terkait fundamental saham ENERGI n TAMBANG (3) (pgas, adro, indy, bumi, antm, elsa)

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak dunia yang semakin merosot mengancam kinerja sebagian emiten, khususnya yang bergelut di bisnis minyak dan gas (migas).
Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali menilai, dua emiten yang terdampak langsung penurunan harga minyak dalam jangka pendek adalah PT Elnusa Tbk (ELSA) dan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA).
Frederik mengatakan, kedua emiten ini berpotensi buntung karena aktivitas jual beli minyak mentah yang menggunakan reference price global.
“Namun bila ke depanya konsumsi kembali meningkat maka justru kedua emiten ini bisa berbalik untung karena memiliki ongkos yang rendah tetapi harga jual bisa meningkat,” terang Frederik saat dihubungi Kontan.co.id.
Untuk emiten lain yang membutuhkan minyak sebagai bahan bakar seperti emiten pelayaran dan kontraktor tambang, Frederik menilai emiten-emiten ini masih menghadapi masalah penjualan.
Dia menilai, utilisasi kapal rata-rata belum optimal sedangkan harga pelayaran juga masih terus turun. Dus, ongkos yang lebih murah pun belum bisa membuat perusahaan untung begitu saja.
“Hal kedua yang perlu diperhatikan apakah (pelemahan harga) ini sifatnya sementara. Karena kasusnya hanya produksi di Amerika Serikat (AS) yang terlalu banyak,” sambung dia.
Ke depan, jika ada keputusan untuk menurunkan produksi minyak dari OPEC+ termasuk AS dan negara lainnya, maka harga minyak mentah bisa kembali meningkat.
Sementara itu, Direktur Riset dan Investment Pilarmas Sekuritas Maximilianus Nico Demus menilai penurunan harga minyak yang berada di bawah US$ 20 per barrel membuat saham-sahan di sektor migas mengalami tekanan.
“Kekhawatiran dan kecemasan harga minyak yang masih berada di posisi terendah inilah yang membuat pelaku pasar dan investor khawatir akan menekan kinerja dari emiten dalam negeri,” ujar Nico kepada Kontan.co.id, Senin (20/4).
Nico merlihat, prospek emiten-emiten tersebut memang berkorelasi positif terhadap pergerakan harga minyak. Selama wabah virus corona belum berakhir dan dampak permintaan global belum kembali, kinerja emiten-emiten tersebut masih akan tertekan.
Nico merekomendasikan wait and see saham-saham migas sehubungan dengan rencana pertemuan dan kesepakatan OPEC dan OPEC+ yang akan memangkas tingkat produksi minyak.
Apabila harga minyak dapat distabilkan meskipun di harga rendah, maka kinerja dari emiten-emiten tersebut masih bisa terukur dengan baik.

“Namun masalahnya pertemuan dan kesepakatan pun biasanya hanya di awang-awang belaka,” tutup Nico.
🍎

Bisnis.com, JAKARTA - Lo Kheng Hong salah satu investor kawakan di Bursa Efek Indonesia terus menambah kepemilikan di PT Petrosea Tbk. (PTRO). Anak usaha PT Indika Energy Tbk. (INDY). 
Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Lo Kheng Hong, yang juga  dikenal dengan julukan Warren Buffett Indonesia itu menambah kepemilikan di Petrosea pada perdagangan Jumat (20/3/2020).
Pada hari perdagangan terakhir pada minggu ketiga ini, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup pada 4.194,94 atau menguat 89,52 poin (2,18 persen).
Saham Petrosea sendiri bergerak melemah pada sesi satu dan sempat menyentuh harga Rp860 per lembar. Namun seiring penguatan IHSG, PTRO juga dibuka menguat pada pembukaan sesi dua menjadi Rp970. Meski begitu pada penutupan hari, emiten jasa penambangan ini menutup harga per lembar saham senilai Rp905. Menguat 3,43 persen.
Dalam perdagangan itu, Lo Kheng Hong meningkatkan kepemilikan saham dari 149.301.000 lembar saham menjadi 149.631.700. Atau dengan menggunakan harga penutupan investasi Lo Kheng Hong di Petrosea naik dari Rp135,11 miliar menjadi Rp135,41 miliar.
Dengan penambahan ini maka persentase kepemilikan Lo Kheng Hong di Petrosea meningkat dari 14,74 persen per 29 Februari 2020, menjadi 14,80 persen pada pertengahan Maret lalu naik lagi menjadi Rp14,84 persen.
Pada 2019, PT Petrosea Tbk., emiten konstruksi pertambangan anak usaha dalam PT Indika Energy Tbk. (INDY) ini, mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 2,30 persen pada 2019.
Pada periode itu, lini bisnis kontraktor pertambangan menjadi pendorong utama tumbuhnya pendapatan sebesar 2,30 persen ke posisi US$465,74 juta.
Dalam kesempatan terpisah, Head of Corporate Secretary Petrosea Anto Broto menyampaikan bisnis kontraktor pertambangan menyumbang US$287,0 juta pendapatan perusahaan. Jumlah ini naik 8,51 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$264,52 juta. Bisnis ini berkontribusi atas 60,25 persen dari total pendapatan.
“Naiknya segmen kontraktor tambang karena proyek Kideco Jaya Agung menaikkan aktivitas tambangnya yang berkontribusi sebesar US$125,98 juta atau 43,98 persen dari pendapatan segmen ini,” katanya melalui keterangan tertulis (20/3/2020).
Sepanjang tahun lalu PTRO itu mencatatkan volume pengupasan lapisan tanah sebesar 123,49 juta bank cubic meter [bcm]. Jumlah itu naik 1,90 persen dari posisi tahun sebelumnya 121,19 juta bcm.
Namun, total produksi batu bara perseroan turun 10,61 persen dari posisi 34,60 juta ton menjadi 30,93 juta ton.
Selain itu, segmen bisnis logistic PTRO juga menunjukkan peningkatan pendapatan sebesar 30,21 persen ke level US$88,92 juta dari posisi tahun lalu US$68,29 juta. Lini bisnis ini menyumbang 18,66 persen dari total pendapatan. Peningkatnya segmen ini didorong oleh entitas usaha PT Kuala Pelabuhan Indonesia US$41,79 juta dan Petrosea Offshore Supply Base (POSB) sebesar US$47,10 juta.

Di sisi lain, segmen bisnis rekayasa dan konstruksi menyumbang US$97,66 juta turun 25,04 persen dari posisi sebelumnya US$130,28 juta. Segmen ini menyumbang 20,50 persen dari total pendapatan. Proyek The Leeve menyumbang US$55,69 juta atau 57,02 persen dari segmen tersebut.
🍓


JAKARTA, investor.id - Adaro Energy Tbk (ADRO) merupakan produsen batu bara terbesar kedua di Indonesia, setelah PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Perseroan juga tercatat sebagai produsen batu bara terbesar kedua dari sisi total cadangan yang mencapai 13,6 miliar ton hingga akhir 2018. 
Adaro awalnya merupakan anak usaha badan usaha milik negara Spanyol, Enadimsa, untuk melakukan eksplorasi batu bara di Kalimantan Selatan. Enadimsa melakukan eksplorasi lewat entitas anak usaha bernama Adaro Indonesia di pedalaman Kalimantan yang dipenuhi rawa-rawa. Perusahaan Spanyol itu memilih nama Adaro untuk menghormati keluarga Adaro yang berperan besar dalam kegiatan pertambangan di Negeri Matador. 
Kini, lepas dari Enadimsa, Adaro telah memiliki sejumlah area pertambangan yang terletak di sejumlah daerah di Indonesia. Bahkan, perseroan telah memiliki tambang batu bara di Australia. Beberapa anak usaha perseroan, yaitu PT Adaro Indonesia, memproduksi dan menjual batu bara masing-masing dengan volume sebanyak 51,64 juta ton dan 56,67 juta ton pada 2019. 
Sedangkan pengupasan lapisan penutup Adaro Indonesia tahun 2019 mencapai 246,51 Mbcm. Perseroan juga memiliki Balangan Coal Companies yang memproduksi sebanyak 5 juta ton batu bara pada 2019. Total pengupasan lapisan penutup tambang ini mencapai 15,44 Mbcm. 
Perseroan juga memiliki Adaro MetCoal Companies (AMC) yang memproduksi sebanyak 1,09 juta ton batu bara tahun 2019 yang berasal dari kedua konsesinya Maruwai dan Lahai. AMC merampungkan kegiatan produksi batu bara kokas semi lunak dari Lahai dan memulai produksi dari konsesi di Maruwai pada 4Q19. AMC mencatat kemajuan yang signifikan dalam eksekusi proyek Maruwai dan mencapai kesiapan operasi untuk pengembangan tambang berkapasitas 3 juta per tahun. Maruwai memproduksi batu bara kokas keras dengan volatilitas medium yang memiliki kualitas premium dengan kandungan abu dan fosfor yang sangat rendah.  
Perseroan juga tercatat sebagai pemegang saham Kestrel Coal yang mencatatkan produksi batu bara sebanyak 6,76 juta ton pada 2019. Kestrel juga dapat mencatat rekor tertinggi volume penambangan batu bara run-of-mine (ROM) dalam tambang bawah tanah. Adaro tercatat sebagai pemegang 47,99% saham Kestrel Coal Resources Pty Ltd. Volume produksi yang dapat dijual pada tahun 2020 diperkirakan akan mencapai sekitar 7,2 Mt. Sementara itu, manajemen perseroan menyebutkan bahwa Adaro Energy berhasil meningkatkan kinerja keselamatan dengan mencatat delapan lost time injury (LTI) untuk seluruh operasi Grup Adaro sepanjang 2019. Lost time injury frequency rate (LTIFR) perseroan mencapai 0,06 untuk tahun 2019 atau lebih baik dibandingkan 0,13 pada 2018. Severity rate (SR) perseroan tahun lalu mencapai 5,46 dibandingkan 108,36 pada 2018. Perseroan juga mencatat Tidak terjadi fatalitas di Grup Adaro pada tahun 2019 (zero fatality). Hal ini sangat menggembirakan dan perusahaan akan terus berupaya meningkatkan kinerja keselamatan melalui implementasi program Adaro Zero Accident Mindset (a-ZAM) di seluruh jajaran anak perusahaan Grup Adaro. 
Sumber : Investor Daily

Artikel ini telah tayang di Investor.id dengan judul "Menembus Rawa Kalimantan, Menjelajahi Australia"
Penulis: Parluhutan Situmorang
Read more at: https://investor.id/market-and-corporate/menembus-rawa-kalimantan-menjelajahi-australia


🍉

JAKARTA,Investor.i – PT Indika Energy Tbk (INDY) menargetkan kontribusi laba bersih dari bisnis non batubara bisa mencapai 25% pada 2023. Hal ini akan digapai dengan melanjutkan ekspansi ke bisnis di luar batubara. Head of Corporate Communications Indika Energy Leonardus Herwindo mengatakan, pengembangan bisnis di luar batubara akan dilakukan dengan melanjutkan proyek yang sudah ada. Perseroan akan melanjutkan pembangunan tangki penampung bahan bakar di Kariangau, Kalimantan Timur yang ditargetkan selesai pada semester II-2020. 
"Selain itu, kami juga akan melanjutkan aktivitas pembangunan Proyek Awak Mas, proyek penambangan emas di Sulawesi Selatan," ujar dia kepada Investor Daily, Selasa (10/12). 
Di luar kedua bisnis tersebut, perseroan akan terus melihat perkembangan dan kesempatan usaha di sektor non-batubara. 
Adapun sektor yang akan dibidik adalah bidang yang masih berhubungan dengan sektor energi dan pertambangan. 
Sementara itu, Indika sebelumnya melakukan penyertaan modal sebesar US$ 40 juta di proyek penambangan emas milik anak usaha Nusantara Resources Limited (Nusantara). Sekretaris Perusahaan Indika Energy Adi Pramono menjelaskan, Indika Energy akan melakukan penyertaan modal sebesar 25% saham di Masmindo dengan nilai penyertaan US$ 15 juta pada tahap pertama. Kemudian pada tahap kedua, setelah perseroan memenuhi prasyarat di dalam term sheet, Indika Energy berhak untuk menambah penyertaan sebesar 15% saham atau dengan nilai US$ 25 juta. Nusantara merupakan salah satu anak usaha Indika Energy. 
Sebelumnya, Indika membeli 177.389 saham di Nusantara senilai AU$ 0,29 per saham atau dengan nilai total AU$ 51.442,81 (Rp 492,8 juta). Hal ini dilakukan untuk mempertahankan kepemilikan saham di Nusantara pasca penerbitan saham baru. Disebutkan, pada 4 November 2019, NUS mendapatkan haknya untuk menghapuskan perjanjian royalti dengan pihak ketiga, Vista Gold Corp. "Ketentuan material dari perjanjian tersebut meliputi pembayaran sejumlah nilai kompensasi dan penerbitan 666.667 saham baru di Nusantara," ungkap manajemen. 
Sumber : Investor Daily

Artikel ini telah tayang di Investor.id dengan judul "Indika Bidik Kenaikan Kontribusi Laba dari Bisnis Non-batubara"
Penulis: Gita Rossiana
Read more at: https://investor.id/market-and-corporate/indika-bidik-kenaikan-kontribusi-laba-dari-bisnis-nonbatubara



🍑

Bisnis.com, JAKARTA — PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGN) menyiapkan investasi senilai US$70 juta—US$100 juta untuk memuluskan langkah anak usahanya, PT Saka Energi Indonesia, mengakuisisi blok minyak dan gas bumi di dalam negeri.
Direktur Keuangan PGN Arie Nobelta Kaban mengatakan dari anggaran belanja modal (capital expenditure/capex) perseroan senilai US$700 juta pada tahun depan, US$280 juta disiapkan untuk Saka Energi.
"Untuk akuisisi sekitar US$70 juta—US$100 juta, sisanya untuk pengembangan Blok Pangkah," katanya, Senin (10/12/2019).
Menurutnya, akuisisi blok migas diarahkan yang ada di wilayah Indonesia. Untuk spesifikasinya, Arie mengatakan wilayah kerja yang diincar adalah blok produksi.
Sayangnya, Arie tidak menjelaskan lebih dalam mengenai kandidat blok migas yang akan diakuisisi. "Akuisisi di Indonesia saja, tapi masih kami evaluasi," tambahnya.
Terpisah, Direktur Utama Saka Energi Nofriadi mengamini pihaknya tidak mencari blok eksplorasi. Menurutnya, akuisisi dilakukan untuk memperkuat kinerja hulu Saka Energi.
"Blok yang mengarah ke produksi, bukan yang eksplorasi. Belum bisa disampaikan dulu [kandidat]," katanya.
Akuisisi blok migas menjadi penting, untuk mendongkrak produksi migas perusahaannya hingga menjadi 50.000 barel setara minyak per hari (barrel oil equivalent per day/boepd) pada 2024.

Terkait Blok Pangkah, Saka Energi belum lama ini telah meneken kontrak kerja sama bagi hasil (production sharing contract/PSC) untuk 20 tahun mulai 8 Mei 2026.
🍉

Bisnis.com, JAKARTA — PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk. menyiapkan belanja modal senilai US$400 juta untuk pengerjaan proyek penggantian pipa Rokan di Riau yang dikerjakan oleh anak usahanya, PT Pertagas, pada 2020. 
Direktur Utama PGN Gigih Prakoso mengatakan pada tahun depan perseroan menyiapkan investasi (capex) senilai US$700 juta. Dana investasi disiapkan untuk melanjutkan pembangunan infrastruktur jaringan pipa, termasuk proyek penggantian pipa Rokan. 
Adapun PGN tahun ini menggelontorkan dana sekitar US$500 juta untuk kebutuhan investasi, yang separuhnya dialokasikan untuk kebutuhan Saka Energi senilai US$250 juta. 
Dengan begitu, belanja modal (capex) emiten dengan kode saham PGAS untuk 2020 meningkat 40% dibandingkan dengan tahun ini. Menurutnya, tambahan belanja modal PGN juga berkembang pesat karena adanya proyek-proyek yang dikerjakan oleh Pertagas. 
Gigih menyebut Pertagas akan mulai mengerjakan proyek pipa Rokan. “Pipa Rokan kan multiyears. Itu memakan waktu 2–3 tahun. Biaya totalnya US$400 juta,” katanya, baru-baru ini. 
Selain pipa Rokan, investasi itu juga disiapkan untuk proyek jaringan gas rumah tangga dan Saka Energi. “t\Tahun depan US$700 juta—US$1 miliar, sudah termasuk [proyek] jargas dan Saka. Saka tahun ini kan dapat US$250 juta, 2020 ya sekitar US$300 juta lah,” kata Gigih. 
Terpisah, Direktur Utama Pertagas Wiko Megantoro mengatakan investasi pipa Rokan mendesak, mengingat pada 2021 diwajibkan selesai. “Iya, target Agustus 2021,” katanya. 
Penggantian pipa yang digunakan untuk mengalirkan minyak dari lapangan hingga terminal pengumpul dianggap mendesak mengingat usia sudah sekitar 60 tahun. Saat ini, pipa dengan panjang 200 kilometer (km) berukuran 30 inci terbentang dari Minas, melewati Duri dan Dumai. 
Selain pipa Rokan, Wiko menambahkan pihaknya juga menyiapkan anggaran untuk pembangunan pipa Kuala Tanjung, dan penyelesaian pembangunan pipa distribusi Gresik—Semarang. “Penyelesaian ruas Gresik, kecil saja [investasinya],” tambahnya.
🍇

Comments

Popular posts from this blog

onlineisasi-digitalisasi (5)

terkait perbankan (bbri, bbca, bnii)

analisis fundamental sederhana: saham KONSUMER (mapi, myor, unvr, icbp, amrt, cpin, hero, mapi, cleo, ades)