainnya, ia menargetkan harga sahamnya akan naik terbatas sekitar 5% dari harga saat ini.
"Alasannya karena dari kinerja fundamental ketiga emiten ini tidak masuk dalam kategori saham pilihan atau bukan saham utama dan belum terlalu diminati investor. Sehingga peluang kenaikan harganya sangat terbatas," tandasnya.
🌷

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih cenderung menunjukkan tren penurunan. Menurut data RTI, dalam sebulan terakhir indeks sudah terkoreksi hingga 6,15% di level 5.557-6.116.
Menariknya, di tengah kemerosotan indeks, beberapa saham justru mampu menahan kejatuhan bursa. Sebut saja saham TLKM yang menjadi saham moverbursa nomor satu selama periode Juni-Juli. Diikuti dengan BYAN, DSSA, INCO dan TOWR. saham BYAN dianalisis
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengungkapkan, setiap saham memiliki faktor masing-masing yang membuat harganya tetap naik. Untuk saham TLKM, ia menilai sekarang sudah waktunya mengalami rebound.
"Saham TLKM sudah turun banyak, jadi sekarang rebound. Kalaupun ada penurunan, itu terbatas," ungkap Hans kepada Kontan, Jumat (6/7).
Sedangkan untuk saham DSSA yang bergerak di sektor kelautan, ia memperkirakan saham menguat terbantu oleh pelemahan nilai tukar rupiah saat ini. "Kalau mereka orientasinya ekspor, itu akan bagus di saat pelemahan nilai tukar rupiah," jelasnya.
Di sisi lain, kenaikan harga komoditas yang terjadi saat ini, memberi dampak positif bagi kinerja emiten-emiten tambang, termasuk INCO. Mengingat, harga komoditas seperti nikel saat ini masih menunjukkan tren peningkatan.
"Jadi INCO tertolong oleh perbaikan sektor," ujarnya.
Dilihat dari sisi fundamental, Hans menilai hanya saham TLKM yang masih memiliki sentimen cukup baik, terbantu Lebaran. Secara keseluruhan, ia menilai sektor komunikasi masih cukup menjanjikan dan menarik untuk dicermati.
Sayangnya, meskipun jadi saham-saham penopang bursa, Hans tidak merekomendasikan investor untuk masuk ke saham-saham tersebut saat ini. Lantaran, kondisi market yang kurang sustain.
"Dari kami melihat, untuk jangka pendek dan menengah, market bisa turun antara 5.400-5.050," tegasnya.
Berkaca dari kondisi saat ini, market sekarang arahnya cenderung mengalami penurunan. Ini dipicu tekanan terhadap nilai tukar rupiah, perang dagang dan risiko investasi.
"Untuk saat ini, investor cukup buy weakness di level yang saya sebutkan (5.400-5.050)," ujar Hans.

🍒

Bisnis.com, JAKARTA — Jalan privatisasi dan pembentukan holding perseroan pelat merah akan kian berliku setelah masuknya poin persetujuan DPR dalam draf Rancangan Undang Undang tentang BUMN yang saat ini tengah memasuki tahap harmonisasi.
RUU BUMN diangkat sebagai topik headline koran cetak Bisnis Indonesia edisi Jumat (6/7/2018). Berikut laporan lengkapnya.
Badan Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah melakukan harmonisasi Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada Kamis, (5/7).
Dalam kesempatan tersebut, parlemen membahas sejumlah poin yang akan menjadi perubahan dari Undang-Undang (UU) Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.
Dua poin yang menjadi sorotan utama dalam harmonisasi draf RUU tentang BUMN yakni privatisasi dan pembentukan holding. Hal tersebut sejalan dengan gencarnya aksi korporasi penawaran umum perdana saham (initial public offering/ IPO) anak usaha pelat merah, penjualan aset, serta terbentuknya sejumlah holding dalam beberapa waktu terakhir.
Parlemen mengusulkan adanya perubahan tentang tata cara privatisasi BUMN yang saat ini diatur dalam Pasal 82, Pasal 83, dan Pasal 84 UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN. Poin tersebut diatur melalui Pasal 107 RUU Tentang BUMN yang menggarisbawahi adanya persetujuan DPR.
Selain itu, parleman menginginkan adanya perubahan terkait dengan Pengga bungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan BUMN yang saat ini diatur melalui Pasal 63, Pasal 64, dan Pasal 65 UU Nomor 19 Tahun 2003. Sebagai gantinya, diusulkan dalam Pasal 119 RUU Tentang BUMN. (Lihat grafis)
Ketua Badan Legislasi (Baleg) Supratman Andi menjelaskan bahwa poin utama dari perubahan tata cara privatisasi, dalam RUU tentang BUMN, yakni diperlukannya persetujuan DPR. Aturan tersebut berlaku bagi seluruh keluarga besar perseroan pelat merah.
“Jadi semua privatisasi BUMN, anak usaha, cucu usaha, hingga cicit usaha melalui persetujuan DPR. Dalam Undang Undang yang berlaku saat ini tidak masuk poin tersebut,” ujarnya saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (5/7/2018).
Andi mengungkapkan alasan dibalik perubahan ketentuan yakni mempertajam fungsi pengawasan DPR. Dengan demikian, segala bentuk privatisasi oleh perseroan pelat merah mulai dari penawaran umum perdana saham (IPO), penjualan aset, hingga akuisisi harus mendapatkan restu parlemen. Terkait dengan pembentukan holding, imbuhnya, proses tersebut diusulkan memerlukan persetujuan DPR. Pasalnya, ketentuan tersebut tidak tertuang dalam UU yang berlaku saat ini. “Mekanisme tetap diatur pemerintah namun tertuang di Undang-Undang melalui persetujuan DPR,” jelasnya.
Seperti diketahui, mekanisme privatisasi dan pembentukan holding BUMN saat ini diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2005 Tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan dan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2005 Tentang Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, dan Perubahan Bentuk Badan Hukum Badan Usaha Milik Negara.
Dengan mengacu kepada dua beleid tersebut, persetujuan DPR hanya diperlukan untuk IPO BUMN tetapi tidak untuk anak BUMN. Adapun, proses pembentukan dua holding terbaru, Holding BUMN Migas dan Holding BUMN Tambang beberapa waktu lalu juga tidak melalui persetujuan DPR.
Saat dihubungi Bisnis, Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Aloysius Kiik Ro mengatakan belum bersedia memberikan komentar terkait dengan perubahan ketentuan DPR yang tertuang dalam draf RUU tersebut. Pasalnya, parlemen belum menyampaikan dan mengundang pemerintah secara formal.
“Begitu harmonisasi selesai, Pemerintah akan diundang untuk membahas poinpoin terkait masukan atau perubahan yang diusulkan sebelum RUU tersebut ditetapkan,” paparnya.
PROSES LAMBAT
Secara terpisah, Managing Director Lembaga Management Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LM FE UI) Toto Pranoto menilai terdapat kelebihan dengan dipersyaratkanya persetujuan DPR dalam proses privatisasi dan pembentukan holding BUMN.
Salah satunya, mengamankan kepentingan publik atas potensi privatisasi yang dianggap merugikan. “Fungsi check & balance supaya kewenangan pemerintah bisa diawasi dengan baik,” paparnya.
Akan tetapi, Toto menggarisbawahi sejumlah kelemahan dalam rancangan beleid tersebut. Hal itu menyangkut alternatif perseroan pelat merah dalam menghimpun pendanaan, khususnya melalui pasar modal.
Proses IPO misalnya, dia memperkirakan akan berpotensi melambat. Selama ini, dengan dipersyaratkannya persetujuan DPR untuk IPO induk BUMN, membuat eksekusi aksi korporasi tersebut memakan waktu yang panjang.
“Akibatnya IPO BUMN kehilangan momentum dan alternatif pendanaan BUMN di pasar modal berjalan lambat sehingga likuiditas bursa bisa terganggu,” imbuhnya.
Toto menyebut ketentuan persetujuan DPR tidak akan menjadi masalah sepanjang proses yang berjalan di Komite Privatisasi, Kementerian BUMN, dan DPR berjalan dengan cepat. Tujuannya, agar momentum eksekusi aksi korporasi tetap terjaga.
Menurut data yang dihimpun Bisnis, sejumlah BUMN berencana melakukan IPO anak usaha pada rentang 2018-2019. Langkah itu ditempuh sebagai alternatif menghimpun dana segar melalui pasar modal.
Ada pun, entitas anak tersebut yakni PT Adhi Persada Gedung, anak usaha PT Adhi Karya (Persero) Tbk., PT Rumah Sakit Pelni, anak usaha PT Pelni (Persero), PT PP Energi, anak usaha PT PP (Persero) Tbk., PT Wijaya Karya Realty, anak usaha PT Wijaya Karya (Persero) Tbk., dan PT Krakatau Bandar Samudera, anak usaha PT Krakatau Steel (Persero) Tbk.
Saat dimintai tanggapan, Direktur Keuangan PP Agus Purbiyanto mengatakan akan mematuhi ketentuan yang berlaku. Emiten berkode saham PTPP itu masih mempertimbangkan IPO anak usaha, PP Energi.
Direktur Utama Adhi Karya Budi Harto menyampaikan hal senada, pihaknya akan mengikuti mekanisme IPO sesuai dengan peraturan yang berlaku.   
🌸

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Rabu (4/7), menguat 1,77% ke level 5.733. Meski demikian, IHSG masih menyisakan defisit hampir 1% sejak awal pekan ini. Lantas, bagaimana sebaiknya investor mengambil posisi saat ini?
Lukas Setia Atmaja, Financial Expert Universitas Prasetya Mulya mengatakan, posisi terbaik tergantung dari masing-masing profil risiko dan ketersediaan dana investor. Jika profil risikonya rendah, lalu dananya terbatas, sebaiknya wait and see dan menjadikan cash di atas segalanya. Sebab, belum bisa ditebak kapan tensi perang dagang berakhir.
Belum lagi adanya risko inflasi akibat kenaikan harga (cost push inflation). Inflasi ini tidak baik, sehingga hanya akan menambah sentimen negatif. "Jadi, wait and see akan lebih bijak," ujar Lukas kepada KONTAN, Rabu (4/7).
Sebaliknya, jika investor punya profil risiko tinggi, sekarang merupakan kesempatan untuk masuk. Jika dananya berlebih juga justru menambah kesempatan karena bisa melakukan pembelian secara bertahap. Tentu, dengan ekspektasi situasi akan kembali membaik. "Sehingga, tidak ketinggalan kereta ketika rebound," imbuh Lukas.
🍀


KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpuruk dalam pada akhir penutupan sesi II hari ini, Selasa (3/7). Data RTI menunjukkan, IHSG ditutup dengan penurunan 1,96% menjadi 5.633,94.
Performa IHSG merupakan yang terburuk dibanding kinerja indeks acuan lainnya di Asia. Posisi kedua terburuk dihuni oleh indeks Hang Seng yang turun 1,41%. Baru kemudian disusul oleh indeks Taiex Taiwan turun 0,58%, indeks KLCI Malaysia turun 0,28%, indeks Nikkei Jepang turun 0,12%, dan indeks FTSE Strait Times turun 0,10%.
Di sisi lain, tak semua indeks di Asia memerah. Indeks Kospi Korea Selatan, misalnya, berhasil mencatatkan kenaikan tipis 0,05%. Demikian pula dengan indeks ASX/200 Australia yang naik 0,52% dan indeks CSI 300 China naik 0,04%.
Analis menilai, aksi jual yang melanda kawasan Asia dipicu oleh kecemasan penerapan tarif impor barang-barang dari China oleh AS senilai US$ 34 miliar pada 6 Juli mendatang. Ini merupakan pusat perselisihan perdagangan utama antara Washington dan negara-negara ekonomi utama dunia lainnya sehingga membuat pasar finansial bergejolak.
"Saya rasa kita akan segera melihat konsolidasi pada market karena tarif AS yang belum diketahui besarannya itu," jelas Stephen Innes, head of trading for Asia Pacific dari Oanda.

Comments

  1. KABAR BAIK!!!

    Nama saya Aris Mia, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman sangat berhati-hati, karena ada penipuan di mana-mana, mereka akan mengirim dokumen perjanjian palsu untuk Anda dan mereka akan mengatakan tidak ada pembayaran dimuka, tetapi mereka adalah orang-orang iseng, karena mereka kemudian akan meminta untuk pembayaran biaya lisensi dan biaya transfer, sehingga hati-hati dari mereka penipuan Perusahaan Pinjaman.

    Beberapa bulan yang lalu saya tegang finansial dan putus asa, saya telah tertipu oleh beberapa pemberi pinjaman online. Saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan digunakan teman saya yang merujuk saya ke pemberi pinjaman sangat handal disebut Ibu Cynthia, yang meminjamkan pinjaman tanpa jaminan dari Rp800,000,000 (800 juta) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau stres dan tingkat bunga hanya 2%.

    Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya diterapkan, telah dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan.

    Karena saya berjanji bahwa saya akan membagikan kabar baik, sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman apapun, silahkan menghubungi dia melalui email nyata: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com dan oleh kasih karunia Allah ia tidak akan pernah mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda menuruti perintahnya.

    Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: ladymia383@gmail.com dan Sety yang memperkenalkan dan bercerita tentang Ibu Cynthia, dia juga mendapat pinjaman baru dari Ibu Cynthia, Anda juga dapat menghubungi dia melalui email-nya: arissetymin@gmail.com sekarang, semua akan saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran pinjaman saya bahwa saya kirim langsung ke rekening mereka bulanan.

    Sebuah kata yang cukup untuk bijaksana.

    ReplyDelete
  2. Saya selalu berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan peminjam yang meminjamkan uang tanpa membayar terlebih dahulu.

    Jika Anda mencari pinjaman, perusahaan ini adalah semua yang Anda butuhkan. setiap perusahaan yang meminta Anda untuk biaya pendaftaran lari dari mereka.

    saya menggunakan waktu ini untuk memperingatkan semua rekan saya INDONESIANS. yang telah terjadi di sekitar mencari pinjaman, Anda hanya harus berhati-hati. satu-satunya tempat dan perusahaan yang dapat menawarkan pinjaman Anda adalah SUZAN INVESTMENT COMPANY. Saya mendapat pinjaman saya dari mereka. Mereka adalah satu-satunya pemberi pinjaman yang sah di internet. Lainnya semua pembohong, saya menghabiskan hampir Rp35 juta di tangan pemberi pinjaman palsu.

    Pembayaran yang fleksibel,
    Suku bunga rendah,
    Layanan berkualitas,
    Komisi Tinggi jika Anda memperkenalkan pelanggan

    Hubungi perusahaan: (Suzaninvestment@gmail.com)

    Email pribadi saya: (Ammisha1213@gmail.com)

    ReplyDelete
  3. Saya Widaya Tarmuji, saya menggunakan waktu ini untuk memperingatkan semua rekan saya INDONESIANS. yang telah terjadi di sekitar mencari pinjaman, Anda hanya harus berhati-hati. satu-satunya tempat dan perusahaan yang dapat menawarkan pinjaman Anda adalah TRACY MORGAN LOAN FIRM. Saya mendapat pinjaman saya dari mereka. Mereka adalah satu-satunya pemberi pinjaman yang sah di internet. Lainnya semua pembohong, saya menghabiskan hampir 32 juta di tangan pemberi pinjaman palsu.

    Tapi Tracy Morgan memberi saya mimpi saya kembali. Ini adalah alamat email yang sebenarnya mereka: tracymorganloanfirm@gmail.com. Email pribadi saya sendiri: widayatarmuji@gmail.com. Anda dapat berbicara dengan saya kapan saja Anda inginkan. Terima kasih semua untuk mendengarkan permintaan untuk saran saya. hati-hati

    ReplyDelete
  4. Assalamualaikum, saya JERRY ANDI sangat senang karena saya mendapat pinjaman dari Anthony Yuliana Pemberi Pinjaman Saya tidak pernah percaya bahwa saya bisa mendapatkan pinjaman di situs ini, semua pujian ditujukan kepada TUHAN, saya mendapat pinjaman sebesar Rp70.000. 000 juta dari Anthony Yuliana Pemberi Pinjaman semoga ALLAH memberkati mereka semua, saran saya kepada mereka yang mencari pinjaman di situs ini bahwa mereka harus sangat berhati-hati karena ada banyak pemberi pinjaman palsu, untuk pinjaman 100%, hubungi (anthony.yulianalender @ gmail.com) BBM INVITE ((E37F9BCC)) atau melalui whatsapp +2348138908619 Anda juga dapat menghubungi saya melalui email saya {jerryandi843@gmail.com}

    ReplyDelete
  5. Salam
    Tolong kalian semua harus membaca apa yang saya katakan. . . .

    Biarkan saya perkenalkan dulu diri saya, Nama saya Adhityas Kripsiani, saya berasal dari kota Bandung, saya bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan di Yogyakarta.
    Harapan saya dan impian tertinggi saya adalah ingin memiliki bisnis atau toko sendiri, tetapi jika Anda hanya mengandalkan gaji Anda, mungkin butuh waktu yang sangat lama di mana biaya sewa dan anak-anak yang telah terakumulasi hanya akan lebih sulit dan lebih lama mimpi itu tidak akan terwujud
    Saya mencoba "buka internet dan saya melihat tulisan orang-orang sukses yang dibantu oleh seorang klerus dari sana saya mencoba untuk menghubunginya, pada awalnya saya terus mengirim sms sampai saya mendapat balasan dari perusahaan yang merupakan awal kesuksesan saya. Jika Anda mau untuk mendapatkan cara yang mudah untuk SOLUSI MUDAH, CEPAT MEMBAYAR HUTANG ANDA, DAN MASALAH EKONOMI LAINNYA, TANPA KEBUTUHAN RITUAL, CEPAT CEPAT. Saya mencoba menghubungi Perusahaan Pinjaman Rebacca Alma dengan kompensasi yang sama untuk impian saya dan untuk membayar hutang, terima kasih Tuhan kepada Tuhan yang maha kuasa melalui bantuannya. Saya sekarang membuka bisnis distribusi di Bandung. Sekali lagi saya ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada Irlina Tuty Sartika untuk merujuk saya ke perusahaan pinjaman tempat saya mencapai impian saya sekarang.
    Hubungi ibu yang baik REBACCA ALMA LOAN COMPANY melalui emailnya rebaccaalmaloancompany@gmail.com Untuk penjelasan lebih rinci, silakan. Anda juga dapat menghubunginya melalui Whatsapp 14052595662
    Anda mungkin ingin mengajukan pertanyaan, hubungi saya melalui email saya adhityaskripsiani@gmail.com. Anda juga dapat menghubungi wanita yang merujuk saya ke perusahaan pinjaman yang sah ini, Mrs. irlinatutysartika15@gmail.com
    Anda tidak perlu ragu atau dibodohi dan dikejar-kejar oleh hutang lagi, sekarang saya berbagi pengalaman yang saya rasakan dan buktikan. Semoga bermanfaat. Amin ...

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

onlineisasi-digitalisasi (5)

terkait perbankan (bbri, bbca, bnii)

analisis fundamental sederhana: saham KONSUMER (mapi, myor, unvr, icbp, amrt, cpin, hero, mapi, cleo, ades)