RISIKO pasar modal (3): JO malah tetap INVES lah
PDB Indonesia tumbuh TINGGI, asienK lirik TUHMenko Airlangga: Investor dan Otoritas Bursa Jadi Bagian Penting Pemulihan Ekonomi
SIKAP GA MO PUZINK
mnurut pengamatan JO banyak investor n calon investor saham JLAS SEKALE ga mo pusing.
itu hak mreka seh.
tapi FAKTANYA, akhirnya MREKA PUZINK lah.
karna maen saham itu bisa memuzingkan kalo DIBEBANI TARGET IMBAL HASIL.
d maen saham jlas TAK ADA KEPASTIAN IMBAL HASIL.
jadi BERLAWANAN FAKTA: sikap ga mo puzing VERSUS fakta imbal hasil YANG TAK PASTI.
ini risiko pasar saham. d mana-mana SLALU bgitu.
Dana dah ada, tapi CARA MAEN SAHAM BLOM PUNYA.
Blajar dulu lah si JO ini.
JO emang dah punya ilmu psikologi (pengalaman psikologis juga punya) n ilmu keuangan (studi MBA), tapi ITU TAK CUKUP untuk MENJADI RESPONSIF n ANTISIPATIF dalam BERMAEN SAHAM.
Ilmu psikologi n ilmu keuangan yang JO punya bisa jadi CUMA SKADAR PAJANGAN.
Namun dengan SADAR JO menerapkan ilmu2 tersebut dalam kehidupan keluarga sehari-hari, mulai dari masa lalu, masa kini, n s/d k masa depan.
Pengalaman penerapan (implementasi) ilmu psikologi n ilmu keuangan itu dalam kehidupan sehari-hari itu lah yang mnolong JO n keluarga menjalani khidupan lebe sejahtera.
Kesejahteraan keluarga BUKAN TITIPAN SEMATA. Kesejahteraan keluarga BUKAN BERKAT smata. Kesejahteraan kluarga sbuah INTERAKSI antara implementasi ILMU (talenta) yang diplajari n berkat serta titipan yang JO punya.
Skale lage: ksejahteraan kluarga bukan skadar TITIPAN, BERKAT, tapi LEBE DARI SEMUA ITU: juga INTERAKSI antara implementasi ILMU dan titipan/berkat.
Interaksi implementasi ILMU n titipan/berkat itu merupakan hasil sikap RESPONSIF n ANTISIPATIF.
Responsif d maen saham itu maksudnya dengan SADAR MENANGGAPI risiko maen saham.
Antisipatif d maen saham itu maksudnya dengan AKTIF BERUSAHA agar masa depan maen saham itu SESUAI DENGAN MAKNA n TUJUAN Maen Saham: BERUNTUNG n BERLABA.
Makna maen saham itu baru JLAS signifikan jika JO BERUNTUNG (luck).
Tujuan maen saham itu baru JLAS terejawantahkan jika JO BERLABA (profiting).
S/D hari ini JO mase beruntung n berlaba. Bahkan berguna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Tentu aza ada relativitas tingkat keberuntungan n keberlabaan. Stidaknya bisa juga menopang kehidupan kluarga yang punya KEPENTINGAN MASA DEPAN yang lebe BAGUS.
Bgitu.
FAKTA UTAMA: tidak ada tuh TANPA PUSING sama skale. Ayo buktikan sendiri lah!
Tren Portofolio:
jlas tren ihsg tak sparah indeks amrik (Dow Jones Industrial Averages), jepun (Nikkei 225), n uk (FTSE). malah di Desember 2018, ihsg bertren jauh di atas tren indeks dow, n225 n ftse. Fakta ini menunjukkan bahwa ihsg tak tergantung @ tren indeks GLOBAL. windows dressing n kondisi ekonomi domestik jauh lebe mendorong tren ihsg, daripada tren ekonomi global, yang penuh ketakpastian.
neh JO inves LAWAN RISIKO PASAR MODAL n SUKSES :
JO sudah mempublikasikan buku karangan JO: Berbagi Hasrat @ Dasar Trading Saham oleh JO. Ditawarkan model belajar aktif dari buku tersebut kepada siapa pun yang berminat menjadi Trader Saham Mandiri. Tidak bergantung pada robot, melainkan pada manusia, yaitu diri sendiri serta komunitas, yang cara pandang @ pasar sahamnya berbeda daripada komunitas maen saham laennya.
Biaya les Trading Saham: Buku + Diskusi Isi Buku (2 jam diskusi 10 pertanyaan oleh pembeli buku) : Rp 100.000,- (sila SMS ke no. hp. JO : sila tinggalkan pesan, bole k https://twitter.com/JonatanOswari).
🍉
JAKARTA, investor.id – Indeks harga saham gabungan (IHSG) diprediksi kembali mencapai level di atas 6.300 dalam 1,5-2 tahun mendatang. Sedangkan pergerakan indeks saat ini masih bergejolak akibat pandemi Covid-19. Guru Besar Keuangan dan Pasar Modal Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) Budi Frensidy mengatakan, IHSG diperkirakan tidak kembali ke level sebelum pandemi Covid-19 dalam waktu dekat. "IHSG saat ini memang di atas 5.000, namun kurang realistis bagi indeks kembali ke 6.300 seperti di awal tahun dalam waktu dekat," kata dia dalam acara Webinar Financial Sector: Membangun Kepercayaan di Industri Pasar Modal di Tengah Covid-19, di Jakarta, Selasa (28/7). Dari sisi makro ekonomi, dia mengatakan, pemerintah kini masih melonggarkan defisit Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dari batas 3%. Hal ini dilakukan karena pemerintah melihat kondisi akan kembali normal, seperti sebelum pandemi Covid-19 pada 2023. Sementara itu, sebelum kondisi kembali normal, indeks saham masih tercatat negatif pada kuartal II-2020. Kondisi ini diperkirakan akan berlanjut pada kuartal III-2020, karena tren yang terjadi pada Agustus 2020, indeks saham selalu mengalami penurunan. "Ditambah, kinerja keuangan korporasi diperkirakan mengalami penurunan hingga akhir tahun ini dengan laba diproyeksi turun rata-rata 20-40%, walaupun kinerja pada kuartal I-2020 tercatat naik," tutur Budi. Sementara itu, Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG memang tercatat menurun akibat pandemi Covid-19. Sampai dengan 24 Juli 2020, IHSG tercatat menurun 19,31%. Penurunan ini diikuti penurunan kapitalisasi pasar sebesar Rp 1.374 triliun. Second Crash Selain mengantisipasi risiko penurunan indeks, pemodal diharapkan untuk siap mengantisipasi potensi munculnya keruntuhan kedua (second crash) di pasar modal tahun ini. Direktur Pengembangan BEI Hasan Fawzi mengatakan, second crash sangat mungkin terjadi. Hal ini dikarenakan sulitnya untuk menebak pergerakan indeks ke depan. Kendati demikian, sebagai otoritas bursa, Hasan mengingatkan investor untuk mencermati kegiatan investasi yang dilakukan dengan menyesuaikan kepada tujuan investasi dan juga kondisi emiten, tempat melakukan investasi. "Sebagian perusahaan memang ada yang tahan terhadap dampak krisis dari pandemi Covid-19, namun juga ada sebagian saham atau perusahaan yang tidak bisa melewatinya, sehingga tolong berinvestasi dengan tetap mengikuti perkembangan aspek fundamental dari masih-masing saham," jelas dia. Hasan menyebutkan setidaknya ada tiga sektor saham yang defensif saat IHSG mengalami volatilitas, yaitu sektor basic industry and chemicals, consumer goods dan sektor finance, terutama perbankan. Lebih lanju Direktur Anugerah Investama Sekuritas Hans Kwee mengatakan, kerusakan ekonomi bisa terjadi bukan karena wabah yang ada saat ini, namun karena kebijakan lockdown pemerintah yang ketat. Apabila pemerintah memberlakukan lockdown secara parsial, perekonomian masih bergerak. "Sama halnya juga dengan potensi terjadi second crash yang sangat tergantung kebijakan pemerintah dalam mengatasi pandemi. Kalau pemerintah memberlakukan lockdown secara ketat, maka mungkin pasar akan turun karena diikuti data perekonomian yang buruk," ujar dia.
Artikel ini telah tayang di Investor.id dengan judul "Kapan IHSG Tembus Kembali Level 6.300? Guru Besar Pasar Modal Bicara!"
Read more at: http://brt.st/6G4G
🍐
JAKARTA
Tidak saja terjadi pada Indofarma dan Kimia Farma, saham-saham emiten farmasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) lainnya pun mendadak kejatuhan cuan karena mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Hal tersebut diungkapkan Head of Research MNC Sekuritas Edwin Sebayang.
🍒
Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. Jahja Setiaatmadja angkat bicara mengenai aksinya melepas saham perseroan di kisaran harga Rp31.000 per saham pada 9 Juli - 10 Juli 2020.
Jahja mengatakan aksi melepas saham itu merupakan transaksi biasa seperti yang dilakukan para investor. Aksi tersebut merupakan bagian dari diversifikasi portofolio investasi.
Seperti ungkapan yang populer di kalangan investor bahwa jangan menaruh telur dalam satu keranjang, Jahja pun melepas saham BBCA untuk diversifikasi ke produk investasi lain.
"Ada istilah kalau investor, telur jangan ditaruh di satu keranjang. Harus pilah-pilah. Kalau ada saham BCA, ada saatnya jual, investasi yang lain," katanya dalam diskusi online, Senin (13/7/2020).
Dirinya mengaku juga membeli surat berharga negara (SBN) karena return-nya yang menarik. Meski begitu, dia juga menyebutkan diversifikasi bisa saja ke reksadana maupun saham properti.
Oleh karena itu, dia menegaskan tidak ada alasan khusus mengenai pelepasan saham BCA yang dia miliki akhir-akhir ini, selain untuk divestasi investasi.
"SBN dibeli karena menarik, saya beli SBN. Mau ke reksadana, saham properti, bebas saja. Enggak ada apa-apa [jual saham BCA]," imbuhnya.
Berdasarkan keterbukaan informasi di BEI, Jahja melepas 100.000 lembar saham perseroan di kisaran harga Rp31.000 per saham pada 9 Juli - 10 Juli 2020.
Secara rinci, Jahja melepas 50.000 lembar saham BBCA dengan harga penjualan Rp31.050 per saham. Transaksi itu dilakukan pada 9 Juli 2020 dengan status kepemilikan langsung.
Dia kembali melepas 25.000 lembar saham perseroan dengan harga Rp31.100 per saham. Transaksi itu dilakukan pada 10 Juli 2020 dengan status kepemilikan langsung.
Pada hari yang sama, Jahja kembali melepas 25.000 lembar saham dengan harga penjualan Rp31.125 per saham. Dengan begitu, jumlah saham yang dimiliki setelah transaksi tersebut sebanyak 8,005 juta lembar saham.
🍊
Bisnis.com
Dalam riset yang dikutip melalui Bloomberg Minggu (12/7/2020), J.P. Morgan meminta analis ekuitasnya untuk memilih saham-saham terbaik di kawasan Asean. Ada 12 emiten yang tersebar ke dalam 12 kategori sektor atau negara.
Untuk periode Juli 2020, J.P. Morgan telah menambahkan tiga emiten asal Indonesia ke dalam daftar pilihan saham dengan tingkat keyakinan tinggi atau high-conviction picks yakni PT Astra International Tbk. (
ASII masuk ke daftar high-conviction picks J.P. Morgan untuk untuk kategori negara Indonesia. Tim analis memberikan rekomendasi
J.P Morgan memproyeksikan return on equity (ROE) akan berada di bawah pada tahun ini dan kembali pulih tahun depan seiring dengan kinerja yang lebih baik dari lini bisnis keuangan. Selain itu, kinerja ASII diprediksi membentuk pola V dalam bisnis manufaktur didorong oleh pasar ekspor.
“Posisi keuangan ASII yang kuat untuk menghadapi pandemi Covid-19," tulis Tim J.P Morgan melalui riset yang dikutip, Minggu (12/7/2020).
Untuk kategori konsumer, gim, dan layanan kesehatan di kawasan Asean, J.P. Morgan memilih saham ACES. Perseroan diperkirakan akan merealisasikan pemulihan berbentuk V dalam same store sales growth (SSSG) pada kuartal IV/2020.
J.P Morgan menyebut ACES akan mendapat keuntungan dari konsolidasi pangsa pasar toko-toko yang sedang berkembang. Selain itu, diperkirakan terjadi peningkatan keseluruhan pengeluaran perbaikan rumah pasca Covid-19.
“Kami juga menyukai bisnis ROE ACES yang tinggi karena perusahaan terus membayar dividen dan mendanai capital expenditure sepenuhnya oleh arus kas internal,” ujar Tim J.P. Morgan.
Emiten terakhir asal Indonesia yang juga masuk high-conviction picks J.P. Morgan periode Juli 2020 yakni UNTR. Harga saham perseroan saat ini disebut telah memperhitungkan sebagian besar sentimen negatif.
J.P Morgan menyebut kontribusi pendapatan divisi emas UNTR tengah berkembang. Langkah itu sebagai diversifikasi risiko dari bisnis batu bara dan sebagai lindung nilai atau hedging di tengah krisis Covid-19.
“UNTR juga akan mendapat manfaat operasional dari tren nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap rupiah yang kuat karena 100 persen Penghasilan dalam dolar Amerika Serikat,” tulis Tim J.P Morgan.
🍊
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat sebesar 1,42% dalam seminggu terakhir. Pada perdagangan Jumat(3/7), IHSG ditutup di level 4.973.794. Meskipun demikian, dalam sepekan investor asing masih mencatat net sell sebesar Rp 1,59 triliun di seluruh pasar.
Jika melihat data RTI, investor asing paling banyak melepas saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). Dalam sepekan, asing mencatat net sell sebesar Rp 513,39 miliar di saham BBRI.
Pada perdagangan Jumat (3/7) saham BBRI ditutup di level Rp 3.050 per saham. Selama sepekan saham BBRI juga tercatat ditransaksikan sebanyak 803,47 juta dengan nilai transaksi Rp 2,45 triliun.
Baca Juga: Meski ada net sell Rp 1,59 triliun, saham-saham ini diborong asing di pekan lalu
Kedua, saham yang paling banyak dijual asing adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) Rp 348,5 miliar. Saham TLKM tercatat melemah 2,19% dalam sepekan.
Pada penutupan perdagangan Jumat saham TLKM berada di level Rp 3.120 per saham. Selama sepakan, saham TLKM ditransaksikan sebanyak 876,55 juta dengan nilai Rp 2,69 triliun.
Selain itu, investor asing juga mencatat net sell terhadap saham PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) Rp 122,88 miliar. Saham MNCN tercatat melemah 3,17% dalam sepakan dan ditutup pada harga Rp 915 pada hari Jumat. Total transaksi saham MNCN mencapai 466,85 juta dengan nilai transaksi Rp 426,82 miliar.
Baca Juga: Ini 10 saham paling banyak dilepas asing dalam sepekan, BBRI dan TLKM teratas
Selanjutnya ada saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang juga masuk dalam jajaran saham paling banyak dilepas asing. Total net sell asing pada saham BMRI Rp 105,07 miliar dalam sepekan. Meski demikian harga saham BMRI relatif terjaga di level Rp 5.000 per saham pada penutupan perdagangan Jumat.
Kemudian, investor asing juga tercatat melego saham PT Astra International Tbk (ASII) Rp 93,76 miliar. Dalam sepekan harga saham ASII turun 1,02% dan ditutup pada level Rp 4.850 pada perdagangan hari Jumat.
Head of Research Analyst FAC Sekuritas Wisnu Prambudi Wibowo menyampaikan, dari sejumlah saham yang paling banyak dijual asing ada saham TLKM dan BBRI yang menarik untuk dicermati.
Ia bilang, salah satu faktor investor asing melepas saham TLKM lantaran masa bagi dividen telah usai atau telah masuk masa ex date. Wisnu menilai TLKM memiliki prospek yang baik untuk ke depannya. TLKM juga merupakan market leader operator telekomunikasi yang lain.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal pertama tahun ini, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp 5,86 triliun atau menyusut 5,8% bila dibandingkan dengan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 6,22 triliun.
Sedangkan dari sisi topline, emiten pelat merah ini mengantongi pendapatan senilai Rp 34,19 triliun, turun tipis 1,86% year-on-year (yoy) dari periode sebelumnya yang mencapai Rp 34,84 triliun. Sejalan dengan inovasi digitalnya, Wisnu memprediksi bisnis TLKM masih memiliki potensi untuk terus bertumbuh ke depannya.
Pun untuk BBRI, menurutnya BBRI masih menarik untuk jangka panjang meski pada tahun ini memiliki tantangan yang cukup besar.
Baca Juga: Naik 1,42% dalam sepekan, berikut faktor pendorong kenaikan IHSG
"Terutama pada tahun ini terkait dengan kredit macetnya, namun dalam jangka panjang kredit mikro masih menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan, yang mana BBRI banyak menyalurkan pinjaman ke segmen ini, jadi untuk jangka panjang masih menarik sekali," papar Wisnu, Minggu (5/7).
Ia merekomendasikan pelaku pasar untuk dapat mengakumulasi saham TLKM dan BBRI secara bertahap. Wisnu memasang target jangka panjang atau di atas satu tahun untuk saham TLKM dengan target harga Rp 4.000 dan BBRI ke Rp 3.500 hingga Rp 4.000.
🍊
JAKARTA, investor.id -- Pemerintah resmi memberikan potongan tarif pajak penghasilan (PPh) badan sebesar 3% kepada wajib pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka (emiten). Ketentuan mengenai diskon tarif ini diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 30 Tahun 2020 tentang Penurunan Tarif Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang Berbentuk Perseroan Terbuka yang mulai diundangkan pada 19 Juni 2020. Direktur Eksekutif Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) Samsul Hidayat menyambut baik atas kebijakan pemerintah yang menurunkan tarif pajak penghasilan (PPh) badan menjadi 3% dalam negeri untuk perusahaan terbuka. Dia mengungkapkan, kebijakan tersebut akan memberikan dampak positif bagi kemampuan emiten untuk bersaing. “Saya kira, kebijakan ini sangat baik untuk memperkuat daya saing dunia usaha,” ujar Samsul kepada Investor Daily, Jumat (26/6). Direktur Eksekutif Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) Samsul Hidayat Kalbe Farma Vidjongtius juga menyatakan pendapat yang sama, bahwa kebijakan penurunan PPh badan akan membawa dampak yang positif bagi emiten. Pasalnya, sebelum adanya kebijakan tersebut tarif pajak yang dikenakan kepada perusahaan terbuka sebesar 22%, maka dengan turun 3% lagi, tarif pajak PPh badan menjadi sebesar 19%. “Bagi perusahaan Tbk yang kepemilikan publik di atas 40% adalah penurunan, karena sebelumnya adalah 5% (25%-5% menjadi 20%) sekarang jadi 3% (22%-3% menjadi 19%) jadi netonya turun 1%, dampak positif ke perusahaan ada, tapi relatif kecil,” jelas Vidjongtius. Dirut Kalbe Farma Vidjongtius Vidjongtius menambahkan, dengan tarif pajak yang lebih rendah, dapat mendorong bertambahnya laba bersih perseroan untuk ke depannya. “Karena tarif lebih rendah maka net profit akan bertambah,” ujarnya. PT Ciputra Development Tbk (CTRA) memiliki jumlah keseluruhan saham yang diperdagangkan atau dimiliki oleh masyarakat sejumlah 47,1%. Meskipun demikian, perseroan tidak bisa menikmati insentif yang diberikan oleh pemerintah tersebut. “Kita di perusahaan properti ini terkena pajak final, sehingga kami tidak menikmati insentif yang diberikan dari pemerintah tersebut,” ujar Direktur Ciputra Development Tulus Santoso kepada Investor Daily di Jakarta, Jumat (26/6). Direktur Ciputra Development Tulus Santoso Dengan demikian, Tulus Santoso berpendapat bahwa PP 30/2020 tersebut tidak mempengaruhi sama sekali terhadap emiten yang bergerak di bidang usaha utama developer dan pembangunan real estate ini. Sementara itu, Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang menilai, secara ideal penurunan tarif PPh bagi wajib pajak badan perusahaan terbuka atau emiten sebesar 3% yang diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 30 Tahun 2020 tersebut sangat bagus. “Kalau tanggapan dari beberapa emiten, secara ideal insentif tersebut bagus, karena insentif ini akan membuat ada uang lebih bagi investor untuk dialihkan misalnya ke capex (capital expenditure) atau lainnya. Namun, kalau menurut saya pribadi, pemotongan sebesar 3% itu masih kurang greget, paling tidak minimal 5% untuk tahun 2020 dan 2021, lalu tahun 2022 diskon hingga 8%. Itu baru kelihatan nendang,” kata dia kepada Investor Daily, Jumat (26/6). Pasalnya, kata dia, ada tanggapan dari beberapa emiten, karena tidak semua emiten mau membagi kepemilikan saham mereka kepada publik. Ada emiten yang hanya mau strategic partnership, misalnya Sampoerna yang untung terus, sehingga pemegang saham tidak mau berbagi. “Itu mungkin juga terjadi pada perusahaan-perusahaan yang berkinerja bagus, kemampuan mencetak labanya tinggi sehingga nanti bisa mendapat dividen. Sebab, ini kan persyaratan minimalnya harus 40% saham disetor dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Saya bisa melihat kenapa harus 40%, karena sebetulnya ini bisa membuat pasar menjadi likuid, jadi itu diutamakan kepada perusahaan/emiten yang likuid. Semakin likuid, dampaknya bisa menarik investor lokal dan luar untuk masuk,” kata dia. Edwin Sebayang. Sumber: BSTV Edwin juga mengatakan, pemotongan PPh badan emiten ini juga dapat mendorong perusahaan yang mau go public untuk segera melakukan initial public offering (IPO). “Jadi ini bukan hanya bermanfaat bagi perusahaan terbuka atau emiten, tetapi juga buat perusahaan yang mau go public,” jelas dia. Dengan demikian, dia menilai cakupan dari pemotongan pajak ini cukup luas. Tapi, ini juga harus tetap diimbangi dengan dorongan dari otoritas bursa ke perusahaan yang mau IPO. Misalnya mempermudah administrasi bagi yang mau IPO. “Jadi kebijakan insentif pajak ini harus dilakukan dalam satu paket, tidak hanya pemotongan pajak saja. Perlu ada kolaborasi pemerintah dengan otoritas bursa,” tambah dia. Meski demikian, menurut Edwin, paling tidak sudah ada willingness dari pemerintah untuk membuat market semakin likuid dan berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi. “Kalau mau nendang memang seperti kebijakan Donald Trump di Amerika Serikat, yang memberi diskon hingga 15%. Kalau seperti itu, maka akan money inflow yang besar, dan penyerapan tenaga kerja tinggi,” kata Edwin. Sementara itu, pengamat pajak Darussalam menjelaskan, penurunan tarif pada perusahaan terbuka atau emiten tersebut tentu tidak bisa dilepaskan dari upaya pemerintah untuk memberikan keringanan serta menjaga stabilitas keuangan di masa pandemi dan ke depan. Pengamat pajak Danny Darussalam. Foto: pajak.go.id “Mengenai efektivitasnya, kita juga perlu melihatnya dalam bingkai yang lebih luas yaitu dilakukan bersamaan dengan insentif pajak lainnya semisal pengurangan angsuran PPh Pasal 25, PPh Pasal 21 DTP, dan sebagainya. Saya pikir dalam pemberian insentif, termasuk penurunan tarif, sangat mengurangi struktur biaya sekaligus meningkatkan cash flow perusahaan,” jela dia. Di sisi lain, kata Darussalam, hal yang lebih penting adalah memberikan sentimen positif bagi pasar modal, dan ini merupakan hal yang baik. “Dengan kinerja pasar keuangan yang stabil, akan memberikan alternatif untuk perilaku masyarakat untuk mengakumulasi investasi. Secara tidak langsung hal ini juga turut membantu pemulihan ekonomi,” jelas dia. (ts/th) Sumber : Investor Daily
Artikel ini telah tayang di Investor.id dengan judul "Potongan PPh Badan 3% bagi Emiten Disambut Positif"
Penulis: Thereis Kalla/Nabil Alfaruq
Read more at: http://brt.st/6DDS
🍇
JAKARTA, Investor.id – Tingginya faktor ketidakpastian membuat harga saham bergerak seperti roll coaster, dengan volatilitas sangat tinggi. Tarik menarik antara sentimen positif terkait ekspektasi pemulihan ekonomi cepat yang didorong stimulus, mendapat perlawanan dari sentimen negatif yakni ancaman gelombang kedua Covid-19. Dominasi sentimen negatif saat ini lebih kuat karena tidak menutup kemungkinan banyak bisnis secara sukarela akan kembali menutup gerainya, seperti yang dilakukan Apple. Federal Reserve pun memberi sinyal bahwa pemulihan ekonomi akan menempuh "jalan panjang" karena lonjakan infeksi baru virus. Mantan Dirut PT Bursa Efek Jakarta, Hasan Zein Mahmud, memberikan tujuh tips dalam mengelola portfolio (saham) di era new normal dalam diskusi tentang "Capital Market in the New Normal Era". Talkshow virtual itu diselenggarakan oleh Ikatan Dosen Pasar Modal Indonesia (IDPMI) dan Investa, akhir pekan. Berikut tips pragmatis mengelola portfolio saham ala Hasan Zein Mahmud. 1. Saat ini ada divergensi yang lebar antara sektor riil dan sektor keuangan. Ekonomi dunia diperkirakan akan mengalami kontraksi 4,9% tahun ini. Beberapa negara maju Eropa dan Amerika Latin diperkirakan akan kontraksi double digit. Sementara indeks harga saham mengalami kenaikan. Begitu ekonomi mendekati normal divergensi itu akan menyempit. 2. Dalam keadaan seperti ini, postulat Markowits 70 tahun lalu bahwa diversification reduces variability - diversifikasi menurunkan risiko - menurut saya tidak bekerja. Karena praktis mayoritas saham bergerak ke arah yang sama dengan fluktuasi yang tinggi 3. Akibatnya, jumlah saham tidak perlu, bahkan tidak boleh banyak. Saya perkirakan optimal portfolio tidak lebih dari 8 saham. Saya menantang para akademisi untuk melakukan kajian empiris untuk menguji pendapat saya. Bagi reksadana saham, kebenaran perkiraan ini akan menabrak aturan OJK yang melarang NAB (nilai aktiva bersih) ditanam pada satu saham lebih dari 10%. 4. Dalam kondisi saat ini, seleksi jauh lebih krusial ketimbang alokasi portfolio. Ibarat mencari kayu, bila hutannya rimbun memilih kayu tak begitu sulit. Beda halnya memilih kayu di hutan yang hampir gundul. 5. Jangan habiskan peluru. Di pasar yang bearish dan fluktuatif, cash is the king. Saya sarankan untuk memegang kas sekitar 30%, agar lebih leluasa menangkap peluang. Untuk reksadana saham, strategi ini kembali akan menabrak batasan yang diatur OJK. 6. Hindari marjin. Di pasar yang bearish, debt is killing. Leverage adalah pedang bermata dua. Pengungkit saat bullish, tapi pembunuh saat bearish. Hal ini berlaku baik pada tingkat individu, tingkat perusahaan, maupun negara 7. Dalam kondisi seperti saat ini, strategi trading jangka pendek menjanjikan keuntungan yang lebih besar ketimbang investasi dengan horison jangka menengah (dua kuartal sampai setahun). Sumber : Investor Daily
Artikel ini telah tayang di Investor.id dengan judul "Tips Mengelola Portfolio Saham di Era New Normal"
Penulis: Listyorini
Read more at: http://brt.st/6DGb
🍎
JAKARTA, Investor.id – Jagad trader di Bursa Efek Indonesia (BEI) dihebohkan dengan kejadian misterius yakni transaksi beli saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan jumlah besar dalam waktu hanya satu detik, tepatnya pukul 10.14.04 pada perdagangan hari Jumat (19/6/2020). Broker Asing PT CLSA Sekuritas Indonesia dengan kode KZ, secara misterius membeli saham PTBA secara masif di tengah investor sedang antri jual setelah mendapatkan dividen. PTBA memberikan dividen sangat atraktif kepada investor dengan dividen yield sekitar 14%, lebih dari dua kali lipat bunga deposito, sehingga investor beramai-ramai berburu dividen. Adalah sebuah kewajaran kalau setelah pencatatan dividen harga saham tersebut turun. Dengan auto reject bawah (ARB) sebesar 7%, investor masih untung 7%. Jadi banyak prediksi kemungkinan pada perdagangan Senin depan, harga PTBA masih berpotensi terkoreksi. Anehnya, KZ melakukan pembelian sebesar 914.230 lot senilai Rp 208 miliar pada harga Rp 2.280, ketika antrian jual berjibun. “Pembelian itu hanya dilakukan satu kali dalam waktu satu detik. Dan setelah itu tidak ada transaksi satu lot pun. Artinya, apa yang dilakukan KZ tidak berpengaruh terhadap harga sehingga patut diduga ada salah order yang seharusnya SELL kepencet BUY,” kata ketua Investa, komunitas investor di BEI, Sabtu (20/6/2020). Diskusi tentang kemungkinan salah pencet order PTBA menjadi ramai diperbincangkan. Mantan Dirut PT Bursa Efek Jakarta, Hasan Zein Mahmud juga mempertanyakan transaksi aneh pembelian saham PTBA. 1. Transaksi yang tidak logis memang. ARB itu artinya Senin akan turun lagi. Mengapa KZ memaksa beli saham PTBA? 2. Dari trik bandar lebih nggak masuk akal lagi. Bandar itu cari laba dari "permainan harga". Ini kok malah menyerahkan diri menjadi korban harga. 3. Tapi mengatakan salah pencet juga tidk logis. Pesanan dipecah jadi 19 order. Salah pencet 19 kali? Namun ada juga yang berpendapat bahwa itu sebuah kesengajaan untuk memberikan sinyal bahwa PTBA masih dalam tren menguat, meski hal itu tidak ada pengaruhnya. Tentu semuanya tergantung poin guard dari broker tersebut. Salah Pencet Argha J Karo, Founder & Creative Director of Creative Trading System dalam youtube yang diviralkan juga membahas keanehan transaksi saham PTBA. “Ini kejadian unik, saya menduga ada kemungkinan salah pencet oleh pegawai KZ. Pembelian yang sangat misterius dan tidak masuk dalam logika,” katanya. Sebagai informasi, saham PTBA dalam beberapa minggu ini menjadi favorit bagi investor yang hobi berburu deviden. Dalam sebulan ini, saham tersebut menguat sekitar 20%. Berdasarkan informasi keterbukaan, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) membagikan dividen senilai Rp 3,65 triliun, sehingga pemegang saham akan menerima sebesar Rp 326/saham. Dividen ini rencananya akan disetorkan kepada pemegang saham pada 10 Juli 2020 mendatang. Masa akhir periode perdagangan saham dengan hak dividen alias cum dividen jatuh pada 18 Juni 2020 di pasar reguler dan negosiasi, sedangkan di pasar tunai pada 22 Juni 2020. Masa awal periode perdagangan saham tanpa hak dividen (ex dividen) di pasar reguler dan nego pada 19 Juni 2020 dan di pasar tunai pada 23 Juni 2020. Jadi pantaslah kalau perdagangan Jumat kemarin saham PTBA mengalami ARB karena investor pemburu dividen antri jual. “Aneh sekali, banyak yang antri jual setelah dapat dividen kok malah KZ antri beli. Lebih aneh lagi, setelah itu KZ tidak melakukan transaksi di PTBA,” katanya. Setidaknya ada lima hal yang membuat Argha J Karo berasumsi transaksi itu salah pencet. 1. Buat apa beli banyak kalau tidak mempunyai efek terhadap harga. 2. Kalau ada oder beli, pertanyaannya mengapa bukan Senin karena ketika saham ARB biasanya masih akan koreksi. “Lebih aneh lagi harus beli hanya dalam tempo satu detik, buat apa? 3. Kemungkinan salah pencet yang tadinya SELL kepencet BUY. Itu kesalahan manusiawi. 4. Asumsi salah pencet diperkuat karena order jual dipecah menjadi 18 antrian. “Antrian yang dipecah biasanya untuk antri jualan. Kenapa dipecah, kalau mau dikansel lebih mudah,” katanya. 5. Setelah transaksi misterius KZ di PTBA, broker tersebut jualan saham secara masif pada saham ITMG dengan total nilai sekitar Rp 118 M. Ia berasumsi KZ jualan ITMG untuk mengembalikan kesalahan pencet di PTBA karena kemungkinan saat beli PTBA menggunakan dana cash otomatis harus mengembalikan dana itu dengan menjual ITMG yang diguyur order jual sampai sore. “Semoga asumsi saya salah, tetapi transaksi itu tidak masuk dalam logika saya,” kata Argha. Salah pencet atau tidak, banyak trader menunggu kepastiannya yang akan terkonfirmasi jika ada salah satu pegawai KZ kena PHK secara mendadak. Sumber : Investor Daily
🍉
Bisnis.com, JAKARTA — Emiten dengan kapitalisasi pasar jumbo alias big caps dinilai masih bisa mencetak cuan sepanjang kuartal II/2020 kendati sebagian diprediksi bakal mengalami penurunan laba.
Kinerja emiten big caps diyakini masih solid kendati selama kuartal II/2020 perekonomian diperkirakan mengalami
Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan kinerja para emiten kelas kakap ini akan mengikuti seberapa besar dampak yang menerjang sektor riil selama masa puncak pandemi Covid-19.
Hingga Jumat (19/6/2020), ada sepuluh emiten big caps dengan kapitalisasi pasar Rp104 triliun hingga Rp680 triliun. Posisi pertama masih ditempati PT Bank Central Asia Tbk. dan di urutan kesepuluh adalah PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
Dari kesepuluh emiten tersebut, Hans menyebut ada dua emiten yang berpotensi paling cuan di kuartal II/2020, yaitu
“Telekomunikasi kan jadi yang paling dibutuhkan selama WFH Bisnis, Jumat (19/6/2020).
Emiten lain yang masih bakal cukup moncer adalah produsen rokok HMSP. Seperti barang konsumsi, Hans menilai permintaan akan produk rokok tidak terdampak pandemi sehingga kinerja perseroan diproyeksikan masih akan positif.
Adapun terkait penutupan pabrik HMSP beberapa waktu lalu akibat ada karyawannya yang terjangkit Covid-19, Hans menyebut hal itu tidak akan terlalu berpengaruh signifikan karena fasilitas pabrik lain milik perseroan masih beroperasi.
“Apalagi ada protokol lima hari karantina itu kan, saya rasa mereka cukup baik menghadapi ini,” tambahnya.
Protokol yang dimaksud adalah kebijakan Sampoerna untuk mengkarantina produk mereka selama lima hari sebelum didistribusikan ke pasar. Hal ini untuk mengantisipasi paparan virus Covid-19 pada produk mereka.
Sementara itu untuk emiten perbankan, Hans menilai perbankan juga masih akan mencatatkan laba di kuartal II/2020 ini. Hal ini ditopang oleh suntikan stimulus-stimulus dari pemerintah dan Bank Indonesia.
Namun, kata Hans, besar kemungkinan labanya akan tergerus alias tak sebesar periode sebelumnya. “Bisa laba karena mereka banyak dapat relaksasi kan, tapi pasti tertekan juga,” imbuhnya.
Sementara untuk
10 Emiten dengan Kapitalisasi Pasar Terbesar | ||
---|---|---|
Emiten | Kode Saham | Kapitalisasi Pasar |
PT Bank Central Asia Tbk. | BBCA | Rp680 triliun |
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. | BBRI | Rp379 triliun |
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. | TLKM | Rp325 triliun |
PT Unilever Indonesia Tbk. | UNVR | Rp307 triliun |
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. | BMRI | Rp225 triliun |
PT HM Sampoerna Tbk. | HMSP | Rp201 triliun |
PT Astra International Tbk. | ASII | Rp198 triliun |
PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. | TPIA | Rp121 triliun |
PT Barito Pacific Tbk. | BRPT | Rp105 triliun |
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. | ICBP | Rp104 triliun |
🍓
Per tgl 18 Juni 2020:
Daftar 15 Saham dengan PER rendah (dalam LQ45):
1. PT Sri Rejeki Isman Tbk (
🍉
Bisnis.com, JAKARTA — Lo Kheng Hong, investor yang mendapat julukan sebagai Warren Buffett Indonesia, memberikan petuahnya soal keputusan perusahaan yang tidak membagikan dividen.
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, sejumlah emiten yang telah menggelar rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) tahun buku 2019 memutuskan untuk tidak membagi dividen atas laba bersih tahun lalu.
Beberapa perusahaan memilih untuk menahan keuntungan tahun lalu seiring upaya menjaga likuiditas perseroan di tengah ketidakpastian akibat pandemi Covid-19.
Pak Lo, sapaan akrabnya, turut memberikan petuahnya terkait keputusan sejumlah emiten yang memilih tidak membagikan dividen. Pria yang telah malang melintang di pasar modal sejak 1989 itu tidak mengambil pusing soal keputusan tersebut.
“Di prospektus ketika IPO, perusahaan ada menyatakan akan membagi dividen. Akan tetapi, menurut saya kalau perusahaan tidak bagi dividen tidak masalah bagi saya pribadi, tetapi tidak demikian dengan mayoritas investor saham yang lain mereka sangat menginginkan dividen ini,” paparnya kepada Bisnis, Selasa (16/6/2020).
Lo Kheng Hong mengatakan ada beberapa pesan positif yang bisa ditangkap dari keputusan perusahaan tidak membagi dividen. Salah satunya menunjukkan bahwa pemilik perusahaan terbilang bonafide, sehingga tidak membutuhkan setoran dividen.
Dia juga menilai keputusan tidak membagikan dividen akan membuat modal perusahaan menjadi lebih kuat. Dengan demikian, pertumbuhan perusahaan bisa menjadi lebih cepat.
“[Laba perusahaan] bisa dipakai untuk membayar utang sehingga utang dan beban bunga menjadi lebih sedikit,” imbuhnya.
Lo Kheng Hong menambahkan opsi tidak membagikan dividen dapat dimaklumi khususnya di tengah pandemi Covid-19. Pasalnya, penyebaran virus itu telah membuat penjualan sejumlah emiten menurun.
“Perusahaan membutuhkan cash flow untuk kebutuhan seperti membayar gaji karyawan dan biaya operasional,” imbuhnya.
Terkini, emiten ritel gawai dan aksesoris PT Erajaya Swasembada Tbk. (ERAA) absen membagikan dividen pada tahun ini.
Wakil Direktur Utama Erajaya Hasan Aula mengungkap bahwa pada tahun ini perseroan meniadakan pembagian dividen untuk menjaga arus kas perseroan.
“Mengenai pembagian dividen, dalam rapat umum pemegang saham disepakati perusahaan tidak membagikan dividen untuk menjaga cash flow,” ujar Hasan dalam paparan publik virtual, Selasa (16/6/2020).
Melihat dari situasi penyebaran Covid-19 yang berkembang pada tahun ini, perusahaan akhirnya mengambil langkah untuk mencadangkan semua laba bersih pada tahun lalu sebagai laba ditahan.
Di samping itu, perseroan juga bakal merevisi pendapatan dan laba bersih pada tahun ini guna mengantisipasi dampak yang lebih besar dari penyebaran virus mematikan tersebut di Tanah Air.
Untuk diketahui, emiten berkode saham ERAA tersebut membagikan laba sebesar Rp159,5 miliar atau Rp50 per lembar saham pada tahun lalu. Realisasi tersebut setara dengan rasio pembayaran dividen sebesar 18,8 persen dari total laba bersih tahun 2018 sebesar Rp850 miliar.
Selama tiga tahun terakhir, perseroan memang konsisten membagikan dividen. Pada tahun 2018, Erajaya membagikan dividen dengan rasio 30 persen dari laba bersih tahun 2017. Sedang pada 2017, perseroan membagikan dividen dengan rasio 21,9 persen persen untuk tahun buku 2016, dengan catatan bahwa laba terus meningkat sejak 2016 hingga 2018.
Sebelumnya, pelaku pasar memang sudah memprediksi bahwa Erajaya akan meniadakan pembagian dividen pada tahun ini.
Hal ini mengingat perseroan membukukan penurunan laba bersih sebesar 65,29 persen menjadi Rp295,07 miliar untuk tahun buku 2019 dan penyebaran Covid-19 yang kian masif pada tahun ini sehingga membuat kegiatan operasional beberapa ritel di bawah naungan Grup Erajaya harus ditutup.
Erajaya bukanlah satu-satunya emiten ritel yang melakukan peniadaan pembagian dividen. Sebelumnya, PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF) juga absen membagikan dividen guna mempertebal kasnya pada tahun ini.
🍓
Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan baru-baru ini menetapkan kupon untuk obligasi negara ritel (ORI) seri ORI017.
Instrumen surat utang negara tersebut memiliki tenor 3 tahun dan ditawarkan dengan kupon 6,4 persen per tahun. Pertanyaannya, manakah yang lebih menguntungkan investasi pada instrumen surat utang negara ORI017 atau saham?
Pelaksana Tugas Direktur Surat Utang Negara Kementerian Keuangan Deni Ridwan mengungkapkan dirinya tidak menyarankan masyarakat untuk berinvestasi saham di situasi volatilitas perdagangan seperti saat ini.
“Dalam kondisi pandemi Covid-19, kondisi pasar (saham) saat ini sedang berat. Kalau turun, turun dalam sekali. Kalau naik, naik sekali. Kalau untuk pengusaha yang sifatnya untuk berjaga-jaga itu tidak cocok karena resikonya tinggi, high risk, high return,” ujarnya melalui siaran langsung Instagram DJPPR Kemenkeu dengan dr. Tirta, Sabtu (13/6/2020).
Menurutnya, volatilitas pasar di era pandemi saat ini sangat tinggi karena motif spekulasi pelaku pasar yang pada akhrinya akan membebankan portofolio investasi masyakat ke depannya. Apalagi, karena ekonomi saat ini dalam keadaan terbatas, bursa saham yang dalam kondisi tertekan hanya menguntungkan beberapa sektor industri seperti kesehatan, logistik dan lain-lain.
“Kalau saham, labanya dari dividen, kadang belum tentu dividennya dalam bentuk cash. Bisa juga dividen ditahan seluruhnya. Makanya orang berinvestasi saham berharap dari capital gain berupa kenaikan dan penurunan harga saham,” jelasnya.
Baca Juga : Tertarik Beli ORI017, Ini Cara Pemesanannya! |
---|
Karenanya, dia menyarankan masyarakat untuk melakukan investasi dengan cara membeli ORI17 mengingat imbal hasilnya yang lebih tinggi dari bunga deposito dan peran nyata masyarakat untuk memulihkan kembali ekonomi pasca pandemi Covid-19 di Indonesia.
Untuk diketahui, ORI017 akan diluncurkan pada Senin (15/6/2020) dan berakhir pada Kamis (9/7/2020) mendatang dengan minimal pemesanan Rp1 juta dan maksimal Rp3 miliar, berlaku kelipatan Rp1 juta.
Instrumen tersebut menjadi alternatif bagi investor ritel dengan profil risiko rendah karena menawarkan tingkat kupon tetap serta memberikan kepastian karena kupon dan pokok dijamin oleh Undang Undang.
Selain itu, ORI017 juga dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Jual beli dapat dilakukan antar investor domestik atau lokal dengan mengacu kepada digit ketiga kode nomor tunggal identitas pemodal atau single investor identification (SID).
🍊
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebanyak sepuluh perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) masuk dalam kategori ASEAN Asset Class (aset berkelas) tahun 2019 untuk buku yang berakhir tahun 2018.
Kesepuluh emiten ini dinilai memiliki tata kelola perusahaan yang baik dan layak dilirik kalangan investor global (lihat daftar di halaman 2).
Mekanisme penilaiannya yakni, masing-masing negara ASEAN menunjuk Domestic Ranking Bodies (DRB) dan CG Expert guna menilai perusahaan berdasarkan kriteria Asean Corporate Governance Scorecard (ACGS).
Baca Juga:
DRB yang mewakili Indonesia adalah RSM Indonesia. RSM Indonesia adalah kantor akuntan publik dan konsultan yang didirikan oleh Amir Abadi Jusuf sejak tahun 1985.
Hasil penilaian ACGS diambil dari 100 perusahaan tercatat dengan kapitalisasi pasar paling besar di setiap negara.
International Contact Partner RSM Indonesia Angela Simatupang mengatakan, penilaian corporate governance terhadap 100 perusahaan ini mewakili 84,3% dari total kapitalisasi pasar BEI per 31 Maret 2019 dan 15,9% dari jumlah emiten di indonesia.
Baca Juga:
Adapun lima aspek penilaian yang masuk dalam scorecard terdiri dari: hak pemegang saham; perlakuan yang adil terhadap pemegang saham; peran pemangku kepentingan; pengungkapan dan transparansi; dan terakhir tanggung jawab dewan komisaris dan direksi.
"Hasil penilaian ASEAN Corporate Governance Scorecard tahun 2019 menunjukkan terdapat tujuh perusahaan yang berhasil memperoleh skor di atas 100, dibandingkan tahun 2018 yang hanya tiga perusahaan tercatat," jelas Angela di Jakarta.
Daftar 10 saham yang masuk ASEAN Class
Dari sepuluh saham yang masuk ASEAN Class, emiten perbankan mendominasi. Tiga perusahaan tercatat di luar kategori ASEAN Asset Class yang berhasil meningkatkan skornya secara signifikan yakni EMTK, INCO, dan ADRO.
Bisnis.com, JAKARTA – Selama sepekan pasca Hari Raya Idulfitri 1 Syawal 1441 Hijriah, data perdagangan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup positif. Kapitalisasi pasar pun berhasil meningkat Rp240,17 triliun.
Sekretaris Perusahaan Bursa Efek Indonesia Yulianto Aji Sadono menyampaikan pada perdagangan 26 – 29 Mei 2020, IHSG ditutup pada level 4.753,612, meningkat dari 4.545,952 pada pekan sebelumnya.
“Sementara itu, kapitalisasi pasar bursa berada pada posisi Rp5.497,202 triliun dari Rp5.257,032 triliun sepekan sebelumnya. Rata-rata frekuensi transaksi harian juga mengalami peningkatan sebesar 24,52 persen atau sebesar 639,99 juta kali transaksi dibandingkan pada pekan sebelumnya sebesar 513,97 juta transaksi,” paparnya dalam keterangan resmi, dikutip Sabtu (30/5/2020).
Perubahan terjadi pada data rata-rata nilai transaksi harian dan rata-rata volume transaksi harian selama periode sepekan pada tanggal 26 – 29 Mei 2020. Rata-rata nilai transaksi harian mengalami penurunan sebesar 37,32 persen menjadi Rp11,604 triliun dari Rp18,514 triliun pada pekan lalu.
Rata-rata volume transaksi harian menurun 38 persen menuju 9.242 miliar unit saham dibandingkan pekan lalu yang meningkat signifikan sebesar 14.914 miliar unit saham akibat dari transaksi saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) oleh Bangkok Bank di Pasar Negosiasi.
Pada akhir pekan, tepatnya Jumat (29/5/2020) PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOMF) menerbitkan Obligasi Berkelanjutan III WOM Finance Tahap III Tahun 2020 yang resmi dicatatkan di BEI.
Obligasi tersebut dicatatkan dengan nilai nominal sebesar Rp260,3 miliar. PT Fitch Ratings Indonesia (Fitch) memberikan peringkat AA-(idn) (Double A minus) untuk Obligasi ini dan bertindak sebagai Wali Amanat dalam emisi ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Total emisi Obligasi dan Sukuk yang telah tercatat sepanjang tahun 2020 adalah 28 emisi dari 23 perusahaan tercatat senilai Rp25,06 triliun. Total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI sampai dengan saat ini berjumlah 432 emisi dengan nilai nominal outstanding sebesar Rp437,17 triliun dan USD47,5 juta, diterbitkan oleh 117 emiten.
Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 97 seri dengan nilai nominal Rp3.050,74 triliun dan US$400 juta. Efek Beragun Aset (EBA) sebanyak 11 emisi senilai Rp9,20 triliun.
- PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (
- PT Gudang Garam Tbk (GGRM): Trading Buy • Close 49.275, TP 49.975 • Boleh buy di level 47.850-49.275 • Resistance di 49.975 & support di 47.850 • Waspadai jika tembus di 47.850 • Batasi resiko di 47.600
- PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (
- PT Bank Central Asia Tbk (
- PT Ace Hardwares Indonesia Tbk (ACES): Trading Buy • Close 1.310, TP 1.340 • Boleh buy di level 1.265-1.310 • Resistance di 1.340 & support di 1.265 • Waspadai jika tembus di 1.265 • Batasi resiko di 1.245 Sumber : Investor Daily
Artikel ini telah tayang di Investor.id dengan judul "Jelang Lebaran, Inilah 5 Saham yang Layak Dikoleksi"
Penulis: Muhammad Ghafur Fadillah
Read more at: http://brt.st/6AiX
Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham China berhasil melaju positif pada perdagangan siang ini, Jumat (17/4/2020), kendati ekonomi Negeri Tirai Bambu dilaporkan berkontraksi untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade.
Jakarta detik-
Mengutip keterbukaan informasi BEI, Selasa (31/3/2020), perusahaan melaporkan Direktur BCA Santoso yang berstatus pemegang saham bukan pengendali membeli 10.000 saham dengan harga transaksi Rp 25.951,8 pada 16 Maret 2020. Total pembelian Rp 259.518.000.
Kemudian Direktur BCA Lianawaty Suwono juga membeli saham BCA tertanggal 26 Maret 2020 sebanyak 20.000 lembar saham dengan harga transaksi Rp 26.450 atau total Rp 529.000.000. Kepemilikan sahamnya setelah dia bertransaksi menjadi 203.694.
Baca juga: Deretan Bank yang Pegawainya Positif Corona
|
Selanjutnya Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja pada tanggal transaksi 24 Maret 2020 juga membeli saham sebanyak 20.000 dengan harga transaksi Rp 23.000 sehingga total transaksi Rp 460.000.000.
Setelah transaksi, kepemilikan saham Jahja di BCA tercatat 7.927.628.
Jakarta DETIK
Praktisi Saham dari May Institute, Ellen May mengatakan, hal itu sering terjadi di dunia pasar modal. Bahkan terkadang menimbulkan kecurigaan antar investor yang saling 'menyontek' itu.
"Position sizing, alias berapa banyak nominal yang kita gunakan untuk beli tiap saham, merupakan bagian dari money & risk management," terangnya dalam keterangan tertulis, Rabu (25/3/2020).
Baca juga: IHSG Anjlok Terus, Investor Harus Apa?
|
Namun keduanya berbeda saat menentukan besaran jumlah saham yang dibeli. Misalnya investor A konsisten membeli saham tersebut, sementara investor B membeli dalam saham yang sama dalam jumlah yang berbeda-beda.
Nah setiap saham tentunya memiliki pola pergerakan yang berbeda. Bisa saja si investor B membeli saham yang sama itu dengan jumlah yang sedikit tapi ternyata kenaikannya saat itu cukup tinggi, ataupun sebaliknya.
"Jadi, nampak jelas bahwa perbedaan nominal beli menimbulkan perbedaan yang sangat besar pada hasil akhir. Ahmad membeli dengan nominal yang sama, sedangkan Budi membeli dengan porsi berbeda-beda berdasarkan feeling atau perasaan saja," kata Ellen.
"Pertanyaan saya adalah, nggak mantapnya karena apa dulu nih? Karena feeling aja (seperti Budi), atau ada dasar logis?
Ellen menerangkan cara menambah dan mengurangi porsi belinya tidak boleh menggunakan perasaan. Gunakan rasio single, half, dan quarter.
Sebagai contoh, porsi single per saham Anda adalah Rp 10.000.000, maka porsi beli half artinya Rp 5.000.000 dan porsi beli quarter artinya Rp 2.500.000
"Anda boleh menggunakan half dan single saja untuk mempermudah pengambilan keputusan, dan baik secara psikologis. Mengapa demikian? Ketika Anda beli setengah, dan setelah itu harga saham naik, Anda tidak akan merasa kurang. Dalam hati, Anda akan berkata, 'Untung aku sudah punya setengah'. Demikian pula, jika Anda sudah jualan setengah dari kepemilikan Anda, dan ternyata harga saham turun, Anda akan berkata, 'Untung aku sudah merealisasikan setengah dari keuntunganku'," tuturnya.
Rasa nyaman, tenang, dan percaya diri dalam porsi yang tepat, akan mendorong Anda untuk menjadi seorang trader yang lebih berani dari hari ke hari, dan berhasil secara konsisten.
Last but not least, dalam 5 Golden Rules yang selalu kami ulang-ulang dalam setiap materi Super Trader (Premium Access), disebutkan juga bahwa Rules #1 adalah, start small.
Artinya, sebelum menentukan berapa besaran porsi single Anda, sebaiknya hormati rule #1.
Yang menjadi pemenang dalam trading saham bukanlah yang paling cepat dapat untung besar di awal, namun yang paling konsisten pertumbuhan portofolionya.
Jakarta, CNBC Indonesia - Data Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga 23 Maret 2020 menunjukkan sebanyak 60 perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa saham Tanah Air siap meramaikan pasar dengan aksi pembelian kembali (buyback) saham di pasar sekunder dengan nilai mencapai lebih dari Rp 20,03 triliun.
Kebijakan buyback ini dilakukan emiten sesuai dengan arahan dan keputusan yang dikeluarkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mengizinkan semua emiten atau perusahaan publik melakukan pembelian kembali saham tanpa Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sebagai upaya memberikan stimulus perekonomian dan mengurangi dampak pasar yang berfluktuasi secara signifikan.
Hingga Selasa pagi ini (24/3/2020), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah ambles 30% sebulan terakhir dan secara tahun berjalan atau year to date indeks acuan utama BEI ini terkoreksi 35,44%.
Mengacu data keterbukaan informasi masing-masing emiten, tercatat dua emiten menganggarkan dana buyback terbesar dari sekian banyak emiten yang siap membeli sahamnya kembali di pasar.
- Pembelian kembali dapat dilakukan tanpa terlebih dahulu memperoleh persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS); dan
- Jumlah saham yang dapat dibeli kembali dapat lebih dari 10% dari modal disetor dan paling banyak 20% dari modal disetor, dengan ketentuan paling sedikit saham yang beredar 7,5% dari modal disetor.
Foto: Buyback per 23 Maret 2020/BEI
|
Foto: Buyback per 23 Maret 2020/BEI
|
TEMPO.CO, Jakarta
tirto.id - Penyebaran Corona atau COVID-19 di Indonesia makin meluas. Merujuk data Kementerian Kesehatan, jumlah pasien positif per Jumat (13/3/2020) sore mencapai 69 orang. Angka ini melonjak dua kali lipat dari dua hari sebelumnya yang baru mencapai 34. Salah satu daerah yang menjadi episentrum penyebaran penyakit ini adalah DKI Jakarta. Per 12 Maret kemarin, ada 17 pasien yang berasal dari ibu kota. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan 17 pasien itu berasal dari hampir seluruh kotamadya, antara lain: Penjaringan (1 kasus), Cengkareng (2), Kelapa Gading (2), Tanjung Priok (2), Kebon Jeruk (1), Kebayoran Lama (2), Kebayoran Baru (1), Pancoran (1), Mampang Prapatan (2), Cilandak (1), Kramat Jati (1), dan Kembangan (1). Jakarta juga memiliki 238 pasien dalam pengawasan. 120 di antaranya masih diisolasi, sementara 118 orang telah dinyatakan sehat dan boleh pulang. Opsi untuk mengisolasi kota yang terjangkit--biasa disebut lockdown--lantas muncul ke permukaan. Salah satunya diungkapkan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Menurutnya, keputusan isolasi kota bisa diambil untuk mencegah penyebaran yang makin masif. "Apabila makin besar, maka pilihan yang dipilih banyak negara [adalah] lockdown, supaya mengurangi pergerakan dari luar dan dalam," kata JK di kantor DMI, Jenggala, Jakarta Selatan, Jumat (13/3/2020). Namun ia memberi catatan: bahwa dampak ekonomi dari lockdown juga harus diantisipasi. Solusi lockdown sebetulnya tidak baru-baru amat. Beberapa kota bahkan telah menerapkannya. Presiden Filipina Rodrigo Duterte misalnya, memutuskan me-lockdown Manila selama satu bulan ke depan. Selain menutup penerbangan, Duterte juga menyetujui penutupan sekolah dan melarang pertemuan massal. Dia mengatakan keputusan untuk lockdown itu didasarkan pada rekomendasi dari para ahli. Baca juga: Arti Lockdown yang Dilakukan Italia karena Virus Corona COVID-19 Pakar penyakit sub tropik Erni Nelwan mengakui isolasi kota memang efektif mencegah penyebaran Covid-19 karena jumlah warga yang harus diperiksa dan diobati cenderung konstan. Namun Erni enggan terburu-buru menyimpulkan kalau kebijakan itu harus segera diterapkan. Ia, seperti JK, memperingatkan bahwa isolasi kota pasti berimbas pada kehidupan warga, khususnya di sektor ekonomi. Erni menilai, isolasi kota semestinya diambil ketika jumlah kasus positif sudah sangat masif. Kalaupun belum, pemerintah harus memaparkan data potensi jumlah pasien positif sehingga pencegahan dengan isolasi kota menjadi dibutuhkan. "Jadi jangan asal ngomong mau me-lockdown, tapi enggak jelas dasarnya," kata Erni saat dihubungi reporter Tirto, Jumat (13/3/2020). Selain itu, pemerintah juga harus memberi kepastian jangka waktu isolasi kota serta target yang hendak dicapai dalam kurun waktu tersebut. Tak cuma itu, rencana aksi yang akan dilakukan selama masa isolasi pun harus jelas disampaikan. "Jadi ini bukan suatu program, tapi ini adalah suatu respons yang cepat pada saat ada fakta atau kondisi yang membahayakan banyak orang karena kita sudah tidak bisa mengontrol kejadiannya," kata Erni. Yang pasti, selama masa pandemi seperti sekarang, pemerintah harus dinamis mengantisipasi setiap perkembangan penyakit ini. Misalnya, dengan cara menerapkan tes secara massal kepada orang yang pernah kontak langsung dengan pasien positif Covid-19 meski mereka belum merasakan gejala apa pun. Sebagai catatan, sejauh ini pihak yang diperiksa terkait Covid-19 hanya mereka yang mengeluhkan gejala dan pernah kontak langsung dengan pasien positif atau punya riwayat bepergian ke negara terjangkit. Baca juga: Duterte Umumkan "Lockdown" Manila untuk Cegah Corona Covid-19 Ketua Komisi 1 DPR RI Meutya Hafid beranggapan kondisi Jakarta masih jauh untuk menerapkan isolasi kota. Menurutnya, saat ini yang paling penting dilakukan adalah sosialisasi pencegahan penyakit--yang ia nilai masih kurang. "Karena lockdown tanpa sosialisasi dan diseminasi informasi almost means nothing. Lockdown tapi masyarakat enggak di-educate akan menyebar di dalam," kata Meutya di Jakarta Selatan, Jumat (13/3/2020). Belum Terpikir Presiden Joko Widodo mengaku "belum berpikir ke arah sana" saat ditanya wartawan soal kemungkinan lockdown. Hal ini ia katakan di Bandara Soekarno Hatta, Jumat. Juru bicara resmi pemerintah untuk penanganan Corona Achmad Yurianto bahkan mengatakan "kami tidak akan mengambil opsi lockdown." "Karena," katanya, Kamis kemarin, "kalau di-lockdown malah tidak bisa berbuat apa-apa." Kendati begitu, Yuri tidak menutup kemungkinan kalau kebijakan itu bisa dibahas lebih lanjut dan keputusannya akan diambil secara kolektif. Hal serupa dikatakan Anies Baswedan, setidaknya dalam waktu dekat. "Tetapi kami memberikan seruan kepada seluruh masyarakat, sebisa mungkin mengurangi kegiatan di luar rumah kecuali yang urgen." Baca juga artikel terkait CORONA atau tulisan menarik lainnya Mohammad Bernie (tirto.id - Kesehatan)
Baca selengkapnya di artikel "Menimbang Solusi Lockdown ala Jusuf Kalla untuk Hadapi Corona", https://tirto.id/eEZt
Pasardana– Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kembali melakukan intervensi terhadap industri pasar modal, setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun 5,01% pada penutupan sore ini, Jumat(12/3/2020).
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Indeks Bisa Sentuh 4.900, Ini Tips dan Trik Hadapi Kejatuhan IHSG, https://www.tribunnews.com/bisnis/2020/03/10/indeks-bisa-sentuh-4900-ini-tips-dan-trik-hadapi-kejatuhan-ihsg.
Penulis: Yanuar Riezqi Yovanda
Editor: Choirul Arifin
Bisnis.com, JAKARTA – PT Saratoga Investama Sedaya Tbk., perusahaan milik Sandiaga Uno, mencatatkan rugi bersih Rp6,2 triliun, padahal pada 2017 emiten berkode SRTG itu untung Rp3,3 triliun. Apa yang menyebabkan Saratoga merugi?
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumat (1/3) Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup hijau. Ketika bursa saham tutup lapak, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 56,54 poin (0,88%) dari penutupan sebelumnya, lalu hinggap di angka indeks 6.499,88.
Sumber: RTI
Pergeseran untuk Konsumsi Makanan Sehat Pengaruhi Bisnis Kraft
Bisnis.com, JAKARTA—Bursa Efek Indonesia bersama Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) menargetkan 20% dari total dana kelolaan dana pensiun dapat dialokasikan ke instrumen saham.
Comments
Post a Comment