analisis teknikal n fundamental sederhana: EXCL

🍊

JAKARTA, investor.id – PT Hutchison 3 Indonesia membuka peluang konsolidasi dengan sejumlah perusahaan telekomunikasi, termasuk dengan PT XL Axiata Tbk (EXCL). Aksi ini merupakan inisiatif untuk mencapai efisiensi di industri telekomunikasi Tanah Air. Wakil Direktur Utama Hutchison 3 Indonesia Danny Buldansyah mengatakan, pihaknya selalu melakukan diskusi konsolidasi dengan para emiten telekomunikasi dalam negeri. Jalan yang ditempuh untuk konsolidasi seperti skema akuisisi, merger, atau penukaran saham (share swap) turut menjadi bahan pembicaraan. “Perusahaan selalu terbuka dengan semua operator. Sampai saat ini belum masuk ke ranah formal. Dari kami, kalau memang ada penawaran akuisisi atau share swap, kami ingin menjadi pihak yang mengakuisisi mayoritas atau setidaknya fifty-fifty,” jelas dia kepada Investor Daily, Kamis (28/5). Danny menambahkan, pemegang saham ingin perseroan tetap mempertahankan entitas bisnisnya di Indonesia. Hal ini lantaran Indonesia masih dipandang sebagai pasar yang potensial secara jangka panjang. Seperti diketahui, perseroan merupakan bagian dari Hutchison Asia Telecom Group. Perusahaan tersebut memiliki induk usaha yang merupakan konglomerat terdaftar di Bursa Efek Hong Kong, yakni CK Hutchison Holdings Ltd. Adapun, CK Hutchison setidaknya mengendalikan 12 perusahaan telekomunikasi di seluruh dunia. Sejak tahun lalu, kata Danny, pihaknya memang mendengar langkah Axiata Group Bhd yang ingin memperkuat posisinya di pasar Asia dengan jalan akuisisi. Namun, sampai saat ini pihaknya mengakui belum ada pendekatan secara signifikan dengan Axiata Group. Sebelumnya, berdasarkan laporan Reuters, CEO Axiata Group Tan Sri Jamaludin Ibrahim mengatakan, di luar para pemain besar di Indonesia, perseroan saat ini sedang berbicara dengan para operator telekomunikasi yang lebih kecil terkait kesepakatan konsolidasi. Namun, pihaknya juga tidak menjelaskan secara rinci para operator tersebut. Dengan upaya uji tuntas yang sudah dilakukan sejak tahun lalu, Jamaludin berharap kesepakatan dengan operator tersebut bisa terwujud tahun ini. Jamaludin diperkirakan akan pensiun dari jabatannya pada akhir tahun ini. Selain di Indonesia, Axiata juga mencari peluang kerja sama di Malaysia dan Sri Langka. “Pandemi Covid-19 menjadikan aksi konsolidasi sangat penting, bahkan lebih penting dari sebelumnya. Karena itu berdiskusi dengan semua pihak menjadi sangat penting,” ujar dia. Prospek Sementara itu, analis Danareksa Sekuritas Niko Margaronis mengungkapkan, Hutchison 3 merupakan kandidat yang bagus untuk aksi konsolidasi. Perseroan dinilai memiliki struktur biaya yang ketat dan mirip dengan XL Axiata. Dengan demikian, tidak ada masalah yang tidak dapat diatasi, jika ada upaya penggabungan usaha atau merger. Hutchison 3 juga dinilai memiliki porsi utang yang minim. “Kekurangan perusahaan adalah kepemilikan spektrum frekuensi yang kecil. Hutchison 3 lebih pragmatis karena induk usahanya telah melakukan kesepakatan konsolidasi di Australia, Italia, dan Austria sebelumnya,” jelas dia dalam risetnya. Seperti diketahui, ketika XL mengakuisisi PT Axis Telekom Indonesia pada 2014, aksi ini praktis membuat kepemilikan spektrum XL bertambah. Langkah strategis tersebut akhirnya membantu XL menghasilkan trafik data terbesar kedua di Indonesia. Di lain pihak, analis Samuel Sekuritas Indonesia Selvi Ocktaviani mengungkapkan, peningkatan trafik data diharapkan menjadi penopang pertumbuhan kinerja keuangan XL tahun ini. Lonjakan trafik data perseroan diperkirakan berlangsung pada kuartal II tahun ini. “Peningkatan kebutuhan data oleh pelanggan untuk mengakses informasi, berkumunikasi, dan akses hiburan digital diharapkan menjadi penopang penjualan,” tulis Selvi dalam risetnya. Dia memproyeksikan kenaikan pendapatan XL dari Rp 25,13 triliun menjadi Rp 27,73 triliun tahun ini. EBITDA juga diproyeksikan menguat dari Rp 9,96 triliun menjadi Rp 11,39 triliun. Sedangkan laba bersih diperkirakan bertumbuh menjadi Rp 1,02 triliun tahun ini dibandingkan realisasi tahun 2019 senilai Rp 713 miliar. Samuel Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli saham EXCL dengan target harga Rp 3.500. Target tersebut mengimplikasikan perkiraan EV/EBITDA XL tahun ini sekitar 4,2 kali. Target harga tersebut juga telah mempertimbangkan potensi berlanjutnya pertumbuhan kinerja keuangan perseroan. Sumber : Investor Daily

Artikel ini telah tayang di Investor.id dengan judul "Hutchison 3 Buka Peluang Konsolidasi dengan XL"
Penulis: Farid Firdaus
Read more at: http://brt.st/6BdO
🍐
Bisnis.com, JAKARTA – PT XL Axiata Tbk. akan membagikan dividen untuk pertama kalinya dalam 6 tahun terakhir sebesar Rp20 per saham. Pembagian dividen tunai akan dilakukan pada 17 Juni 2020.
Berdasarkan keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), emiten berkode saham EXCL ini menyatakan akan membagikan tunai untuk tahun buku 2019 sebesar Rp215,73 miliar. Rasio pembayaran dividen terhadap total tahun lalu mencapai 30 persen.
Perseroan menyampaikan Cum dividen tunai di pasar reguler dan pasar negosiasi akan dilakukan pada 29 Mei 2020. Sementara itu, tanggal ex dividen tunai di akan jatuh pada 2 Juni 2020.
Pada hari selanjutnya, yakni 3 Juni 2020 adalah tanggal cum dividen tunai di pasar tunai sekaigus waktu recording date. Sementara itu, ex dividen tunai di pasar tunai akan dilakukan pada 4 Juni 2020.
Setelah semua proses itu, pembagian tunai akan dilakukan pada 17 Juni 2020. Rencana pembagian dividen ini diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar kemarin, Senin (18/5/2020).
Pembagian dividen ini akan menjadi yang pertama dalam 6 tahun terakhir. Perseroan terakhir kali membagikan dividen kepada para pemegang saham pada 4 Juni 2014, dengan jumlah Rp539,71 miliar, atau 65 persen dari laba tahun buku 2013.
Perseroan memang tidak memberikan dividen sejak 2015. Namun, pada periode 3 tahun sebelumnya atau pada 2013—2014 perseroan selalu memberikan dividen kepada para pemegang saham.
Sepanjang sejarahnya melantai di Bursa Efek Indonesia, pembagian dividen paling besar dilakukan pada 22 Mei 2013. Kala itu perseroan membayarkan dividen tunai dengan nilai total Rp1,15 triliun atau setara 135 persen dari laba tahun buku 2012.

🍈
TEMPO.COJakarta - Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan 2020 PT XL Axiata Tbk menyetujui pembagian dividen yang diambil dari keuntungan perusahaan untuk tahun buku yang berakhir 31 Desember 2019 serta perubahan susunan direksi dan komisaris.
"Sesuai dengan kebijakan dividen yang dimiliki perusahaan telah disetujui oleh Dewan Komisaris pada tanggal 28 Januari 2011, dividen tunai adalah sebesar minimal 30 persen dari laba bersih yang dinormalisasi di tahun sebelumnya dengan maksud untuk meningkatkan rasio pembayaran di masa mendatang," kata Presiden Direktur XL Axiata Dian Siswarini kepada pers dalam telekonferensi di Jakarta, Senin, 18 Mei 2020.
Menurut dia, untuk tahun buku yang berakhir 31 Desember 2019 XL Axiata telah membukukan keuntungan sebesar Rp 712,58 miliar. Setelah penyesuaian one-off item, perseroan membukukan keuntungan setelah penyesuaian sebesar Rp 719,12 miliar.
Sesuai dengan kebijakan dividen di mana 30 persen dari keuntungan setelah penyesuaian sebesar Rp 215,73 miliar akan didistribusikan kepada pemegang saham, setara dengan Rp 20 per lembar saham. Sisa Rp 496,74 miliar akan dicatat dalam Saldo Laba Ditahan untuk mendukung pengembangan usaha XL Axiata.
"Jumlah dividen yang akan dibagikan bergantung pada keuntungan perseroan, tingkat kecukupan modal XL Axiata, kondisi keuangan dan hal-hal lain sesuai dengan pertimbangan direksi serta peraturan perundang-undangan yang berlaku," kata Dian.
Terkait dengan persetujuan perubahan susunan Dewan Komisaris, Rapat juga telah menyetujui mengangkat Dato’ Mohd Izzadin Idris dan Hans Wijayasuriya masing-masing sebagai Komisaris baru XL Axiata menggantikan masing-masing Kenneth Shen dan Peter J. Chambers.
Terkait perubahan susunan direksi, Rapat menyetujui pengangkatan David Arcelus Oses sebagai Direktur baru XL Axiata menggantikan Allan Russell Bonke yang telah mengajukan pengunduran diri  sejak 23 Maret 2020.
Berikut susunan Dewan Komisaris XL Axiata yang baru:
Presiden Komisaris: Dr. Muhamad Chatib Basri
Komisaris: Tan Sri Jamaludin bin Ibrahim Vivek Sood
Dr. David R. Dean
Dato’ Izzaddin bin Idris
Dr. Hans Wijayasuriya
Komisaris Independen: Yasmin Stamboel Wirjawan
Muliadi Rahardja
Julianto Sidarto
Berikut susunan Direksi XL Axiata yang baru:
Presiden Direktur: Dian Siswarini
Direktur: Mohamed Adlan bin Ahmad Tajudin
Yessie D. Yosetya
Abhijit J. Navalekar
David Arcelus Oses
Rapat yang dipimpin oleh Presiden Komisaris, Chatib Basri tersebut juga menyetujui dan menerima Laporan Tahunan Direksi Perseroan mengenai kegiatan dan jalannya Perseroan termasuk namun tidak terbatas pada hasil-hasil yang telah dicapai selama tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2019, serta Laporan Tugas Pengawasan Dewan Komisaris Perseroan untuk tahun buku 2019.
ANTARA
🍊
Bisnis.com, JAKARTA — Emiten telekomunikasi PT XL Axiata Tbk (ECXL) mengaku sulit memprediksi pertumbuhan kinerja pada kuartal II/2020. 
Presiden Direktur sekaligus CEO XL Axiata Dian Siswarini mengatakan masa krisis akibat pandemi Covid-19 merupakan kondisi yang tak pernah dilalui sebelumnya sehingga banyak hal yang tak dapat diketahui maupun diprediksi.
“Jadi saat ini kami tidak bisa memberikan gambaran yang akan terjadi di kuartal kedua ataupun full year 2020. Risiko perlambatan pertumbuhan karena ekonomi dan daya beli masyarakat yang menurun suatu realita yang harus dihadapi,” tuturnya kepada Bisnis, Sabtu (17/5/2020)
Menurutnya, saat ini perseroan berusaha mempertahankan kinerjanya dengan menjaga kondisi keuangan perusahaan dengan baik, sembari mengantisipasi celah kesempatan yang akan muncul setelah krisis berlalu.
“Kami juga memitigasinya dengan memberikan layanan internet sebaik mungkin kepada masyarakat dan tetap membangun jaringan sehingga masyarakat dapat menggunakan internet untuk belajar, bekerja dan beribadah dari rumah,” tambah Dian.
EXCL melaporkan pertumbuhan pendapatan 8,88 persen secara year-on-year (yoy) menjadi Rp6,49 triliun pada kuartal I/2020. Kenaikan itu ditunjang oleh pendapatan layanan data yang tumbuh 17 persen.
Pada saat yang sama, beban EXCL menciut 18,36 persen menjadi Rp4,32 triliun. Penurunan dipicu oleh biaya infrastruktur yang merosot 12,3 persen menjadi Rp2,03 triliun.
Sejalan dengan penurunan beban dan penjualan menara, laba bersih emiten telekomunikasi ini melesat dari Rp57,19 miliar pada kuartal I/2019 menjadi Rp1,51 triliun per 31 Maret 2020.
EBITDA perseroan juga meningkat 40 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yang didorong oleh pertumbuhan revenue, efisiensi biaya dan implementasi International Financial Reporting Standard (IFRS) 16.
🍉


KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT XL Axiata Tbk (EXCL) membukukan kenaikan kinerja melebihi proyeksi analis. Hingga kuartal I tahun ini, XL Axiata membukukan kenaikan pendapatan 9% secara tahunan menjadi Rp 6,5 triliun. 
Laba bersih XL melesat 2.577,16% secara year on year (yoy) dari Rp 57,93 miliar pada kuartal I-2019 menjadi Rp 1,5 triliun pada kuartal I-2020. Realisasi kinerja XL Axiata melebihi perkiraan Panin Sekuritas dan konsensus analis. 
Panin Sekuritas dan konsensus analis memperkirakan, laba bersih XL hanya akan tumbuh ratusan persen. Panin Sekuritas memperkirakan laba bersih XL Axiata naik 402% sedangkan konsensus memperkirakan laba XL naik 332,4%. 
Sementara itu, EBITDA XL Axiata juga meningkat 40% yoy ke Rp 3,18 triliun. Emiten halo-halo ini berhasil meningkatkan penetrasi penggunaan smartphone hingga 86% per akhir kuartal I-2020.
EBITDA XL meningkat di atas estimasi Panin Sekuritas yang memperkirakan EBITDA XL Axiata hanya naik 33,2% dan proyeksi konsensus analis naik 33,4%. Bahkan pertumbuhan EBITDA XL kuartal I melebihi rata-rata enam tahun yang tumbuh 23%. Performa positif ini membawa EBITDA margin mengalami peningkatan ke 49% naik dari kuartal I tahun 2019 sebesar 38,2%. 
Nico Laurens Analis Panin Sekuritas dalam riset Senin (11/5) menjelaskan, performa EBITDA yang kuat didorong kuatnya performa segmen data yang tumbuh 17% secara yoy dan berkontribusi pendapatan service 91% di kuartal I-2020. Faktor kedua menurut Nico adalah turunnya beban infrastruktur karena adopsi dari IFRS 16. Ketiga adalah adanya penurunan biaya pemasaran, karena shifting ke arah digital. 
Performa laba tercatat positif lebih didorong oleh adanya keuntungan dari divestasi menara sebesar Rp 1,62 triliun atas 2.431 menara. "Kami tetap masih merekomendasikan beli saham EXCL dengan target harga di Rp 3.000 yang mencerminkan EV/EBITDA 4,1 kali di 2020," kata Nico dalam riset. 
Panin Sekuritas yakin, kinerja XL tetap tumbuh didorong oleh tingkat pertumbuhan permintaan layanan data XL lebih tinggi. Bahkan jika dibanding pemain lainnya. Hal ini mengimbangi penurunan permintaan di layanan voice dan SMS. Selain itu, perang tarif sudah tidak segencar tahun sebelumnya. "Perbaikan tarif data yang akan berdampak positif, karena kontribusi segmen internet dan data milik XL Axiata yang paling tinggi diantara pemain lainnya," kata Nico. 

Ketiga, pertumbuhan trafik data yang masih tinggi seiring imbauan pemerintah untuk di rumah saja mulai dari bekerja sampai sekolah. Imbauan ini menyebabkan kebutuhan data yang lebih tinggi. 
🍓


JAKARTA, Investor.id - PT XL Axiata Tbk (EXCL) membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 9% senilai Rp 6,5 triliun pada kuatal I-2020 dibandingkan 1,3% pada periode sama tahun silam. Presiden Direktur & CEO XL Axiata, Dian Siswarini mengungkapkan, pendapatan perseroan didorong naiknya penetrasi penggunaan telepon pintar (smartphone) yang mencapai 86% pada akhir kuartal I. Hal itu mendorong kenaikan pendapatan data sebesar 17%. “Pendapatan data berkontribusi sekitar 91% terhadap total pendapatan layanan perusahaan,” kata Dian Siswarini dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin (11/5). Laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA), menurut Dian, juga meningkat 40% dibandingkan periode sama 2019. Kenaikan ini didorong pertumbuhan pendapatan, efesiensi biaya, dan implementasi IFRS16, sehingga laba bersih perseroan terangkat menjadi Rp 1,5 triliun. “Tiga bulan pertama setiap tahun selalu menjadi periode yang berat bagi operator. Namun, momentum positif kinerja 2019 ditambah proposisi produk yang inovatif, dan kualitas jaringan yang kuat, berhasil membawa kami mewujudkan kinerja yang tetap kuat dan berkelanjutan pada kuartal I-2020,” ujar Dian. Dian Siswarini menjelaskan, beban usaha perseroan menurun 10% secara tahunan (year on year/yoy) dan menyusut 13% secara kuartalan (quarter to quarter/q to q). Ini disebabkan beban biaya infrastruktur yang lebih rendah 23% (yoy) dan 24% (q to q) sebagai hasil dari adopsi IFRS 16. Di sisi lain, biaya interkoneksi dan biaya lainnya turun 9% lebih rendah (yoy) akibat menurunnya interkoneksi dari trafik layanan voice. “Biaya pemasaran juga turun 1% lebih rendah (yoy) karena terjadinya pergeseran pengeluaran ke digital,” tutur dia. Dian menambahkan, neraca perseroan saat ini dalam kondisi sehat dengan saldo kas yang lebih tinggi setelah proses penjualan menara. Rasio utang bersih terhadap EBITDA juga di bawah satu kali. Selain itu, kata dia, free cash flow (FCF) perusahaan dalam kondisi sehat, meskipun ada kenaikan pada komitmen untuk keperluan belanja modal dan roll-out 2020. FCF meningkat 82% (yoy) menjadi Rp 1,4 triliun. Dian juga mengemukakan, total trafik hingga kuartal I-2020 meningkat 41% (yoy) dan 7% (q to q). Peningkatan ini disebabkan dampak kebijakan pemerintah menerapkan program kerja dari rumah (work from home/WFH). Trafik data meningkat 15% dibandingkan periode sebelum WFH. Pelanggan Turun Tipis Menurut Dian Siswarini, total pelanggan XL Axiatan pada periode ini turun tipis menjadi 55,5 juta akibat persaingan yang ketat. Namun, pendapatan rata-rata pelanggan tetap stabil di level 36 ribu, sama dengan kuartal sebelumnya (q to q) dan meningkat 6% (yoy). Per akhir Maret 2020, XL Axiata memiliki lebih dari 133 ribu base transceiver system (BTS), meningkat 9% dibandingkan periode sama tahun lalu (yoy). Sebanyak lebih dari 43 ribu BTS di antaranya merupakan BTS 4G. Jaringan 4G XL Axiata telah hadir dan melayani pelanggan di 449 kota/kabupaten di berbagai daerah di Indonesia.     “Meskipun pandemi Covid-19, instalasi jaringan terus berjalan sesuai rencana tanpa gangguan dan mayoritas diharapkan selesai sebelum Lebaran,” tandas Dian. Sumber : Investor Daily

Artikel ini telah tayang di Investor.id dengan judul "Tumbuh 9%, Pendapatan XL Axiata Sentuh Rp 6,5 Triliun"
Penulis: Nabil Alfaruq
Read more at: http://brt.st/6zFt

🍎


JAKARTA, investor.id - Operator seluler PT XL Axiata Tbk meningkatkan kapaitas dan kualitas jaringan di seluruh wilayah Indonesia. Penguatan dilakukan seiring meningkatnya trafik layanan data karena semakin banyaknya masyarakat beraktivitas dari rumah. Selain itu, perseroan perlu persiapan menyambut bulan Ramadhan dan Lebaran 2020. Presiden Direktur & CEO PT XL Axiata Dian Siswarini mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan pelanggan selama periode Ramadan serta bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah terkait pandemi Covid-19, XL Axiata telah meningkatkan kapasitas jaringan data hingga dua kali lipat. 
Selain itu, perseroan menawarkan sejumlah paket spesial selama Ramadan hingga Lebaran nanti, baik untuk pelanggan prabayar maupun pascabayar, termasuk juga di antaranya XL Home untuk semakin memanjakan pelanggan. “Pada prinsipnya, kami akan ikut mendukung upaya untuk membuat pelanggan betah di rumah selama Ramadan, baik untuk beraktivitas produktif maupun beribadah. Itu semua akan bisa terlaksana dengan baik jika jaringan yang menopang program Ramadan juga memadai,” kata Dian, melalui virtual conference, Rabu,(22/4). 
Menurut dia, saat ini, beberapa area  mengalami peningkatan trafik data yang relatif merata, yakni Sumatera 15,9%, serta wilayah Jabodetabek dan sebagian Kalimantan 15,8%. Trafik data di regional central, yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan sebagian Kalimantan naik 15,5%. Lalu, trafik di regional timur, yaitu Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan sekitarnya meningkat 15,8%. 
Sementara itu, dari sisi pola penggunaan data dan aplikasi, layanan berbasis streaming XL Axiata mendominasi mencapai sekitar 66%, instant messaging 16%, social network 11,5%, dan lainnya sekitar 6,5%. “Secara keseluruhan, selama periode waktu diberlakukanya kebijakan bekerja dari rumah (Work from Home/WFH) dan belajar dari rumah (Study from Home/SFH), trafik layanan seluler terjadi peningkatan trafik sekitar 18% dari kondisi normal,” jelas Dian. 
Selanjutnya, layanan XL Home terjadi peningkatan trafik sekitar 20% dari kondisi normal. Kenaikan trafik terjadi secara merata di berbagai kota/wilayah, khususnya di kawasan perumahan/residensial. Dian melanjutkan, pihaknya pun memanfaatkan Mobile BTS untuk ditempatkan di berbagai rumah sakit (RS) yang saat ini merawat pasien Covid-19, seperti RS rujukan, RS darurat, pemukiman/residensial, dan lokasi-lokasi strategis lainnya untuk mendukung momen Lebaran 2020. Harapannya, pelanggan tetap bisa berkomunikasi bersama keluarga dan sanak saudaranya dengan baik. Pelanggan Plt Chief Technology Officer XL Axiata I Gede Darmayusa menambahkan, selama momen Ramadan dan Lebaran 2020, jumlah pelanggan XL Axiata saat ini mencapai lebih dari 56 juta dengan dukungan jaringan data 4G yang tersebar hingga pelosok-pelosok di wilayah Indonesia. Menurut dia, trafik layanan XL Axiata saat momen Lebaran 2029 diperkirakan naik dibandingkan hari-hari biasa (normal). Layanan data perseroan diprediksi meningkat 15-20%. Sedangkan layanan percakapan telepon (voice) meningkat sekitar 5% dan untuk layanan SMS trafiknya relatif stabil. Perseroan  memiliki lebih dari 130 ribu BTS, termasuk lebih dari 54 ribu BTS 3G dan lebih dari 40 ribu BTS 4G. Saat ini, layanan 4G XL Axiata sudah hadir di lebih dari 425 kota/kabupaten di Indonesia. Sumber : Investor Daily

Artikel ini telah tayang di Investor.id dengan judul "XL Axiata Tingkatkan Kapasitas Jaringan"
Penulis: Emanuel Kure
Read more at: http://brt.st/6y8n
🍊



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang 2018 lalu, kinerja dua emiten telekomunikasi melorot. Dua emiten tersebut adalah PT Indosat Tbk (ISAT) dan PT XL Axiata (EXCL).
Berdasarkan laporan Ooredoo, kinerja ISAT pada tahun lalu merosot. Sepanjang tahun lalu, pendapatan ISAT turun sebesar 22,69% secara tahunan menjadi Rp 23,14 triliun.

Earnings before interest, taxes, depreciation and amortization (EBITDA) emiten telekomunikasi ini turun sebesar 43,9% menjadi Rp 7,68 triliun. Menurut laporan Ooredoo, merosotnya EBITDA ISAT pada kuartal IV akibat investasi yang dikucurkan perusahaan untuk ekspansi jaringan dan biaya pemasaran.
Sampai saat ini, cakupan populasi 4G ISAT mencapai 80%, dengan jumlah base transceiver station (BTS) 4G mencapai 17.000. Churn perusahaan juga terus bertambah dengan basis konsumen yang tercatat di angka 58 juta. Saat ini, ISAT juga telah meluncurkan layanan 4G Plus di empat provinsi. Untuk saat ini, ISAT berusaha merealisasikan penyesuaian tarif untuk setiap lini produk demi meningkatkan pendapatan perusahaan.
Emiten halo-halo lainnya, EXCL sebelumnya melaporkan rugi bersih Rp 3,30 triliun pada tahun 2018. Padahal, berdasarkan laporan keuangan EXCL yang diunggah di website Bursa Efek Indonesia (BEI), pada Jumat (15/2), emiten ini meraup laba senilai Rp 375,24 miliar pada 2017.
Sementara, EXCL membukukan pendapatan sebesar Rp 22,94 triliun, naik tipis sebesar 0,27% dibandingkan dengan pendapatan tahun 2017 yang senilai Rp 22,87 triliun. Beban penyusutan mencapai Rp 11,47 triliun, naik 69,67% dibandingkan dengan tahun 2017 yang sebesar Rp 6,76 triliun.
Menurut analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji, merosotnya kinerja kedua emiten tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh iklim investasi di bidang telekomunikasi tanah air terbilang kompetitif. “Karena di Indonesia terdapat banyak pemain. Ada pemain-pemain besar, termasuk salah satunya Telkomsel,” ujar Nafan kepada Kontan.co.id, Selasa (26/2).
Untuk ISAT, Nafan bilang, selain karena kinerja fundamentalnya yang merosot, harga saham emiten tersebut juga mengalami penurunan akibat turunnya ratingemiten tersebut menurut Fitch. “Turunnya rating emiten ini oleh the Fitch Ratings juga menjadi sentimen negatif bagi ISAT,” jelasnya.
Sebagai informasi, dalam rilis pada 19 Februari 2019 lalu, Fitch Ratings merevisi outlook ISAT dari stabil menjadi negatif. “Namun, saya menilai sentimen negatif tersebut hanya bersifat temporer,” imbuh Nafan.
Sementara, Group Head Corporate Communications Indosat Ooredoo Turina Farouk saat dihubungi Kontan.co.id pada Rabu pekan lalu (20/2) , mengatakan, pihak Indosat Ooredoo tidak bisa memberikan komentar terhadap pemberitaan rating outlook negatif yang dikeluarkan Fitch International.
“Sebagai informasi, lembaga rating Pefindo dan Fitch Indonesia tetap memberikan rating AAA, dan Moody’s memberikan outlook stable untuk Indosat Ooredoo. Kami optimis outlook Indosat Ooredoo masih akan terus stabil sebagaimana yang diakui oleh beberapa lembaga rating,” ujar Turina.
Untuk mengimbangi pemimpin pasar industri telekomunikasi, Telkomsel, Nafan menyebut, ISAT dan EXCL harus meningkatkan pengembangan konektivitas internet lewat jaringan 4G untuk lebih menjangkau konsumen yang lebih luas.
Dengan tingginya permintaan masyarakat terhadap layanan internet, Nafan menilai, prospek industri telekomunikasi masih menarik ke depannya.
Sementara, analis Indo Premier Sekuritas Mino menyebut, prospek emiten halo-halo untuk tahun ini akan positif. “Karena sekarang konsumen tidak gampang pindah kartu sehingga masalah persaingan harga akan sedikit mereda. Ini bagus untuk emiten telekomunikasi. Selain itu, rencana pemerintah untuk mengeluarkan peraturan yang akan mendorong konsolidasi di sektor ini juga akan menjadi hal yang positif,” jelas Mino kepada Kontan.co.id, Selasa (26/2).
Mino merekomendasikan beli EXCL dengan target harga di Rp 2.800 dan tahan TLKM dengan target harga di Rp 4.200. Sementara, Nafan merekomendasikan tahan ISAT dengan target harga di Rp 3.470 dan tahan EXCL. “EXCL mengalami terjun bebas. Namun memiliki target price jangka panjang di level Rp 2.750. Sebaiknya tunggu ketika pergerakan harga saham sudah terkonsolidasi terlebih dahulu,” pungkas Nafan.
Hari ini, harga saham ISAT turun 7,35% ke Rp 3.150 per saham. Harga saham EXCL turun 3,47% ke Rp 2.500 per saham. Harga saham TLKM naik 0,51% ke Rp 3.930 per saham.


🍋

per tgl 13 April 2018: 
ekspektasi sederhana JO @ teknikal saham EXCL: dah pernah tembus batas atas Bollinger Band @ 2700 (2730-2750), saat ini stochastic menunjukkan masuk area JENUH BELI padahal Indeks Ulkus smakin RENDAH (luka tren makin pulih), serta mase di atas MA 20d, jadi bullish jangka pendek. ekspektasi menuju 3K bukan tidak mungkin, walo wajib kluar dulu dari area jenuh beli. 
🌷
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berikut rekomendasi teknikal tiga saham pilihan dari sejumlah analis untuk diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (13/4).
1. PT XL Axiata Tbk (EXCL)
Pergerakan harga saham EXCL lebih cenderung uptrend dengan didukung oleh indikator OBV dan TSI yang bergerak ke atas. Sebelumnya, terlihat pola three inside up candlestick pattern yang mengindikasikan adanya potensi bullish continuation.
Rekomendasi: Buy
Support: Rp 2.640
Resistance: Rp 2.810
Muhammad Nafan Aji, Binaartha Parama Sekuritas
2. PT Gudang Garam Tbk (GGRM)
Saham GGRM berpeluang Pullback untuk menguji support MA20 sebelum kembali rally dan breakout resist MA50.
Rekomendasi: Buy on weakness
Support: Rp 74.500
Resistance: Rp 80.000
Muhammad Wafi, Bahana Sekuritas
3. PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO)
Saham SILO baru saja mengakhiri pola bearish dengan breakout downtrend linedan bersiap membentuk pola Uptrend menuju target level 9.000. Namun, secara jangka pendek indikator stochastic oscillator dan RSI telah fully overboughtsehingga berpotensi koreksi.
Rekomendasi: Sell on strength
Support: Rp 8.225
Resistance: Rp 8.500
Krishna Setiawan, Lotus Andalan Sekuritas

Comments

Popular posts from this blog

onlineisasi-digitalisasi (5)

terkait perbankan (bbri, bbca, bnii)

analisis fundamental sederhana: saham KONSUMER (mapi, myor, unvr, icbp, amrt, cpin, hero, mapi, cleo, ades)