terkait fundamental PERBANKAN Indonesia: bbri, bnii, bbca

🍬
saat Rupiah terguncang terhadap dolar, LINDUNG NILAI Rp solusinya

sekadar mengingatkan : 


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah diminta untuk mengkaji rencana penurunan tarif Pajak Penghasilan (PPh), baik untuk orang pribadi atau badan, dari 25 persen menjadi 22 persen. Direktur Eksekutif Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) Yustinus Prastowo menjelaskan, penurunan tarif PPh merupakan suatu kebutuhan bagi industri agar bisa bersaing dengan negara lain. Apalagi, dalam indikator kemudahan berusaha (EoDB), kemudahan pembayaran pajak di Indonesia tergolong lemah dibanding negara lain. Tingginya tarif PPh diyakini menjadi salah satu faktor investor berpikir dua kali untuk memulai usahanya di Indonesia.



"Rate menurut saya harus turun, tapi moderat dan bertahap," ujar Yustinus, Kamis (11/5).



Yustinus menyebutkan, penurunan tarif PPh harus bertahap lantaran belum ada jaminan bila tarif pajak turun akan memperluas basis pajak. Namun, paling tidak, penurunan yang moderat bisa memperbaiki iklim usaha di dalam negeri. Apalagi, menurutnya, pelaku usaha dan wajib pajak orang pribadi akan selalu meminta penurunan PPh biarpun tarifnya sudah diturunkan.



"Jadi supaya aman ya kita turun moderat dulu, 25 persen ke 22 persen, baru kalau itu berhasil, dalam 2 tahun, bisa disesuaikan. Karena dalam waktu 2 tahun nggak akan naik lagi tuh. Harus turun. Karena itu bagian janji amnesti dulu ya," kata Yustinus.



Kajian penurunan tarif PPh sendiri hingga saat ini masih di level kementerian. Badan Kebijakan Fiskal (BKF) memproyeksikan penurunan tarif PPh sebesar 2 persen.



Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Ken Dwijugasteadi menyebutkan, pada prinsipnya penarikan pajak tidak boleh menghambat investasi. Tak hanya itu, kata Ken, pemungutan PPh juga sebisa mungkin tidak menekan pertumbuhan konsumsi masyarakat dan menghambat belanja pemerintah. Meski begitu, Ken menolak menjelaskan sejauh mana kajian rencana penurunan PPh dilakukan.



"Nggak kan udah mudah semua sekarang gampang loh (memulai) usaha," kata Ken.



Sebelumnya, pemerintah sedang mengejar perbaikan peringkat kemudahan berusaha atau Ease of Doingm Bussiness (EoDB) yang dalam waktu dekat akan dinilai oleh tim dari Bank Dunia. Presiden Jokowi menargetkan peringkat EoDB Indonesia bisa melonjak ke posisi 40 besar dunia, setelah tahun lalu sempat naik lima peringkat dari 106 ke posisi 91.



Bank Dunia mengkategorikan kemudahan berusaha berdasarkan 10 indikator dengan bobot yang sama, yakni memulai usaha, berurusan dengan izin konstruksi, pendaftaran properti, pembayaran pajak, akses kredit, pelaksanaan kontrak, akses terhadap listrik, perdagangan lintas perbatasan, penyelesaian hambatan, dan perlindungan terhadap investor minoritas. Di antara 10 indikator itu, yang mendapat penilaian buruk adalah indikator memulai usaha, berurusan dengan izin konstruksi, pendaftaran properti, pembayaran pajak, akses kredit, pelaksanaan kontrak, dan perdagangan lintas perbatasan. 
🌹


JAKARTA sindonews - PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII) membagikan sebagian dari laba bersih tahun 2018 sebagai dividen. Bank Maybank akan mengalokasikan 25% dari laba bersih per akhir Desember 2018 sebesar Rp2,2 triliun. Total dividen yang dibagikan itu mencapai Rp 548,64 miliar atau sebesar Rp 7,19 per saham.

"Sedangkan sisanya sebesar 70% atau Rp1,53 triliun ditetapkan sebagai laba ditahan," kata Presiden Direktur Maybank Indonesia, Taswin Zakaria, saat RUPST Maybank Indonesia di Jakarta, Jumat (29/3/2019). RUPST juga menyetujui penggunaan laba bersih Perseroan sebesar 5% atau Rp109,72 miliar digunakan sebagai cadangan umum.
"Kami mengakhiri tahun 2018 dengan rekor laba di tengah kondisi pasar yang penuh tantangan. Selaras dengan pencapaian tersebut, sebagai apresiasi kepada pemegang saham, RUPST telah menyetujui pembagian dividen yang lebih besar dibanding tahun lalu," papar dia. 



Selain itu, hasil RUPST telah menerima Laporan Realisasi Pengunaan Dana Hasil Penawaran Umum yang dilakukan Perseroan pada tahun 2018, yang terdiri dari dana hasil Penawaran Umum Berkelanjutan Obligasi Berkelanjutan II Tahap II Tahun 2018 sebesar Rp643,32 miliar.

Selanjutnya, dana hasil Penawaran Umum Berkelanjutan Obligasi Berkelanjutan II Tahap III Tahun 2018 sebesar Rp377,43 miliar dan dana hasil Penawaran Umum Terbatas VIII (PUT VIII/Rights Issue VIII) sebesar Rp1,99 triliun (setelah dikurangi biaya dengan biaya penawaran umum).

Taswin menuturkan, seluruh dana tersebut telah digunakan untuk meningkatkan aset produktif dalam rangka pengembangan usaha Perseroan. "Ini terutama untuk penyaluran kredit serta untuk mendukung pertumbuhan bisnis Perusahaan," ungkap dia.

Hingga akhir tahun lalu, perseroan mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 6,3% atau mencapai Rp133,3 triliun. Kredit Community Financial Services (CFS) Non Ritel, yang terdiri dari kredit Mikro, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan Business Banking tumbuh 10,9% atau mencapai Rp58,3 triliun, dibanding Rp52,6 triliun tahun lalu. Kredit CFS Ritel meningkat 3,1% atau mencapai Rp44 triliun dibanding Rp42,7 triliun di tahun lalu.

Adapun rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) gross tercatat 2,6% dan NPL nett sebesar 1,5%. RUPST juga menyetujui pengkinian Rencana Aksi (Recovery Plan) Perseroan, guna memenuhi Pasal 31 OJK Nomor 14/POJK.03/2017.

Perseroan telah melakukan Recovery Plan dan telah menyampaikan dokumen tentang pengkinian Recovery Plan dimaksud kepada Departemen Pengawasan Bank 2 OJK. Salah satu komponen penting dalam Recovery Plan adalah Opsi Pemulihan (Recovery Option) yang akan dilakukan Bank Sistemik dalam hal terjadi tekanan keuangan yang dialami oleh Bank Sistemik dalam mencegah, memulihkan maupun memperbaiki kondisi keuangan serta kelangsungan usaha.

Selain itu, RUPST telah menyetujui pengangkatan kembali Achjar Iljas selaku Komisaris Independen Perseroan. "Keputusan ini berlaku efektif sejak penutupan Rapat sampai dengan penutupan RUPST tahun 2022 mendatang," katanya.


Dengan demikian susunan anggota Dewan Komisaris dan Direksi menjadi sebagai berikut:
Dewan Komisaris
Datuk Abdul Farid Bin Alias: Presiden Komisaris
Budhi Dyah Sitawati: Komisaris Independen
Achjar Iljas: Komisaris Independen
Hendar: Komisaris
Edwin Gerungan: Komisaris
Datuk Lim Hong Tat: Komisaris

Dewan Direksi

Taswin Zakaria: Presiden Direktur 
Thilagavathy Nadason: Direktur 
Jenny Wiriyanto: Direktur
Irvandi Ferizal: Direktur
Permana: Direktur
Muhamadian: Direktur
Efendi: Direktur

(ven)
🍇

Yogyakarta, Beritasatu.com - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada 2018 lalu sempat mengalami volatilitas yang cukup tinggi, bahkan pelemahannya sempat menyentuh level Rp 15.000 per dolar AS. Namun, di awal 2019 ini, kondisinya mulai memperlihatkan perbaikan. Nilainya berada di kisaran Rp 14.100 hingga Rp 14.200 per dolar AS.
Yang menarik, meskipun gejolaknya cukup besar, perbankan di Indonesia tetap dalam kondisi baik, hingga mengundang tanya pihak internasional.
"Kemarin saat ada diskusi dengan pihak internasional, ada yang bertanya, di saat ada gejolak macam-macam, rupiah mengalami volatilitas, tetapi kok bank di Indonesia tidak terkena dampaknya," kata Deputi Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia, Ita Rulina, di acara pelatihan wartawan ekonomi yang digelar Bank Indonesia, di Yogyakarta, Sabtu (23/3/2019).
Menurut Ita, faktor pendorongnya adalah karena perbankan sangat menjaga agar Capital Adequacy Ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal tidak turun. Krisis yang dihadapi Indonesia di tahun 1998 dan 2008 rupanya menjadi pengalaman berharga untuk menerapkan strategi tersebut.
"Bank kita itu ketakutan banget, dalam artian yang positif. Mereka jagainbangat supaya CAR-nya tidak turun. Ini saya rasa karena pengalaman waktu masa krisis. Kita dihantam krisis tahun 1998, kemudian 2008. Tetapi memang yang parah itu di tahun 1998, bahkan kita sampai menutup 16 bank," cerita Ita.
Berdasarkan data Bank Indonesia, pada Januari 2019, perbankan memiliki permodalan yang kuat dengan rasio CAR yang relatif tinggi di level 23,12 persen, sedikit meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat di level 22,89 persen.
Berdasarkan kelompok bank, menurut Ita, tingginya CAR perbankan didominasi oleh bank Buku 3 dan Buku 2, dan seluruh kelompok bank memiliki CAR jauh di atas ambang batas (threshold).

Sumber: BeritaSatu.com
🍓

INILAHCOM, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), melalui Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT) ingin bank daerah dan swasta berpartisipasi membiayai pembangunan infrastruktur khususnya jalan tol.
"Pemain-pemain baru dalam pendanaan atau pemberi pinjaman untuk proyek jalan tol saat ini adalah bank swasta dan asing," ujar Kepala BPJT, Danang Parikesit di Jakarta, Rabu (20/3/2019).
Dalam presentasinya, Danang mencontohkan bank BCA yang mengucurkan pinjaman Rp16,86 triliun dan Bank Mega yang menggelontorkan pinjaman Rp7,01 triliun untuk proyek tol. "Harapan kita dengan mendorong BCA, kita akan membuka peluang bank-bank swasta lain untuk masuk," ujarnya.
Sedangkan bank asing yang terlibat pemberian pinjaman untuk proyek jalan tol, diantaranya adalah Bank ICBC sebesar Rp1,31 triliun, dan Bank Keb Hana sebesar Rp550 miliar.
Selain itu, menurut Danang, BPJT juga mengharapkan agar bank-bank daerah bisa terlibat dalam pendanaan proyek jalan tol. "Kami sangat ingin mendorong bank-bank daerah untuk berinvestasi dalam proyek jalan tol," tuturnya dalam Focus Group Discussion (FGD) yang digelar Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia.
Dia menjelaskan, perbankan daerah seperti Bank Maluku Malut, membiayai pembangunan tol di Jawa. Adapula Bank Sumatera Utara yang mendanai Tol Trans Jawa, dan Bank Papua yang membiayai tol di Jakarta.
"Ini fenomena, fenomena bahwa kita memiliki potensi besar secara nasional. Namun saya juga ingin mendorong agar bank-bank daerah membiayai proyek tol di daerahnya masing-masing," tutur Danang.
Keinginan BPJT untuk mendorong bank daerah dan swasta agar semakin terlibat dalam mendanai atau memberi pinjaman untuk proyek jalan tol, karena bank-bank BUMN yang tergabung dalam Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) sudah cukup kesulitan untuk mendanai proyek jalan bebas hambatan.
"Ada pemberi pinjaman besar atau big lender yakni Himbara yang suplai pinjamannya sudah kedip-kedip dari kuning ke merah, mengingat penyerapan untuk pembiayaan infrastruktur untuk jalan tol sudah demikian banyak," kata Danang.
Kepala BPJT tersebut juga menambahkan bahwa kalau hanya mengandalkan dana dari Himbara, maka pihaknya sangat sulit ke depannya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan bagi proyek infrastruktur.

Himbara seperti Bank Mandiri telah menggelontorkan pinjaman sebesar Rp30,24 triliun untuk proyek jalan tol, sedangkan BNI dan BRI masing-masing menyalurkan pinjaman sebesar Rp16,45 triliun serta Rp9,69 triliun. [tar]
🍘

Liputan6.com, Jakarta - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk kembali menahan Bank Indonesia (BI) 7-day Reverse Repo Rate atau suku bunga acuan pada angka 6,00 persen.
Bank Indonesia juga menahan suku bunga Deposit Facility pada angka 5,25 persen dan Lending Facility 6,75 persen. Keputusan ini dilakukan usai gelar pertemuan pada 20-21 Maret 2019.
"Rapat Dewan Gubernur BI pada 20 - 21 Maret 2019 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day repo" ujar  Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, di Kantor BI, Jakarta, Kamis (21/3/2019). 
Dia menyebutkan, keputusan tersebut konsisten dengan upaya memperkuat stabilitas eksternal perekonomian Indonesia.
"Khususnya untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan (CAD) ke dalam batas yang aman dan mempertahankan daya tarik aset keuangan domestik," ujar dia.
Dia menyebutkan, Bank Indonesia juga akan terus memperkuat kerjasama dengan pemerintah untuk terus menjaga stabilitas ekonomi.
Sementara itu, kebijakan suku bunga tetap difokuskan pada stabilitas eksternal.
"Bank Indonesia menempuh kebijakan -vkebijakan lain yang lebih akomodatif untuk mendorong permintaan domestik," kata dia.

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com
🍑

JAKARTA okezone - PT Bank Central Asia Tbk mencetak laba bersih sebesar Rp25,9 triliun sepanjang 2018, tumbuh 10,9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp23,3 triliun.
"BCA dan entitas anak mencatat pertumbuhan kinerja keuangan yang positif pada tahun 2018 di tengah kondisi likuiditas sektor perbankan yang mengetat dan tren kenaikan suku bunga," kata Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja saat jumpa pers, dikutip dari Antaranews, di Jakarta, Kamis (28/2/2019).
Peningkatan laba bersih ditopang oleh pendapatan operasional BCA yang mampu tumbuh 10,6% menjadi Rp63 triliun pada tahun lalu dibandingkan 2017 Rp57 triliun.
Secara lebih rinci, pendapatan bunga bersih naik 8,3% menjadi Rp45,3 triliun dan pendapatan operasional lainnya tumbuh 17% mencapai Rp17,7 triliun.

Pada 2018, portofolio kredit BCA juga mengalami peningkatan sebesar 15,1% menjadi Rp538 triliun tersebut didukung oleh tingginya kebutuhan kredit usaha. Kredit korporasi tumbuh sebesar 20,4% menjadi Rp213,3 triliun pada akhir 2018 dan kredit komersial dan UKM meningkat 13,4% menjadi RP183,8 triliun.
BCA mencatat pertumbuhan kredit usaha yang lebih tinggi, baik pada kredit investasi maupun modal kerja. Meskipun dihadapkan pada peningkatan suku bunga, kredit konsumer tumbuh 9,7% menjadi Rp140,8 triliun. 
Pada segmen konsumer, Kredit Perumahan Rakyat (KPR) mampu tumbuh sebesar 12% menjadi Rp87,9 triliun dan kredit kendaraan bermotor meningkat 4,4%menjadi Rp40 triliun. Pada periode yang sama, pembiayaan kartu kredit tumbuh mencapai 11,8% menjadi Rp12, 9 triliun.
Kendati penyaluran kredit tumbuh positif, rasio kredit bermasalah (NPL) tercatat berada pada level 1,4% atau masih berada dalam tingkat toleransi risiko yang masih dapat diterima.
"Kami tekankan kehati-hatian dalam penyaluran kredit dalam meraih peluang dari permintaan kredit yang lebih tinggi selama tahun 2018," ujar Jahja.
(fbn)
🍐

Pencapaian kinerja keuangan dan operasional PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sepanjang tahun 2018 telah sesuai dengan proyeksi sejumlah analis. Perolehan tersebut menggambarkan bahwa BRI tetap menjadi bank paling menguntungkan di Indonesia.
Tahun lalu, Bank Rakyat Indonesia (BRI) membukukan laba bersih konsolidasi sebesar Rp 32,4 triliun, atau meningkat 11,6% secara tahunan (year on year/yoy). Faktor pendorong pertumbuhan laba bersih tersebut adalah kredit ke sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang terus meningkat.
Selain pertumbuhan kredit UMKM, pendapatan berbasis komisi (fee based income) dan pendapatan operasional lainnya sepanjang tahun lalu meningkat 22,7% menjadi Rp 23,4 triliun dari posisi Desember 2017 sebesar Rp 19,1 triliun.
"Pertumbuhan laba bersih ini salah satunya didorong dari kredit UMKM yang setara 76,5% dari total kredit BRI. Tahun ini mungkin target laba bersih hampir sama dengan 2018, kisaran 10-12%. Kalau sekarang labanya Rp 32,4 triliun, barangkali kalau 10% jadi Rp 36-37 triliun, tapi kami lebih ke persentase ya targetnya," jelas Direktur Utama BRI Suprajarto.
BRI telah menyalurkan kredit senilai Rp 843,6 triliun pada 2018, meningkat 14,1% dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp 739,3 triliun. Jika dirinci, kredit mikro tumbuh 14,5%, kredit konsumer tumbuh 14,1%, dan kredit ritel naik 17,3% (yoy). Sedangkan untuk kredit segmen korporasi meningkat 9,8%.
Baca selengkapnya di Investor Daily versi cetak di  https://subscribe.investor.i

🍒


Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Maybank Indonesia Tbk hari ini mengumumkan bahwa laba bersih setelah pajak dan kepentingan non pengendali (PATAMI–profit after tax & minority interest) untuk tahun keuangan yang berakhir 31 Desember 2018 melonjak 21,6% mencapai rekor baru sebesar Rp2,2 triliun, didukung Pendapatan Bunga Bersih (NII) yang lebih tinggi dan perbaikan kualitas aset.
Laba Sebelum Pajak (PBT) meningkat 20,5% mencapai rekor Rp3,0 triliun, sementara PBT recurring tumbuh 34,3% secara tahunan setelah eliminasi  pendapatan one-offterutama dari penjualan surat berharga pada 2017.  Kualitas aset yang lebih baik, pertumbuhan yang solid di bisnis Syariah disertai peningkatan kinerja pada anak perusahaan, dan pengelolaan biaya strategis secara berkelanjutan juga memberikan kontribusi bagi peningkatan kinerja Bank.
Maybank mencatat pendapatan bunga bersih tumbuh 5,2% menjadi Rp8,1 triliun pada Desember 2018 dibanding Rp7,7 triliun tahun lalu.  Implementasi penerapan  pricing yang disiplin oleh Bank secara berkelanjutan disertai efisiensi operasional yang meningkat memungkinkan Bank untuk menahan tekanan pada marjin bunga, menghasilkan peningkatan marjin bunga bersih sebesar 7 basis poin menjadi 5,2%.
Kualitas aset Bank meningkat signifikan seperti tercermin dari tingkat NPL yang lebih rendah sebesar 2,6% (gross) dan 1,5% (net) per 31 Desember 2018 dibanding 2,8% (gross) dan 1,7% (net) tahun lalu, hal ini menegaskan kembali keberhasilan Bank dalam mengelola kualitas aset melalui pertumbuhan yang selektif dan bertanggung jawab.  Bank juga berhasil melakukan penjualan sebagian NPL lama (NPL legacy) dan kredit macet yang telah dihapusbukukan (write-off NPL legacy) sebagai bagian dari upaya berkelanjutan untuk membersihkan portofolio kredit Bank.  Bank senantiasa konservatif dalam mengelola kualitas aset dan mengambil langkah proaktif sejak awal pada fasilitas kredit nasabah yang terdampak oleh iklim ekonomi yang penuh tantangan.  Sehubungan dengan peningkatan kualitas aset, Bank juga mampu mengurangi penyisihan kerugian penurunan nilai kredit sebesar 38,6% menjadi Rp1,3 triliun sepanjang tahun 2018.
Biaya overhead tetap terkendali dengan pertumbuhan marjinal sebesar 4,0% menjadi Rp6,0 triliun sebagai hasil dari inisiatif pengelolaan biaya strategis secara berkelanjutan di seluruh lini bisnis dan unit pendukung.
Strategi Bank dalam menumbuhkan portofolio secara prudent disertai dengan kebijakan manajemen risiko yang kuat juga memberikan kontribusi bagi perbaikan kinerja tahun ini.  Bank mencatat pertumbuhan kredit yang berkelanjutan sebesar 6,3% mencapai Rp133,3 triliun per 31 Desember 2018 dari Rp125,4 triliun tahun lalu.  Kredit CFS-Non Ritel, yang terdiri dari kredit Mikro, Usaha Kecil & Menengah (UKM) dan Business Banking tumbuh 10,9% mencapai Rp58,3 triliun per 31 Desember 2018 dari Rp52,6 triliun tahun lalu, sementara kredit CFS Ritel meningkat 3,1% mencapai Rp44,0 triliun per Desember 2018 dari Rp42,7 triliun tahun lalu.  Perbankan Global membukukan pertumbuhan kredit sebesar 2,9% mencapai Rp31,0 triliun sehubungan adanya pelunasan dipercepat dari beberapa nasabah korporasi pada kuartal keempat 2018.
Selaras dengan strategi Bank untuk mengurangi ketergantungan pada simpanan berbiaya tinggi, total simpanan nasabah turun 3,7% menjadi Rp116,8 triliun per Desember 2018 dibandingkan Rp121,3 triliun tahun lalu.  Meskipun demikian, Bank terus secara aktif mengelola aset dan kewajiban untuk memastikan tingkat pendanaan dan biaya yang optimal sepanjang waktu.
Bank menjaga posisi modal yang kuat dengan total modal mencapai Rp26,1 triliun pada 2018.  Penambahan modal melalui rights issue yang diselesaikan pada semester pertama 2018, meningkatkan modal Tier 1 sebesar Rp2,0 triliun.  CAR Bank meningkat menjadi 19,0% per 31 Desember 2018 dari 17,5% pada tahun lalu.
Perbankan Syariah
Perbankan Syariah terus mencatat kinerja yang sangat baik pada 2018 dengan laba bersih meningkat 27,3% mencapai Rp803,3 miliar dari Rp630,9 miliar.  Total aset naik sebesar 11,2% menjadi Rp30,2 triliun, mencapai 17,0% dari total aset Bank. Total pembiayaan Syariah tumbuh 14,6% dari Rp20,7 triliun per Desember 2017 menjadi Rp23,7 triliun per Desember 2018, sementara total simpanan tumbuh 39,7% dari Rp16,7 triliun menjadi Rp23,3 triliun.
Pertumbuhan disertai dengan kualitas aset yang lebih baik dengan penurunan tingkat Non Performing Financing (NPF) 2.8% (gross) dan 1.9% (net) pada Desember 2018 dibanding 3.0% (gross) dan 2.0% (net) pada tahun sebelumnya.  Strategi Sharia First Bank dan implementasi Leverage Model dimana Unit Usaha Syariah memiliki akses pada sumber daya seluruh Bank untuk mengembangkan dan memasarkan seluruh produk Syariah memainkan peran penting bagi kinerja Perbankan Syariah Maybank Indonesia yang signifikan.
Perbankan Syariah terus mengadopsi pendekatan yang berbeda (differentiated approaches) di pasar melalui pengenalan produk dan kemitraan yang inovatif.  Perbankan Syariah menyediakan fasilitas hedging Syariah pertama di Indonesia kepada nasabah korporasi pada 2018 dan ditunjuk sebagai Mitra Pengelola Keuangan Haji oleh Badan Pengelola Keuangan Haji/BPKH.  Berkaitan dengan penunjukkan tersebut, Maybank Syariah belum lama ini telah meluncurkan produk simpanan “My Arafah” yang dalam waktu singkat jumlah rekening telah mencapai 3.000.
Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria mengatakan, “Kami mengakhiri tahun keuangan 2018 dengan rekor laba di tengah kondisi pasar yang penuh tantangan.  Perjalanan transformasi kami kini mulai mendatangkan hasil yang positif dan mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab di masa mendatang.  Selain melanjutkan transformasi yang tengah berjalan di Perbankan Global dan rekalibrasi model bisnis ritel kami, perjalanan transformasi ke depan akan fokus pada optimalisasi teknologi untuk memberikan pengalaman nasabah yang lebih baik di seluruh touchpoints.  Ini akan ditandai dengan peluncuran perbankan digital baru M2U dan perbaikan website kami.  Dengan melakukan ini, kami akan dapat melanjutkan penciptaan nilai untuk kepentingan stakeholder sementara pada saat yang sama akan terus  meningkatkan pertumbuhan.”
President Commissioner Maybank Indonesia dan Group President & CEO of Maybank, Datuk Abdul Farid Alias mengatakan, “Pencapaian kinerja 2018 kami yang signifikan membuktikan komitmen kami dalam pertumbuhan bisnis berkelanjutan, serta  upaya yang tiada henti untuk memastikan peningkatan kualitas aset yang lebih baik, efisiensi operasional yang meningkat dan produktivitas yang lebih baik secara menyeluruh. Meskipun iklim operasional masih penuh dengan tantangan, kami yakin bahwa kami siap bagi pertumbuhan lebih lanjut di masa mendatang.  Fokus kami adalah menumbuhkan segmen bisnis inti dan memperkuat kapabilitas digital kami untuk memastikan bahwa kami tetap relevan bagi seluruh stakeholder.
“Kami telah menetapkan target kami yang kuat dan kami akan membangun  keunggulan kompetitif kami melalui sinergi dengan Group serta melanjutkan momentum dalam membangun eksistensi  brand kami yang solid di Indonesia.  Maybank Group telah berhasil masuk dalam top 500 brands dunia dalam Brand Finance’s Global 500 Brands, dan pencapaian ini seharusnya memperkuat komitmen dan eksistensi kami di Indonesia.”
🍒


KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data inflasi bulanan Januari 2019 sebesar 0,32%.  Data inflasi ini terhitung rendah apabila dibanding Januari 2018 dan 2017 yang masing-masing sebesar 0,62% dan 0,97%.
"Ini modal yang bagus untuk awal tahun," jelas Kepala BPS Suhariyanto, Jumat (1/2).


BPS mencatat secara tahunan (yoy) inflasi Januari 2019 sebesar 2,82%.
Lebih lanjut, Suhariyanto menyebut, penyebab inflasi tahun 2018 adalah kenaikan pada komponen inflasi harga bergejolak alias volatile food. Tercatat kenaikan harga makanan menyumbang inflasi 0,92% dengan andil 0,18%.
"Inflasi pada Januari ini penyebab utamanya naiknya harga ikan beras dan komoditas sayuran," jelas dia.

Sedangkan komponen administered price atau harga yang diatur mengalami deflasi 0,12%. Penurunan terjadi pada harga rokok kretek filter dan tarif kereta api. Juga tercatat sektor transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami deflasi 0,12%. Penurunan terjadi karena harga bahan bakar minyak (BBM) pertalite, pertamax dan pertamax turbo.

🍐


Jakarta infobank– Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai stabilitas sektor jasa keuangan masih terjaga dengan baik. Hal ini tercermin dari kinerja intermediasi keuangan yang masih mencatatkan perkembangan positif antara lain pertumbuhan kredit perbankan yang mencapai 11,75 persen (yoy) hingga Desember 2018.
Demikian pernyataan tersebut seperti disampaikan oleh Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso di Jakarta, Selasa, 29 Januari 2019. Menurutnya, penyaluran kredit perbankan yang masih mampu tumbuh double digit itu di 2018, juga dibarengi dengan profil risiko kredit yang masih terjaga.
“Rasio Non Performing Loan (NPL) gross perbankan dan Non Performing Financing (NPF) perusahaan pembiayaan masing masing sebesar 2,37 persen dan 2,71 persen,” ujarnya.
Di sisi lain, tambah dia, permodalan lembaga jasa keuangan juga masih berada di level memadai untuk mengantisipasi peningkatan risiko sekaligus mendukung ekspansi pembiayaan. Adapun Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan per triwulan IV 2018 tercatat berada pada level 23,5 persen.
“Sedangkan Risk-Based Capital (RBC) untuk asurasi umum danjiwa masing-masing sebesar 332 persen dan 441 persen,” ucapnya.
Lebih lanjut dirinya mengungkapkan, bahwa pada tahun ini OJK telah menyiapkan lima kebijakan dan inisiatif yang diarahkan antara lain untuk mendukung pembiayaan sektor sektor prioritas Pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, pemberdayaan UMKM dan masyarakat kecil.

“Juga mendorong inovasi teknologi informasi industri jasa keuangan serta reformasi internal dalam pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan,” paparnya. (*)

🍑


Bisnis.com, JAKARTA—PT Bank Central Asia Tbk. telah menyiapkan rencana lanjutan terkait dengan akuisisi bank kecil. Perseroan akan menggabungkan bank hasil akuisisi dengan anak usaha yang sudah dimiliki saat ini.
Direktur BCA Santoso mengatakan, saat ini sebagian proses akuisisi sudah masuk tahap dealing. Namun demikian, dia menegaskan secara umum, rencana tersebut masih diproses oleh perseroan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Kami akan ikuti proses dan sekarang prosesnya masih di OJK, jadi terlalu sensitif lah kalau ikut berkomentar. Kita akan tetap berjalan dengan yang ada, ada yang sudah dealing, tapi ini kan ada proses perizinan, legal, dan akuntabilitas, ini biarkan kami jalankan prosesnya,” katanya kepada Bisnis, awal pekan ini.
Dia mengatakan, akuisisi tersebut baru dilakukan terhadap satu bank. Namun, perseroan masih mengharapkan dapat mengakuisisi lebih dari satu bank kecil pada tahun ini. Dia menilai, proses pencarian calon bank lain masih dilakukan.
“Sementara yang kami miliki di tangan satu bank, walaupun memang ada harapan dapat memiliki lebih dari satu bank. Karena kan mencari bank juga tidak gampang, mungkin buat kami juga kemahalan, jadi ini adalah challenge yang harus kami hadapi, tidak segampang itulah mengakuisisi,” katanya.
Dia menyatakan, perseroan telah memiliki rencana untuk bank yang tengah dalam proses akuisisi tersebut. Perseroan akan melakukan penggabungan usaha antara bank tersebut dengan anak usaha bank syariah milik BCA, yakni PT Bank BCA Syariah.
“Kelihatan arahnya ini akan di-merge, bukan ke induk tapi ke BCA syariah. Sementara [akuisisi] yang kedua ini yang sedang kami pikirkan, apakah ini akan menjadi seperti apa? ini terus terang belum, masih dalam diskusi dan lain-lain,” jelasnya.
Dihubungi terpisah Presiden Direktur BCA Syariah John Kosasih tidak membenarkan ataupun menampik kabar rencana penggabungan usaha tersebut. Dia hanya mengatakan, proses saat ini masih berjalan dan bersifat dinamis.
“Mending tunggu saja finalnya ya, ini masih dinamis,” katanya kepada Bisnis, belum lama ini.
Sebelumnya, Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja memastikan bahwa proses rencana akuisisi akan dirampungkan pada tahun ini. Dia juga menegaskan bahwa target akuisisi bank milik Grup Djarum tersebut bukanlah perusahaan terbuka.
OJK terus mendorong bank besar seperti BCA untuk mengakuisisi bank kecil. Hal itu dilakukan untuk mempermudah pengawasan terhadap perbankan. Selain itu, OJK menilai akuisisi akan meningkatkan kemampuan ekspansi bisnis bank kecil yang selama ini terkendala modal minim.

Regulator juga menghendaki bank besar untuk menempatkan bank kecil sebagai bank yang berfokus pada niche market tertentu. Misalnya, bank besar dapat memiliki bank kecil untuk dijadikan bank khusus kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) atau dijadikan bank digital.

🌾

Liputan6.com, Jakarta - Harga saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatatkan level tertinggi tertinggi dalam lima tahun.
Berdasarkan data RTI, Selasa (22/1/2019), saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 0,99 persen ke posisi 28.000 per saham. Saham BBCA sempat berada di level tertinggi 28.100 per saham dan terendah 28.000 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 7.207 kali dengan nilai transaksi Rp 626,4 miliar.
Bila melihat data RTI, saham BBCA sentuh 28.100 merupakan level tertinggi dalam lima tahun yang diraih pada Selasa 22 Januari 2019. Sedangkan level terendah dalam lima tahun berada di kisaran 9.250 per saham pada 6 Desember 2013.
Adapun kenaikan harga saham BBCA pada Selasa pekan ini mendorong kapitalisasi harga sahamnya mencapai Rp 683 triliun. BCA pun mencatatkan kapitalisasi pasar saham terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 22 Januari 2019.
Kemudian disusul PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang mencatatkan kapitalisasi pasar saham Rp 460 triliun. Lalu PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) mencetak kapitalisasi pasar saham Rp 439 triliun. Disusul PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang mencatatkan kapitalisasi pasar saham Rp 396 triliun.
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) pun masuk lima besar kapitalisasi pasar terbesar di BEI. Tercatat kapitalisasi pasar saham PT Unilever Indonesia Tbk mencapai Rp 374 triliun.
Lalu kapitalisasi pasar saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) tercatat Rp 358 triliun. Selanjutnya PT Astra International Tbk (ASII) membukukan kapitalisasi pasar saham Rp 332 triliun. Disusul PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang mencetak kapitalisasi pasa rsaham Rp 171 triliun.
Lalu ada PT Gudang Garam Tbk (GGRM) yang mencatatkan kapitalisasi pasar saham Rp 159 triliun. Pada posisi 10, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) mecetak kapitalisasi pasar saham Rp 136 triliun.
Kapitalisasi pasar saham ini merupakan harga saham dikalikan jumlah saham yang beredar. Oleh karena itu, kapitalisasi pasar saham ini dapat berubah setiap hari.

🍀

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Central Asia Tbk. hendak merealisasi rencana akuisisi bank tahun ini. Perseroan mengklaim sudah menggenggam satu nama bank kecil.
“Tidak akan molor. Kami serius tahun ini,” kata Presiden Direktur BCA Jahja Setiatmadja di Jakarta, Selasa (15/1/2019).
Sebelumnya, rencana akuisisi ditargetkan selesai pada kuartal III/2018. Sempat beredar nama PT Bank Pan Indonesia Tbk. yang akan diakuisisi. Namun, Jahja menampiknya dengan mengatakan perseroan mengincar bank kecil atau bermodal inti kurang dari Rp5 triliun.
Menurutnya, perseroan juga terus berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengenai perkembangan rencana tersebut.
Jahja juga sempat menyebut persoalan harga yang membuat proses akuisisi menjadi lama. Dia menyebutkan, dana yang disediakan untuk membeli bank sekitar Rp4 triliun.
Dana tersebut dapat dipastikan tidak akan cukup untuk mengakuisisi bank dengan modal inti lebih dari Rp5 triliun. “Kalau bank-nya kecil, harganya lebih rendah,” kata Jahja.
Tidak hanya BCA, bank umum kelompok usaha (BUKU) IV yang memiliki rencana untuk mengakuisi perusahaan pada tahun ini. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. juga menyatakan niat untuk kembali menambah anak usaha.
Bank pelat merha itu berencana untuk mengakuisisi perusahaan asuransi kerugian dengan mengalokasikan anggaran sekitar Rp1,5 triliun.
🌲

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis bank besar di tahun ini makin mekar, gurita bisnis bank BUKU IV di Indonesia pun semakin luas. Selain dari kinerja yang terbilang kinclong, rencana ekspansi bisnis perbankan tahun ini cukup ramai.
Setidaknya, tiga bank besar di Tanah Air yaitu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), PT Bank Mandiri Tbk dan PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mulai aktif melakukan konsolidasi sejak akhir tahun 2018 hingga memasuki tahun 2019.

BRI misalnya, setelah resmi memborong saham tiga perusahaan yaitu PT Danareksa Sekuritas, PT Danareksa Investment Management dan PT Bahana Artha Ventura. Tahun ini dikabarkan bank terbesar di Indonesia itu masih memiliki sejumlah rencana akuisisi.
Memuat pemberitaan Kontan.co.id Kamis (3/1) lalu BRI telah menganggarkan dana mencapai Rp 1,5 triliun untuk mengakuisisi perusahaan asuransi umum. Rencana mencaplok perusahaan asuransi tersebut ditujukan untuk melengkapi bisnis BRI sebagai penyedia jasa keuangan yang komprehensif.
Walau tak merinci perusahaan mana yang bakal digaet, Direktur Utama BRI Surpajarto menarget impian perusahaannya itu dapat dilakukan pada semester I-2019 ini.
Bukan cuma BRI, Bank Mandiri juga mengamini niat ingin mengakuisisi perusahaan yang bergerak di bidang jasa keuangan dalam beberapa waktu ke depan. Wajar saja, Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo bilang kalau modal Bank Mandiri saat ini sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan ekspansi.
Hal ini tercermin dari rasio kecukupan modal alias capital adequacy ratio (CAR) Mandiri yang sudah menyentuh 21% per akhir tahun lalu. Padahal, kebutuhan CAR Bank Mandiri hanya di kisaran 16,5%-17% saja untuk menopang kebutuhan.
Itu artinya, ada sekitar 4% atau setara Rp 30 triliun-Rp 35 triliun lebih modal perusahaan yang tidak terpakai. Tiko, sapaan akrab Kartika mengamini kalau nantinya dana tersebut memang akan digunakan untuk keperluan aksi korporasi.
Walau tidak merinci perusahaan apa yang bakal diboyong, menurut cerita Tiko saat ini bank yang dinakhodainya sedang mengamati pasar. Menurutnya, potensi perusahaan yang bisa diakuisisi oleh bank berlogo pita emas ini berasal dari sektor multifinance maupun perbankan.
"Bisnisnya harus tidak sama dengan segmen dan produk dari Bank Mandiri, lebih sebagai complementary business kami," ungkapnya. 
Selain modal yang besar, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri juga membenarkan kalau pada akhir tahun 2018 lalu pihaknya berhasil menyentuh laba bersih sebesar Rp 25 triliun.
Memakai asumsi pencapaian laba bersih di tahun 2017 lalu, Mandiri artinya berhasil mencetak pertumbuhan laba hingga Rp 5 triliun alias naik 53% secarayear on year (yoy).
Hal ini menunjukan kalau kapasitas Mandiri untuk melakukan ekspansi lewat pembentukan anak usaha atau akuisisi di tahun ini lebih dari cukup.
Selain dua bank plat merah tersebut, BCA pun tahun ini tengah mematang niatnya untuk mengakuisisi dua bank kecil. Rencana yang sudah dilontarkan sejak tahun lalu ini semakin nyata untuk direalisasikan.
Sebabnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun menyebut sudah mengetahui rencana bank swasta terbesar itu. Malah, pihak regulator kini tengah mempertimbangkan permintaan BCA yang ingin diskresi setelah akuisisi.

Dengan kata lain, bisa saja BCA tidak perlu menggabungkan (merger) dua bank yang akan diakuisisinya. Alih-alih untuk memperbesar gurita bisnisnya, BCA sebelumnya menyebut sudah mempersiapkan dana hingga Rp 4,5 triliun untuk kebutuhan anak usaha dan rencana aksi korporasi.

🍒

JAKARTA, KOMPAS.com - Lembaga Penjamin Simpanan ( LPS) mencatatkan adanya perbaikan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga ( DPK) di Oktober 2018, yang membuat rasio total kredit terhadap dana pihak ketiga (loan to deposit ratio/LDR) pun membaik terbatas menjadi 93,05 persen dari sebelumnya 93,39 persen. LPS mencatatkan, pertumbuhan kredit perbankan hingga akhir Oktober 2018 mencapai 13,35 persen (yoy), dengan pertumbuhan DPK sebesar 7,6 persen. Walaupun demikian, LPS menekankan, perbaikan LDR tidak berarti terjadi perbaikan kondisi likuiditas yang cenderung ketat. "Mengingat pada akhir tahun perbankan akan melakukan strategi ekspansi yang lebih aktif untuk memperbaiki kinerja keuangan," sebut LPS melalui keterangan tertulis yang diberikan kepada Kompas.com, Jumat (14/12/2018). Dalam indikator likuditas yang diterbitkan oleh LPS, LDR tertinggi tercatat masih terjadi pada kelompok bank BUKU 3 yang mencapai 102,8 persen. Baca juga: LPS: Bank Harus Pinter-pinter Atur Likuiditas Lebih lanjut dijelaskan, pertumbuhan kredit yang lebih tinggi masih akan berlanjut di sepanjang tahun 2018 ini. "Namun untuk tahun 2019 diperkirakan lajunya akan sedikit mengalami perlambatan di tengah keterbatasan pertumbuhan DPK, dan potensi kenaikan suku bunga kredit yang berdampak pada perilaku korporasi dan konsumen dalam permintaan kredit baru," sebut LPS. Pertumbuhan DPK pun diyakini masih akan lebih rendah. Hingga akhir tahun, pertumbuhan kredit dan DPK masing-masing akan mencapai 11,5 persen dan 7,2 persen. Sementara untuk tahun 2019 diperkirakan kredit dan DPK masing-masing tumbuh 12,4 persen dan 9 persen.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "LPS: Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Membaik", https://ekonomi.kompas.com/read/2018/12/14/135100126/lps--pertumbuhan-dana-pihak-ketiga-membaik
Penulis : Mutia Fauzia
Editor : Erlangga Djumena
🌷

Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, indeks harga konsumen November 201 terjadi inflasi sebesar 0,27 persen (month to month), dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 134,56. Angka ini turun tipis dibandingkan inflasi Oktober 2018 sebesar 0,28 persen.
"Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–November) 2018 sebesar 2,50 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (November 2018 terhadap November 2017) sebesar 3,23 persen," tulis keterangan resmi BPS yang dipublikasikan, Senin (3/12).
Dari 82 kota IHK, 70 kota mengalami inflasi dan 12 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Merauke sebesar 2,05 persen dengan IHK sebesar 139,50 dan terendah terjadi di Balikpapan sebesar 0,01 persen dengan IHK sebesar 137,85.
Sementara deflasi tertinggi terjadi di Medan sebesar 0,64 persen dengan IHK sebesar 138,37 dan terendah terjadi di Pematangsiantar dan Pangkalpinang masing-masing sebesar 0,01 persen dengan IHK masing-masing sebesar 138,56 dan 139,06.
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan sebesar 0,24 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,20 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,25 persen; kelompok sandang sebesar 0,23 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,36 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,05 persen; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,56 persen.
Komponen inti pada November 2018 mengalami inflasi sebesar 0,22 persen. Tingkat inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–November) 2018 sebesar 2,90 persen dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (November 2018 terhadap November 2017) sebesar 3,03 persen.


Sumber: BeritaSatu.com

🌸
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Central Asia Tbk memastikan akan menyelesaikan akuisisi bank kecil usai menggelar rapat umum pemegang saham atau Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Hal ini sesuai dengan ketentuan status BCA sebagai perusahaan terbuka.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, hingga akhir tahun ini, perusahaan belum memiliki jadwal untuk menggelar RUPS. Jika tidak ada aral melintang, RUPS rencananya baru akan digelar pada awal tahun 2019. Artinya, rencana penyelesaian akuisisi akan mundur dari yang dijadwalkan sebelumnya pada kuartal III-2018.
Meskipun mundur dari rencana awal, akuisisi bank kecil ini menurut Jahja tidak menemukan kendala dari sisi perizinan.
“Kalau perizinan dari Bank Indonesia (BI) kami dipermudah, tidak ada kendala,” ungkap dia, usai Pertemuan Tahun BI di Jakarta Convention Center (JCC), Selasa (27/11).
Ketika disinggung mengenai identitas bank yang akan diakuisisi oleh BCA, Jahja enggan memberikan penjelasan lebih detail atas rencana tersebut. “Saya nggak mau kasih statement dulu deh, nanti malah mengacaukan pasar,” kata dia.
Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyambut baik rencana akuisisi yang akan dilakukan oleh BCA. Saat ini, OJK terus mendorong industri perbankan untuk melakukan konsolidasi dalam rangka penguatan permodalan. Melalui penguatan permodalan, diharapkan pertumbuhan industri perbankan Tanah Air bisa lebih kompetitif dan tidak stagnan.
“Dua bank didorong untuk berkonsolidasi itu makin bagus, jumlah bank menjadi semakin sedikit dan lebih kuat,” kata Deputi Pengawsan Perbankan III OJK, Slamet Edy Poernomo kepada Kontan.co.id.
Menurut Slamet, hingga kini BCA masih belum mengajukan izin akusisi secara resmi kepada OJK. Namun, yang jelas BCA sudah berkomunikasi dengan OJK terkait rencana tersebut. “Belum ada penjajakan secara formal, kami baru berdiskusi,” ungkap dia.
Mengenai status bank kecil yang akan diakuisisi oleh BCA, Slamet tidak mempersoalkan hal tersebut. “Terbuka (Tbk) atau tidak yang penting bisa diambil alih,” kata dia.
Sebagai informasi, bank swasta terbesar di Indonesia ini berencana mengakuisisi dua bank kecil kategori Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) I yang memiliki modal di bawah Rp 1 triliun. Demi memuluskan rencana akuisisi ini, BCA sudah menyiapkan anggaran belanja sekitar Rp 4,5 triliun.
Sebelumnya disebut bahwa ada dua skenario BCA terkait rencana akuisisi ini.

Pertama, mengambil alih satu bank kecil untuk dimerger dengan BCAKedua, BCA akan mengakuisisi bank kecil lainnya untuk pengembangan digital banking. Pertimbangan ini diambil demi memudahkan pengurusan administrasi pajak dan Sumber Daya Manusia (SDM).
🌾

JAKARTA – Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) 7-Day Reverse Repo Rate (BI 7DRRR) menjadi 6% pada Kamis (15/11) sudah diprediksi dan diantisipasi oleh sejumlah bank. Sementara itu, regulator dan bankir tetap memproyeksi kinerja perbankan tahun depan membaik dari tahun ini, kendati berada dalam atmosfer rezim suku bunga tinggi.
Deputi Komisioner Pengawas Perbankan I Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Boedi Armanto mengatakan, berdasarkan revisi rencana bisnis bank (RBB) tahun 2018, laba perbankan diproyeksikan tumbuh 13% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 148,19 triliun dibandingkan tahun lalu sebesar Rp 131,15 triliun.
“Target ini diperkirakan dapat tercapai, mengingat sampai dengan September 2018, laba perbankan tercatat tumbuh 12,10% secara year to date (ytd),” kata Boedi kepada Investor Daily, Jumat (16/11).
Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana mengatakan, sampai dengan Oktober 2018 penyaluran kredit industri perbankan sudah tumbuh 12,9% (yoy Dengan demikian, sampai dengan akhir tahun ini pihaknya optimistis kredit perbankan bisa tumbuh 13%.
“Tahun depan kami juga optimistis kinerja bank tumbuh sesuai rencana. Kalau RBB pada November ini belum masuk, kalau tahun ini kan sudah lewat ya dari RBB 11,9%, tapi sekarang sudah 12,9%. Jadi kami yakin bisa mencapai 13% sampai akhir tahun untuk pertumbuhan kredit,” tambah Heru. (th)

🍒

JAKARTA ID – Industri perbankan mencetak laba bersih Rp 110,27 triliun hingga September 2018, naik 10,3% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 99,97 triliun. Pencapaian laba tersebut ditopang dari pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) tumbuh 4,94% menjadi Rp 279,09 triliun.
Sementara pendapatan operasional non bunga tumbuh 17,31% menjadi Rp 208,21 triliun.
Merujuk data Statistik Perbankan Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan, penyaluran kredit tumbuh 12,69% menjadi Rp 5.120,10 triliun, sedangkan dana pihak ketiga yang dihimpun perbankan naik 6,6% mencapai Rp 5.482,49 triliun.
Sementara beban operasional per September 2018 sebesar Rp 354,94 triliun, lebih tinggi dari periode sama tahun lalu sebesar 318,72 triliun.
Jika dilihat per kelompoknya, bank umum kegiatan usaha (BUKU) I membukukan laba bersih sebesar Rp 632 miliar sampai September 2018, naik tipis 2,60% dari posisi September 2017 yang sebesar Rp 616 miliar.
Sementara itu, untuk BUKU II mengalami penurunan perolehan laba bersih sebesar 9,73% menjadi Rp 6,96 triliun dari Rp 7,71 triliun. Kemudian, OJK mencatat kelompok bank BUKU III berhasil membukukan laba bersih Rp 28,54 triliun sampai dengan kuartal ketiga tahun ini. Nilai tersebut meningkat 5,31% dari posisi September tahun lalu yang sebesar Rp 27,10 triliun.
Sedangkan bank BUKU IV mencatatkan laba bersih sebesar Rp 71,63 triliun, naik 13,54% dari posisi September tahun lalu Rp 63,09 triliun. (bersambung)
🌷

Bisnis.com, JAKARTA - Momentum beli rupiah menguat setelah Bank Indonesia (BI) memberi kejutan dengan meningkatkan suku bunga acuan untuk keenam kalinya pada tahun 2018.
Jameel Ahmad, Global Head of Currency Strategy & Market Research ForexTime (FXTM), mengatakan rupiah meningkat di atas 0.9% setelah pengumuman BI menaikkan suku bunga.
"Mata uang Indonesia ini berpotensi untuk semakin menguat di saat investor mencerna langkah terbaru BI," papar Jameel, Kamis (15/11).
Menurutnya, penurunan Dolar AS selama tiga hari terakhir berturut-turut juga membantu sentimen pasar berkembang.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 14-15 November 2018 memutuskan untuk menaikkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,75%.
Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan keputusan tersebut sebagai langkah lanjutan Bank Indonesia untuk memperkuat upaya menurunkan defisit transaksi berjalan ke dalam batas yang aman.
"Kenaikan suku bunga kebijakan tersebut juga untuk memperkuat daya tarik aset keuangan domestik dengan mengantisipasi kenaikan suku bunga global dalam beberapa bulan ke depan," papar Perry.
Untuk meningkatkan fleksibilitas dan distribusi likuiditas di perbankan, BI menaikkan porsi pemenuhan GWM Rupiah Rerata (konvensional dan syariah) dari 2% menjadi 3% serta meningkatkan rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (konvensional dan syariah) yang dapat direpokan ke BI dari 2% menjadi 4%, masing-masing dari Dana Pihak Ketiga (DPK).
Di bidang kebijakan makroprudensial, BI juga mempertahankan rasio Countercyclical Capital Buffer (CCB) sebesar 0% dan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) pada target kisaran 80-92%.
Ke depan, dia menegaskan BI akan mengoptimalkan bauran kebijakan guna memastikan tetap terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
BI juga akan memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk menjaga stabilitas ekonomi dan memperkuat ketahanan eksternal.
"Termasuk untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan sehingga menurun menuju kisaran 2,5% PDB pada 2019," tambah Perry.
🍁

JENEWA sindonews- Sebagai nasabah, kita menginginkan menyimpan uang di bank dengan aman. Namun tidak semua negara memiliki tingkat perbankan yang aman dan sehat, bahkan di negara maju sekalipun.

Melansir dari Business Insider, Rabu (7/11/2018), World Economic Forum (WEF) merilis Survei Daya Saing Global Perbankan di dunia, dimana ada sejumlah indikator penunjuk kesehatan lembaga-lembaga keuangan di dunia.

WEF menyusun data 140 negara dengan sistem perbankan yang sehat dan aman dengan mensurvei para eksekutif perbankan di dunia. Ukuran tersebut tidak didasarkan pada ukuran ekonomi suatu negara, melainkan populasi nasabah dan jumlah cadangan tunai. 

Dari indikator itu, skor 1 berarti bank kekurangan likuditas, sedangkan skor 7 merupakan penilaian tertinggi yang mencerminkan perbankan tersebut sehat. Dari sebanyak 140 negara yang disusun, terdapat 29 negara dengan sistem perbankan yang aman dan sehat. 

Sementara, Indonesia berada di posisi 72, lebih tinggi dari Korea Selatan (74), Spanyol (78), India (83), Turki (84) dan Republik Rakyat China di peringkat 90. 

Berikut 29 negara dengan sistem perbankan teraman di dunia:
29. Jamaika – Skor 5,7
28. Arab Saudi – Skor 5,7
27. Prancis – Skor 5,7
26. Swedia – Skor 5,7
25. Thailand – Skor 5,7
24. Trinidad dan Tobago – Skor 5,7
23. Maroko – Skor 5,7
22. Brasil – Skor 5,7
21.  Panama – Skor 5,8
20. Jepang – Skor 5,8
19. Taiwan – Skor 5,8
18. Amerika Serikat – Skor 5,8
17. Honduras – Skor 5,8
16. Filipina – Skor 5,8
15. Denmark – Skor 5,8
14. Republik Ceko – Skor 6,0
13. Guatemala – Skor 6,0
12. Israel – Skor 6,1
11. Norwegia – Skor 6,1

10. Slowakia – Skor 6,1
9. Selandia Baru – Skor 6,1
8. Swiss – Skor 6,2
7. Luksemburg – Skor 6,3
6. Hong Kong – Skor 6,3
5. Chili – Skor 6,3
4. Australia – Skor 6,4
3. Singapura – Skor 6,4
2. Kanada – Skor 6,5
1. Finlandia – Skor 6,7

(ven)
🍎

Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa Indonesia sebesar USD 115,2 miliar pada akhir Oktober 2018, meningkat dibandingkan dengan USD 114,8 miliar pada akhir September 2018. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Agusman, menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
"Peningkatan cadangan devisa pada Oktober 2018 terutama dipengaruhi oleh penerimaan devisa migas dan penarikan utang luar negeri (ULN) pemerintah yang lebih besar dari kebutuhan devisa untuk pembayaran ULN pemerintah dan stabilisasi nilai tukar Rupiah," ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (7/11).
Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai didukung keyakinan terhadap stabilitas dan prospek perekonomian domestik yang tetap baik, serta kinerja ekspor yang tetap positif.
[bim]
🌷
Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa Indonesia sebesar USD 115,2 miliar pada akhir Oktober 2018, meningkat dibandingkan dengan USD 114,8 miliar pada akhir September 2018. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Agusman, menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
"Peningkatan cadangan devisa pada Oktober 2018 terutama dipengaruhi oleh penerimaan devisa migas dan penarikan utang luar negeri (ULN) pemerintah yang lebih besar dari kebutuhan devisa untuk pembayaran ULN pemerintah dan stabilisasi nilai tukar Rupiah," ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (7/11).

Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai didukung keyakinan terhadap stabilitas dan prospek perekonomian domestik yang tetap baik, serta kinerja ekspor yang tetap positif.
🍑

JAKARTA, iNews.id - Bank Indonesia (BI) menyebutkan tidak ada pengetatan likuiditas di perbankan baik secara individual maupun industri. Pasalnya, hingga kini tidak ada lonjakan kenaikan suku bunga pasar uang antarbank.
"Terjadi kenaikan suku bunga lonjakan tidak? Tidak kan, berarti memang tidak ada kesulitan likuiditas baik di individual bank, industri, maupun pasar uang," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (1/11/2018).
Menurut dia, indikator pengetatan likuiditas tidak dapat dilihat dari Loan to Deposit Ratio (LDR) di mana pertumbuhan kredit lebih besar yaitu 12,6 persen dibandingkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang hanya 6,6 persen.
"Jangan bandingkan pertumbuhan DPK dengan kredit harus diliat berapa besar total alat likuid. Alat liquid bisa noncore deposit, bisa juga alat liquid dibandingkan DPK yang sekarang sekitar 19 persen itu cukup. Bisa juga itu indikator volume dan suku bunga di pasar uang antarbank terjadi kenaikan yang tidak normal," ucapnya.
Selain itu, pihaknya tidak akan tinggal diam jika ada indikasi awal pengetatan likuiditas perbankan. Pasalnya, likuiditas harus dipastikan berada di level yang cukup karena jika berlebihan dapat menimbulkan ketidakstabilan di nilai tukar. Sementara, jika kurang, dapat menghambat pertumbuhan kredit.
"Kami sudah berikan instruksi, kalo ada indikasi awal pun kami akan lakukan likuiditas rupiah cukup tidak lebih dan kurang. Itu koordinasi yang kita lakukan untuk likuditasnya," kata dia.
Hal yang sama dikatakan oleh Anggota Dewan Komisioner sekaligus Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana. "Jangan lupa perbankan punya buffer likuiditas. Kita liat bahwa likuid dibagi dengan noncore defisitnya masih 99 persen, tresholdnya 50 persen," tuturnya.
"Kita akan kerja sama dengan komponen KSSK seperti Kemenkeu dan BI untuk jaga momentum ini. Kita jaga BI untuk melonggarkan likuditas apabila dirasa ada pengetatan di sana," ujarnya.
Sebelumnya, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat terjadi pengetatan likuiditas karena pertumbuhan LDR perbankan saat ini mencapai 94 persen. Angka ini telah melewati batas aman yang ditentukan Bank Indonesia sebesar 92 persen.


Editor : Ranto Rajagukguk
🌹

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) masih menjadi menjadi pilihan utama sejumlah sekuritas, menimbang kinerjanya yang positif dan prospek serta strategi perseroan yang cukup menjanjikan.
Tim Riset DBS Vickers Sekuritas mengatakan bahwa laba bersih BBRI hingga kuartal III/2018 mencapai Rp23,55 triliun, tumbuh 14,6% yoy, sejalan dengan ekspektasi DBS Vickers.
Pertumbuhan pinjaman juga cukup kuat, mencapai 16,5% yoy, didorong oleh semua segmen selain segmen menengah yang mengalami penurunan sebesar 14,3% yoy. Saat ini, management BBRI sedang menyusun strategi untuk meningkatkan kualitas di segmen ini.
Sementara itu, net interest margin atau margin bunga bersih sedikit turun dari 7,9% per September 2017 menjadi 7,5% per September 2018 akibat persaingan yang sengit di segmen konsumer dan turunnya bunga KUR dari 9% menjadi 7%.
BBRI sudah meluncurkan BRISpot atau sistem digital yang memungkinkan BBRI memproses pinjaman mikro secara lebih cepat dan efisien. Untuk segmen konsumer, BBRI telah meluncurkan MyBRI yang mengurangi waktu persetujuan dari hitungan hari menjadi hitungan jam.
Management BBRI telah memutuskan untuk menetapkan ratio pembayaran dividen sebesar 45% dalam 2-3 tahun ke depan, tetapi akan mempertahankan rasio kecukupan modal atau CAR di atas 17%-18%.
Pada 2019, pertumbuhan kredit BBRI diperkirakan akan lebih rendah dari tahun ini menjadi di kisaran 12% - 14%. BBRI ingin meningkatkan portofolio segmen mikro dari kini 34,5% menjadi 40%, dan menurunkan segmen korporasi dari 24,2% menjadi di bawah 20%.
“Kami tetap yakin BBRI tetap akan menjadi pemain utama dan terbaik di segmen kredit mikro. Kami mempertahankan rekomendasi beli saham BBRI dengan target harga Rp3.900,” ungkap tim riset DBS Vickers Sekuritas.
Andy Ferdinand, Kepala Riset Samuel Sekuritas Indonesia, juga mempertahankan rekomendasi beli atas saham BBRI dengan target harga Rp3.800.
“Secara umum kami melihat kinerja kuartal III/2018 masih relatif baik, tetapi tantangan di kuartal IV/2018 cukup besar seiring tren kenaikan suku bunga dan depresiasi rupiah. NPL perlu diantisipasi,” ungkapnya.
NPL BBRI sedikit meningkat pada kuartal III/2018 menjadi 2,46%, dibandingkan kuartal II/2018 2,33% dan kuartal III/2017 2,23%. Penurunan cukup mencolok di segmen menengah dan korporasi.
Alexander Margaronis, Analis UOB Kay Hian Sekuritas, juga mempertahankan rekomendasi beli di target harga Rp3.500. Saham BBRI terlihat oversold karena telah turun dua standar deviasi dari rata-rata historisnya dalam setahun.
“Ini dapat memicu aksi beli yang kuat ketika pasar membaik dan karena beta saham yang tinggi,” katanya.
Saham BBRI ditutup di harga Rp2.990 pada Jumat pekan lalu, sudah turun 17,86% secara year to date.
🌷

Jakarta detik - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuannya. BI 7 Days Repo Rate tak berubah di level 5,75%. 

"Rapat dewan gubernur BI 22-23 Oktober 2018 memutuskan untuk mempertahankan BI 7 days 5,75%," ungkap Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara di Kantor BI, Jakarta Pusat, Selasa (23/10/2018).


Mirza mengatakan, hal itu sejalan dengan langkah untuk menurunkan defisit transaksi berjalan. BI juga memutuskan besaran lending facility 5% dan deposit facility 6,5%.

"Keputusan tersebut konsisten untuk turunkan defisit transaksi berjalan. BI juga terus tempuh strategi moneter untuk jaga likuiditas di pasar valas dan pasar rupiah dan secara efektif berlakukan domestik NDF. BI perkuat koordinasi dengan pemerintah untuk jaga stabilitas ekonomi dan perkuat ketahanan eksternal. Mendorong ekspor dan menurunkan impor sehingga defisit transaksi berjalan bisa turun," tuturnya.(zlf/ang)
🌸

JAKARTA, KOMPAS.com - Guru Besar Ilmu Manajemen Universitas Indonesia Rhenald Kasali mengatakan, tahun 2019 akan menjadi pertumpahan darah bagi bank soal inovasi digital banking. Hal ini karena akan ada beberapa bank yang pertumbuhannya naik cukup signifikan. Di sisi lain ada bank-bank yang justru mengalami pelambatan. “Untuk tahun depan itu akan menjadi 'pertumpahan darah' bagi bank, karena akan ada bank yang menjadi tumbuhnya sangat signifikan dan ada bank yg mengalami pelambatan, dan percaya omongan saya sebagian dari mereka akan menyalahkan (kondisi) ekonomi,” jelas Rhenald di Jakarta, Senin (22/10/2018). Dia juga menyampaikan, digital banking ini bisa tricky. Rhenald menyampaikan kemungkinan sekitar 50 persen bank di Indonesia bisa bertahan karena melakukan revolusi layanannya. “Ada bank konvensional di mana 50 persennya bisa berevolusi, dan 50 persennya akan mati. 50 persen yang berevolusi ini namanya techfin,” ujar Rhenald. “Nyatanya, techfin itu bank kovensional dengan spirit bank tradisional, tetapi memberikan layanan digital,” imbuhnya. Sementara itu, Rhenald juga menjelaskan kondisi ekonomi global sekarang yang sudah mengalami perubahan. Banyak orang yang menginginkan pertumbuhan ekonomi tinggi, tapi sejak tahun 2014 era pertumbuhan ekonomi utamanya di negara-negara Asia untuk meningkat diatas 5 persen sudah sulit. “Banyak orang yang bicara pertumbuhan ekonomi harus tinggi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi itu sudah berakhir tahun 2014, yakni 6 tahun setelah AS melewati masa krisis 2008. Setelah itu, bola berbalik ke AS apalagi sejak Trump menjabat sebagai Presiden. Jadi, zaman sudah berubah, pasar juga berubah, pendidikan juga berubah,” tutur Rhenald. 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pakar Manajemen: 2019 Jadi Tahun "Pertumpahan Darah" bagi Industri Perbankan", https://ekonomi.kompas.com/read/2018/10/22/160729926/pakar-manajemen-2019-jadi-tahun-pertumpahan-darah-bagi-industri-perbankan
Penulis : Putri Syifa Nurfadilah
Editor : Bambang Priyo Jatmiko
🌸

ID: Di tempat terpisah, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, berdasarkan data sementara BI per September 2018, kredit tumbuh 12,75% (yoy) atau lebih tinggi dari periode sebelumnya.
Menurut dia, ada beberapa komponen yang mendorong pertumbuhan kredit, di antaranya adalah kredit modal kerja (KMK) dan investasi yang tumbuh positif. Demikian juga sektor manufaktur dan jasa yang tumbuh baik.
“Saat ini kualitas aktivitas intermediasi perbankan masih cukup baik dalam penyaluran kredit,” jelas Perry di Gedung BI, Jakarta, Jumat (19/10).
Hasil survei perbankan terbaru yang dirilis BI menunjukkan bahwa rata-rata responden memperkirakan pertumbuhan kredit pada 2018 akan mencapai 11,5%, lebih tinggi dibandingkan realisasi 2017 sebesar 8,2%. (bersambung)
🌲

ID: Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso sebelumnya mengatakan, pertumbuhan kredit yang diyakini bisa melebihi target tahun ini berasal dari sektor komoditas. Pasalnya, lanjut dia, harga batu bara, kelapa sawit, dan tambang (mining) lainnya mulai bangkit. Sehingga, yang sebelumnya pengusaha drop, perlahan mulai bangkit sejak harga komoditas membaik, hal tersebut membuat semua sektor menjadi bergerak.
“Akhir tahun kredit bisa tumbuh 13%, karena perekonomian tumbuh. Batu bara jadi bagus, bagaimana pun kalau semua gerak, orang belanja jadi lebih banyak. Bisa beli rumah, ini multiplier effect. Karena harga komoditas tahun 2014-2016 itu harga minyak turun di bawah US$ 50 per barel, dari yang sebelumnya US$ 100 per barel,” jelas Wimboh.
Dia menambahkan, dengan naiknya harga komoditas tersebut, otomatis akan mengerek pertumbuhan kredit yang lain juga. Selain komoditas, sektor kredit lainnya yang akan mendorong per tumbuhan kredit 13% tahun ini adalah industri pengolahan, perkebunan, dan perdagangan.
“Nanti otomatis konsumsinya juga ikut naik, dari yang awalnya tidak mau beli motor akan beli motor, ini bagus. Makanya tidak heran kredit sudah 12,12% di Agustus, ini sudah bangkit,” ungkap dia.
Jika dilihat dari kelompoknya, Wimboh menyebut penyumbang pertumbuhan kredit yang tinggi tahun ini berasal dari bank umum kegiatan usaha (BUKU) IV atau bank besar dengan modal inti di atas Rp 30 triliun. (bersambung)

🌲

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Departemen Komunikasi Junanto Herdiawan mengatakan cadangan devisaIndonesia pada akhir September 2018 turun dibanding bulan sebelumnya menjadi US$ 114,8 miliar. Adapun cadangan devisa pada Agustus 2018 sebesar US$ 117,9 miliar.
"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," kata Junanto dalam keterangan tertulis, Jumat, 5 Oktobet 2018.
Junanto mengatakan BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Menurut Junanto, penurunan cadangan devisa pada September 2018 terutama dipengaruhi pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
"Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai didukung keyakinan terhadap stabilitas dan prospek perekonomian domestik yang tetap baik, serta kinerja ekspor yang tetap positif," ujar Junanto.
Adapun menurut data BI, cadangan devisa tercatat terus tergerus. Sejak empat bulan terakhir, dari Mei hingga Juli cadangan devisa telah turun sebanyak US$ 4 miliar. Pada Mei 2018, posisi cadangan devisa berada pada angka US$ 122,9 miliar lalu pada Juli 2018 turun menjadi US$ 118,8 miliar.

Pada Agustus 2018 posisi cadangan devisa mencapai US$ 117,9 miliar dan September turun lagi menjadi US$ 114,8 miliar.
🌸


KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) merogoh kocek sebesar Rp 447 miliar untuk membeli 65% saham Danareksa Sekuritas. Selain itu pada saat yang sama BRI juga membeli 35% saham investment management sebesar Rp 372 miliar.

Haru Koesmahargyo, Direktur Keuangan BRI menjelaskan pada tanggal 27 september 2018, BRI telah menandatangani perjanjian jual beli saham bersyarat dengan PT Danareksa Persero sebagai pemegang saham Danareksa Sekuritas dan Danareksa Investment Management.



"Jual beli saham bersyarat tersebut meliputi 67% saham Danareksa Sekuritas senilai Rp 447 miliar dan 35% saham Danareksa Investment Management senilai Rp 372 miliar," kata Haru kepada kontan.co.id, Jumat (28/9).

Kesepakatan tersebut dilatarbelakangi oleh strategi jangka panjang BRI dalam membangun bisnis jasa keuangan dengan menyediakan layanan yang terintegrasi.

Pertumbuhan bisnis perusahaan efek dan perusahaan investasi diperkirakan akan cukup menjanjikan seiring dengan naiknya kesadaran masyarakat akan produk keuangan terutama bagi kelas menengah, dan meningkatnya kebutuhan segmen wholesale terhadap produk pasar modal.


Transaksi jual beli saham antara BRI dan Danareksa Persero ini akan efektif setelah memenuhi persyaratan regulasi antara lain regulasi Otoritas Jasa Keuangan.

🍑

Bisnis.com, JAKARTA - Tren suku bunga yang lebih tinggi di negara maju bisa berprospek merusak daya tarik perusahaan di negara berkembang, yang diuntungkan dari laju pertumbuhan ekonomi.
Seperti diketahui, pada akhir bulan ini, Bank Sentral AS (The Federal Reserve) diprediksi akan kembali menaikkan suku bunga acuannya (Fed Fund Rate/FFR) saat rapat kebijakan FOMC.
Tekanan di pasar negara berkembang pun telah bergeser dari mata uang ke pasar saham di perdagangan bursa negara berkembang setidaknya hingga Selasa (4/9). Indeks MSCI Emerging Market melemah untuk hari kelima, dan mencetak pelemahan tertajam dalam tiga pekan.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks MSCI Emerging Market ditutup melemah 0,66% ke 1.040,17 pada perdagangan Selasa (4/9) dan turun 2,87% dalam sepekan.
“Kami tetap dengan pandangan bearish untuk tingkat utang, suku bunga, dan valuta asing, serta menahan posisi short untuk kawasan high-beta, termasuk Indonesia dan Malaysia yang akan menjadi fokus investor,” tulis Direktur Eksekutif Morgan Stanley, James Lord, seperti dikutip Bloomberg, Rabu (5/9/2018).
Adapun, penguatan dolar AS telah membuat biaya utang untuk negara-negara berkembang, mulai dari Brasil, Malaysia, hingga Afrika Selatan, menjadi lebih mahal. Tekanan dolar AS tersebut mulai muncul pada Selasa (3/9) setelah AS mengeluarkan data manufaktur yang menguat.
Data ekonomi AS yang positif tersebut diperkirakan mendorong Federal Reserve untuk terus menaikkan suku bunga acuannya (Fed Fund Rate/FFR). Hal tersebut pun dinilai berpotensi membawa perekonomian Afrika Selatan memasuki resesi.
“Permasalahan kali ini bukan hanya tentang fundamental emerging market, tetapi tentang penularan, yang sebagian besar terjadi karena kepemilikan silang (cross-holding) dan tekanan untuk penarikan arus modal, likuiditas dan reaksi kebijakan,” kata Sameer Goel, Head of Macro Strategy for Asia di Deutsche Bank AG, Singapura.
Selain ekuitas Indonesia yang terus melemah selama lima hari berturut-turut seiring dengan upaya Bank Indonesia ingin mengerek suku bunga dan mengancam perlambatan ekonomi terbesar di Asia Tenggara tersebut, pasar saham Filipina juga terus melanjutkan pelemahan setelah laporan inflasi dirilis.
Data inflasi Filipina yang menembus 6% pada bulan lalu diperkirakan bakal menghambat potensi kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral Filipina.

“Investor telah lebih selektif, dan negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi rendah, defisit neraca berjalan, dan inflasi tinggi akan menderita aksi jual yang lebih kuat,” kata Koji Fukaya, CEO di FPG Securities, Tokyo.
🌽

Bisnis.com, JAKARTA—Pergerakan harga saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mengindikasikan tren bearish setelah sebelumnya ditutup melemah 50 poin ke level 3.120 pada akhir perdagangan sesi I hari ini.
Adapun, IHSG juga ditutup melemah 42,96 poin ke level 5.924. Tekanan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS telah menggiring aksi jual investor hingga Rp306 miliar.
Nilai dolar AS semakin perkasa terhadap mata uang di berbagai emerging marketsetelah ekonomi Paman Sam semakin membaik. Emerging market termasuk Indonesia melakukan stance kebijakan moneter yang disiplin untuk menjaga pasar agar tetap menarik bagi investor asing dan mendapatkan afirmasi dari Fitch Ratings untuk Sovereign Credit Rating pada outlook stabil/BBB atau layak investasi.
Selain itu, sentimen krisis Turki dan Argentina juga masih menjadi perhatian investor selain perkembangan kebijakan perdagangan Trump.
Saat ini valuasi harga saham BBRI sudah cukup terdiskon dengan price book value ratiosebesar 2,4 kali (di bawah rata-rata historis 5 tahun dengan price book value ratiosebesar 2,6 kali). Namun, saham BBRI ini terbilang masih relatif overvalued apabila dibandingkan dengan indeks sektor finansial yang memiliki  price book value ratiosebesar 1,88 kali.
Secara analisis teknikal, indikator stochastic oscillator mengindikasikan tren bearishmasih berlanjut pada saham BBRI dengan relative strength index pada area netral. Saham BBRI kalaupun melemah tidak akan breakout MA50 menuju 3.080. Diperkirakan saham BBRI akan bergerak dalam rentang 3.100-3.210 pada perdagangan hari ini.
Sumber: Bloomberg

*) Anida ul Masruroh, analis Bisnis Indonesia Resources Center
🌷

Merdeka.com - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada Agustus 2018 terjadi deflasi sebesar 0,05 persen. Angka ini berbanding terbalik dibandingkan Juli 2018 yang mengalami inflasi sebesar 0,28 persen. Namun, deflasi Agustus 2018 tersebut lebih rendah dibandingkan periode sama tahun lalu yang mengalami deflasi sebesar 0,22 persen.
Kepala BPS, Suhariyanto, menyatakan dengan deflasi ini berarti tingkat inflasi tahun kalender Januari-Agustus sebesar 2,13 persen. Sedangkan inflasi tahun ke tahun atau dari Agustus 2017 ke Agustus 2018 3,20 persen.
"Inflasi pada Agustus 2018, berdasarkan perkembangan harga berbagai komoditas pada Agustus secara umum mengalami penurunan. Ini menggembirakan karena di bawah target, diharapkan inflasi tetap terkendali," ujar dia di Kantor BPS, Jakarta, Senin (3/9).
Dia menjelaskan, dari 82 kota IHK, 52 kota mengalami deflasi. Sedangkan 30 kota mengalami inflasi. Deflasi tertinggi dialami Kota Baubau sebesar 2,49 persen dan deflasi terendah yaitu Jember sebesar 0,01 persen.
"Deflasi tertinggi di Baubau. Karena penurunan harga ikan segar dan transportasi udara," kata dia.
Sedangkan kota yang mengalami inflasi tertinggi yaitu Tarakan 0,62 persen dan inflasi terendah yaitu Padangsidempuan dan Medas sebesar 0,01 persen.
Sebelumnya, survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa inflasi pada Agustus sangat terkendali. Bahkan kemungkinan besar di bulan ke delapan ini akan deflasi.
"Data BI menunjukkan inflasi Agustus cukup baik malah mungkin saja bisa deflasi. So far angka volatile food cukup terkendali," jelas Deputi Gubernur Senior Mirza Adityaswara.
Reporter: Septian Deny
Sumber: Liputan6.com
🌹

 INILAHCOM, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani boleh ribuan kali bilang, tata kelola perekonomian nasional sudah hati-hati (prudent). Tapi kenapa nilai tukar rupiah dan daya beli merosot terus?
Para analis mengingatkan, Sri Mulyani tidak perlu mengulang-ulang soal tata kelola ekonomi yang sudah prudent. Sebab, pernyataan itu bisa menimbulkan kesan manipulatif.
Kenapa? Ya itu tadi. Suka atau tidak suka, perekonomian Indonesia masih terpuruk, apalagi jumlah utang luar negeri semakin numpuk. Wajar kalau publik mulai meragukan pernyataan itu. Apakah benar Sri Mulyani sudah berhati-hati?
Sejauh ini, Resiko dan Credit Default Swap (CDS) dari Indonesia, terus naik dari 80-an pada Januari 2018, menjadi 136. Sedangkan neraca perdagangan dan transaksi berjalan, terus mengalami defisit alias negatif. Sementara, pinjaman dalam valas (US$) terus meningkat. Alhasil, daya tukar rupiah terhadap mata uang Amerika Serikat masih lemah.
Para analis juga meminta agar setiap kali ada masalah ekonomi dan moneter di dalam negeri, tim ekonomi Kabinet Kerja, tidak lantas hanya menyalahkan faktor eksternal atau asing. Sebab itu gejala apologetik yang murahan. Menggambarkan ketidakmampuan dan kebuntuan akan gagasan atau terobosan.
Bicara kondisi perekonomian Indonesia saat ini, Sri Mulyani pun tak perlu mengelak jika kondisi memang kurang baik. Beranilah jujur bahwa suasananya memang lagi sulit.
Para ekonom sering mengingatkan agar Sri Mulyani berhati-hati, lantaran ekonomi Indonesia sudah masuk lampu kuning. Alasannya, terjadi 4 defisit sekaligus. Keempat defisit tersebut, neraca perdagangan, neraca pembayaran, neraca anggaran, dan neraca transkasi berjalan (Current Account Deficit/CAD).
Khusus neraca transaksi berjalan, defisitnya sangat besar, sempat minus US$9,8 miliar. Pada Februari 2017, defisit transaksi berjalan US$1,8 miliar. Pada Mei 2017, defisitnya meningkat menjadi US$2,4 miliar.
Selanjutnya Agustus 2017, defisit transaksi berjalan melompat lebih 100% menjadi US$5 miliar. Yang paling parah adalah potret neraca transaksi berjalan di kuartal I-2018 yang mengalami defisit hingga US$5,5 miliar. Perolehan ini adalah yang terburuk sejab lima tahun terakhir.
Besarnya defisit neraca transaksi berjalan di kuartal awal 2018 dua kali lipat ketimbang defisit pada periode sama di 2017. Terjadinya pelebaran defisit transaksi berjalan di kuartal I-2018 dipicu anjloknya surplus neraca perdagangan barang hingga 50%. Dari US$5,63 miliar (kuartal I-2017) menjadi US$2,36 miliar (kuartal I-2018).
Sebagai catatan, ekspor barang Indonesia di kuartal-I 2018 tercatat US$44,41 miliar. sementara nilai impor barang mencapai US$42,05 miliar. Sementara nilai ekspor pada kuartal I-2017, meningkat 8,95%. Hanya saja kalah dengan pertumbuhan impor yang melesat hingga 20%. Akibatnya, ya itu tadi. Terjadi defisit neraca transaksi berjalan secara ugal-ugalan.
Di mana, ekspor non-migas pada kuartal I-2018 secara year-on-year (yoy) tumbuh 9,4%. Jauh di bawah perolehan di kuartal I-2017 sebesar 21,9% (yoy). Sementara, impor non-migas bertumbuh signifikan 22,8% (yoy) di kuartal I-2018. Jauh di atas kuaral I-2017 sebesar 8,1% (yoy).
Melebarnya defisit transaksi berjalan memberikan tekanan serius terhadap nilai tukar rupiah. Jadi, pelemahan mata uang kebanggan rakyat Indonesia ini, bukan semata-mata faktor eksternal kan. Karena, jelas-jelas banyak kelemahan di sektor domestik kita.
Kalau tidak dikelola dengan baik, perekonomian di era Jokowi bisa terus memburuk ke lampu merah. Kalau sudah lampu merah, segala kemungkinan terburuk bakal semakin mendekati nyata.
Sejauh ini Indonesia kurang gesit dalam memperbaiki faktor-faktor makro ekonomi yang lemah dan sering menyalahkan faktor luar. Apakah itu faktor The Fed, faktor Malaysia, faktor China.
Kini, sudah saatnya kita berhenti menyalahkan faktor-faktor luar.
Ekonomi Indonesia era Jokowi rentan dengan gejolak globalisasi akibat kelemahan tim ekuin Kabinet Kerja. Sedangkan beberapa negara malah mampu tumbuh dengan perekonomian yang baik. Sejumlah negara mampu bertahan dari guncangan global.
Bedanya dengan Indonesia, ekonomi India tumbuh 7,3%. Begitu pula dengan Filipina, pertumbuhannya 7,2 persen. Maka, Jokowi dan tim ekonomi, sebaiknya berhenti untuk menyalahkan global. Fokus saja upaya meningkatkan perekonomian di dalam negeri.
Asal tahu saja, kondisi perekonomian Filipina, dulu paling payah. Saat ini, Filipina menjadi negeri hebat. Karena pertumbuhannya bisa 7,2%. Sementara Indonesia hanya mampu bertumbuh 5% lebih sedikit.
Oh iya, soal pajak di dalam negeri, ada yang kebablasen. Pajak untuk kelas menengah ke bawah, diuber dan digenjot Sri Mulyani. Namun pajak untuk tambang emas kakap yakni Freeport malah diturunkan. Jelas-jelas ini tak ada keadilan. Sangat kental paham neoliberalisme yang bercirikan keras, brutal.
Pemerintah juga terus melakukan berbagai upaya penarikan pajak lebih besar, antara lain dengan program tax amnesty dan kerja sama terkait keterbukaan perpajakan internasional. Mengoreksi langkah-langkah Sri Mulyani mengejar pajak dari dunia usaha.
Di negara lain, ketika ekonomi melambat, pajak justru dilonggarkan. Kalau sudah membaik, bolehlah digenjot secara perlahan.Era Jokowi justru sebaliknya. Sekali lagi, kondisi perekonomian Indonesia saat ini memasuki status riskan-rentan alias lampu kuning.
Saat ini, publik khususnya pelaku pasar butuh gagasan atau terobosan cerdas dari Tim Ekonomi Jokowi. Agar ekonomi kembali bergairah dan rupiah semakin berotot. Serta daya beli bisa pulih seperti sedia kala.
Sebenarnya, rakyat lebuh butuh kerja dengan hasil nyata. Bukan kerja dibumbui kata-kata yang manis di muka namun di belakangnya adalah derita. [ipe]


🌷



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang semester 1 2018, Bank BUMN berhasil mencatat laba lebih besar dibandingkan bank swasta. Mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sampai Juni 2018, laba bersih bank BUMN Rp 86,6 triliun.

Angka tersebut naik 17,26% secara tahunan atau year on year (yoy) dibandingkan periode sama 2017 Rp 73,9 triliun. Sedangkan laba bersih bank swasta Rp 62,7 triliun atau naik hanya 1% yoy dari periode sama 2017 Rp 62,1 triliun.

Pangsa pasar laba bank BUMN dibandingkan total perbankan sampai Juni 2018 juga lebih tinggi yaitu 50% dibandingkan bank swasta 36%.

Sampai Juni 2018, Bank BUMN mencatat rata rata total aset Rp 2.945 triliun atau naik 10,8% yoy dibandingkan periode sama 2017 Rp 2.658 triliun. Sedangkan total aset bank swasta Rp 3.182 triliun atau naik 9,09% yoy dari periode sama 2017 2.917 triliun.

Lalu, jika menilik rasio profitabilitas atau ROA, bank BUMN juga lebih unggul dengan 2,94% atau naik 16 basis poin (bps) dari periode sama 2017 2,78%. Sedangkan rasio profitabilitas bank swasta 1,97% atau turun 15,6 bps yoy.

Boedi Armanto, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan II OJK bilang, kekuatan bank BUMN dalam mencetak laba ini disebabkan karena beberapa faktor.

"Pertama karena struktur bank BUMN lebih murah dibandingkan bank swasta, kecuali BCA," kata Boedi kepada Kontan.co.id, Senin (27/8). Dengan dana murah lebih banyak, maka biaya dana bisa ditekan sehingga bisa mengoptimalkan laba.


Faktor pendorong laba bank BUMN lainnya yakni adanya kredit infrastruktur yang selama ini masih didominasi oleh bank BUMN.
🌸



Jakarta Detik - BI 7 Days Reverse Repo Rate berada di level 5,5% , lebih tinggi dibanding posisi bulan lalu. Hal tersebut merupakan hasil dari rapat dewan gubernur Bank Indonesia.

Apa alasan BI menaikkan suku bunga acuannya?

"Pertemuan RDG bulan ini memang diwarnai berbagai perkembangan global maupun domestik," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Kantor BI, Jakarta Pusat, Rabu (15/8/2018).



Dari luar negeri, BI mencermati dampak krisis ekonomi yang dialami Turki. Krisis tersebut telah memberi sentimen negatif bagi ekonomi dunia termasuk ke negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Hal itu tercermin dari jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang bila ditarik dari awal tahun telah mencapai 7% lebih.

"Global kita cermati di Turki maupun domestik, berbagai indikator ekonomi termasuk perkembangan dari sisi neraca pembayaran," tambah Perry.

"Akhir-akhir ini ketidakpastian ekonomi global semakin tinggi akibat Turki yang disebabkan kerentanan ekonomi domestik otoritas di Turki dan meningkatnya ketengangan Turki dengan AS," sambungnya.



Selain krisis Turki, BI juga mencermati perkembangan suku bunga acuan AS yakni fed fund rate (FFR).

"BI terus mencermati dan waspadai risiko dari sisi eksternal tersebut baik bunga FFR ketegangan perdagangan maupun yang terjadi di turki termasuk ke mungkinan dampak rambatan yang terjadi di Turki tersebut," tandas dia. (dna/ang)
🌷


JAKARTA okezone - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 14-15 Agustus 2018 memutuskan untuk menaikkan 25 basis points (bps) 7-Day Reverse Repo Rate (BI 7-Day RR Rate). Suku bunga acuan kini berada di level 5,5% dari 5,25%.
Dengan demikian ini menjadi ketiga kalinya di tahun 2018 Bank Sentral menaikkan suku bunga acuan. Setelah pada bulan Mei dan Juni menaikkan sebanyak 100 bps.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 14-15 Agustus 2018 memutuskan untuk menaikkan BI 7-day Reverse Repo Rate di level 5,5%" ujar Gubernur BI Perry Warjiyo di Kantor Pusat BI, Jakarta, Rabu (15/8/2018).

Adapun suku bunga Deposit Facility (DF) menjadi di level 4,75% dan Lending Facility (LF) pada level 6,25%, berlaku efektif sejak 15 Agustus 2018.
Sebelumnya, kenaikan suku bunga acuan ini memang telah diprediksi. Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyatakan, keputusan menaikkan suku bunga acuan dilakukan Bank Sentral untuk mengurangi tekanan Rupiah dan pasar keuangan terutama yang dipengaruhi oleh risiko jatuhnya nilai tukar Turki, Lira.
"Kenaikan suku bunga acuan BI diharapkan dapat mempertahankan daya tarik pasar keuangan domestik di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi sehingga dapat menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah," jelasnya kepada Okezone.
Dia menjelaskan, penguatan Dolar AS kian memukul mata uang negara-negara di dunia, terlebih pada Lira pasca Presiden AS Trump mengumumkan kenaikan impor tarif bagi produk Turki yakni besi dan alumunium. Meningkatnya ketegangan antara Turki dan AS memperburuk kondisi perekonomian Turki yang mengalami pelemahan.

Hal ini terlihat dari pelebaran defisit transaksi berjalan menjadi 6,3% terhadap PDB pada kuartal I tahun ini, diikuti juga oleh kenaikan inflasi yang mencapai 15,85% yoy. Pelemahan Turki Lira tersebut mendorong pelemahan mata uang Euro mengingat beberapa bank di kawasan Eropa memiliki eksposur pada Lira.
"Bukan hanya berdampak pada mata uang negara maju, anjloknya Lira juga memberikan kekhawatiran dan sentimen negatif bagi pasar keuangan negara berkembang, termasuk pasar keuangan domestik (Indonesia)," katanya.
Sejak akhir Juli hingga hari ini, Rabu (15/8/2018), Lira tercatat melemah 23,2%, Argentina Peso terdepresiasi 7,7%, Rand Afrika Selatan juga terkoreksi 7,6%, sementara Rupiah melemah sekitar 1,4%.
Disisi lain, kondisi perekonomian Indonesia dinilai relatif lebih kuat dari Turki dan negara berkembang lainnya. Khususnya jika dilihat dari tingkat utang luar negeri jangka pendek yang relatif rendah, cadangan devisa yang jauh lebih kuat dibandingkan kondisi tahun 1998 serta 2008.
"Meski perekonomian Indonesia cenderung tidak memiliki eksposur yang besar pada perekonomian Turki, namun krisis kurs Lira berpotensi mempengaruhi mata uang negara berkembang lainnya," jelasnya.
(dni)
🌹

ID: Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Halim Alamsyah mengatakan, tingkat suku bunga kredit bank akan naik dalam 3-4 bulan ke depan. Hal tersebut mencerminkan era suku bunga kredit rendah akan segera berakhir dan mulai masuk rezim suku bunga mahal, walaupun terjadi pada kredit sektor tertentu.

“Bunga kredit anak naik 3-4 bulan ke depan, tapi itu tergantung masing-masing bank. Tapi suku bunga rendah sudah berakhir,” ungkap Halim.

Halim memproyeksikan kenaikan suku bunga kredit bank akan lebih dulu terjadi pada kredit modal kerja. Pasalnya, terdapat kecenderungan bank bisa mengubah perjanjian kredit yang diberikan ke debitur yang umumnya merupakan korporasi.

Sedangkan untuk kredit konsumsi diperkirakan masih bisa ditahan oleh bank hingga 6-12 bulan ke depan. Namun, dia memastikan, kenaikan suku bunga kredit juga tergantung pada fokus bisnis masing-masing bank.

Sementara itu, relaksasi aturan loan to value (LTV) oleh Bank Indonesia yang berlaku mulai 1 Agustus 2018 disambut antusias kalangan perbankan. Bank-bank kini berlomba memangkas uang muka (down payment/ DP) untuk pembeli rumah pertama (first time buyer) guna mendongkrak portofolio kredit kepemilikan rumah (KPR). Beberapa bank berani menawarkan DP nol persen.

Kredit pemilikan rumah belakangan tumbuh cukup agresif, mencapai 12,75% pada Mei 2018, melampaui pertumbuhan total kredit perbankan yang sebesar 10,26%. BI yakin pelonggaran aturan LTV dapat mendorong KPR tumbuh 14% tahun ini. Total pembiayaan properti pada Mei 2018 mencapai Rp 840,3 triliun, tumbuh 11,4% (yoy). (hg
🍀


ID: Hingga kuartal pertama 2018, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) perseroan berada di level 23,6%. "CAR 23,6% sudah kelebihan modal, harusnya tidak perlu terbitkan subdebt lagi karena cost-nya mahal," kata dia.

Dengan menerbitkan obligasi subordinasi tersebut, pihaknya mengaku tambahan CAR tidak besar. Sampai akhir tahun ini pihaknya juga menyebut posisi CAR akan tergantung pada pertumbuhan kredit.

Dia mengungkapkan, dana dari penerbitan obligasi subordinasi tersebut akan digunkan untuk pengembangan usaha terutama pemberian kredit. Penerbitan obligasi subordinasi ini akan menambah alternatif investasi dari instrumen-instrumen keuangan yang diterbitkan oleh BCA bagi para investor dan para nasabah BCA.

Selain itu, komitmen penerbitan obligasi tersebut juga telah masuk dalam ketentuan perbankan internasional atau dikenal dengan Basel III. "Ini juga telah kami sampaikan dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) pada akhir tahun lalu," tambah dia.
Jahja menyebut, pihaknya akan segera merampungkan rencana akuisisi bank kecil. Rencana tersebut akan diumumkan dalam tiga bulan mendatang. Menurut dia, saat ini terdapat beberapa calon bank yang sudah dibidik perseroan untuk menjadi target akuisisi.

BCA telah menyiapkan alokasi dana sekitar Rp 4,5 triliun untuk keperluan penambahan modal anak usaha. "Fleksibel tergantung kebutuhan, kalau kami pakai akuisisi, ya anak perusahaan kita gak tambah nanti. Sementara ini kami lihat anak usaha belum perlu tambahan, jadi bisa dialokasikan ke semua," lanjut dia. (nid)

🍊


Jakarta detik- Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) telah merilis data jumlah simpanan di perbankan Indonesia per Mei 2018. Total nominal simpanan mencapai Rp 5.414 triliun dengan jumlah rekening sebanyak 257,42 juta rekening.

Sekretaris LPS Samsu Adi Nugroho menjelaskan untuk komposisi jumlah simpanan dengan saldo di atas Rp 2 miliar kurang dari 0,10% jumlah rekening atau 247.846 rekening. Namun nominal simpanannya mencapai Rp 3.051 triliun.

"Nominalnya turun 1,02% dibandingkan periode April 2018 sebesar Rp 3.082 triliun," kata Samsu dalam keterangannya, dikutip Rabu (4/7/2018).


Sementara itu untuk simpanan dengan saldo hingga Rp 2 miliar jumlah rekeningnya sebanyak 99,9% atau sebanyak 257.174.744 dari jumlah rekening keseluruhan. Untuk nominal simpanan tercatat Rp 2.363 triliun pada Mei naik 1,78% dibandingkan periode April Rp 2.322 triliun.

"Untuk simpanan dalam rupiah jumlah rekeningnya sebanyak 256.146.831 atau 99,61% dari jumlah rekening keseluruhan. Sementara untuk yang valuta asing (valas) mencapai 1 juta rekening atau 0,39%," ujar dia.

Dilihat dari jenis simpanan, jenis simpanan yang jumlah rekeningnya mengalami kenaikan paling tinggi adalah tabungan. Kenaikannya mencapai 1,33% dari 246.609.902 rekening di April 2018, menjadi 249.882.406 rekening di Mei 2018. 

Sementara itu, giro mengalami kenaikan nominal tertinggi dibandingkan jenis simpanan lain, yaitu 2,42%, dari Rp1.302.618 miliar di April 2018 menjadi Rp1.334.148 miliar di Mei 2018. 

Bank umum peserta penjaminan per Mei 2018 berjumlah 115 bank. Terdiri dari 102 bank umum konvensional dan 13 bank umum syariah. Bank umum konvensional, terdiri dari 4 Bank Pemerintah, 25 Bank Pemerintah Daerah, 64 Bank Umum Swasta Nasional dan 9 Kantor Cabang Bank Asing.(ara/ara)
🍅

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank papan atas ingin terus menggemukkan nilai aset mereka. Strategi bisnis organik menjadi jurus utama untuk meningkatkan pertumbuhan aset, selain dari bisnis anorganik.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan, aset bank secara umum mencapai Rp 7.456,3 triliun per April 2018. Angka tersebut naik 9,27% dibandingkan Rp 6.823,17 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Bank Rakyat Indonesia (BRI) mematok pertumbuhan aset sebanding dengan kredit di 2018 ini. Bambang Tri Baroto, Sekretaris Perusahaan BRI mengatakan, untuk aset dan kredit akan tumbuh sejajar pada level antara 12% sampai 14%. "Lantaran komposisi aset yang terbesar adalah kredit," ujarnya kepada KONTAN, Senin (2/7).
Pada Mei 2018, bank berkode saham BBRI ini mencatat kenaikan aset 9,4% atau menjadi Rp 1.080,2 triliun dibandingkan posisi Mei 2017 senilai Rp 987,31 triliun. Sebagai upaya mendorong aset, BRI akan fokus menyalurkan kredit ke segmen modal kerja dan investasi. Terutama di sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) termasuk segmen konsumer.
Bank OCBC NISP ingin juga memperbesar aset. Parwati Surjaudaja, Presiden Direktur OCBC NISP, mengatakan, hingga kuartal II-2018, kinerja bisnis masih sejalan sesuai rencana.
Bank berkode saham NISP ini menargetkan aset dan kredit tumbuh sekitar 10% hingga 15% di tahun ini. Adapun, realisasi aset senilai Rp 169,22 triliun dan kredit Rp 110,55 triliun per Mei 2018.
Setali tiga uang, Bank Jawa Timur (Jatim) yakin, kenaikan suku bunga acuan tak akan mengganggu rencana bisnis. Ferdian Satyagraha, Direktur Keuangan Bank Jatim menuturkan, pihaknya akan melanjutkan strategi peningkatan teknologi dan optimalisasi Laku Pandai.
Di samping itu, guna tetap mendorong pertumbuhan kredit, Bank Jatim akan menyasar segmen kredit konsumer dan UMKM. "Kami menargetkan pertumbuhan kredit 10,65% dan aset naik 15%," kata Ferdian. Sedangkan, untuk meningkatkan aset, bank berkode saham BJTM ini meningkatkan penyerapan dana murah, baik dari tabungan maupun giro.
Bank Jatim mencatat kredit hanya tumbuh satu digit atau 6,73% per Mei 2018. Sementara, aset tumbuh lebih tinggi sebesar 0,1% di bulan yang sama.
Sebagai tambahan, OJK dalam keterangan resmi menyebutkan kredit perbankan telah tembus angka pertumbuhan 10,26% per Mei 2018. Angka ini telah lama dinanti oleh industri perbankan. Adapun, ini lebih tinggi dari pertumbuhan 8,94% di bulan sebelumnya.
🌰

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia diperkirakan tidak akan berdampak signifikan terhadap kinerja sejumlah saham bank.
Seperti diketahui, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada 28-29 Juni menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 5,25%. Suku bunga deposit facility (DF) dan lending facility (LF) juga naik 50 bps menjadi 4,5% dan 6%.
BACA JUGA

Artha Sekuritas: Suku bunga naik, prospek saham bank masih netral

  •  

Analis Semesta Indovest rekomendasikan lima saham emiten bank ini

Analis Narada Aset Manajemen Kiswoyo Adi Joe mengatakan, saham-saham perbankan masih akan bagus, meskipun BI telah menaikkan suku bunga.
Meski demikian, Kiswoyo bilang, tetap ada kekhawatiran soal kenaikan suku kredit yang bisa memicu kenaikan rasio kredit bermasalah alias non performing loan(NPL). "Biasanya bank-bank besar ini tidak akan menaikkan suku bunga deposito sebelum menaikkan suku bunga kredit. Namun, yang dikhawatirkan adalah jika suku bunga kredit naik, maka NPL juga bisa naik," paparnya, Sabtu (30/6).
Tapi, lanjut Kiswoyo, sebenarnya perbankan sudah punya strategi untuk bisa menahan kenaikan suku bunga kredit. "Karena mereka telah memiliki tim dan jaringan yang cukup besar. Jadi saya pikir tidak masalah," imbuhnya.
Ia juga optimistis prospek dan fundamental saham perbankan masih akan bagus hingga akhir tahun ini. "Selama kita yakin bahwa IHSG akan naik, maka saham perbankan juga akan tetap stabil," ungkapnya.
Kiswoyo bilang, saat ini ada empat saham emiten perbankan yang cukup menarik seperti BBRI, BMRI, BBNI dan BBCA.
Alasannya karena keempat bank ini adalah penggerak IHSG. Mereka juga memiliki aset maupun nett profit yang besar dan harganya juga sedang turun.
"Sementara, saham perbankan yang kurang menarik adalah bank-bank kecil, karena aset maupun nett profit masih kecil. Selain itu, PER-nya masih tinggi dibanding dengan bank-bank besar," imbuhnya.
Kiswoyo merekomendasikan beli sejumlah saham perbankan, seperti BBRI di level harga Rp 3.650 per saham. Kemudian, BMRI pada harga Rp 8.150 per saham, BBNI di harga Rp 9.500 per saham, serta BBCA pada harga Rp 23.500 per saham.
🍈

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat sampai April 2018 pertumbuhan kredit perbankan mengalami kenaikan besar 8,9% secara year on year (yoy).
Perry Warjiyo, Gubernur BI bilang pertumbuhan kredit April 2018 mengalami perbaikan dari Maret 2018 8,5% yoy.
BACA JUGA

Bidik segmen komersial dan UMKM, Bank JTrust kejar pertumbuhan kredit 12% tahun ini

  •  

Pertumbuhan kredit masih sejalan dengan proyeksi awal tahun

  •  

Strategi bankir tingkatkan pertumbuhan kredit komersial

  •  

LPS proyeksi pertumbuhan kredit 2018 sebesar 10%

"Seiring pertumbuhan kredit, sampai April 2018 rasio kredit bermasalah (NPL) perbankan sebesar 2.79% secara gross atau sebesar 1,28% secara net," kata Perry dalam konferensi pers hasil rapat dewan gubernur BI, Jumat (29/6).
Dari sisi pendanaan, sampai April 2018 pengumpulan DPK atau dana pihak ketiga bank sebesar 8,1% naik dibandingkan bulan sebelumnya 7,7%.
Dari sisi permodalan, sampai April 2018 bank juga masih mencatat indikator yang cukup bagus. Hal ini ditunjukkan. Dengan rasio kecukupan modal atau CAR sebesar 22.1%
Sampai akhir tahun, BI memperkirakan pertumbuhan kredit bank bisa sebesar 9%-11% secara year on year (yoy).
Selain itu pertumbuhan DPK juga diperkirakan sebesar 10%-12% secara yoy.
Pada periode yang sama, pembiayaan ekonomi dari pasar modal mengalami kenaikan 15,8% secara yoy.
Pembiayaan dari pasar modal ini misalnya adalah penerbitan saham baru atau IPO, rights issue, obligasi korporasi, MTN dan NCD.
🍂

JAKARTA okezone - Keperkasaan dolar AS terus menekan nilai tukar Rupiah dan mata uang negara lain diproyeksikan akan terus terjadi hingga akhir 2018, kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo.
Dody mengatakan, meskipun tekanan dolar AS atau "Greenback" akan membayangi nilai mata uang "Garuda" sepanjang tahun ini, Bank Sentral akan menjaga nilai Rupiah agar tidak kembali melemah ke level yang jauh dari nilai fundamentalnya.
Adapun sejak pembukaan perdagangan usai libur panjang pasar karena Idul Fitri, nilai Rupiah kembali depresiatif.
Di pasar spot Kamis siang, rupiah melemah dan diperdagangkan di Rp14.099 per dolar AS. Kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (Jisdor) yang diumumkan BI juga mencatat rupiah depresiatif hingga Rp14.090 per dolar AS, atau turun 188 poin dibanding saat hari terakhir sebelum libur Idul Fitri yakni Rp13.902 per dolar AS.
Dody menjelaskan penyebab Rupiah yang melemah adalah perbaikan data ekonomi AS, semakin sengitnya perang dagang antara AS dan China, isu stabilitas geopolitik, serta ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga The Federal Reserve sebanyak 3-4 kali tahun ini.
"BI sudah kalkulasi kemungkinan dolar AS masih akan menguat terhadap mata uang negara lain hingga akhir 2018," ujar Dody, Kamis (21/6/2018).

Dia mengatakan, Bank Sentral akan menjaga agar kepercayaan investor terhadap aset rupiah tetap positif. "Atau seandainya Rupiah melemah dapat terjadi secara wajar, tidak overshooting jauh dari nilai fundamentalnya," ujar dia.
Bank Sentral memiliki empat strategi lanjutan, yakni pertama, menerapkan fokus kebijakan jangka pendek untuk memperkuat stabilitas ekonomi, khususnya stabilitas nilai tukar Rupiah. Kedua, BI akan menempuh kebijakan lanjutan yang bersifat antisipatif dan mendahului dibanding tekanan yang akan timbul.
"Kebijakan lanjutan tersebut dapat berupa kenaikan suku bunga yang disertai dengan relaksasi kebijakan pelonggaran kebijakan pinjaman untuk mendorong sektor perumahan, (Loan to Value/LTV)," ujar dia.

Selanjutnya, BI juga akan melanjutkan kebijakan intervensi ganda di pasar SBN dan valas, menjaga likuiditas longgar, dan menerapkan komunikasi yang intensif, serta mempererat koordinasi BI, Pemerintah, dan OJK.

🍈
Merdeka.com - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menjadi satu-satunya merek Indonesia yang masuk jajaran daftar 100 merek paling bernilai di dunia pada 2018.
WPP dan Kantar Millward merilis ada delapan merek yang jadi pendatang baru dalam daftar merek paling bernilai di dunia pada 2018. BCA termasuk merek yang jadi pendatang baru tersebut.
BCA mencatatkan nilai merek USD 12,67 miliar pada 2018. BCA berada di posisi 99 untuk kategori 100 merek paling bernilai di dunia.Pendatang baru lainnya yang masuk jajaran merek paling bernilai di dunia antara lain Spectrum dengan nilai merek USD 39,37 miliar. Merek Spectrum berasal dari Amerika Serikat (AS).
Kemudian JD.Com yang berasal dari China catatkan nilai merek USD 20,93 miliar. Uber dengan nilai merek USD 16,04 miliar yang berasal dari AS.
Kemudian HP dengan nilai merek USD 14,79 miliar. Merek tersebut berasal dari AS. Diikuti SF Express dengan nilai merek mencapai USD 14,53 miliar yang berasal dari China. Perseroan tersebut bergerak di sektor logistic.
Kemudian Instagram dengan nilai merek USD 14,49 miliar. Merek Instagram berasal dari AS. Selanjutnya BCA yang merupakan bank asal Indonesia dengan nilai merek USD 12,67 miliar. Terakhir Adidas yang merupakan merek asal Jerman catatkan nilai merek USD 12,45 miliar.

Reporter: Agustina Melani
🍅

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan tingkat inflasi pada Mei 2018 sebesar 0,21 persen. Untuk inflasi tahun kalender sebesar 1,3 persen. Adapun inflasi tahun ke tahun (year on year) sebesar 3,23 persen.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani menanggapi positif nilai inflasi yang baru dirilis BPS tersebut. "Inflasi 0,21 persen kita gembira menjelang Ramadan dekat Lebaran, kalau tahun lalu jelang Ramadan bisa sampai 0,5 persen," ujar dia di Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (4/6/2018).
Selain itu, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menyampaikan, kinerja inflasi diharapkan tetap terjaga agar terus sesuai dengan asumsi pemerintah dalam APBN.
"Kita terus jaga prestasi atau kondisi ini sehingga akan sesuai dengan asumsi dalam APBN di 3,5 plus minus 1 persen," kata dia. 
Dia mengatakan, pemerintah akan terus berupaya menjaga agar daya beli masyarakat tetap terjaga juga menjaga kondisi perekonomian yang stabil di tengah ketidakpastian dalam ekonomi global. "Stabilitas penting saat ekonomi dunia semakin menghadapi ketidakpastian," ujar dia.

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com


JAKARTA sindonews - Bank Indonesia menyambut positif data inflasi dari Badan Pusat Statistik, yang merilis bahwa inflasi bulan Mei 2018 sebesar 0,21%. Hal ini, kata bank sentral, menunjukkan inflasi yang terkendali.

Bank Indonesia mengatakan, hasil inflasi sebesar 0,21% merupakan bukti komitmen yang kuat dari pemerintah dan BI yang memastikan pasokan kebutuhan pokok tersedia dan harga terkendali. 

"Alhamdulilah, ini hasil inflasi yang rendah dibanding saat Ramadhan dalam beberapa tahun sebelumnya," ujar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di Gedung Kemenkeu, Jakarta, Senin (4/6/2018).

Menurutnya, angka inflasi Mei ini juga menepis prediksi sejumlah analis yang menyebut, pelemahan nilai tukar rupiah bakal berimbas terhadap melonjaknya inflasi.

"Itu juga memberikan bukti kepada sejumlah analis yang kemarin mengatakan, nilai tukarnya melemah akan membuat inflasi melambung dan segala macam. Jadi (inflasi rendah) ini merupakan bukti nyata," lanjutnya.

Inflasi Mei yang rendah terjadi karena adanya kenaikan harga yang terkendali, ditunjukkan oleh seluruh indeks kelompok pengeluaran, yakni kelompok bahan makanan sebesar 0,21% serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,31%; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,19%. 

Selanjutnya kelompok sandang sebesar 0,33%; kelompok kesehatan sebesar 0,21%; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,09% dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,18%.

🌹

Bisnis.com, JAKARTA - Kendati realisasi proyek properti berkonsep transit oriented development atau TOD didominasi perusahaan pelat merah, termasuk bank BUMN, tetapi bank swasta tetap membuka diri untuk turut ambil kue.
Direktur PT Bank Central Asia Tbk. Suwignyo Budiman meyatakan pada dasarnya perseroan belum ada bayangan sejauh mana bank swasta bisa turut ambil bagian untuk memasarkan kredit pemilikan apartemen (KPA) yang berkosep TOD tersebut.
“Tapi kalau kami [bank swasta] bisa masuk ya oke-oke saja. Karena kami kan bank untuk umum. Kalau melihat konsepnya, itu kan hunian dekat stasiun semestinya banyak yang tertarik,” tuturnya kepada Bisnis, akhir pekan lalu.
Secara garis besar, emiten berkode saham BBCA tersebut menilai hunian vertikal berkonsep TOD terbilang potensial. Apalagi, jika lokasinya ditempatkan di wilayah-wilayah penyangga Ibu Kota. Pasalnya, TOD dapat mempermudah akses transportasi masyarakat karena dekat dengan stasiun.
Hunian berkonsep TOD dinilai bank, terutama mereka yang pelat merah, sebagai proyek potensial untuk memacu kinerja penyaluran kredit properti pada tahun mendatang. Salah satu bank BUMN yang terlibat dalam proyek ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Kepala Bagian Pengembangan dan Pemasaran KPR BRI Zairin mengatakan, setelah proyek hunian berkonsep TOD di Tanjung Barat, Jakarta Selatan selanjutnya perseroan akan terlibat pula untuk proyek hunian TOD di wilayah lain, seperti Depok dan Tangerang Selatan.
“Kami salah satu bank utama yang bekerja sama dengan Perumnas untuk fasilitasi KPR/KPA-nya. Yang kami biayai itu kredit pemilikan hunianya. Ya, potensinya besar,” tutur dia menjawab Bisnis.
Untuk proyek hunian berkonsep TOD di kawasan Tanjung Barat tersebut, BRI mendapat jatah untuk memfasilitasi kredit pemilikan sekitar 1.000 unit apartemen. Tipe apartemennya tidak hanya yang menengah dan bawah tetapi juga kelas atas.
Sejauh ini, BRI mengaku tidak memberikan bunga kredit khusus untuk pengajuan pemilikan properti berkonsep TOD tersebut, tapi perseroan setidaknya memberi perlakuan khusus, semisal provisi dari 1% menjadi setengah persen saja, serta biaya adiminstrasi dikurangi.
“[Kalau untuk keseluruhan] tentu ada peluang lebih dari seribu unit apartemen TOD pasti. Karena seribu itu baru dari satu proyek di Tanjung Barat saja,” ucap Zairin.
Hunian berkonsep TOD merupakan bentuk sinergi para perusahan plat merah. Proyek ini melibatkan beberapa BUMN, seperti PT KAI, Perum Perumnas, dan bank-bank BUMN. Pembangunan hunian vertikal TOD di Tanjung Barat dimulai sejak Agustus 2017.
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. mendukung penuh realisasi proyek hunian vertikal berkonsep transit oriented development ini.
Direktur Consumer Banking BTN Budi Satria mengatakan bahwa sebagai bank spesialis kredit properti pihaknya sudah bekerja sama dengan BUMN lain, seperti Perum Perumnas, terkait pembangunan hunian berkonsep TOD tersebut.
Tidak hanya fasilitas kredit pemilikan propertinya tetapi BTN juga memfasilitasi pembangunan atau konstruksi hunian TOD tersebut.
“Tidak perlu ada kekhawatiran dari calon konsumen yang akan beli hunian TOD terkait dukungan kredit perbankan,” ucapnya.
Budi mengutarakan bahwa melalui sinergi BUMN dalam menggarap proyek hunian TOD diharapkan akses masyarakat terhadap hunian yang terintegrasi dengan sarana transportasi dapat segera terpenuhi. Fasilitas kredit konstruksi properti dari BTN juga diharapkan dapat memberi stimulus kepada pengembang agar mempercepat penyelesaian pembangunan.
“Konsep hunian TOD akan memberi banyak keuntungan, baik dari pengurangan kemacetan sampai dengan efisiensi waktu bagi masyarakat yang akan meningkatkan produktivitas kerja. Dengan harapan pertumbuhan ekonomi bisa semakin meningkat,” tutur Budi.
Adapun, tantangan yang dihadapi BTN sebagai bank BUMN yang fokus kepada kredir properti lebih kepada aspek harga. Perseroan menyatakan, tidak mudah memberikan harga hunian yang terjangkau di tengah meningkatkan harga tanah di perkotaan.
BTN menekankan bahwa pihaknya mendukung hunian berkonsep TOD untuk menjadi pilihan masyarakat perkotaan dengan mobilitas tinggi. BTN memberi dukungan, baik dalam hal pembiayaan maupun jasa layanan lain yang terkait dengan pembangunan properti ini.
🍀
Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) menaikkan suku bunga deposito sebesar 25 bps yang akan mulai berlaku pada 4 Juni 2018. Sebelumnya, BCA telah menaikkan suku bunga deposito sebesar 25 bps pada 1 April 2018 sejalan dengan peningkatan Fed Fund Rate di Amerika Serikat.
“Deposito merupakan sumber dana dari semua bank. Kalau [suku bunga] terlambat naik, nasabah akan berpindah ke bank lain yang menaikkan bunga duluan, kalau sudah pindah susah untuk membuat mereka kembali,” ujar Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja kepada Bisnis, akhir pekan lalu.
Saat ini, suku bunga deposito counter rate yang berlaku di BCA untuk jangka waktu 1 bulan ditetapkan sebesar 4,5% per tahun, deposito 3 bulan sebesar 4,75% per tahun, deposito 6 bulan sebesar 5%, dan deposito 12 bulan sebesar 5%.
Sementara itu, untuk suku bunga pinjaman atau kredit, Jahja mengatakan BCA belum akan melakukan penyesuaian dalam waktu dekat. Perseroan masih perlu waktu untuk menilai kebutuhan tersebut perlu atau tidak untuk dilakukan.
Di sisi lain, Jahja menilai kebijakan BI menaikkan BI 7-DRRR juga belum bisa dilihat dampak langsungnya terhadap komposisi dana pihak ketiga perbankan. Setidaknya perlu waktu 1 hingga 2 bulan untuk memastikan hal itu.


🌲

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) insidentil atau tambahan hari ini Rabu 30 Mei 2018. 

RDG tambahan di Mei 2018 ini memutuskan BI 7-Day RR naik 25 Bps menjadi 4,75%.

"Kebijakan ini diambil sebagai langkah pre-emptif," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI.

BI menerangkan RDG Bulanan tambahan ini akan membahas kondisi ekonomi dan moneter terkini serta prospek ke depan. BI sebelumnya telah menaikkan bunga acuan 7-Day RR pada 17 Mei 2018. Bank sentral menaikkan bunga acuan sebesar 25 bps.

Berdasarkan polling CNBC Indonesia, dari 14 ekonom dan analis yang terlibat, 13 di antaranya memperkirakan ada kenaikan suku bunga acuan BI 7 day reverse repo rate sebesar 25 bps menjadi 4,75%. Hanya satu yang memperkirakan BI masih menahan suku bunga acuan di 4,5%. Median survei ini adalah 4,75%.

CNBC Indonesia memberitakan hasil RDG ini melalui live report.



InstitusiBI 7 Day Reverse Repo Rate (%)
ING4.75
Danareksa4.75
Bank Danamon4.75
Maybank4.75
Nomura4.75
Moody's Analytics4.75
Bank Permata4.75
Mirae Asset4.5
Bank Mega4.75
CIMB-GK Securities4.75
HSBC4.75
DBS4.75
UOB4.75
Barclays4.75
MEDIAN4.75

🌴


Pada saham perbankan, Valdy memilih blue chip seperti Bank Negara Indonesia (Persero), Bank Mandiri (Persero), Bank Rakyat Indonesia (Persero), dan BBCA.


Bank-bank besar ini dipilih, antara lain, karena permodalan dinilai lebih kuat dibandingkan bank lain dan tingkat kredit bermasalahnya tetap terjaga baik.


Dengan kondisi nilai tukar rupiah menurun, lanjut dia, dampak paling terasa pada non-performing loan (NPL), tetapi kinerja perbankan diproyeksikan masih terjaga bagus.


Menurut dia, saham BBNI memiliki PER 10,37 kali dan target harga Rp 8.750 per unit hingga akhir tahun ini, dibanding level Rp 7.575 per 18 Mei lalu. Saham BMRI memiliki PER 14,15 kali dan target harga Rp 7.750, dibanding level Rp 6.800 per 18 Mei lalu. Saham BBRI memiliki PER 22,08 kali dan target harga Rp 3.450, dibanding level Rp 2.940 per 18 Mei lalu. Saham BBCA memiliki PER 22,45 kali dan target harga Rp 23.000, dibanding level Rp 21.700 per 18 Mei lalu. (bersambung)




Baca selanjutnya di http://id.beritasatu.com/marketandcorporatenews/sektor-lain-yang-menarik/175893

🌷

BI agendakan RDG tambahan pada 30 Mei 2018, ini alasannya

Jumat, 25 Mei 2018 22:02Reporter : Harwanto Bimo Pratomo
  •  
  •  
  •  

Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan tambahan pada Rabu, 30 Mei 2018. RDG Bulanan tambahan ini tidak menggantikan RDG Bulanan reguler yang tetap akan diselenggarakan sesuai jadwal.
Dalam keterangan tertulisnya, Jumat (25/5), RDG Bulanan tambahan ini akan membahas kondisi ekonomi dan moneter terkini serta prospek ke depan.
Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) memutuskan menaikkan BI 7-Days Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,50 persen. Langkah ini diambil untuk meningkatkan stabilitas makro ekonomi.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, mengatakan keputusan terkait suku bunga acuan juga diikuti dengan langkah bank sentral untuk menaikkan 25 basis poin suku bungan deposit facility sebesar 3,75 persen dan lending facility sebesar 5,25 persen.
[bim]
🌹

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor asing mulai masuk ke saham perbankan. Pada perdagangan hari ini (24/5), sektor keuangan bahkan menjadi amunisi terbesar kenaikan IHSG. Sektor keuangan ditutup naik 3,36%.
Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta mengatakan, asing beli oleh pemodal asing merupakan efek dari pengangkatan Perry Warjiyo sebagai Gubernur BI yang baru.
Menurut Nafan, hal itu disambut antusias oleh investor asing, sebab gubernur BI yang baru berjanji akan menetapkan kebijakan moneter yang berorientasi pada pro growth (mendukung pertumbuhan) dan pro stability (mendukung stabilitas).
“Kebijakan ini diharapkan dapat memberikan efek positif terhadap banyak aspek seperti tingkat stabilitas rupiah terhadap dollar AS, kinerja pertumbuhan ekonomi nasional, pembangunan infrastruktur dan peningkatan daya beli masyarakat," katanya, Kamis (24/5).
Sentimen Gubernur BI juga mampu menyokong nilai tukar rupiah hingga kembali ke bawah level Rp 14.200 per dollar AS. Dengan menguatnya rupiah, memberikan stimulus terhadap pergerakan investor asing di bursa.
“Alasan lainnya adalah iklim investasi di sektor perbankan cenderung kondusif, selalu ada peningkatan kinerja fundamental dan pertumbuhan kredit. Misalnya kenaikan pendapatan dan laba bersih yang diraih perbankan BUKU 4, karena mampu menekan besaran kredit bermasalah," imbuh Nafan.
Apalagi, perbankan turut ambil bagian dalam proyek-proyek pemerintah, di mana investor asing juga turut andil di dalamnya.

“Sejauh ini sektor perbankan turut menyokong proyek-proyek infrastruktur (LRT dan MRT), properti (program 1 juta rumah) dan industri otomotif," ucap Nafan.

🌸


Jakarta – PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mengklarifikasi pemberitaan terkait kepemilikan Medium Term Notes (MTN) di Sunprima Nusantara Pembiayaan (SNP Finance).
Hal ini terkait pemberitaan Infobanknews.com tertanggal 17 Mei 2018 berjudul “Efek Sistemik Gagal Bayar SNP Finance” yang menyatakan BCA merupakan pembeli atau pemegang atau MTN atau surat utang jangka menengah milik SNP Finance.
“BCA tidak memiliki atau memegang MTN SNP Finance,” kata Sekretaris Perusahaan BCA, Jan Hendra, Selasa, 22 Mei 2018.
Sekedar informasi, terkait hal itu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sendiri telah membekukan kegiatan usaha SNP Finance).
Pembekuan kegiatan usaha dikeluarkan melalui Surat Deputi Komisioner Pengawas IKNB II Nomor S-247/NB.2/2018 tanggal 14 Mei 2018 tentang Pembekuan Kegiatan Usaha PT Sunprima Nusantara Pembiayaan, terhitung sejak tanggal 14 Mei 2018.
Sebelumnya, sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan (POJK 29/2014), SNP Finance telah dikenakan sanksi peringatan pertama hingga peringatan ketiga karena tidak memenuhi ketentuan Pasal 53 POJK 29/2014 yang menyatakan bahwa Perusahaan Pembiayaan dalam melakukan kegiatan usahanya dilarang menggunakan informasi yang tidak benar yang dapat merugikan kepentingan Debitur, kreditur, dan pemangku kepentingan termasuk OJK.
Sanksi pembekuan kegiatan usaha kepada SNP Finance dikeluarkan karena perusahaan tersebut belum menyampaikan keterbukaan informasi kepada seluruh kreditur dan pemegang Medium Term Notes (MTN) sampai dengan berakhirnya batas waktu sanksi peringatan ketiga.
Dengan dibekukannya kegiatan usaha PT Sunprima Nusantara Pembiayaan, maka perusahaan dilarang melakukan kegiatan usaha pembiayaan.
Dalam hal sebelum berakhirnya jangka waktu pembekuan kegiatan usaha, SNP Finance tetap melakukan kegiatan usaha pembiayaan, OJK dapat langsung mengenakan sanksi pencabutan izin usaha.
Pengenaan sanksi tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pengawasan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan. Di samping itu, OJK juga telah mengambil langkah-langkah pengawasan (mandatory supervisory actions) dengan melarang perusahaan mengambil keputusan dan atau melakukan tindakan yang dapat memperburuk kondisi keuangan perusahaan, antara lain:
1 Menggunakan dana keuangan Perusahaan dan atau melakukan transaksi keuangan yang tidak wajar.
2. Menambah penerbitan surat utang dalam bentuk apapun termasuk MTN.
3. Mengambil tindakan dan atau perbuatan hukum yang memperburuk kondisi Perusahaan
4. Melakukan pergantian pengurus Perusahaan tanpa persetujuan OJK.
Setelah mandatory supervisory actions dilakukan, OJK akan terus meminta pemegang saham pengendali dan pengurus yang bertanggung jawab untuk melakukan langkah-langkah konkrit yang realistis serta fully committed terhadap kewajiban-kewajiban kepada kreditur dan masyarakat pemegang MTN.
OJK juga akan terus melakukan upaya-upaya yang sistematis dan berkelanjutan guna menciptakan stabilitas industri multifinance yang kuat dan kontributif serta high reputable, sehingga dapat memelihara kepercayaan dari perbankan dan kreditur lainnya yang selama ini telah berjalan dengan baik. (*)
🍊

Oleh Biro Riset Infobank
Jakarta – Satu-satu perusahaan multifinance mulai menyerah. Gagal bayarnya Sunprima Nusantara Pembiayaan (SNP Finance) yang satu grup dengan Colombia, pembiayaan segmen barang elektronik. Gagal bayar bunga surat utang jangka menengah atau Medium Term Notes (MTN) SNP Tahap II dan III yang jatuh tempo 9 Mei 2018 dan 14 Mei 2018 lalu, sejatinya akan berefek berantai. Efek sistemik itu ke industri multifinance dan juga ke pembeli MTN dan tentunya ke Pefindo yang memberi rating idA/Stable (Maret 2018) dan Kantor Akuntan Publik Deloitee.
Total kewajiban bunga utang yang belum dibayar adalah Rp6,75 miliar dari dua seri MTN. Pertama MTN V SNP Tahap II senilai Rp5,25 miliar yang jatuh tempo 9 Mei 2018 dengan nilai pokok Rp200 miliar yang terbit Februari 2018 dengan Rating Pefindo idA/Stable dengan kupon10,5%. Kedua bunga MTN III seri B senilai Rp1,5 miliar yang diliris 13 November 2018 senilai  Rp50 miliar dengan kupon 12,12% dengan Rating idA/Stable.
Menurut data dari KSEI, seluruh nilai MTN sebesar Rp1,852 triliun dengan jatuh tempo dan seri yang berbeda. Nilai MTN yang jatuh tempo 2018 sebesar Rp725 miliar dengan 5 seri. Sementara MTN yang jatuh tempo 2019 sebesar Rp817 miliar dengan 10 Seri dan yang jatuh tempo 2020 sebesar Rp310 miliar dengan 4 seri. Semua dengan rating idA/Stable dari Pefindo.
Nah, karena Rating idA/Stable dan diaudit oleh Akuntan Delloite tentu pasar merespon dengan baik. Para pembeli dari MTN ini adalah bank-bank, belum diketahui secara rinci masing masing bank memegang berapa. Namun menurut sumber Infobanknews, Bank Mandiri dan BCA memegang paling besar. Juga, ada bank bank swasta dan tiga BPD yang belum dikatahui, karena pihak SNP Finance belum memberi keterangan.
Kondisi makin runyam manakala tanggal 4 Mei 2018 melakukan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dan dikutip dari daftar perkara kepailitan PN Niaga Jakarta Pusat juga diajukan pailit oleh Herlina Rahardjo dan Fredi Iman Santoso yang belum belum diketahui pasti kreditur dari mana. Sunprima (SNP) Finance ini merupakan grup dari Colombia yang sudah lebih dari 30 tahun berbisnis barang-barang elektronik. Leo Chandra merupakan pendiri dari Colombia yang mempunyai 358 outlet dan 27 mobile outlet. Pemegang saham SNP Finance 66,65% dimiliki oleh Leo Chandra dan keluarga melalui PT Cipta Pratama Mandiri dan 33,35% melalui kepemilikan langsung.
Jika melihat kondisi demikian, maka SNP Finance ini akan mengikuti jejak multifinance yang sudah bermasalah seperti Arjuna Finance, Bima Finance, Mandiri Finance Indonesia, IBF dan SAF. Jatuhnya multifinance tersebut dengan pola yang sama PKPU akan menyusahkan multifinance yang masih hidup sekarang. Bayangkan saja, dengan rating Pefindo idA/Stable dan diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Deloitte saja jebol dan membuat bank-bank meragukan multifinance yang diaudit akuntan abal abal.
Walau setelah gagal bayar bunga MTN ini Pefindo menurunkan rating menjadi idD setelah gagal bayar, atau dari Mei 2018 dari id CCC, tetap saja mata memandang dengan lain, kok bisa ya Pefindo dan Deloitte tidak melihat dengan benar SNP Finance ini? Atau, keduanya dikalabuhi dengan angka-angka keuangannya?
Babak berikutnya adalah bank-bank pembeli MTN dan bank-bank pemberi pinjaman. Itu lah efek paling berat, karena mana lagi yang bisa dipercaya? Bagi OJK menutup perusahaan multifinance sih mudah, tapi mendeteksi sebelumnya ini lah tugas yang tak ringan.
Jujur harus diakui bisnis model multifinance yang sekarang ini juga sudah tidak cocok lagi, jangan harap dari margin,saat ini saja multifinance banyak yang hidup dari balikan komisi asuransi.

Bank-bank makin hati hati, investor pembeli surat utang dari multifinance juga akan lebih hati-hati. Apakah ini akan menjadi efek berantai? Kita berharap tidak akan terjadi, tapi yang pasti multifinance akan lebih susah ke depannya dengan beberapa peristiwa seperti SNP Finance, Arjuna dan Bima Finance – apalagi pola permainannya sama “rumah hantu” bagi bank yaitu PKPU.(*)
🌷

INILAHCOM, Jakarta - Meski Bank Indonesia (BI) telah menaikan suku bunga acuan, namun langkah itu tidak terlalu berpengaruh kepada penguatan Rupiah. Malah Rupiah melemah pada dolar Amerika Serikat (AS).
Menurut Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira, hal itu karena saat investor masih mencermati data ekonomi Global. Yakni, seperti laporan yang diklaim pengangguran dan data manufaktur AS. Hal ini untuk menentukan arah kenaikan bunga acuan Fed rate berikutnya, khususnya bulan Juni mendatang di rapat FOMC.
Disisi yang lain, kata dia, laporan Beige Book yang dirilis Goldman Sachs mengungkap kekhawatiran para investor terkait perang dagang AS China.
"Alhasil sampai siang ini investor asing masih melakukan net sales atau penjualan bersih saham Rp120 miliar," ujar Bhima di Jakarta, Minggu (20/5/2018).
Sedangkan faktor dalam negeri adalah pertumbuhan ekonomi yang stagnan. Dimama neraca perdagangan yang negatif di bulan April dan defisit transaksi berjalan triwulan I mencapai 5,5 miliar usd.
"Secara fundamental sebenarnya ekonomi sedang rapuh," ujar dia.
Menurut dia, faktor global dan domestik ini bisa menentukan fluktuasi nilai tukar rupiah dalam jangka panjang. "Dengan faktor tersebut rupiah diprediksi hanya menguat tipis ke 13.950-14.050 di pekan depan," kata dia.

Gubernur BI Agus Martowardojo menilai ada faktor lain membuat rupiah belum menguat, dari sisi internal dan eksternal. Faktor dalam negeri yang membuat rupiah terdepresiasi adalah defisit neraca perdagangan Indonesia pada April 2018 sebesar US$1,63 miliar.

"Neraca perdagangan memang defisit, tapi (total) hingga bulan lalu masih surplus sekitar US$1miliar. Ini sudah kami koordinasikan dengan pemerintah dan akan segera ditindaklanjuti," katanya di Bank Indonesia, Jakarta, Jumat pekan lalu.
Demi meningkatkan stabilitas nilai tukar rupiah, kata dia, BI sudah berkoordinasi dengan pemerintah dan telah melakukan berbagai upaya. Ada beberapa upaya yang dilakukan pemerintah, diantaranya dengan rencana meluncurkan sistem perizinan terintegrasi berbasis online atau oneline single submission, insentif pajak (tax allowance dan tax holiday), dan insentif untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). [hid]

Selain neraca perdagangan, ancaman terorisme menjadi sentimen negatif bagi nilai tukar. "Memang kondisi seperti itu sebetulnya tidak berpengaruh kepada stabilitas. Tapi memang, ada sedikit karena (teror terjadi) beruntun," kata Agus.




Warta Ekonomi.co.id, Jakarta -
Bank Indonesia (BI) telah memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuannya BI-7day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps menjadi 4,5%. Melalui kenaikan suku bunga ini, bank sentral mengaku akan mengubah proyeksi pertumbuhan ekonomi RI pada tahun ini. Adapun pada tahun ini BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi akan berada pada posisi 5,1%-5,5%.
"Jadi, tentunya dengan kenaikan 25 bps akan mengubah paling tidak proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia meskipun kalau kita lihat dari sisi growth-nya sendiri kita masih proyeksikan di level 5,1%-5,5%," ujar Deputi Gubernur BI, Dody Budi Waluyo, di Jakarta, Kamis (17/5/2018).
Lebih lanjut Dody menuturkan, ada dua komponen yang menjadi trigger pertumbuhan ekonomi RI tahun ini. Pertama ialah sektor investasi yang apabila spending-nya besar, akan terpengaruh oleh kenaikan suku bunga.
"Kami optimis dari sisi investasi yang dilakukan oleh swasta non-bangunan dan akan punya pengaruh positif untuk menjaga investasi sebagai driver pertumbuhan ekonomi," katanya.
Kedua adalah sektor konsumsi. Konsumsi diperkirakan akan meningkat bila dibandingkan tahun 2017. Peningkatan konsumsi, kata Dody, salah satunya karena ada event politik dan event olahraga yang akan mendorong belanja masyarakat.
"Dua komponen tadi mendorong demand permintaan domestik," ucapnya.
Walaupun demikian, tentunya konsekuensi dari dua komponen tadi akan meningkatkan impor, khususnya barang modal, impor konsumsi, dan ini nanti punya pengaruh terhadap nett ekspor dan neraca transaksi berjalan.
"Jadi, secara keseluruhan meskipun ada perubahan kenaikan 25 bps, kami masih tetap menghitung pertumbuhan 5,1%-5,5%, tapi mungkin hanya slightly turun dari angka proyeksi kita sebelum ada perubahan policy rate," tuturnya.
🍊

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keputusan Bank Indonesia (BI) mengerek suku bunga acuan atawa BI 7-day reverse repo rate sebesar 25 bps menjadi 4,50% belum mampu menopang pergerakan rupiah. Buktinya, di akhir pekan ini rupiah kembali bertekuk lutut di hadapan dollar Amerika Serikat (AS).
Kemarin (18/5), kurs rupiah di pasar spot anjlok 0,70% ke posisi Rp 14.156 per dollar AS. Dalam sepekan, valuasi rupiah sudah terkoreksi 1,40%. Ini adalah posisi tertinggi mata uang Garuda sejak Oktober 2015 lalu.
Serupa, pada kurs tengah BI, rupiah juga terkapar setelah melemah 0,23% menjadi Rp 14.107 per dollar AS. Dalam sepekan, kurs tengah bank sentral turun 0,42%.
Menurut analis Valbury Asia Futures Lukman Leong, walaupun suku bunga acuan telah naik, namun kondisi ekonomi dalam negeri belum cukup bagus. "Pertumbuhan ekonomi masih tidak bagus jadi apa gunanya menaikkan suku bunga saat ini," kata dia, kemarin (18/5).
Bahkan menurut Lukman, kenaikan suku bunga justru membawa dampak kurang bagus untuk rupiah. Bisa jadi, pertumbuhan ekonomi malah semakin dipaksakan untuk terus naik sedangkan kondisi ekonomi masih stagnan.
Sementara itu, ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menilai, sebenarnya efek kenaikan BI 7-day reverse repo rate belum terasa pada pergerakan rupiah di akhir pekan ini. Selain itu, selama sepekan ini, rupiah terus terpukul oleh sentimen eksternal, khususnya dari AS. "Rupiah melemah saat ini lebih karena kenaikan imbas hasil yield US Treasury tenor 10 tahun yang kembali bergerak di atas 3% dalam beberapa hari terakhir," jelas dia.
Sentimen ini diperkirakan tetap bertahan di pekan depan. Rupiah diprediksi bergerak di kisaran Rp 14.080-Rp 14.170 per dollar AS. Sedangkan Lukman memperkirakan kurs rupiah bergerak di rentang Rp 14.075-Rp 14.300.


🍓
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) hari ini mengumumkan suku bunga acuan 7-day reverse repo rate (BI 7DRR rate) naik 25 bps menjadi 4,5%. Kenaikan suku bunga acuan BI ini dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal.
Agus Martowardojo, Gubernur BI bilang kenaikan ini berlaku efektif sejak 18 Mei 2018. "Kebijakan ini ditempuh untuk menjaga stabilitas ekonomi di tengah ketidakpastian ekonomi dan penurunan likuditas global," kata Agus dalam paparan rapat dewan gubernur BI, Kamis (17/5).
Haryono Tjahjarijadi, Presiden Direktur Bank Mayapada bilang dengan kenaikan suku bunga acuan BI, maka suku bunga dana perbankan juga akan naik. "Peningkatan bunga acuan ini akan diikuti dengan kenaikan suku bunga kredit," kata Haryono kepada Kontan.co.id, Kamis (17/5).
Namun efek kenaikan bunga acuan ke bunga kredit ini, menurut Haryono, tergantung pada struktur pendanaan masing-masing bank. Sehingga tidak serta merta dengan kenaikan bunga acuan bunga kredit akan naik. Sedangkan jika bank memilih untuk menahan suku bunga kredit, maka margin bunga bersih atau NIM perbankan akan turun.
Beberapa pertimbangan bank dalam menaikkan bunga kredit adalah terkait konsumsi masyarakat. Hal ini karena jika bunga kredit naik maka tingkat konsumsi masyarakat bisa tergerus.
Padahal untuk menggerakkan ekonomi saat ini diperlukan tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi. Mahelan Prabantarikso, Direktur Strategy, Compliance, & Risk BTN bilang pendorong kenaikan 7DRR rate ini disebabkan karena faktor luar negeri.
"Ini sebagai bagian untuk menjaga stabilitasi," kata Mahelan kepada Kontan.co.id, Kamis (17/5). Kenaikan suku bunga acuan ini menurut Mahelan tidak berdampak signifikan terhadap perbankan.
Kiryanto, Sekretaris Perusahaan BNI bilang kenaikan 7DRR rate ini merupakan signal kebijakan moneter bank sentral untuk kepentingan stabilitas. "Suku bunga bank tidak harus diikuti arah suku bunga acuan," kata Kiryanto kepada Kontan.co.id, Kamis (17/5). Hal ini karena kondisi likuiditas setiap bank berbeda


🍀
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) akhirnya menaikkan bunga acuannya (BI 7-day Reverse Repo Rate) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini sebesar 25 basis points (bps) menjadi 4,5%. Dengan kenaikan itu, maka deposit facility naik menjadi 3,75% dan lending facility naik menjadi 5,25%
"Kebijakan ini ditempuh sebagai bagian dari bauran kebijakan BI untuk menjaga stabilitas perekonomian di tengah berlanjutnya peningkatan ketidakpastian pasar keuangan dunia dan penyesuaian likuiditas global" kata Gubernur BI Agus Martowardojo dalam konferensi pers di kantornya, Kamis (17/5) sore.
Keputusan ini sejalan dengan proyeksi Kepala Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan. Anton menilai, BI perlu menaikkan bunga acuannya sebesar 25 bps di bulan ini untuk mengurangi tambahan risiko dan memberikan signal kepada market bahwa BI tidak behind the curve.
Anton mengatakan, negara-negara dengan transaksi berjalan yang mencatat defisit menjadi salah satu faktor yang membuat pelemahan mata uang negara-negara tersebut, termasuk rupiah, ketika dollar Amerika Serikat (AS) mengalami penguatan,
Pada kuartal pertama tahun ini, Indonesia mencatat CAD sebesar US$ 5,5 miliar atau 2,19% dari Produk Domestik Bruto (PDB), masih ada di level yang aman karena di bawah 3% dari PDB.
Anton memperkirakan, CAD akan melebar di kuartal kedua karena ekspor dan impor naik dan musiman repatriasi serta pembayaran dividen ke luar negeri. Sehingga, sepanjang 2018 CAD diperkirakan akan mencapai 2,2% dari PDB.
"CAD menjadi sesuatu yang harus diperhatikan, bukan karena jelek banget. Tapi ini bisa menjadi titik risiko yang dilihat di semua negara yangg terkena tekanan currency-nya," kata Anton saat paparan dalam acara Macroeconomics Outlook Mandiri Group di kantornya, Kamis (17/5).
Di sisi lain, Anton melihat ekspektasi inflasi juga meningkat sejalan dengan peningkatan harga minyak mentah dunia. Perkiraan pihaknya, inflasi akhir tahun akan naik menjadi 4% year on year (YoY), meski di April 2018 masih ada di level 3,4% YoY.
Anton juga memperkirakan BI akan menaikkan bunga acuannya lagi di kuartal ketiga tahun ini sebesar 25 bps. Dengan demikian, bank sentral diperkirakan akan menaikkan bunga acuannya sebesar 50 bps sepanjang tahun ini.
🌷

BERTOLAK belakang dengan beberapa pengamat yang memperkirakan kenaikan suku bunga kebijakan Bank Indonesia (BI) 7 Day Repo Rate antara 25-50 bps, ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan suku bunga acuan akan bertahan di level 4,25%.
"Tingkat suku bunga acuan BI diperkirakan cenderung bertahan di level 4,25% pada rapat dewan gubernur (RDG) BI bulan ini mengingat ekspektasi inflasi diperkirakan terkendali di target sasaran BI," ujar Josua,Rabu (16/5).
Meskipun BI memiliki ruang untuk menaikkan suku bunga kebijakan, namun kenaikan suku bunga bukan satu-satunya instrumen moneter yang dapat berdampak pada penguatan nilai tukar rupiah.
Pelemahan nilai tukar terhadap dollar AS bukan hanya dialami oleh Rupiah saja namun seluruh mata uang negara berkembang dan mata uang negara maju.
"Dengan demikian, pelemahan rupiah belakangan ini lebih didominasi oleh faktor eksternal sementara fundamental ekononi Indonesia cenderung masih kuat. Dengan perkataan lain, pelemahan rupiah terhadap dollar AS ini diperkirakan bersifat sementara,"
Selain itu, dampak kenaikan suku bunga acuan BI dapat berdampak  pada perekonomian mengingat kenaikan suku bunga kebijakan BI akan direspon oleh kenaikan suku bunga perbankan termasuk suku bunga kredit.
"Ini berpotensi akan mendorong kenaikan cost of borrowing yang akan menahan upaya untuk memperkuat momentum pertumbuhan," tukas Josua. (A-5)


🍉


Bisnis.com, JAKARTA – Berita seputar teror bom dan dampaknya terhadap perdagangan di pasar modal menjadi sorotan media massa hari ini, Senin (14/5/2018).
Berikut rincian topik utama di sejumlah media nasional hari ini:
Bersatu Padu Lawan Terorisme. Seluruh elemen masyarakat bersatu padu melawan aksi terorisme dan berupaya keras menekan dampak sosial-ekonomi akibat tindakan biadab pengeboman 3 gereja di Surabaya. (Bisnis Indonesia)
Hanya Bank Besar yang Positif. Penyaluran kredit perbankan Indonesia tumbuh 8,6% secara tahunan (yoy) sepanjang kuartal I/2018 meski persebarannya belum merata
antarkelompok bank. (Bisnis Indonesia)
Kenaikan Tak Beratkan Ekonomi. Sejumlah analis menilai kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia, 7 Day (Reverse) Repo Rate, yang diperkirakan terjadi sebanyak dua kali hingga akhir tahun ini dinilai tidak akan menghambat pertumbuhan ekonomi. (Bisnis Indonesia)
Dampak Bom ke Pasar Saham Tak Signifikan. Serangan teror bom di tiga gereja di Surabaya diyakini tidak akan memberikan dampak signifikan terhadap kegiatan di pasar modal. Investor dan seluruh pelaku pasar modal diimbau tidak bereaksi berlebihan menyikapi kondisi ini. (Investor Daily)
Efek Teror Bom Hanya Sesaat di Bursa. Meski aksi ini mengiris ketakutan sekaligus keprihatinan, di mata pelaku pasar modal, teror bom tak akan mempengaruhi perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jika pasar modal tertekan, efeknya sementara. “Biasanya hanya 1 hari-2 hari,” ungkap analis Mega Capital Sekuritas, Adrian M. Priyatna. (Kontan)
🌾

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menyarankan debiturnya yang banyak terpapar valas untuk melakukan lindung nilai (hedging). Hal ini seiring dengan tingginya risiko nilai tukar karena pelemahan rupiah.
Berdasarkan data RTI pagi ini, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tercatat sebesar Rp 14.073.
Haru Koesmahargyo, Direktur BRI bilang dari awal eksposur dollar di bank masih relatif kecil. "Seiring risiko nilai tukar ini, kami imbau debiturnya untuk menghindari eksposur valas," kata Haru ketika ditemui setelah acara pencatatan perdana saham di bursa, Rabu (9/5).
Untuk menghindari risiko valas, bank melihat cashflow debitur, apakah mempunyai missmatch dengan pendanaan valas. Risiko valas debitur makin besar jika pendapatan berbeda dengan pinjaman valas.
Berdasarakn aturan BI, menurut Haru, persentase maksimum posisi devisa neto atawa net open position (NOP) pinjaman valas bank yang aman adalah 15%. Jika lewat, maka bank harus melakukan hedging.
Semakin kecil net open position, maka maka risiko valas akan semakin rendah.

Informasi tambahan saja, NOP merupakan selisih bersih antara aktiva dan pasiva dalam neraca (on balance sheet) untuk setiap valuta asing, ditambah dengan selisih bersih tagihan dan kewajiban, baik yang merupakan komitmen maupun kontinjensi dalam rekening administratif (off balance sheet) untuk setiap valuta asing, yang semuanya dinyatakan dalam rupiah.
🌾


KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat, posisi cadangan devisa (cadev) Indonesia akhir April 2018 sebesar US$ 124,9 miliar. Itu berarti, cadev turun US$ 1,1 miliar dari posisinya per akhir Maret 2018 yang sebesar US$ 126 miliar.
Ekonom Maybank Juniman mengatakan, dengan cadev ini terlihat bahwa BI melakukan intervensi secara terukur sehingga turunnya di bawah ekspektasi, “Dan di sisi lain rupiah melemah terus. Itu yang terjadi,” kata Juniman kepada Kontan.co.id, Selasa (8/5).
Ekonom BCA David Sumual juga mengatakan bahwa BI cukup taktis untuk menyikapi keadaan kurs ini. “Mereka hanya menjaga volatilitas rupiah sehingga cadev juga tidak turun banyak,” ujarnya. Namun demikian, ia tidak bisa memastikan ongkos operasi moneter bulan April.
Di sisi lain, Kepala Kajian LPEM FEB UI Febrio N. Kacaribu mengatakan, jumlah cadev yang mencerminkan bahwa intervensi tidak terlalu besar adalah karena ada global bonds yang baru issue.
Ia memperkirakan, ongkos operasi moneter bulan April secara net adalah sebesar US$ 1,1 miliar itu. “Itu sudah mencakup demand dan supply dari USD. Intervensi itu sendiri bagian dari supply dollar AS di pasar,” ujarnya.
Sementara itu, Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistyaningsih menilai, dengan realisasi cadev ini, maka yang dikeluarkan BI cenderung sedikit untuk menjaga rupiah di pasar. Lana mengatakan, penurunan cadev di bulan April di bawah ekspektasinya yang turun sebesar US$ 2 miliar.
“Ini hanya US$ 1,14 triliun, tetapi bisa jadi ini ditambah dengan hasil dari global bond dalam dua mata uang (dual currency), yakni dollar AS dan Euro akhir April lalu sehingga tidak turun lebih besar,” ujar dia.
Namun demikian, ia tidak dapat memastikan lebih jauh terkait jumlah cadev ini. Sebab, belum jelas apakah ada sumber lain, seperti apabila ada valas dari bank-bank BUMN yang diletakkan di BI.

Namun, bila terlihat dari tekanan kurs dan jumlah cadev yang bertahan April ini, penempatan dari bank ke BI meningkat. “Ini bagus, sehingga cadev juga bagus. Mudah-mudahan akhir Mei teknan dari dalam negeri berkurang,” kata Lana.
🌸
Jakarta detik - Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir April 2018 tercatat US$ 124,9 miliar. Angka ini masih turun sekitar US$ 1,1 miliar dibandingkan dengan posisi akhir Maret 2018 sebesar US$ 126,0 miliar. 

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,7 bulan impor atau 7,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. 

"Bank Indonesia (BI) menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Agusman Zainal dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Selasa (8/5/2018).


Penurunan cadangan devisa pada April 2018 terutama dipengaruhi oleh penggunaan devisa untuk pembayaran utang luar negeri (ULN) pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi. 

Ke depan, BI memandang cadangan devisa tetap memadai didukung terjaganya keyakinan terhadap prospek perekonomian domestik yang membaik dan kinerja ekspor yang tetap positif. (ara/ang)


🌳
INILAHCOM, Jakarta - Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI) Suprajarto mengatakan, kasus skimming atau pembobolan mesin ATM tidak hanya terjadi di BRI melainkan terjadi juga di beberapa bank lain.
Namun, kata dia, kasus skimming ini memang lebih menonjol ada di BRI. Penyebabnya karena nasabah BRI yang lebih banyak ketimbang bank lain.
"Nasabah kami sangat besar, 70 juta (nasabah) dengan ATM yang tersebar luas 25 ribu ATM. Kalau bicara skimming kami akan lebih kena hit lebih besar karena ATM kami tersebar ke remote-remote yang ga terjangkau pengawasan ya," kata Suparjarto saat jumpa pers di kantornya, Jakarta, Kamis (3/5/2018).
Dia mengatakan, kasus ini sudah ditangani dengan cepat. Sehingga, klaim dia, kepercayaan masyarakat terhadap BRI tetap terjaga dengan baik.
"Sehingga, dengan cepatnya kami atasi hal itu. Reputasi kami enggak terlalu terganggu. Ini berikan keyakinan ke masyarakat BRI serius (tangani masalah)," kata dia.
Kasus pembobolan saldo nasabah Bank Rakyat Indonesia (BRI) ini berhasil diungkap kepolisian usai pihak Polda Metro Jaya meringkus lima pelaku sindikat skimming pembobol ATM pada Jumat (16/3/2018).
Tiga pelaku adalah warga Rumania dengan inisial CAS (28), RK (28), dan IRL (28). Satu warga Hungaria, FH (27), serta seorang perempuan asal Bandung berinisial MK (30).
Dari tangan pelaku, Polda Metro Jaya berhasil menyita sejumlah barang bukti yang menguatkan peran mereka sebagai penyadap mesin ATM. Di antaranya 1.480 kartu ATM palsu berbagai asal bank. Terbanyak, dari BRI, dengan jumlah 1.211 kartu ATM.
Berdasarkan pemeriksaan sementara sindikat pembobol saldo rekening nasabah BRI itu telah beroperasi sejak Juli 2017.
Pihak BRI sebelumnya mengatakan mengganti semua uang nasabah yang terkena skimming. [jin]
🍧
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa waktu yang lalu, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menyebutkan bahwa regulator telah melakukan stress test terhadap perbankan.
Dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Gedung Bank Indonesia, Senin, 30 April 2018 lalu, Wimboh mengatakan bahwa stress test bahkan dilakukan hingga rupiah mendekati level Rp 20.000 per dollar AS. Hasilnya kata Wimboh, kondisi perbankan Indonesia masih cukup kuat.
Sementara itu, kondisi rupiah sendiri cenderung terus mengalami pelemahan. Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), kurs rupiah Kamis (3/5) berada di level Rp 13.965 per dollar AS. Level ini menjadi level terdalam pelemahan rupiah sejak akhir 2015 lalu. Pada 18 Desember 2015, rupiah juga sempat melemah hingga ke level Rp 14.032 per dollar AS.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo enggan menanggapi hasil stress test tersebut. "Kalau terkait Pak Wimboh, kamu harus tanya ke Pak Wimboh," kata Agus di kantornya, Kamis (3/5).
Lebih lanjut Agus menegaskan, biasanya hasil stress test memang tidak dipublikasikan. "Stress test biasanya tidak dipublikasikan. Jadi stress test tidak kami publikasikan," tambah Agus.
Selain melakukan stress test terhadap perbankan dari sisi kurs, Wimboh pada saat itu juga mengatakan bahwa pihaknya melakukan stress test terkait suku bunga. Hal ini dengan asumsi suku bunga kredit mengalami kenaikan dalam batas tertentu. Hasilnya perbankan Indonesia secara umum masih cukup kuat.
Dari sisi NPL (rasio kredit bermasalah), menurut Wimboh, perbankan Indonesia juga masih cukup kuat untuk menghadapi tekanan rupiah dan nilai tukar. Terkait daya tahan perbankan Indonesia ini, menurut OJK disebabkan karena permodalan bank yang cukup tinggi yaitu mencapai 22%.

Selain itu, dari sisi net open position (NOP) juga masih terjaga dan sebagian besar berada di posisi long. Sehingga dengan nilai tukar berapapun, menurut klaim OJK tidak berefek ke permodalan perbankan.
🍊

Bisnis.com, JAKARTA--Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi April 2018 mencapai 0,10% atau lebih rendah dibandingkan inflasi bulan Mei sebesar 0,20%. Adapun, inflasi tahunannya sebesar 3,41% dan inflasi tahun kalendernya mencapai 1,09%. 

Dari 82 kota yang disurvei 54 kota mengalami inflasi dan 28 kota mengalami defflasi. Inflasi tertinggi di Merauke 1,32% dan inflasi terendah di Padang dan Kudus sebesar 0,01%. Deflasi tertinggi tual 2,26% dan deflasi terendah di Medan, Bandar Lampung dan Tegal sebesar 0,01%.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti menuturkan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada April 2018 secara umum masih diwarnai oleh panen raya yang dimulai dari bulan sebelumnya.

"Dari tujuh kelompok pengeluaran, inflasi terbesar terjadi pada kelompok sandang 0,29% dengan andil 0,02%. Posisi kedua ditempati makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,24% dengan andil sebesar 0,05%," papar Yunita, Rabu (2/5).

Sementara itu, bahan makanan mengalami deflasi 0,26% didorong oleh komoditas beras yang mengalami deflasi 0,08% dan ikan segar deflasi sebesar 0,03% serta cabai merah sebesar 0,03%. Namun, pada kelompok bahan makanan tetap ada yang mengalami inflasi a.l. bawang merah 0,07% dan daging ayam ras 0,03%.

BPS melaporkan inflasi inti pada April 2018 mencapai 0,15% mtm dan secara tahunan sebesar 2,69% yoy. Inflasi harga  yang diatur pemerintah tercatat sebesar 0,24% mtm dan tahunannya sebesar 0,37%. 

Menurut Yunita, hal ini dipengaruhi komponen energi yang mengalami inflasi sebesar 0,30% akibat dari kenaikan pertalite pada Maret lalu dengan andil inflasi sebesar 0,03%.



🌹
JAKARTA, KOMPAS.com - Komite Stabilitas Sistem Keuangan ( KSSK) melansir bahwa jumlah bank sistemik meningkat pada akhir April 2018. Peningkatan itu terjadi dalam kurun waktu enam bulan sejak September 2017. " Bank sistemik diupdate setiap 6 bulan. April dan September. Jadi ini adalah update setelah sebelumnya waktu September ada 11 sekarang jadi 15. Ada kenaikan 4 bank," jelas Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan ( OJK) Wimboh Santoso selepas rapat dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Gedung Bank Indonesia (BI) Jakarta, Senin (30/4/2018). Peningkatan itu terjadi karena disebabkan beberapa indikator dan telah mendapatkan persetujuan dari BI. "Kenaikan ini karena ada beberapa indikator yang meningkat, misalnya dari size dan interkonetivitas antarbank, dan ini sudah didiskusikan dengan BI," sambung Wimboh. Namun demikian, Wimboh tak menyebutkan tambahan empat bank sistemik tersebut. Di sisi lain, Wimboh menyatakan bahwa OJK bakal terus memantau kondisi dan perkembangan bank sistemik ini, salah satunya dengan membuat rancangan rencana pemulihan (recovery plan) seperti yang ada dalam aturan. "Nanti juga ada yang disebut capital surcharge yang penerapannya secara gradual dan tidak akan ganggu permodalannya," ujar dia. Meski ada pertambahan bank sistemik, kinerja lembaga keuangan secara umum relatif positif sepanjang triwulan I 2018. Hal tersebut didasari adanya pemulihan yang terus terjadi pada pertumbuhan penyaluran kredit perbankan dan diiringi likuiditas yang masih memadai. Kinerja positif itu juga ditandai dengan kemampuan bank dalam menghadapi risiko yang terjaga dengan cukup baik. Pasalnya rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) berada dalam kategori aman pada level 22,67 persen.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "April 2018, Jumlah Bank Sistemik Bertambah Jadi 15 Perusahaan", https://ekonomi.kompas.com/read/2018/05/01/161912426/april-2018-jumlah-bank-sistemik-bertambah-jadi-15-perusahaan
Penulis : Ridwan Aji Pitoko
Editor : Bambang Priyo Jatmiko

Berikut data yang berhasil dihimpun oleh CNBC Indonesia dari berbagai sumber di mana kemungkinan besar 15 bank ini masuk daftar bank sistemik. Data ini diperoleh dengan mengurutkan jumlah aset 15 bank terbesar posisi akhir 2017 di Indonesia :
BRI Rp 1.126,2 triliun
Bank Mandiri Rp 1.124,7 triliun
BCA Rp 750,3 triliun
BNI Rp 709,33 triliun
Bank CIMB Niaga Rp 266,3 triliun
BTN Rp 261,36 triliun
Bank Panin Rp 200,99 triliun
Bank Danamon Rp 178,25 triliun
Bank Maybank Indonesia Rp 173,25 triliun
Bank OCBC NISP Rp 153,8 triliun
Bank Permata Rp 148,09 triliun
Bank of Tokyo Mitsubishi Rp 147,01 triliun
Bank BJB Rp 108,4 triliun
HSBC Indonesia  Rp 101,01 triliun

Bank Bukopin Rp 100,8 triliun

🌳

JAKARTA okezone- Bank Indonesia (BI) menerbitkan ketentuan Penyempurnaan Operasi Moneter melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.20/5/PBI/2018. Penyempurnaan ketentuan Operasi Moneter tersebut sejalan dengan upaya reformulasi kebijakan moneter secara berkesinambungan yang ditempuh BI sejak tahun 2016.

Direktur Departemen Pengelolaan Moneter BI Rahmatullah mengatakan, terdapat tiga substansi penyempurnaan ketentuan operasi moneter. Aturan tersebut, kata dia, menggabungkan ketentuan operasi moneter konvensional dan syariah.


BI Minta Aturan Batas Maksimum Transaksi Tunai Tak Hambat Perekonomian
"Sebelumnua PBI ada dua, ada PBI operasional moneter konvensional dan PBI operasional moneter syariah. Nah, ini kita gabung menjadi satu, di dalamnya ada konvensional dan syariah," kata dia di Kantor Bank Indonesia, Senin (23/4/2018).



Selain itu, dalam aturan tersebut juga diberlakukan penghapusan FDR (Financing To Deposit Ratio) sebagai syarat Operasi Pasar Terbuka (OPT) syariah dan memasukan ketentuan Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valuta asing (valas). Ketiga, penguatan perizinan kepesertaan dalam operasi moneter.



Untuk melakukan penyesuaian aturan baru, maka peserta dan lembaga perantara dalam Operasi Moneter yang telah mengikuti Operasi Moneter sebelum berlakunya PBI wajib mengajukan izin kepada Bank Indonesia paling lambat enam bulan setelah PBI berlaku. Ketentuan ini efektif berlaku sejak tanggal 16 April 2018.

Saat ini tercatat 115 bank dan lembaga keuangan yang terdaftar sebagai peserta Operasi Moneter.

"Secara umum mereka harus membuktikan secara formal, misalnya sudah mendapatkan izin dari OJK, ini merka harus buktikan atau misalnya dari broker terkait izin dari BI, juga harus disampaikan," kata dia.



Sekadar informasi, operasi moneter adalah pelaksanaan kebijakan moneter oleh BI untuk pengendalian moneter baik di pasar uang maupun pasar valuta asing yang dilakukan secara terintegrasi, melalui OPT dan Standing Facilities yang dapat dilakukan secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah.



Untuk meningkatkan governance dan compliance dalam pelaksanaan operasi moneter, BI mewajibkan peserta dan lembaga perantara operasi moneter memperoleh izin dari BI. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi oleh pihak yang akan menjadi peserta dan lembaga perantara dalam Operasi Moneter meliputi aspek kelembagaan, aspek infrastruktur, aspek kompetensi sumber daya manusia dan aspek manajemen risiko.

PBI Operasi Moneter mengatur pelaksanaan Operasi Moneter, instrumen dalam Operasi Moneter yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, perizinan peserta dan lembaga perantara, penyelesaian transaksi, pemantauan pasar keuangan, pengawasan, dan sanksi dalam Operasi Moneter.

🌸
JAKARTA okezone - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatatkan laba bersih pada kuartal-I 2018 sebesar Rp5,5 triliun. Jumlah tersebut naik sebesar 10,4% dari periode yang sama tahun lalu (year to year/yoy) yang sebesar Rp5 triliun.
"Sedangkan, pendapatan operasional yang terdiri dari pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional, hingga Maret mengalami pertumbuhan menjadi Rp14,7 triliun," ujar Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja dalam konferensi pers di Hotel Kempinski, Jakarta, Senin (23/4/2018).
Pendapatan operasional tersebut mengalami kenaikan 8,7% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu yang sebesar Rp13,5 triliun.

Sementara, Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat tumbuh 9,0% yoy menjadi Rp583,5 triliun. Di mana current account and saving account (CASA) berkontribusi sebesar 77,3% dari pertumbuhan DPK.
CASA tercatat tumbuh sebesar 11,3% yoy menjadi Rp451,1 triliun hingga Maret. Terdiri dari dana tabungan tumbuh positif sebesar 10,8% yoy menjadi Rp297,2 triliun, sementara dana giro meningkat 122% yoy mencapai Rp153,8 triliun. Adapun dana deposito tercatat sebesar Rp132,5 triliun atau tumbuh 2,1% yoy.
"Perkembangan produk dan layanan penyelesaian pembayaran (payment settlement) yang inovatif berperan penting dalam mempertahankan pertumbuhan dana CASA," katanya

Dengan capaian ini, Jahja pun menilai optimistis terhadap prospek ekonomi Indonesia untuk jangka ke depan. Di mana, perusahaan dikatakan secara konsisten beradaptasi terhadap perkembangan teknologi informasi dan perubahan perilaku nasabah di era digital ini.

"Customer experience dan loyalitas nasabah merupakan faktor penting dalam mendukung pencapaian kinerja bisnis bank yang berkelanjutan," pungkasnya.
🍹
Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Central Asia Tbk. mengurangi penempatan dana dalam bentuk obligasi pemerintah (government bonds) sepanjang kuartal I/2018 akibat tingginya permintaan kredit.
Jumlah dana yang ditempatkan dalam government bonds per akhir Maret 2018 mencapai Rp49,97 triliun, turun 27,2% dibandingkan dengan posisi pada Maret 2017 sebesar Rp68,59 triliun.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menuturkan penurunan penempatan tersebut merupakan strategi perseroan untuk memaksimalkan penyaluran fasilitas kredit.
“Penurunan itu bukan semata-mata karena faktor yield, tapi karena ada masalah kebutuhan untuk kredit yang tumbuh di luar ekspektasi” katanya di Jakarta, Senin (23/4/2018).
Dia menjelaskan, perseroan membutuhkan likuiditas untuk merespons permintaan kredit yang pesar. Total portofolio kredit BCA pada akhir Maret 2018 mencapai Rp470 triliun, tumbuh 15,0% secara year on year dari posisi Rp408,69 triliun.
Padahal, di sisi lain, emiten bersandi BBCA itu juga tidak mau agresif menghimpun dana pihak ketiga khususnya dana mahal deposito. Hal ini lantaran mengingat rasio loan to funding (LFR) yang masih longgar di level 77,9%.
“Kami sengaja menahan bahkan menurunkan deposito daripada nanti malah negative carry dan merugi kalau harus jor-joran kasih bunga. Daripada ngoyo cari dana mahal, government bonds yang kami cairkan,” paparnya.
Secara year to date, jumlah penempatan dana dalam surat berharga negara yang dilakukan BCA pada akhir Maret 2018 juga mengalami penurunan yang signifikan, atau sebesar 29,2% dari posisi Desember 2017 sebesar Rp70,62 triliun.
🍁

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun 2018 berjalan, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus bergerak fluktuatif. Namun, indeks masih cenderung menguat. Kondisi itu tak terlepas dari kinerja 10 saham penyokong utama indeks.
Dikutip dari statistik resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), diketahui 10 saham penggerak IHSG di awal tahun ini, yaitu INKP, BBCA, TKIM, MYOR, CPIN, PGAS, ADRO, PTBA, INCO dan ITMG.
Analis BCA Sekuritas Achamd Yaki mengatakan, prospek harga untuk 10 saham tersebut bakal meningkat. "Masih ada potensi upside, seperti INKP dan TKIM yang masih dalam tren bullish," katanya, Jumat (20/4).
Prospek tersebut dilihat dari kinerja kuartal I-2018 INKP dan TKIM yang memiliki ekspektasi baik. Sebab, harga komoditas pulp masih meningkat, sementara harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) akan mengikuti. Lain halnya dengan PGAS di mana pada kuartal I-2018 volumenya naik, namun marginnya masih tetap rendah. Bahkan ASP-nya relatif datar (flat).
"CPIN dan MYOR bisa terdongkrak karena momen Ramadan, selain itu rendahya harga jagung membuat margin CPIN meningkat," papar Achmad.
Di sisi lain, ADRO, INCO, PTBA dan ITMG masih didorong kenaikan harga komoditas metal dan energi seperti batubara dan nikel. "Trennya masih bullish untuk batubara, meskipun enggak sekuat tahun lalu. Kalau nikel masih akan naik seiring penurunan suplai," imbuhnya.
Dari 10 saham penggerak IHSG 2018, Achmad menilai BBCA kemungkinan kenaikannya tidak akan sekencang sembilan saham lainnya. Ini lantaran, kinerja industri keuangan memiliki pergerakan yang lebih kompleks.
Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji menilai, prospek menjanjikan pada tahun ini ada pada beberapa sektor, seperti pertambangan, perbankan dan industri dasar.
"Yang menjanjikan seperti ADRO, ITMG, PTBA, INCO, BBCA dan INKP. Investor bisa masuk sekarang juga, tidak masalah," ujarnya, Jumat (20/4).
Berdasarkan hasil review Nafan, diperkirakan beberapa saham bakal menyentuh harga terbaik dalam jangka panjang. Hal itu tercermin dari saham BBCA yang memiliki target harga di level Rp 22.900, PTBA dengan target harga Rp 3.780 dan ADRO di level Rp 3.080. Kemudian, saham INKP dengan target harga Rp 15.600 yang berhasil disentuh pada 10 April 2018.

Selanjutnya ITMG memiliki target harga  di level Rp 32.525 dan INCO di level Rp 4.110. "INKP menjanjikan, BBCA untuk akumulasi beli, dengan target harga secara bertahap mulai dari level Rp 24.700, Rp 25.600, hingga level Rp 26.875 sebagai target harga jangka panjang," ujar Nafan.

🌻
Bisnis.com, JAKARTA—Selain menaikkan peringkat utang pemerintah Indonesia dari Baa3 ke Baa2, Moody’s Investor Service juga meningkatkan peringkat sembilan lembaga keuangan Indonesia ke level Baa2.
Dalam keterangan resmi Moody’s yang terbit Jumat (13/4/2018), lembaga pemeringkat internasional tersebut telah meningkatkan peringkat utang tujuh bank dan dua perusahaan pembiayaan menjadi Baa2.
Bank yang diperingkat, yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank Central Asia Tbk., PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank CIMB Niaga Tbk., PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk., dan PT Bank Danamon Indonesia Tbk. Moody juga telah merevisi pandangan untuk peringkat tujuh bank ini dari positif menjadi stabil.
Sementara itu, perusahaan pembiayaan yang dinaikkan peringkatnya yakni PT Astra Sedaya Finance (ASF) dan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (Indonesia Eximbank). Moody's telah merevisi outlook Indonesia Eximbank menjadi stabil dari positif dan mempertahankan outlook stabil ASF.
Adapun, deposit rating Bank Permata ditegaskan kembali namun outlooknya diturunkan dari stabil menjadi negatif. Di sisi lain, deposit rating BRI dan BCA dikerek menjadi Baa2 dari Baa3.
Pada saat yang sama, counterparty risk assessments dari BNI, BTN dan Bank Permata telah ditingkatkan ke Baa2 (cr) / P-2 (cr) dari Baa3 (cr) / P-3 (cr).
Untuk BRI dan Bank Central Asia, counterparty risk assessments telah ditingkatkan ke Baa1 (cr) dari Baa2 (cr), sementara counterparty risk assessments dari Mandiri, CIMB Niaga dan Bank Danamon telah ditegaskan di level Baa2 (cr) / P-2 (cr).
🍀

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada awal 2018 ini, kinerja perbankan mencatat pertumbuhan cukup positif. Hal ini bisa dilihat dari realisasi kinerja 10 bank besar per Februari 2018.
Sebanyak 10 bank besar ini adalah PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), PT Bank Central Asia Tbk (BCA), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI).
Selain itu, PT Bank CIMB Niaga Tbk, PT Bank Permata Tbk, PT Bank Pan Indonesia Tbk (Bank Panin), PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN), PT Bank Danamon Indonesia Tbk, dan PT Bank Maybank Indonesia Tbk.
Berdasarkan catatan KONTAN, laba bersih 10 bank besar tersebut per Februari 2018 Rp 15,27 triliun atau naik 12,45% dibanding akhir Februari 2017 (year on year
Kenaikan laba bersih ini didorong oleh kenaikan pendapatan bunga bersih 3,34% menjadi Rp 38,69 triliun.
Kenaikan pendapatan bunga bersih ini ditopang kenaikan kredit 8,07% menjadi Rp 2.902 triliun. Seiring penyaluran kredit ini cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) bank sebesar Rp 116,1 triliun naik 0,45%.
Per Februari 2018 biaya operasional selain bunga bersih tercatat Rp 19,52 triliun naik 3,06% year on year.

*Catatan: Sebelumnya tertulis di judul, laba 10 bank besar Rp 152,7 triliun. Yang benar adalah Rp 15,27 triliun

🌹
Jakarta infobank– Pertumbuhan simpanan berjangka atau deposito tengah mengalami perlambatan. Bank Indonesia (BI) mencatat, pada Februari 2018 deposito tumbuh melambat secara keseluruhan baik deposito berdenominasi rupiah maupun valas menjadi 5,9 persen atau lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tumbuh 8 persen. Hal ini dikhawatirkan bakal mempengaruhi likuiditas bank.
Ekonom INDEF Bhima Yudhistira mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan pertumbuhan deposito menurun. Pertama, lantaran suku bunga deposito yang terus mengalami penurunan. Hingga Januari 2018 saja, suku bunga deposito sudah turun sebanyak 196 basis points(bps). Hal ini sejalan dengan suku bunga acuan BI yang sudah turun sebanyak 200 bps.
“Dimata deposan ini kurang menarik sehingga ada peralihan  sebagian dana ke instrumen lain yaitu surat utang. Imbal hasil surat utang pemerintah tenor 10 tahun saja 6,3 persen. Pembelian obligasi korporasi juga menarik. Proyeksi Fed Rate yang naik hingga 3 kali ikut memacu sentimen deposan agar membeli lebih banyak surat utang,” ujar Bhima kepada Infobank di Jakarta, Senin, 9 April 2018.
Faktor kedua, kata dia, saat ini masyarakat kelas atas sudah mulai berbelanja lagi setelah sebelumnya lebih banyak menahan uang di tahun tahun lalu. Naiknya impor bahan baku industri menjadi sinyal permintaan konsumsi dalam negeri mulai pulih. Hal ini juga terjadi jelang hari raya Idul Fitri di tahun ini, di mana simpanan akan ditarik untuk belanja sesuai dengan pola musimannya.
Selanjutnya faktor ketiga, ada kekhawatiran sebagian kecil deposan karena adanya pertukaran informasi keuangan lintas negara dalam rangka perpajakan otomatis atau Automatic Exchange of Information (AEoI) yang mulai diberlakukan tahun ini. “Deposan terutama yang memiliki rekening diatas Rp1 miliar cenderung melakukan penarikan deposito dan memindahkan ke aset lainnya,” ucapnya.
Kemudian, faktor terakhir, turunnya pertumbuhan deposito juga seiring dengan naiknya harga emas. Di pasar spot dalam 6 bulan terakhir harga emas mengalami kenaikan hingga 5,9 persen. Harga emas menjadi Rp589 ribu per gram. Di tengah tahun politik dan instabilitas ekonomi global akibat perang dagang, banyak investor memilih menaruh uangnya di emas ketimbang di deposito.
Kendati demikian, dirinya meyakini, meski pertumbuhan deposito tengah mengalami tren perlambatan, namun likuiditas perbankan masih cukup aman. Ia menilai, pertumbuhan deposito yang melambat tidak akan berdampak siginifikan terhadap likuiditas bank. Menurutnya, selama pertumbuhan kredit tidak naik signifikan maka likuiditas perbankan diyakininya tetap aman.
“Dampak ke likuiditas masih cukup aman karena pertumbuhan kreditnya masih dikisaran 8 persen. Kecukupan modal (CAR) juga masih di 23 persen. LDR (Loan to Deposit Ratio) per Februari masih 88,7 persen. Nanti bank bisa terbitkan surat utang atau right issue untuk tambah likuiditas jika dibutuhkan. Likuiditas sman selama pertumbuhan kreditnya tidak naik signifikan,” tegasnya.
Menurut BI, perlambatan pertumbuhan deposito ini sejalan dengan penurunan suku bunga simpanan berjangka untuk seluruh tenor pada bulan Februari 2018, yang bersumber dari penurunan simpanan berjangka perseorangan khususnya di wilayah DKI Jakarta dan Jatim. Perlambatan simpanan berjangka korporasi di Provinsi DKI Jakarta dan Sumatera Utara menjadi faktor utama perlambatan Simpanan berjangka korporasi secara umum. Deposito korporasi di DKI Jakarta dan Sumatra Utara hanya tumbuh 6,2 persen di Februari 2018 dibanding bulan sebelumnya 8,6 persen.
Pertumbuhan deposito yang melambat ini telah memengaruhi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) perbankan yang tercatat Rp5.106,2 triliun, atau tumbuh melambat menjadi 8,2 persen (yoy) di Februari 2018, lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,5 persen (yoy). Kondisi ini juga memengaruhi likuiditas perekonomian atau uang beredar yang tercatat tumbuh melambat pada Februari 2018. Posisi M2 tercatat Rp5.351,2 triliun pada Februari 2018 atau tumbuh 8,3 persen (yoy), lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang tumbuh 8,4 persen (yoy).
Berdasarkan komponennya, perlambatan pertumbuhan M2 bersumber dari komponen uang kuasi yang tumbuh 6,7 persen (yoy), melambat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tumbuh 7,4 persen (yoy). Pertumbuhan tahunan surat berharga selain saham juga tercatat mengalami perlambatan.
Di kesempatan berbeda, Ketua Dewan Komisioner LPS Halim Alamsyah juga menyampaikan, bahwa di tahun ini likuiditas perbankan masih aman. Terlebih, kata Halim, baru-baru ini BI baru saja menerbitkan aturan Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM ) bagi Bank Umum Konvensional (BUK), Bank Umum Syariah (BUS), dan Unit Usaha Syariah (UUS) sebagai penyempurnaan dari aturan Giro Wajib Minimum rata-rata (GWM Averaging).
Melalui pengaturan PLM ini, diharapkan dapat mengatasi risiko likuiditas perbankan mengingat risiko likuiditas ini mampu mengimplifikasi  risiko lain menjadi risiko sistemik. “Likuiditas tahun ini aman, BI kan sudah keluarkan kebijakan untuk likuiditas bank. Ini akan meningkatkan fleksibilitas pengelolaan likuiditas oleh perbankan,” jelasnya kepada Infobank belum lama ini.
Beberapa substansi penyempurnaan GWM ini adalah, penambahan porsi GWM dalam rupiah rata-rata bagi BUK dari 1,5 persen menjadi 2 persen dari keseluruhan kewajiban pemenuhan GWM dalam rupiah bagi BUK sebesar 6,5 persen. Pemberlakuan GWM dalam valas rata-rata bagi BUK sebesar 2 persen dari keseluruhan kewajiban GWM dalam valas bagi BUK sebesar 8 persen.
Lalu, pemberlakuan GWM dalam rupiah rata-rata bagi BUS dan UUS sebesar 2 persen dari keseluruhan kewajiban GWM dalam rupiah bagi BUS dan UUS sebesar 5 persen. Kemudian, pemberian jasa giro bagi GWM dalam rupiah BUK menjadi 0 persen (penihilan jasa giro). Penyeragaman Calculation Period (masa penghitungan), Lag Period (masa penyiapan), dan Maintenance Period (masa pemenuhan) masing- masing menjadi selama 2 (dua) minggu. (*)
🍁

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor perbankan Indonesia tampaknya begitu diminati. Masuknya bank-bank asing, merger antara bank asing dan bank swasta domestik maupun pembelian saham bank nasional oleh investor asing bisa menjadi suatu indikator yang menegaskan predikat perbankan Indonesia yang masih diminati.
Yang terbaru, ada kabar bahwa perusahaan investasi asal Amerika Serikat (AS), Farallon Capital Management L.L.C berniat membeli kepemilikan Standard Chartered PLC di PT Bank Permata Tbk (BNLI). Mayoritas saham BNLI dimiliki oleh Standard Chartered PLC dan PT Astra Internasional Tbk (ASII) dengan kepemilikan masing-masing sebesar 44,56%, sementara sisanya 10,88% dimiliki publik.
Menurut sumber Kontan.co.id, Farallon Capital ingin masuk ke Bank Permata dengan membeli 44,56% saham dimulai dengan saham yang dimiliki oleh Standard Chartered. Perusahaan yang berbasis di San Francisco, AS ini bahkan dikabarkan telah melakukan pembicaraan awal dengan Standard Chartered di London.
Operasional Standard Chartered di Indonesia sendiri saat ini terbagi dua antara cabang yang dimiliki sepenuhnya, yaitu Standard Chartered Indonesia dan kepemilikannya di BNLI. Bank yang berbasis di Inggris ini pernah mengungkapkan keinginan agar operasionalnya di Indonesia diwakili oleh satu entitas saja.
Tahun lalu, Chief Executive Officer (CEO) Standard Chartered, Bill Winters, pernah mengungkapkan bahwa ada beberapa opsi yang bisa dilakukan untuk operasional Standard Chartered di Indonesia. Kepada Financial Times tahun lalu, Winters mengungkapkan, Standard Chartered dapat menjual salah satu dari dua operasinya di Indonesia dan menginvestasikan hasilnya pada yang lain atau mendapatkan kendali dari Bank Permata dan menggabungkan kedua entitas tersebut. Namun, saat itu ia membantah Standard Chartered akan menjual kepemilikan sahamnya di Bank Permata.
Sementara, dari ASII sendiri membantah kabar ini. Investor Relation ASII, Tira Ardianti mengungkapkan, tidak ada pembicaraan antara ASII dan Farallon Capital mengenai keinginan perusahaan asal AS tersebut membeli kepemilikan ASII di Bank Permata. ASII juga tidak pernah mendapat kabar mengenai kemungkinan penjualan saham Standard Chartered di Bank Permata kepada Farallon Capital.
"Sepanjang pengetahuan saya tidak ada pembicaraan ke arah (penjualan saham) tersebut. Fokus utama kami adalah menjadikan Bank Permata sehat kembali. ASII dan dan Standard Chartered akan tetap support Bank Permata," ujar Tira kepada Kontan.co.id, Minggu (8/4).
Hingga tulisan ini ditulis, belum ada konfirmasi langsung dari BNLI maupun Standard Chartered Indonesia. Kontan.co.id juga belum mendapatkan konfirmasi atas kabar ini dari Group Media Relations Standard Chartered PLC, Simon Kutner.
Kinerja BNLI sepanjang 2017 tergolong bagus, karena berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp 748 miliar setelah mencatatkan rugi bersih tahun 2016 yang mencapai Rp 6,48 triliun.
Harga saham BNLI di bursa saham Indonesia (BEI) per Jumat (6/4) tidak mengalami perubahan dari hari sebelumnya, yakni di level harga Rp 580 per saham. Namun, jika dilihat sejak akhir tahun, harga saham BNLI telah turun 7,2%.
🌾
Sementara itu, Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Filianingsih Hendarta menjelaskan aturan baru Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM).
Pengaturan RIM bertujuan untuk mendorong fungsi intermediasi perbankan kepada sektor riil sesuai dengan kapasitas dan target pertumbuhan ekonomi dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian.
Sedangkan melalui pengaturan PLM diharapkan dapat mengatasi risiko likuiditas perbankan mengingat risiko likuiditas ini mampu mengamplifikasi risiko lain menjadi risiko sistemik.
“Dengan pendalaman pasar dan pengayaan instrumen, memungkinkan transaksi pasar uang menjadi lebih dalam,” ujar Filiani.
Filianingsih menjamin, aturan RIM tidak akan membuat bank mengonsentrasikan DPK ke obligasi korporasi. "Kami lihat bank tidak akan duduk-duduk saja karena bisa memilih membeli obligasi. Tahun lalu, dana bank di obligasi hanya satu persen dari total kredit," ujar Filiani. (nid)

🍕
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ruang perbankan untuk mengatur likuiditasnya makin leluasa. Bank Indonesia  (BI) melonggarkan aturan giro wajib minimum (GWM).
Ketentuan GWM primer perbankan totalnya memang tetap yakni 6,5% dari total dana pihak ketiga, cuma berubah porsinya. Yang berlaku saat ini, besaran GWM sebesar 6,5% terbagi atas GWM harian sebesar 5% plus GWM rata-rata 1,5%.
Dalam ketentuan baru, besaran GWM harian sebesar  4,5% dan GWM rata-rata 2%. Beleid baru PBI No.20/3/PBI/2018 tentang GWM ini mulai berlaku 1 Juli 2018.
Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Dody Budi Waluyo mengatakan, penyempurnaan tersebut untuk meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter dan mendukung stabilitas makroekonomi. “Aturan ini memberikan  fleksibilitas kepada perbankan agar bisa lebih luas mengelola likuiditasnya,” ujarnya, Kamis (5/4).
Harapan BI, adanya atutan ini, perbankan bisa menempatkan dananya ke instrumen lain untuk membantu pendalaman pasar keuangan. Dengan begitu, perbankan bisa memperoleh return yang lebih baik. "Efektif atau tidaknya tergantung pengelolaan treasury dari perbankan itu sendiri,” imbuh Dody.
Hitungan BI, pelonggaran GWM ini akan menambah likuiditas sekitar Rp 20 triliun. Harapannya, kredit terangkat. BI memprediksi, pertumbuhan kredit sepanjang tahun 2018 akan ada pada kisaran 10% hingga 12%. Sampai Februari 2018, pertumbuhan kredit perbankan sekitar 8,4%.
Efek jangka panjang
Direktur Risiko, Strategi dan Kepatuhan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN), Mahelan Prabantarikso berpendapat, ketentuan GWM yang baru tersebut tidak akan secara signifikan menambah likuiditas.
Hanya saja aturan ini akan memberikan keleluasaan bagi bank untuk mengatur likuiditasnya ke depan. Artinya bank dipacu untuk lebih pintar mengatur Asset Liability Management  (ALM).
Presiden Direktur OCBC NISP, Parwati Surjaudaja juga berpendapat serupa. Beleid baru GWM tersebut memang lebih untuk menambah fleksibilitas lebih bagi bank dalam mengatur likuiditas. 

Kaitan ke pertumbuhan kredit, menurut dia, rasanya sama dengan suku bunga, tidak serta merta kredit akan tumbuh tumbuh ketika bunga kredit turun.  "Namun untuk jangka panjang hal-hal yang diatur tersebut akan membantu," kata Parwati, Kamis (5/4).
🌹

media indonesia: Posisi cadangan devisa Indonesia terus menurun di tengah tren pelemahan rupiah. Meski masih relatif tinggi jika dibandingkan beberapa tahun terakhir (lihat grafik), penurunan cadangan devisa perlu diantisipasi dengan cara menarik masuk devisa hasil ekspor yang saat ini masih banyak tersimpan di luar negeri. Jumlah cadangan devisa yang semakin besar akan memperkuat nilai tukar rupiah menghadapi tekanan dari dolar AS.

Per Maret 2018 tercatat cadangan devisa US$126 miliar atau turun rendah jika dibandingkan posisi akhir Februari 2018  US$128,06 miliar dan  Januari  US$131,93. Ekonom Indef Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan cara instan menaikkan cadangan devisa memang terbitkan surat utang di pasar global.

“Namun, ini tidak berkelanjutan karena rentan terpengaruh tekanan ekonomi global dan sentimen investor asing,” ujar Bhima saat dihubungi, Minggu (8/4). Devisa hasil ekspor tidak langsung masuk ke Indonesia karena di Singapura pajaknya lebih rendah, kemudian dijadikan syarat mendapat kredit dari bank Singapura sehingga pengusaha banyak menyimpan dananya di sana.

Bunga kredit valas dolar AS di bank Singapura rendah, yakni di bawah 3%, Indonesia masih mahal. Prosedur dan pelayanan nasabahnya juga jelas dan cepat sehingga devisa hasil ekspor tadi bisa langsung digunakan untuk keperluan ekspor-impor lainnya. Di situ kompetitifnya bank Singapura.

“Karena itu, harus ada aturan wajib simpan dana menetap beberapa bulan dulu di Indonesia,” ujar  Bhima. Selain devisa hasil ekspor, yang juga berperan besar untuk  memengaruhi cadangan devisa ialah hasil pembagian laba atau dividen anak usaha di Indonesia yang tiap tahun di transfer ke induk perusahaan di luar negeri.

Dia melihat hal itu sebagai masalah struktural, terutama perusahaan asing. Saat pembagian dividen,  defisit transaksi berjalan di tahun 2016 sebesar -2,41% terhadap PDB dan di 2017 angkanya -1,9%. Untuk tahun ini diproyeksi lebih besar jika dibanding tahun 2017, yakni -2,2%.
“Jadi, BI perlu evaluasi insentif agar devisa hasil ekspor dan divi­den agar bisa menetap di Indonesia lebih lama. Bisa  seperti cara di Thailand, yaitu minimum 6 bulan dana harus ditempatkan di bank dalam negeri,” tandasnya.

Tidak Jorjoran
Banyak pihak memperkirakan bahwa penurunan cadangan devisa juga terkait dengan upaya BI menstabilkan nilai tukar rupiah.  Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara sejak 21 Maret 2018 situasi stabil sampai sekarang pekan pertama April. “Jadi, BI di April ini tidak perlu masuk di pasar untuk lakukan stabilisasi,” kata Mirza.

Mirza mengatakan, sejak The Fed memastikan kenaikan suku bunga acuan, situasi pasar keuangan global terus bergerak kondusif. Sejak saat itu pula, BI tidak jorjoran menstabilisasi pasar. Hal ini berbeda jika dibanding Februari dan Maret 2018, ketika BI banyak menstabilkan rupiah di pasar valas dan SBN sehingga membuat cadangan devisa di dua bulan pertama 2018 menurun.

“Jadi, pada waktu Februari, cadangan devisa digunakan sedikt. Maret digunakan sedikt. Namun, setelah pengumuman dari Fed sekitar 21 Maret, pasar stabil,” tandas Mirza. (Ant/E-1)


 🍁
JAKARTA okezone– Bank Indonesia mencatat posisi cadangan devisa Indonesia akhir Maret 2018 tercatat USD126 miliar. Jumlah ini turun USD2,06 miliar dibandingkan dengan posisi akhir Februari 2018 sebesar USD128,06 miliar.
Kepala Group Departemen Komunikasi BI Junanto Herdiawan mengatakan, posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,9 bulan impor atau 7,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
“Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” kata dia dalam keterangan tertulis, Jumat (6/4/2018).
Dia menuturkan, penurunan cadangan devisa pada Maret 2018 terutama dipengaruhi oleh penggunaan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar Rupiah di tengah meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.
“Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai seiring dengan terjaganya keyakinan terhadap prospek perekonomian domestik yang membaik dan kinerja ekspor yang tetap positif,” tukasnya.
(kmj)
🍁


KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Situasi pasar keuangan terakhir mendorong perbankan untuk menyesuaikan diri. Mengubah tawaran suku bunga deposito berjangka, salah satunya. Selasa, 3 April 2018, sebagian bank mengubah tawaran bunga deposito berjangka mereka.
Menurut data Pusat Informasi Pasar Uang (PIPU) Bank Indonesia (BI) yang diperoleh KONTAN.co.id, rata-rata tawaran bunga deposito berbagai bank per 3 April 2018  berkisar 2,5% sampai 7,1%. Dibandingkan dengan sehari sebelumnya, 2 April 2018, secara umum tampak kisaran tawaran bunga deposito melebar.
Untuk jangka waktu 1 bulan, rata-rata bunga terendah ditawarkan oleh Bank ANZ Indonesia, yaitu 2,5%. Adapun rata-rata bunga tertinggi (7,1%) disodorkan oleh Bank Maybank Indonesia.
Deposito berjangka 3 bulan, rata-rata bunga terendah masih ditawarkan oleh Bank ANZ Indonesia (2,9%). Rata-rata bunga tertinggi (6,2%) disodorkan oleh Bank CIMB Niaga. 
Rata-rata bunga deposito berjangka waktu 6 bulan yang terendah juga ditawarkan oleh Bank ANZ Indonesia (3,1%). Adapun rata-rata bunga tertinggi disodorkan oleh ICBC Indonesia (6,5%)
Sementara itu, untuk deposito jangka waktu 1 tahun, Bank Commonwealth menawarkan rata-rata bunga yang tertinggi (6,5%). Adapun bunga terendah dipasang oleh Bank ANZ Indonesia (3,1%)
Daftar bunga deposito terbaru ini dihimpun KONTAN.co.id dari PIPU Bank Indonesia. Pada kenyataannya, data bunga versi PIPU ini mungkin berbeda dengan bunga yang berlaku di kantor-kantor cabang tersebut.
Anda bisa memantau perubahan bunga deposito ini secara rutin melalui kanal Pusat Data Kontan.co.id. Untuk mengetahui daftar suku bunga deposito dalam matauang dollar AS serta suku bunga kredit berbagai bank, Anda bisa membacanya melalui ePaper KONTAN.
Nama Bank
1 Bulan (%)
3 Bulan (%)
6 Bulan (%)
1 Tahun (%)
BANK ANZ INDONESIA
2.5
2.9
3.1
3.1
DEUTSCHE BANK AG
2.9
3.4
3.9
0
CITIBANK
3.5
4.7
4.8
4.8
STANDARD CHARTERED BANK
3.7
4.8
5.1
4.8
BANK DBS INDONESIA
4.1
3.6
5
5.8
BANK MANDIRI
4.1
5
5
5.1
BANK CENTRAL ASIA
4.3
4.5
4.6
4.6
BANK PANIN INDONESIA
4.6
5.4
5.9
5.8
BANK UOB INDONESIA
4.6
4.9
4.9
5.6
BANK HSBC INDONESIA
4.8
5
5.8
4
BANK COMMONWEALTH
4.8
4.9
5.6
6.5
BANK NEGARA INDONESIA
5.1
5.5
5.5
5
BANK RAKYAT INDONESIA
5.1
5.6
5.6
5.6
BANK DANAMON INDONESIA
5.3
5.3
5.3
5.3
BANK MEGA
5.3
5.4
5.6
4.1
BANK PERMATA Tbk
5.4
5.5
5.5
5.4
BANK OCBC NISP
5.5
5.5
5.8
6.1
BANK BUKOPIN
5.6
5.9
5.9
5.9
BANK CIMB NIAGA
5.7
6.2
6
6.4
BANK ICBC INDONESIA
5.8
6.1
6.5
5.5
BANK TABUNGAN NEGARA
5.8
5.8
5.9
5.8
BANK MAYORA
5.9
5.9
5.9
5.9
BANK MAYBANK INDONESIA
7.1
5.3
5.3
5.3
Sumber: PIPU Bank Indonesia
🍈
ID: Membaiknya prospek pertumbuhan ekonomi Negara sedang berkembang akan membawa angin segar kepada prospek harga saham pada tahun ini. Kondisi ini mengingatkan kita kepada Alan Greenspan dalam menjelaskan periode terjadinya gelembung dotcom yang pada akhirnya pecah.

Sejarah juga memperlihatkan ratusan tahun yang lalu gelembung investasi pernah meletus pada pasar bunga tulip. Mackay yang juga jurnalis asal Inggris mengklaim bahwa investor banyak yang hancur oleh jatuhnya harga bunga tulip, dan perdagangan bunga tulip di Belanda mengalami pukulan yang sangat hebat.

Meskipun buku Mackay adalah karya klasik yang banyak dicetak ulang hari ini, ceritanya tetap dipertentangkan. Banyak sarjana modern percaya bahwa tulip mania tidak begitu luar biasa seperti yang dijelaskan oleh Mackay, dengan beberapa berdebat bahwa perubahan harga tidak mungkin merupakan suatu gelembung.

Pada puncak tulip mania, pada Februari 1637, beberapa bunga tulip tunggal dijual lebih dari sepuluh kali pendapatan tahunan seorang pengrajin terampil. Hal ini umumnya dianggap sebagai gelembung spekulatif pertama yang tercatat (atau gelembung ekonomi), meskipun beberapa peneliti telah mencatat bahwa episode Kipper-und Wipperzeit pada tahun 1619-22, rantai Eropa yang luas dengan penurunan nilai terhadap kandungan logam dalam koin untuk mendanai perang, fitur mania ini memiliki kesamaan seperti gelembung ini.

Istilah “tulip mania” sekarang sering digunakan sebagai metafora untuk mengacu pada setiap gelembung ekonomi yang besar (ketika harga aset menyimpang dari nilai-nilai intrinsiknya). Gelembung juga dapat terjadi pada harga saham di dunia pada tahun 2018 ini. Namun demikian gelembung ini akan terus berlangsung hingga tiga tahun ke depan.

Era gelembung dotcom memperlihatkan bahwa gelembung dapat berlangsung selama 120 bulan secara terus menerus. Inilah yang terjadi ketika bank sentral terus menurunkan tingkat suku bunga pada zaman Alan Greenspan. Alan Greenspan memang bukan Joseph Schumpeter. Dengan teori demokrasi dan pembangunan ekonomi yang dikembangkan oleh Schumpeter, maka gelembung seperti itu tidak akan terjadi karena gelembung dapat bertahan dalam waktu yang lebih lama dengan gelembung yang lebih moderat. Itu hanya mungkin jika kapitalisme mampu menjalankan fungsinya dengan baik.

Pada masyarakat yang bercorak prekapitalisme, gelembung seperti yang terjadi pada bunga tulip dapat terjadi secara cepat karena tidak ada parlelisme antara tingkat keuntungan sektor riil dengan tingkat keuntungan dari investasi. Perlu juga diingat bahwa pada saat itu Belanda menjadi emperialis nomor satu dunia termasuk dengan menjajah Indonesia.

Benarlah yang dikatakan oleh para pejuang tahun 1945 seperti Soekarno dan Hatta bahwa Indonesia adalah korban imperialisme dunia. Akibat belum matangnya ekonomi kapitalisme di Belanda yang ditandai oleh investasi bodong di bunga tulip maka Belanda melakukan ekspansi ekonomi ke Indonesia melalui perusahaan dagang VOC.

Pada zaman Alan Greenspan, justru kapitalisme sedang matang-matangnya, namun terdistorsi oleh tingkat suku bunga bank sentral yang dilakukan oleh Alan Greenspan. Jika Alan Greenspan mengikuti Teori Schumpeter, maka Greenspan akan melakukan penghancuran bisnis-bisnis yang tidak efisien yang tidak pro kepada inovasi dan bukan melindunginya dengan tingkat suku bunga murah seperti pada era gelembung dotcom.

Kombinasi dari meningkatnya harga saham secara cepat dan kepercayaan pasar bahwa perusahaanperusahaan tersebut akan untung pada masa depan, spekulasi saham oleh individu, dan modal ventura yang dapat diperoleh secara mudah membuat investor melupakan indikator tradisional seperti Rasio P/E, dan lebih percaya terhadap kemajuan teknologi. Pada umumnya investasi ini dilakukan dalam bentuk penyerahan modal secara tunai yang ditukar dengan sejumlah saham pada perusahaan pasangan usaha.

Investasi modal ventura ini biasanya memiliki suatu risiko yang tinggi namun memberikan imbal hasil yang tinggi pula. Kapitalis ventura atau dalam bahasa asing disebut venture capitalist (VC), adalah seorang investor yang berinvestasi pada perusahaan modal ventura.

Awal mula tumbuhnya industri modal ventura ini adalah dengan diterbitkannya Undang-Undang Investasi Usaha Kecil (Small Business Investment Act) di Amerika pada tahun 1958 di mana secara resmi diperbolehkannya Kantor Pendaftaran Usaha Kecil (Small Business Administration/SBA)) untuk mendaftarkan perusahaan modal kecil untuk membantu pembiayaan dan permodalan dari usaha wiraswasta di Amerika.

Struktur pasar yang mendukung investasi model ini adalah persaingan monopolistik. Pada pasar monopolistik, produsen memiliki kemampuan untuk memengaruhi harga, walaupun pengaruhnya tidak sebesar produsen dari pasar monopoli atau oligopoli. Kemampuan ini berasal dari sifat barang yang dihasilkan. Karena perbedaan dan ciri khas dari suatu barang, konsumen tidak akan mudah berpindah ke merek lain, dan tetap memilih merek tersebut walau produsen menaikkan harga.

Misalnya, pasar sepeda motor di Indonesia. Produk sepeda motor memang cenderung bersifat homogen, tetapi masing-masing memiliki ciri khusus sendiri. Sebut saja sepeda motor Honda, di mana ciri khususnya adalah irit bahan bakar. Sedangkan Yamaha memiliki keunggulan pada mesin yang stabil dan jarang rusak. Akibatnya tiap-tiap merek mempunyai pelanggan setia masing-masing.

Pada pasar persaingan monopolistik, harga bukanlah faktor yang bisa mendongkrak penjualan. Bagaimana, kemampuan perusahaan menciptakan citra yang baik di dalam benak masyarakat, sehingga membuat mereka mau membeli produk tersebut meskipun dengan harga mahal, akan sangat berpengaruh terhadap penjualan perusahaan. Oleh karenanya, perusahaan yang berada dalam pasar monopolistik harus aktif mempromosikan produk sekaligus menjaga citra perusahaannya.

Penjual pada pasar monopolistik tidak terbatas, namun setiap produk yang dihasilkan pasti memiliki karakter tersendiri yang membedakannya dengan produk lainnya. Durasi gelembung pada pasar modal yang panjang dapat terjadi, jika dan hanya jika, struktur pasar monopolistik dapat dipertahankan di negara maju maupun negara sedang berkembang.



Achmad Deni Daruri, President Director Center for Banking Crisis

JAKARTA okezone - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi Maret 2018 sebesar 0,20% (mtm). Angka ini naik dibandingkan tingkat inflasi Februari 2017 sebesar 0,17%.
Adapun inflasi tahun kalender Maret adalah 0,99%. Sementara, inflasi tahunan Februari 2018 sebesar 3,4% year on year (yoy)
Kepala BPS Kecuk Suhariyanto mengatakan, inflasi Maret 2018 lebih tinggi dari Maret 2017 yang mengalami deflasi sebesar 0,02%, dan juga lebih tinggi dibandingkan dengan Maret 2016 yang mengalami inflasi 0,19%.
"Kalau kita lihat perkembangan harga komoditas Maret menunjukan kenaikan. Hasil pemantauan BPS di 82 menunjukkan terjadi inflasi 0,20%. Terkendali," ujar Kecuk di kantor BPS, Senin (2/4/2018).
Kecuk mengatakan dengan memperhatikan target inflasi yang dipasang di APBN sebesar 3,5% maka angka 3,4% terbilang terkendali.
Dari 82 kota tersebut, sebanyak 57 kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Jayapura mencapai 2,10 % dan inflasi terendah ada di Kota Sumenep sebesar 0,01% "
Sementara sisanya sebanyak 25 kota mengalami deflasi.
Pantauan BPS menyebut, deflasi tertinggi ada di Kota Taul sebesar 2,3 % dan deflasi terendah di Kota Bulukumba sebesar 0,01 %.
Kecuk menjelaskan, yang berpengaruh besar terhadap inflasi adalah dari bahan makanan, transportasi, dan sandang.
Khusus untuk bahan makanan memberikan andil sebesar 0,05%, terutama pada harga bumbu-bumbuan.
"Cabai merah mengalami kenaikan harga sehingga menyumbang paling besar sebesar 0,07% lalu bawang merah dan bawang putih masing-masing 0,04%," kata dia.
Kecuk menjelaskan, kenaikan harga komoditas terutama pada bumbu - bumbuan karena faktor cuaca sehingga bumbu-bumbuan mengalami kenaikan harga.
Dia berharap menjelang puasa ini harga komoditas stabil sehingga inflasi pun bisa terkendali.
Sebelumnya, Ekonom Institute for De­velopment of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira memperkirakan terjadi inflasi pada Maret 2018 pada kisaran 0,15%-0,2% (mtm) atau 3,4% (yoy). Inflasi umum cenderung lebih tinggi dibanding Maret 2017 lalu yang tercatat deflasi sebesar 0,02%.
Komponen inflasi dari harga yang diatur pemerintah atau administered price disumbang kenaikan oleh kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi.
Sementara dari inflasi volatile food karena ada pergeseran panen jadi penurunan harga beras dipasar belum optimal.
"Impor beras juga baru dilakukan Bulog 50% dari komitmen 500 ribu ton beras," ujarnya.
(dni)
🌿
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Inflasi Maret 2018 akan diumumkan Senin (2/3). Ekonom INDEF Bhima Yudhistira mengatakan, yang menjadi perhatian khusus dari pengumuman inflasi hari ini adalah core inflation atau inflasi inti yang masih akan rendah.
Meski begitu, Bhima mengatakan, dorongan untuk menunda belanja pada kelompok atas kelihatannya mulai turun. Sebab, Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Januari 2018 tercatat 8,4% yoy.
“Angka ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yang mencapai 9,4% yoy. Orang kaya mulai belanja lagi,” ujarnya.
Catatan saja, 20% kelompok teratas menguasai 46% total pengeluaran nasional. Artinya, kelas ataslah yang berpengaruh signifikan dari konsumsi rumah tangga.
Oleh karena itu, menurut Bhima, dugaan sementara inflasi inti rendah adalah karena kelas menengah dan bawah melemah daya belinya. Hal ini akibat kenaikan inflasi pangan dan terlambatnya penyaluran bansos. Tren inflasi pangan pada bulan Maret hingga Juni mendatang juga diperkirakan akan naik seiring faktor musiman jelang Lebaran.
Asal tahu saja, pada Januari-Februari 2018, inflasi intinya hanya 0,31% dan 0,26% lebih rendah dari inflasi Januari-Februari 2017 yakni 0,56% dan 0,37%. “Rendahnya inflasi inti jadi cerminan dorongan inflasi dari sisi permintaan (demand pull inflation) masih rendah. Efeknya nanti ke konsumsi rumah tangga di kuartal pertama prediksinya hanya 4,7%-4,9% yoy tidak sampai 5%,” ucapnya.
Bhima memproyeksi, inflasi bulan Maret ada dikisaran 0,2% secara bulanan dan 3,4% secara tahunan dengan IHK Maret 2018 sebesar 132,58. Ia melihat, Maret tahun ini komponen inflasi dari administered price disumbang kenaikan BBM non subsidi.
Sementara, dari inflasi volatile food, akibat ada pergeseran panen, penurunan harga beras di pasar belum optimal. Impor beras juga baru dilakukan Bulog 50% dari komitmen 500.000 ton beras. Dari pusat harga pangan nasional, harga beras medium secara bulanan turun tipis Rp 150 per kg menjadi Rp 12.100 per kg.

Harga daging ayam turun Rp 300 per kg menjadi Rp 31.850 per kg. Namun, komoditas cabai merah mencatat inflasi bulanan 7,16% menjadi Rp 43.350 per kg. Harga daging sapi juga naik 0,17% menjadi Rp 114.150 per kg.
🍏

JAKARTA okezone - Bank Indonesia (BI) mencatat likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) tercatat tumbuh melambat pada Februari 2018.

Posisi M2 tercatat Rp5.351,2 triliun pada Februari 2018 atau tumbuh 8,3% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tumbuh 8,4% (yoy). Demikian seperti dilansir keterangan BI, Jakarta, Kamis (29/3/2018).


Berdasarkan komponennya, perlambatan pertumbuhan M2 bersumber dari komponen uang kuasi yang tumbuh 6,7% (yoy), melambat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tumbuh 7,4% (yoy).



Selain itu, pertumbuhan tahunan surat berharga selain saham juga tercatat mengalami perlambatan. Namun demikian, pertumbuhan tahunan komponen M1 (uang beredar dalam arti sempit) meningkat sejalan dengan uang kartal dan giro yang tumbuh lebih tinggi dari sebelumnya.

Berdasarkan faktor yang memengaruhi, perlambatan pertumbuhan M2 dipengaruhi oleh melambatnya aktiva luar negeri bersih. Aktiva luar negeri bersih pada Februari 2018 tumbuh melambat 13,6% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 17,5% (yoy).

Sementara itu, kredit yang disalurkan perbankan pada Februari 2018 tercatat Rp4.690,6 triliun atau tumbuh 8,2% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan bulan Januari 2018 yang tumbuh 7,4% (yoy).



Suku bunga kredit dan simpanan berjangka kembali turun, mencerminkan masih berlanjutnya transmisi penurunan suku bunga kebijakan Bank Indonesia.

Pada Februari 2018, rata-rata tertimbang suku bunga kredit perbankan tercatat 11,27% atau turun 5 basis poin dari bulan sebelumnya. Sementara itu, suku bunga simpanan berjangka dengan tenor 1, 3, 6, 12, dan 24 bulan pada Februari 2018 masing-masing tercatat 5,65%, 5,97%, 6,40%, 6,56%, dan 6,73%, turun dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 5,72%, 6,03%, 6,49%, 6,68%, dan 6,74%.


(dni)
🍐

JAKARTA okezone - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 21 Maret-22 Maret 2018 memutuskan untuk mempertahankan 7-Day Reverse Repo Rate (BI 7-Day RR Rate) di level 4,25%. Dengan demikian ini menjadi bulan ketiga di tahun 2018 Bank Sentral menahan suku bunga acuannya.
Sebelumnya, sepanjang 2017, BI juga telah menahan suku bunga acuannya di level 4,25% selama tiga kali berturut-turut sejak Oktober hingga Desember. Adapun suku bunga Deposit Facility (DF) tetap pada level 3,5% dan Lending Facility (LF) pada level 5%, berlaku efektif sejak 23 Maret 2018.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 21-22 Maaret 2018 memutuskan untuk tetap mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate di level 4,25%" ujar Kepala Departemen Komunikasi BI, Agusman di Kantor Pusat BI, Jakarta, Kamis (22/3/2018).
Adapun bank sentral AS baru saja menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps), menjadi berada di kisaran 1,5% hingga 1,75% pada Rabu 21 Maret 2018.
Ditahannya suku bunga ini memang sudah diprediks banyak pihak. Peneliti Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan, kebijakan menahan siku bunga acuan sebagai respons BI terhadap kenaikan suku bunga acuan Federal Reserve AS (The Fed) yang telah diprediksi pasar.
Di sisi lain, kondisi ekonomi dalam negeri juga turut mendorong BI mempertahankan suku bunga acuannya. Bhima menjelaskan, meski inflasi di Februari mulai mereda, namun harga beberapa bahan pangan masih akan tinggi hingga Lebaran pada Juni mendatang.
Selain itu, lanjutnya, pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap USD yang diakibatkan oleh keluarnya modal asing dan defisit neraca perdagangan juga menjadi pertimbangan BI untuk menahan 7-Days Repo Rate.
Senada, Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo berpendapat bahwa Bank Indonesia (BI) masih bisa mempertahankan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate di level 4,25% melalui RDG.
Meskipun, Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) diyakini bakal menaikkan suku bunga acuan melalui Federal Open Market Committee (FOMC) yang juga berlangsung esok hari waktu setempat. Pasalnya, Kartika menilai pasar sudah lebih siap untuk kenaikan suku bunga The Fed sesuai ekspektasi pasar.
Apalagi, lanjutnya, fundamental perekonomian Indonesia masih dalam kondisi prima. Tercermin dari data ekonomi makro yang sesuai dengan target pemerintah.
(mrt)
🍁

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asing terus mencermati portofolio emiten di pasar modal Indonesia, dengan memperbarui saham-saham pilihan yang masih menarik untuk investasi.
Salah satu diantaranya adalah saham-saham pilihan EIDO atau iShare MSCI Indonesia Investable Market Index Fund (MSCI Indonesia ETF). Indeks ini merupakan acuan untuk reksadana saham pilihan MSCI.
Dalam Indeks EIDO, terdapat 89 saham yang dimasuki oleh asing. Kepemilikan dana pada 16 Maret 2018 menyatakan, ada 10 saham pilihan tertinggi.
Semua masuk dalam daftar emiten berkapitalisasi pasar besar (big caps). Di antaranya yakni BBCA dengan bobot 12,14%, BBRI dengan bobot 10,74%, TLKMdengan bobot 10,17%, ASII dengan bobot 7,91%, dan BMRI dengan bobot 7,76%.
Selain itu ada UNVR dengan bobot 4,10%, BBNI dengan bobot 3,89%, UNTRdengan bobot 2,95%, HMSP dengan bobot 2,22%, dan GGRM dengan bobot 1,97%.
Bertoni Rio, Senior Analyst Research Division Anugerah Sekuritas Indonesia menyatakan, saham pilihan EIDO tersebut tergolong sebagai emiten dengan kapitalisasi besar. Sehingga pergerakan saham tersebut memiliki korelasi dengan perubahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
“Saham ini menarik untuk investor yang tidak suka trading atau saham yang fluktuatif,” kata Bertoni kepada Kontan.co.id, Senin (19/3).
Lebih lanjut dia menyatakan, 10 emiten tersebut bisa menjanjikan gain tinggi dalam jangka panjang. Perolehan gain tersebut bisa lebih besar dari inflasi tahunan. Hanya saja, pelaku pasar perlu mencermati tren penguatan indeks.
Saat ini, IHSG masih terkoreksi dan diikuti penurunan saham 10 kapitalisasi besar itu. Untuk itu, dia menyarankan untuk jangka pendek sebaiknya menanti sentimen negatif yang mempengaruhi indeks berkurang.
“Jika indikasi tersebut terpenuhi, sinyal tersebut waktunya untuk koleksi 10 saham tersebut,” lanjutnya.
Bertoni merekomendasikan buy saham-saham TLKM dengan target harga (TP) 4.500, ASII dengan TP 8.400, UNVR dengan TP 55.000, HMSP dengan TP 5.000, dan UNTR dengan TP 38.000.

Sedangkan dia merekomendasikan hold saham BBRI, BBCA, BMRI, dan BBNI. "MSCI menarik untuk institusi, investor besar yang memiliki portofolio besar,” ujarnya.
🍟

JAKARTA sindonews- Direktur Riset Center of Reform on Economy (CORE) Pieter Abdullah Redjalam menilai pernyataan Presiden Joko Widodo bahwa perbankan nasional tidak berani mengambil risiko sehingga pertumbuhan kredit hanya sekitar 8% merupakan teguran halus kepada para bankir. 

Menurut dia, saat ini para bankir memang cenderung bermain aman sehingga terlihat sebagai bank yang malas (lazy bank). Namun, imbuh dia, hal itu tidak terjadi untuk semua bank. 

"Yang punya kesempatan untuk bermain aman atau bermalas-malasan khususnya adalah bank-bank besar," kata Piter saat dihubungi, Jumat (16/3/2018). 

Bank besar dengan semua keistimewaannya, kata Pieter, bisa mendapatkan dana murah dan punya alternatif penempatan dana di luar kredit. Di samping itu bank besar juga memiliki sumber pendapatan berbasis komisi (fee based income) yang besar. Sistem insentif inilah yang menurutnya mendorong bank besar bermain aman. 

"Tidak perlu menyalurkan kredit karena insentif return dari penempatan di surat berharga yang diterbitkan pemerintah dan bank sentral sudah memberikan keuntungan yang tinggi tanpa risiko," jelasnya. 

Selain itu bank besar juga bisa mendapatkan pendapatan yang tidak kecil dari berbagai macam transaksi, seperti biaya top up. "Oleh karena itu tidaklah heran kalau bank besar memilih aman dan bermalas-malas karena toh dengan cara itu mereka pada tahun 2017 lalu bisa menetak rekor kenaikan laba," ujarnya.

Hal berbeda dengan bank kecil menengah, khususnya bank kecil BUKU I. Bank-bank kategori ini menurutnya tidak punya kesempatan bermain aman atau bermalas-malasan. Mereka harus berebut dana nasabah dengan biaya dana yang tinggi. Sumber penerimaan utama adalah kredit. 

"Bermalas malas dan tidak menyalurkan kredit sama saja dengan bunuh diri. Bank kecil harus mengencangkan ikat pinggang dan bekerja keras untuk survive," katanya.

Hal ini terlihat pada pertumbuhan kredit bank kecil tahun 2017 yang di atas pertumbuhan kredit perbankan nasional. Karena itu, Pieter erharap presiden tidak hanya menyindir tetapi juga memerintahkan para pembantunya untuk mengubah sistem insentif yang memberikan ruang kepada bankir dan bank bank besar untuk bermain aman.

"Kuncinya ada di sistem insentif. Jangan ada peluang bagi perbankan untuk mendapatkan untung besar tanpa kerja keras. Yang bisa mengubah sistem insentif adalah regulator," tandasnya.

(fjo)
🍜

JAKARTA, KOMPAS.com - Perbankan nasional telah melalui tahun 2017 dengan kinerja yang relatif baik. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut, laba industri perbankan sepanjang 2017 lalu tercatat Rp 131,1 triliun, naik 23 persen secara tahunan (yoy). Bank menengah dan besar merupakan penyokong utama laba perbankan nasional pada 2017 lalu. Kelompok bank BUKU IV mencatat laba Rp 86,5 triliun atau naik 25 persen. Baca juga : Perbankan Nasional Bukukan Laba Rp 131 Triliun sepanjang 2017 Lima bank tersebut menyumbang 65 persen laba perbankan Indonesia. Sementara itu, kelompok bank besar BUKU III dengan modal di bawah Rp 30 triliun mencatat laba Rp 33 triliun atau naik 33,7 persen. Kompas.com mencatat bank-bank nasional dengan laba tertinggi sepanjang tahun 2017. Berada pada peringkat pertama adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI yang mencatat laba bersih sebesar Rp 29,4 triliun sepanjang tahun 2017. Baca juga : Data Nasabah Diduga Bocor, Ini Penjelasan BRI Perolehan laba bersih BRI tersebut tumbuh sebesar 10 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada tahun 2016 silam, bank berkode emiten BBRI tersebut meraup laba bersih sebesar Rp 25,8 triliun. Berada pada peringkat kedua setelah BRI adalah PT Bank Central Asia Tbk ( BCA) yang membukukan laba bersih sebesar Rp 23,3 triliun sepanjang tahun 2017. Laba bersih BCA tersebut tercatat naik 13,1 persen dibandingkan pada tahun 2016 yang mencapai Rp 20,6 triliun. Baca juga : Bos BCA: Pelemahan Rupiah, Kami Selalu Ambil Posisi Square Kemudian, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mencatat laba bersih sebesar Rp 20 triliun pada tahun 2017 lalu. Laba bersih Bank Mandiri tahun lalu melonjak 53,09 persen dibandingkan Rp 13,8 triliun pada tahun 2016. Adapun PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mencatatkan laba bersih sepanjang tahun 2017 sebesar Rp 13,62 triliun. Capaian tersebut meningkat 20,1 persen dibandingkan perolehan laba bersih pada tahun 2016 yang mencapai Rp 11,34 triliun. Baca juga : Bank Mandiri Incar Pertumbuhan Bisnis KPR 15 Persen Tahun ini Selain itu, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN mencatat laba bersih sebesar Rp 3,02 triliun pada tahun 2017. Laba bersih bank yang fokus pada bisnis pembiayaan perumahan tersebut tumbuh 15,59 persen dibandingkan pada tahun 2016 yang mencapai Rp 2,61 triliun. Baca juga : BTN Berikan Fasitas KPR ke Karyawan Lion Air Group 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ini Bank-bank Peraup Laba Tertinggi di Indonesia Tahun 2017", https://ekonomi.kompas.com/read/2018/03/09/083000226/ini-bank-bank-peraup-laba-tertinggi-di-indonesia-tahun-2017. 
Penulis : Sakina Rakhma Diah Setiawan

Editor : Aprillia Ika
strait times:Indonesian banks have benefited from growth in consumer spending backed by rising incomes in the country, whose economy makes up about 40% of the total for the Association of Southeast Asian Nations.
The country's largest private lender, Bank Central Asia, posted 13.1% growth in net profit last year thanks to strong growth in corporate, consumer and commercial loans. Outstanding consumer loans and mortgages rose 10-20% for Bank Rakyat Indonesia, while outstanding loans for Bank Mandiriincreased more than 10%.
Bank Mandiri's net profit surged 49.5% thanks to a rebound in commodities prices that helped reduce bad loan provisions, while Bank Rakyat's net profit climbed 10.7% on higher interest income. Their performance this year also looks robust. Daiwa Capital Markets said in a report on March 6 that the combined net profit and loan growth for 12 Indonesian banks -- including BCA, BRI and Bank Mandiri -- for January 2018 were both 9%. Daiwa reiterated its overweight stance on Indonesian banks. 
🌸

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun 2017, bank umum kelompok usaha (BUKU) IV berhasil membukukan pertumbuhan cukup tinggi. Mereka adalah lima bank terbesar Tanah Air dengan modal di atas Rp 30 triliun. 

Menurut hitung-hitungan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Statistik Perbankan Indonesia (SPI) tahun lalu, bank BUKU IV memperoleh laba bersih (setelah pajak) mencapai Rp 86,58 triliun. Angka ini naik 25,76% dibanding tahun 2016 yang mencapai Rp 69,56 triliun.


Bila dirinci, dari kelima bank BUKU IV yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank CIMB Niaga Tbk, BRI membukukan raihan laba paling tinggi yakni mencapai Rp 28,46 triliun atau naik 10,52% secara tahunan.

Sementara itu, berada di urutan kedua BCA berhasil meraup laba bersih sebesar Rp 22,16 triliun atau naik 12,2% secara year on year (yoy). Disusul oleh Bank Mandiri yang membukukan laba Rp 20,01 triliun atau naik cukup drastis sebesar 53,1% secara yoy.

Sementara BNI, juga mencatat kenaikan tinggi mencapai 21,08% menjadi Rp 13,04 triliun. Berada di urutan terakhir, secara perolehan CIMB Niaga membukukan laba bersih Rp 2,88 triliun. Kendati demikian, laba Bank CIMB Niaga naik tinggi sebesar 41,87%.

Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan pertumbuhan laba perseroan utamanya didorong oleh kenaikan net interest income (NII) yang tumbuh 4,1% menjadi Rp 41,9 triliun pada akhir tahun lalu.

Selain NII, pendapatan non bunga atau non-interest income BCA juga tumbuh cukup tinggi 11,5% menjadi Rp 15,1 triliun.

Biaya provisi BCA juga berhasil ditekan cukup dalam alias turun hingga 41,3% di akhir tahun 2017 menjadi Rp 2,63 triliun akhir tahun lalu dari Rp 4,56 triliun di tahun sebelumnya.

Jahja menambahkan, pertumbuhan laba perseroan juga ditopang oleh efisiensi yang dilakukan oleh BCA. Hal ii tercermin dari rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang diturunkan dari 60,4% menjadi 58,6%.

Pun, cost efficiency rasio (CER) BCA relatif tidak banyak bergerak dari 43,9% di tahun 2016 menjadi 44,4% sepanjang tahun lalu.

"Profitabilitas BCA didukung oleh berbagai program efisiensi, serta pembentukan cadangan kredit bermasalah yang lebih rendah sejalan dengan kualitas kredit yang tetap terjaga," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Kamis (8/3).

Jahja menjelaskan, BCA tidak mematok target tinggi tahun ini. Menurutnya, pertumbuhan BCA terutama dari sisi kredit hanya sebatas single digit dengan catatan kondisi likuditas stabil.

Beberapa segmen yang masih akan menjadi andalan BCA di tahun ini antara lain kredit korporasi serta kredit konsumer disamping mendorong kenaikan pendapatan berbasis komisi atau fee based income.



Strategi tahun ini

Sementara itu, Bank BNI yakin, pertumbuhan tahun 2018 akan lebih kencang dibanding tahun lalu.

Direktur Perencanaan dan Operasional BNI Bob Tyasika Ananta optimistis, tahun ini laba perseroan sedikitnya dapat tumbuh di level 12% sampai 15% secara tahunan.

Memakai asumsi tersebut, BNI setidaknya mengincar perolehan laba sebesar Rp 14,6 triliun hingga Rp 15,26 triliun tahun ini.

Bob menjelaskan, pertumbuhan tersebut dapat dicapai dengan asumsi kredit dan dana pihak ketiga (DPK) perseroan dapat tumbuh di level 15% hingga 18%.

Catatan saja, akhir tahun 2017 BNI membukukan pertumbuhan kredit sebesar Rp 417,15 triliun. Jumlah ini tercatat naik sebesar 11,95% dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya Rp 372,62 triliun.

Bank berlogo 46 ini menjelaskan, untuk mencapai target tersebut pihaknya sudah mencanangkan beberapa strategi. Antara lain, BNI akan lebih selektif dalam penyaluran kredit yakni fokus pada peningkatan bisnis korporasi terutama kementerian, institusi, BUMN.

"Segmen menengah difokuskan pada industri prioritas sesuai daerah, segmen kecil optimalisasi supply chain financing dan mendukung program pemerintah," kata Bob kepada Kontan.co.id, Kamis (8/3).

Tak hanya itu, perseroan juga tengah menggenjot penerapan perbankan digital guna menjaga efisiensi bisnis. Bob menuturkan, hal ini dilakukan guna mendorong peningkatan DPK terutama dana murah atau CASA dengan model bisnis digital pada closed loop transaction dan optimalisasi transaksi nasabah.

Selain kedua strategi itu, BankBNI juga akan memperkuat penetrasi pasar, sinergi anak usaha, pengembangan digital dan pertumbuhan anorganik di tahun ini.

Di sisi lain, Presiden Direktur Bank CIMB Niaga Tigor M. Siahaan mengatakan, dalam dua tahun lalu memang pertumbuhan kredit perseroan hanya satu digit.

Hal ini dinilai Tigor dikarenakan adanya shifting debitur perbankan yang mencari pendanaan ke pasar modal maupun obligasi.

"Kami tetap tumbuh (kredit), tapi secara keseluruhan banyak nasabah masuk ke bonds market, itu pun bagus. Kalau itu bagus buat nasabah untuk dapat alternatif pendanaan kenapa tidak," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Rabu (7/3).

Asal tahu saja secara konsolidasi CIMB Niaga membukukan pertumbuhan kredit sebesar 2,8% secara yoy. Sementara secara bank only, kredit bank yang terafiliasi dengan grup CIMB ini tumbuh stagnan 0,61% menjadi Rp 165,6 triliun per Desember 2017.

Kendati demikian, Tigor yakin pihaknya tetap akan terus memupuk laba tahun ini. Walau tak menyebut angka spesifk, bank bersandi emiten BNGA ini yakin perolehan laba akan lebih tinggi dari tahun lalu. "Tahun ini mudah-mudahan (laba) bisa lebih tinggi dari kemarin (2017)," ungkap Tigor.

🌴


Merdeka.com - PT Bank Central Asia (BCA) Tbk mencatat laba bersih 2017 mencapai Rp 23,3 triliun, tumbuh 13,1 persen dibandingkan Rp 20,6 triliun pada tahun sebelumnya. Capaian laba ini, salah satunya ditopang oleh kinerja kredit yang meningkat 12,4 persen, menjadi Rp 468 triliun yang ditopang oleh pertumbuhan di seluruh segmen.

Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, mengatakan kredit korporasi perseroan tumbuh 14,5 persen menjadi Rp 177,3 triliun pada akhir 2017. Kredit konsumer tumbuh 12,1 persen menjadi Rp 122,8 triliun.

Pada portofolio kredit konsumer, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) meningkat 14,2 persen menjadi Rp 73,0 triliun dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) naik 10,0 persen menjadi Rp 38,3 triliun pada 2017.

Periode yang sama, outstanding kartu kredit meningkat 6,9 persen menjadi Rp 11,5 triliun. Sementara itu, kredit komersial dan UKM tumbuh 10,3 persen menjadi Rp 167,5 triliun.

Rasio kredit bermasalah (NPL) BCA terjaga pada level yang relatif rendah yaitu 1,5 persen pada akhir 2017. Total cadangan kredit yang telah dibentuk tercatat sebesar Rp 14,6 triliun, meningkat 5,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

"Rasio cadangan terhadap kredit bermasalah tercatat sebesar 190,726," jelas Jahja di Hotel Kempinski, Jakarta, Kamis (8/3).

Jahja menambahkan pendapatan operasional yang terdiri dari pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya tumbuh 6,0 persen menjadi Rp 57,0 triliun. Pendapatan bunga bersih BCA meningkat 4,1 persen menjadi Rp 41,8 triliun sedangkan pendapatan operasional lainnya tumbuh 11,5 persen menjadi Rp 15,1 triliun tahun lalu.

Pencapaian tersebut sejalan dengan pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga, terutama pada dana giro dan tabungan.

"Profitabilitas BCA juga didukung oleh berbagai program efisiensi serta pembentukan cadangan kredit bermasalah yang lebih rendah sejalan dengan kualitas kredit yang tetap terjaga" ujarnya.

Sementara itu, BCA mempertahankan posisi likuiditas dan permodalan yang sehat. Rasio kredit terhadap pendanaan (LFR) tercatat sebesar 78,2 persen dan rasio kecukupan modal (CAR) mencapai 23,196.

"Pengembangan layanan payment settlement merupakan langkah strategis yang berperan dalam memperkokoh pendanaan BCA terutama dari dana giro dan tabungan (Current Account and Savings Accounts CASA)," jelas Jahja.

Pada akhir 2017, BCA meraup dana pihak ketiga mencapai Rp 581,1 triliun, meningkat 9,6 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 530,1 triliun. Dana CASA berkontribusi 76,3 persen dari total dana pihak ketiga BCA dan tercatat sebesar Rp 443,7 triliun pada akhir 2017.

Di dalam komposisi CASA, dana giro tumbuh 9,796 persen menjadi Rp 151,3 triliun dan dana tabungan naik 8,2 persen menjadi Rp 292,4 triliun.


[bim]
🍄

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) melaporkan, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Februari 2018 sebesar 128,06 miliar dollar AS. Angka tersebut turun dibandingkan posisi bulan Januari yang tercatat sebesar 131,98 miliar dollar AS. Posisi cadangan devisa tersebut cukup untuk membiayai 8,1 bulan impor atau 7,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. " Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," kata Kepala Departemen Komunikasi BI Agusman dalam keterangan tertulis, Rabu (7/3/2018). Penurunan cadangan devisa pada Februari 2018 tersebut terutama dipengaruhi penggunaan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah. Di samping itu, penurunan cadangan devisa juga dipengaruhi menurunnya penempatan valas perbankan di BI sejalan dengan kebutuhan pembayaran kewajiban valas penduduk. "Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai untuk mendukung ketahanan eksternal seiring dengan kuatnya prospek perekonomian domestik dan kinerja ekspor yang positif," ujar Agusman. Selain itu, akan terdapat tambahan devisa dari hasil penerbitan sukuk global pemerintah sebesar 3 miliar dollar AS pada bulan Maret 2018. "Bank Indonesia akan menjaga kecukupan cadangan devisa guna mendukung stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," terang Agusman. 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Stabilisasi Rupiah, Cadangan Devisa RI Merosot Jadi 128,06 Miliar Dollar AS", https://ekonomi.kompas.com/read/2018/03/07/175117526/stabilisasi-rupiah-cadangan-devisa-ri-merosot-jadi-12806-miliar-dollar-as
Penulis : Sakina Rakhma Diah Setiawan
Editor : Bambang Priyo Jatmiko
🍒


Bisnis.com, JAKARTA - Aksi investor asing yang membawa keluar hasil aktivitas perdagangan di pasar modal diprediksi bakal terus berlanjut, setidaknya hingga pertengahan tahun ini.
Ekonom Indef Aviliani mengatakan, saat ini mayoritas emiten tengah melakukan rapat umum pemegang saham (RUPS). Tidak jarang perusahaan yang melantai di bursa itu membagikan dividen kepada pemegang saham. Dividen ini yang menurutnya rawan dibawa keluar oleh investor asing.
"April, Mei Juni, banyak RUPS dan asing pasti mendapat divide, sehingga ada potensi capital outflow terus terjadi," kata dia saat menjadi pembicara dalam outlook ekonomi di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (7/3/2018).
Faktor lain yang dapat mempengaruhi berlanjutnya tren outflow investor asing adalah kebijakan mengenai relaksasi pajak yang diterapkan oleh Pemerintah Amerika Serikat (AS). Tak hanya dana keluar, kebijakan ini juga akan berdampak pada stabilitas nilai tukar rupiah.
Namun demikian, Aviliani meyakini kondisi pasar modal masih akan stabil. Selain karena kontribusi investor domestik yang terus membesar, saat ini banyak juga lembaga negara yang mengelola dananya ke bursa efek.
"Risiko pelemahan rupiah masih terjadi. Tapi kondisi sekarang berbeda. Dulu kalau investor asing keluar indeks lemah. Sekaran investor asing keluar indeks biasa saja," ujarnya.
Tak hanya di Indonesia, aksi jual ini juga terjadi di pasar saham banyak negara. Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee saat dihubungi terpisah mengatakan, maraknya aksi jual tersebut tidak akan mempengaruhi stabilitas pasar saham di Tanah Air.
Menurutnya, kondisi outflow ini wajar karena pasar masih merespon arah kebijakan The Fed ke depan yang dikabarkan akan menaikkan suku bunga antara dua hingga tiga kali. Namun, jika kenaikan mencapai empat kali, kata dia, pasar saham akan negatif.
"Ini wajar, apalagi beberapa waktu lalu asing banyak masuk. Dana keluar itu banyak juga yang masuk ke surat utang negara kita yang rupiah," ujarnya.

Menurutnya, tidak sedikit dana yang ditarik dari pasar saham itu masuk ke pasar obligasi pemerintah. Apalagi saat ini yield yang ditawarkan lebih tinggi karena posisi investasi Indonesia yang bagus, kondisi ekonomi yang mendukung, serta tingkat inflasi yang terjaga.
🌷

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rasio kredit bermasalah perbankan berangsur menurun. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan, rasio non performing loan (NPL) turun menjadi 2,86% pada Januari 2018. Angka tersebut turun dari Januari 2017 sebesar 3,09%.
Begitu pula, rasio net NPL di Januari 2018 juga turun menjadi 1,23% turun dari 1,35% secara year on year (yoy). Menurut OJK, penurunan NPL ini dikarenakan pada tahun lalu sejumlah bank telah memupuk pencadangan yang cukup sehingga rasio NPL menurun.
Kepala Departemen Stabilitas Sistem Keuangan OJK Rendra Idris mengatakan, secara umum kondisi perbankan di awal tahun menunjukkan tingkat kesehatan yang baik. "NPL masih di bawah 3%, sampai terakhir ada di 2,86% artinya bank-bank sudah membentuk pencadangan," kata dia di kantor OJK, Kamis (1/3).
Meski begitu, kalai dibandingkan bulan Desember 2017, rasio NPL itu meningkat 27 basis poin (bps). Deputi Komisioner Pengaturan dan Pengawasan Terintegrasi OJK Santoso Wibowo menjelaskan, kenaikan NPL dari akhir 2017 ke awal tahun merupakan tren tahunan. "Karena di Desember 2017 kredit tinggi dan Januari 2018 banyak yang melunasi, jadi angka pembaginya menurun sehingga secara matematis naik," jelas dia.
Segmen pertambangan
OJK menyebut, penyumbang terbesar NPL sejauh ini dari dua sektor yakni pertambangan dan perkebunan. Per Januari 2018, kredit sektor pertambangan turun 21,84%. Sementara kredit industri pengolahan meningkat 1,6%.
OJK menilai, kondisi ekonomi yang membaik akan berdampak pada NPL di bisnis pertambangan. "Selama NPL di bawah treshold OJK (5%) itu baik. NPL naik dari Desember ke Januari karena disumbang pertambangan," ujar Santoso.
Rasio NPL PT Bank OCBC NISP Tbk juga menurun menjadi 1,75$ di Januari 2018. Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja mengatakan, perbaikan NPL sejalan dengan pertumbuhan kredit yang mencapai 14% di Januari 2018.
"Dalam hal OCBC NISP, rasio NPL trennya cukup sejalan dengan industri yaitu membaik dibandingkan 2017," ujar dia, Jumat (2/3). Rasio NPL bank ini juga menurun bila dibandingkan dengan akhir Desember 2017 yang berada di posisi 1,8%.
Senada, Direktur Utama PT Bank Mayapada Internasional Tbk Hariyono Tjahjarijadi menuturkan, besaran NPL banknya sejalan dengan tren di industri. Meski belum merinci secara detail, bank milik taipan Dato Sri Tahir ini mencatatkan rasio kredit bermasalah di bawah 3% per Januari 2018.
"Kurang lebih masih sama dengan industri yakni di bawah 3%. Rasio NPL mayoritas di segmen UMKM maupun korporasi," imbuh Hariyanto.                

🍁
JAKARTA okezone - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya inflasi sebesar 0,17% pada Februari 2018. Meskipun turun dibandingkan tingkat inflasi Januari 2017 sebesar 0,62%, namun lebih tinggi dari Februari 2016 yang mengalami deflasi sebesar 0,09%.
Kepala BPS Kecuk Suhariyanto menjelaskan, BPS di 82 kota, menunjukkan terjadi inflasi 0,17%. Dari 82 kota tersebut, sebanyak 55 kota yang mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Jayapura mencapai 1,05% dan inflasi terendah ada di Kota Palangkaraya sebesar 0,04%.



Jika dilihat dari kelompok pengeluaran, kenaikan harga terjadi di seluruh kelompok pengeluaran, sehingga semuanya mengalami inflasi. Adapun inflasi tertinggi, terjadi di kelompok makanan jadi, minuman jadi, rokok, dan tembakau.




Adapun untuk kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami inflasi sebesar 0,22% sumbangannya kepada inflasi sebesar 0,05%.

"Yang dominan adalah tarif sewa rumah, kemudian upah tukang bukan mandor, upah pembantu rumah tangga andilnya 0,01%. Khusus di Batam ada kenaikan listrik karena listriknya dikelola oleh Drive PLN 46," kata dia di Kantor BPS, Jakarta, Kamis (1/3/2018).


Sementara kelompok sandang, mengalami inflasi 0,35%, dan komoditas yang dominan memberikan andil, yaitu emas sebesar 0,02%. Adapun kelompok pengeluaran kesehatan mengalami inflasi, 26% dengan andil tipis kepada inflasi Februari 2018 sebesar 0,1%.

"Kelompok pengeluaran pendidikan, rekreasi, dan olahrga engalami inflasi 0,07%. Kelompok ini tidak memberikan sumbangan terhadap inflasi nasional," jelas dia.

(mrt)

🍶

PT Maybank Indonesia Tbk (BNII) meraih laba sebesar Rp1,80 triliun hingga periode 31 Desember 2017 turun dari laba Rp1,94 triliun di periode sama tahun sebelumnya.

Laporan keuangan perseroan Senin menyebutkan, pendapatan bunga dan syariah neto naik jadi Rp7,70 triliun dari Rp7,43 triliun dan jumlah pendapatan operasional lainnya naik jadi Rp2,73 triliun dari Rp2,65 triliun.

Namun beban operasional lainnya neto naik lebih tinggi menjadi Rp5,19 triliun dari Rp4,84 triliun dan membuat laba operasional turun menjadi Rp2,50 triliun dari Rp2,58 triliun tahun sebelumnya. (dk)

🍉



ID: Bank-bank di dalam negeri sedang menyongsong ‘musim semi’. Jika konsolidasi perbankan berjalan mulus dan sektor riil kembali menggeliat, kredit yang dipancarkan perbankan tahun ini bisa tumbuh double digit. Itu artinya, pada 2018, bank-bank di Tanah Air bakal mereguk laba lebih besar.

Tahun lalu, kredit yang dikucurkan perbankan di dalam negeri tak sederas tahun-tahun sebelumnya seiring perlambatan ekonomi yang membuat sektor riil tertekan dan daya beli masyarakat menurun. Jika biasanya tumbuh double digit, kredit tahun lalu (data hingga November) hanya tumbuh 7,5%. Sampai akhir 2017, kredit perbankan diperkirakan hanya meningkat 8-9%.

Minimnya pertumbuhan kredit tahun lalu bisa dimaklumi. Sejalan dengan perlambatan ekonomi, risiko kredit bermasalah (non performing loan/NPL) di beberapa sektor usaha meningkat. Semakin tinggi NPL, semakin besar pula cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang harus disediakan perbankan. Lebih dari itu, bank-bank lebih selektif menyalurkan kredit karena takut terbebani kredit macet.

Syukurlah, konsolidasi yang dilakukan para bankir membuahkan hasil. Meski NPL gross di sejumlah bank --termasuk beberapa bank besar-- meningkat, NPL bank umum secara keseluruhan per November 2017 turun dibandingkan periode sama tahun sebelumnya dari 3,18% menjadi 2,89%. Perbankan juga mampu meningkatkan rasio kecukupan modal (CAR)-nya dari 23,04% menjadi 23,37%.

Tak kalah menggembirakan, bank-bank umum masih mampu membukukan kenaikan laba bersih yang impresif sebesar 16,48% pada periode tersebut dari Rp 104,10 triliun menjadi Rp 121,26 triliun. Hanya saja, rasio penyaluran kredit terhadap dana pihak ketiga (LDR) turun dari 90,70% menjadi 88,97%.

Konsolidasi perbankan diprediksi rampung pada kuartal II-2018. Sejalan dengan itu, kredit akan kembali memancar deras. Kalangan bankir, dalam rencana bisnis bank (RBB)-nya, memang lebih optimistis memandang tahun 2018. Itu sebabnya, Otoritas Jasa Kaungan (OJK) memperkirakan kredit tahun ini tumbuh 14%.

Dengan rampungnya konsolidasi, bank-bank di dalam negeri semakin kuat. Apalagi OJK, melalui POJK No 14/POJK 03/2017 tentang Rencana Aksi (Recovery Plan) bagi Bank Sistemik, mewajibkan bank sistemik menerbitkan surat utang yang bisa dikonversi menjadi modal, paling lambat sampai akhir 2018.

Ke-11 bank sistemik sudah menyatakan kesiapannya melaksanakan aturan OJK. Bahkan, empat bank sudah menyiapkan emisi obligasi konversi senilai total Rp 5,5 triliun. Mereka adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI), dan PT Bank Tabungan Negara (persero) Tbk (BTN). Bank-bank sistematik lainnya sedang mengkaji rencana serupa.

Kewajiban bank sistemik menerbitkan obligasi yang bisa dikonversi menjadi modal adalah salah satu benteng yang disiapkan otoritas untuk menghadapi kemungkinan buruk pada industri keuangan. Beleid ini bertujuan mengatasi masalah keuangan yang mungkin terjadi di bank sistemik, yaitu bank yang karena ukuran aset, modal, kewajiban, jaringan, kompleksitas, dan eksistensinya dapat memengaruhi industri jasa keuangan dan perekonomian nasional.

Dengan terpenuhinya kewajiban menerbitkan obligasi konversi oleh bank-bank sistemik, kesehatan perbankan domestik lebih terjamin. Risiko krisis ekonomi yang berasal dari perbankan juga dapat direduksi. Paling penting, perbankan dapat menjalankan fungsi intermediasinya ke sektor riil secara lebih optimal. Dengan begitu, roda perekonomian nasional dapat berputar lebih kencang.

Tapi kesehatan dan kekuatan perbankan tentu tidak ada artinya bila sektor riil tiarap dan daya beli masyarakat terpuruk. Di sinilah pentingnya pemerintah memacu dan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional yang tahun ini ditargetkan 5,4%. Agar daya beli masyarakat naik, pemerintah harus menjaga inflasi tetap rendah, salah satunya tidak menaikkan harga barang yang diatur pemerintah (administered price).

Supaya daya beli masyarakat menguat, pemerintah juga harus memastikan pasokan dan distribusi barang, terutama bahan kebutuhan pokok tetap terjaga. Di sisi produksi, pemerintah harus mengupayakan agar para petani, nelayan, dan peternak tetap terlindungi. Jangan sampai impor menjadi satu-satunya opsi saat harga bahan kebutuhan di dalam negeri bergejolak.

Agar sektor riil menggeliat, pemerintah harus merealisasikan paket-paket kebijakan ekonomi. Sudah 16 paket ekonomi diluncurkan pemerintah, tapi dampaknya nyaris belum terasa akibat masih tingginya ego sektoral, tumpang tindih aturan, dan kentalnya birokratisasi investasi. Karena itu, pemerintah tak boleh menunda-nunda penerapan Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi (SPBT) atau single submission yang direncanakan sejak tiga tahun silam.

Tak kalah penting, geliat sektor riil selalu dipengaruhi suku bunga kredit. Bila bunga kredit masih tinggi, sulit bagi sektor riil untuk bangkit. Ada baiknya bank-bank di dalam negeri –atas dorongan otoritas—mentransmisikan lebih cepat penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI 7-day reverse repo rate/RRR) ke suku bunga kredit dan simpanan.


Jika semua itu dilakukan pemerintah, kita yakin ke depan tak ada lagi keluhan tentang masih sulitnya mengurus perizinan investasi. Juga tak ada lagi yang mempertanyakan mengapa perekonomian Indonesia tidak ‘meroket’ padahal pemerintah telah menempuh seribu macam cara untuk menggenjotnya. (*)
🍅
Bisnis.com, JAKARTA – Persaingan kepemilikan aset bank papan atas semakin ketat, terutama bank yang ada di lapis kedua. Sejumlah bank mampu memanfaatkan momentum untuk membukukan kinerja yang positif meski masih yang kian terperosok.
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, posisi lima besar bank dengan nilai aset tertinggi masih tak tergoyahkan. Hampir semua bank umum kelompok usaha (BUKU) IV mencatatkan pertumbuhan aset dua digit, kecuali PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. yang tumbuh 6,5% year on year (yoy).
Dengan total aset secara individu bank sebesar Rp978,38 triliun, bank berkode BMRI itu menguntit posisi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. yang telah menembus level Rp1.000 triliun, tepatnya Rp1.076,44 triliun.
Sementara itu, dari kelompok bank BUKU III, terjadi sundul menyundul peringkat karena sejumlah bank cukup agresif menumpuk aset, salah satunya PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
Beberapa tahun terakhir, kenaikan aset BTN terus berada di atas level 20% dan membuat rankingnya meningkat satu level dari posisi ranking 7 pada 2015. Bank spesialis kredit perumahan itu membukukan total aset Rp261,37 triliun sepanjang 2017, tumbuh 22,0% (yoy).
BTN sempat yakin akan mampu masuk peringkat lima besar kepemilikan aset per akhir tahun 2017, tetapi urung tercapai. “Tahun lalu masih selisih Rp2 triliun,” ujar Direktur Keuangan dan Treasuri BTN Iman Nugroho Soeko kepada Bisnis, Selasa (20/2/2018).
Tahun ini perseroan tetap optimistis mengejar pertumbuhan dua digit. Dengan selisih yang semakin tipis dari CIMB Niaga, BTN semakin optimistis masuk di kelompok 5 besar kepemilikan aset pada 2018. “Tahun ini proyeksi aset tumbuh sekitar 20%,” tambah Iman.
Selisihnya semakin tipis dan berpotensi menyodok posisi PT Bank CIMB Niaga Tbk. yang saat ini menduduki peringkat 5 bank papan atas. CIMB Niaga adalah bank BUKU IV dengan aset Rp263,46 triliun.
Kenaikan yang signifikan juga dicatatkan oleh PT Bank OCBC NISP Tbk. Bank milik OCBC Group Singapura itu melanjutkan pertumbuhan aset dua digit yakni sebesar 11,2% menjadi Rp153,77 triliun pada 2017.
Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk. Parwati Surjaudaja menyampaikan pihaknya tidak secara khusus mematok pertumbuhan aset dua digit.
Tahun ini perseroan OCBC NISP diharapkan kembali tumbuh dengan menoptimalkan sinergi dengan OCBC group serta lewat sinergi internal untuk meningkatkan kepuasan nasabah.
 “Pada prinsipnya kami senantiasa menargetkan untuk dapat tumbuh secara berkelanjutan. Strategi tahun 2018 pun kami akan tetap tumbuh secara prudent agar dapat terjaga sustainability-nya,” katanya kepada Bisnis Selasa (20/2/2018).
Selisih jumlah aset OCBC NISP saat ini hanya berbeda tipis dengan peringkat 10 besar, yakni PT Bank Danamon Indonesia Tbk. dengan nilai Rp153,44 triliun.
Kenaikan tersebut membuat posisi OCBC NISP naik dua level ke peringkat 9, mengejar PT Bank Maybank Indonesia Tbk. yang juga naik satu tingkat ke ranking 8.
Total nilai aset Bank Maybank pada 2017 mencapai Rp160,55 triliun, tumbuh 3,5% (yoy). Bank asal Malaysia itu perlahan tapi pasti terus meningkat dari posisi 10 besar pada 2015.
Setali tiga uang, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. juga cukup agresif memupuk kenaikan aset dua digit dalam dua tahun terakhir. Bank BJB membukukan total aset Rp108,4 triliun, tumbuh 13,1% (yoy).
Kinerja perseroan membuat peringkat asetnya naik secara gradual dari posisi 14 besar pada 2015 ke level 13 besar pada 2016 dan menjadi 12 besar pada akhir 2017.
Di tengah tren kenaikan itu, aset beberapa bank masih terpuruk. Sebagai contoh ada PT Bank Permata Tbk. yang turun dari peringkat 8 ke peringkat 11 besar.
Berdasarkan data laporan keuangan bulanan (unaudited), jumlah aset Bank Permata pada akhir Desember 2017 sebesar Rp148,09 triliun, turun 4,5% (yoy).
Meski trennya menurun, koreksi aset tersebut tidak sedalam tahun sebelumnya, di mana aset perseroan turun hingga 14,93% dari Rp182,41 triliun pada 2015, ketika perseroan masih ada di peringkat 6 bank papan atas. Secara keseluruhan, dalam tiga tahun terakhir nilai aset Bank Permata telah turun Rp34,32 triliun atau sebesar 18,8%.
Sementara itu, Bank Danamon yang pada 2016 juga sempat membukukan penurunan aset sebesar 7,8% dari Rp162,08 triliun, mulai mampu berbalik arah. Tahun lalu, Bank Danamon mencatatkan pertumbuhan aset 2,6% (yoy) dan rankingnya stabil di peringkat 10.
Beberapa bank skala menengah lainnya juga menunjukkan penurunan peringkat dalam lanskap kepemilikan aset, seperti PT Bank Bukopin Tbk. turun satu peringkat dari level 12 ke level 13.
Terakhir, PT Bank UOB Indonesia dan PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk masih stabil di posisinya masing-masing yakni peringkat 14 dan 15.
🐋


JAKARTA okezone - Perkembangan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada triwulan IV 2017 relatif terkendali. ULN Indonesia pada akhir triwulan IV 2017 tercatat USD352,2 miliar atau tumbuh 10,1% (yoy). Mengacu kurs Rupiah Rp13.500 per USD, maka utang luar negeri Indonesia Rp4.752 triliun.
"Perkembangan ULN ini terjadi baik di sektor publik maupun swasta, sejalan dengan kebutuhan pembiayaan untuk pembangunan infrastruktur dan kegiatan produktif lainnya," jelas Bank Indonesia (BI) dalam keterangan tertulisnya, Senin (19/2/2018).
Berdasarkan jangka waktu, struktur ULN Indonesia pada akhir triwulan IV 2017 terbilang aman. ULN tetap didominasi ULN berjangka panjang yang memiliki pangsa 86,1% dari total ULN dan pada akhir triwulan IV 2017 tumbuh 8,5% (yoy). Sementara itu, ULN berjangka pendek tumbuh 20,7% (yoy).
Menurut sektor ekonomi, posisi ULN swasta pada akhir triwulan IV 2017 terutama dimiliki oleh sektor keuangan, industri pengolahan, listrik, gas, dan air bersih (LGA), serta pertambangan. Pangsa ULN keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 76,9%, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pangsa pada triwulan sebelumnya sebesar 77,0%.
Pertumbuhan ULN pada sektor keuangan, sektor industri pengolahan, dan sektor LGA meningkat dibandingkan dengan triwulan III 2017. Di sisi lain, ULN sektor pertambangan mengalami kontraksi pertumbuhan.
"BI memandang perkembangan ULN pada triwulan IV 2017 masih terkendali. Rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir triwulan IV 2017 tercatat stabil di kisaran 34%. Selain itu, rasio utang jangka pendek terhadap total ULN juga relatif stabil di kisaran 13%," jelas BI.
Kedua rasio ULN tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan beberapa negara peers. Bank Indonesia terus memantau perkembangan ULN dari waktu ke waktu untuk meyakinkan bahwa ULN dapat berperan secara optimal dalam mendukung pembiayaan pembangunan tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas makroekonomi.
(mrt)
🍎



Bisnis.com, JAKARTA - Permintaan kredit bank di awal tahun ini masih sulit terdongkrak lantaran kredit bermasalah (non performing loan/NPL) yang masih cukup tinggi.
Chief Economist PT Bank Danamon Indonesia Tbk Anton Hendranata mengatakan, per Desember 2017 rata-rata NPL perbankan memang sudah turun menjadi 2,6%. Namun, level tersebut masih tergolong tinggi apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
"Tahun 2014 hanya 2,2%. Bahkan 2012-2013 bisa di bawah 2%," katanya kepada Bisnis, Selasa (20/2).
Hal tersebut ditambah dengan permintaan yang masih lemah karena pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang stagnan di angka 5%.
Anton pernah memaparkan bahwa pertumbuhan kredit bank di Indonesia terlalu bergantung pada konsumsi khususnya konsumsi rumah tangga.
Berdasarkan riset Danamon, kredit konsumsi tumbuh 10,3% hingga November 2017. Angka tersebut naik dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 8,8%.
"Sejak tahun 60-an kita terlalu bergantung pada sektor konsumsi. Porsinya bisa sampai 55%," imbuhnya.
Berdasarkan data Bank Indonesia, pertumbuhan kredit 2017 tercatat hanya tumbuh sebesar 8,2% (yoy). Meskipun demikian, angka tersebut lebih baik jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar 7,9% (yoy).
Rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) bank juga membaik. Pada akhir tahun lalu NPL bank turun menjadi 2,6% (gross) atau 1,2% (net).
🍅

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Central Asia Tbk. juga termasuk salah satu bank besar yang mencatatkan pertumbuhan dana mahal yang cukup tinggi pada tahun lalu meskipun suku bunga simpanan dipangkas beberapa kali.
Berdasarkan data laporan keuangan bulanan (tidak diaudit) BCA per Desember 2017, jumlah dana deposito perseroan mencapai Rp137,48 triliun. Realisasi tersebut meningkat 12,7% secara tahunan bila dibandingkan dengan jumlah deposito yang dibukukan BCA pada akhir 2016 sebesar Rp121,93 triliun.
Kendati ada kenaikan dana mahal, secara proporsi masih relatif stabil bahkan lebih rendah dari tahun lalu, yakni sebesar 23,65% dari total dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun perseroan per akhir Desember 2017 sebesar Rp581,18 triliun.  
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan pihaknya telah berupaya menekan pertumbuhan dana mahal dengan penurunan bunga deposito, terutama pada paruh kedua tahun 2017.
“Kalau deposito tahun lalu, posisi kami memang terus turunkan bunga untuk kurangi [pertumbuhan], tetapi porsi ya masih sekitar 23%-25%,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (20/2/2018).
Tahun lalu BCA juga menurunkan suku bunga deposito. Dikutip dari situs resminya, perubahan bunga simpanan terakhir dilakukan pada 1 Desember 2017 lalu. Saat ini, bunga deposito BCA untuk simpanan rupiah ada di kisaran 4% - 4,5%.🍧




[JAKARTA Suara Pembaruan]Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan kredit pada Januari 2018 baru mencapai 7,4% secara tahunan (year on year/yoy). Pertumbuhan tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan akhir tahun lalu yang mencapai 8,2% (yoy).


Deputi Gubernur BI Erwin Rijanto mengatakan, perlambatan pertumbuhan kredit pada awal tahun dinilai hal yang biasa jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Sebab, pada akhir tahun perbankan menggenjot penyaluran kredit untuk mencapai target yang ditetapkan, sedangkan awal tahun perbankan melakukan perencanaan kembali untuk bisnisnya, sehingga terlihat lebih rendah.
"Penurunan itu kan biasa di Januari, karena ada penyesuaian dan masih melakukan perencanaan kembali. Kalau Desember itu memang peningkatannya besar, karena kredit tinggi tumbuhnya di akhir tahun, penyelesaian pajak, dan lainnya," jelas Erwin di Jakarta, akhir pekan lalu.|

Erwin menjelaskan, permintaan kredit akan kembali tumbuh kencang pada kuartal kedua dan kuartal ketiga mendatang. Tahun ini BI menargetkan pertumbuhan kredit perbankan tumbuh sekitar 10-12% (yoy).


Pihaknya juga melakukan survei kepada masyarakat terkait proyeksi pertumbuhan kredit tahun ini, hasilnya diperkirakan tumbuh 11,5% (yoy). "Kemudian, kami juga melihat rencana bisnis bank (RBB) yang dilaporkan, pertumbuhan kredit mereka targetkan 12,1%. Kami rasa angka-angka itu cukup prudent ya," papar Erwin.


Lebih lanjut Erwin menambahkan, tahun ini persaingan penurunan suku bunga kredit masih akan terus terjadi. Hal tersebut dipengaruhi oleh pemberian rating Invesment Grade pada Indonesia yang membuat yield dari pasar modal turun signifikan.


Dengan penurunan tersebut, para pengusaha dan perusahaan memiliki opsi selain kredit untuk mencari pendanaan. "Seperti Jasa Marga terbitkan bond dengan rate sekitar 7%, kalau bank mau survive harus bisa turunkan bunga kredit juga, dari luar kompetitif sudah bagus sekali," kata dia.


Ambisi Bank


Di samping itu, jika melihat persaingan antar bank, dalam RBB perbankan, terlihat ambisi bank umum kegiatan usaha (BUKU) III yang memiliki modal inti sekitar Rp 5 triliun hingga Rp 30 triliun untuk mengambil pangsa pasar BUKU IV dalam menyalurkan kredit. Sebab, BUKU IV cenderung menguasai pangsa kredit sektor infrastruktur dan menawarkan suku bunga korporasi yang rendah. Oleh karena itu, ke depan kompetisi suku bunga kredit rendah akan semakin marak.


Meski demikian, hingga Desember 2017, transmisi penurunan suku bunga kredit terhadap BI 7 Day Reverse Repo Rate (7DRRR) masih 77% atau baru turun 153 basis poin (bps), dengan rata-rata suku bunga kredit berada di kisaran 11,3%.


Sedangkan, transmisi penurunan suku bunga deposito yang dicatat BI sebesar 187 bps, atau 94% dengan rata-rata bunga deposito perbankan berada di posisi 6,07%. Adapun BI 7DRRR sudah turun 200 bps sejak awal 2016 sampai akhir 2017.


"Kalau dilihat suku bunga kebijakan dan suku bunga bank itu ada lag waktu, kredit itu rata-rata pinjamannya satu tahun, dan simpanan itu rata-rata satu sampai tiga bulan waktunya. Jadi penyesuaian dana pihak ketiga (DPK) lebih cepat dari pada penyesuaian bunga kredit," terang Erwin.


Sementara itu, Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menambahkan, saat ini bunga kredit masih tinggi, seperti di segmen kredit konsumsi masih di kisaran 12,54%. Kredit investasi 10,51% dan kredit modal kerja 10,75%. Menurut dia, penurunan bunga kredit akan dikoordinasikan antara BI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).


"Jadi yang penting untuk memastikan bunga kredit agar bisa turun, caranya yaitu dengan meningkatkan efisiensi dan meningkatkan pendapatan lain selain bunga yaitu seperti fee base income," ungkap dia.[ID/M-6]

🍃
Jakarta – Analis Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan penambahan modal dan akuisisi perbankan asing ke bank nasional punya dampak positif.

Seperti diketahui, belakangan marak pemberitaan terkait akuisisi PT Bank Danamon Indonesia Tbk (Danamon) oleh Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ. Sementara PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) akan melakukan penggabungan (merger) dengan SMBC.

Sisi positifnya kata Bhima menandakan bahwa prospek ekonomi Indonesia dalam jangka panjang cukup prospektif khususnya untuk pembiayaan proyek konstruksi, konsumsi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

“Pasar terbesar di Asean ada di Indonesia apalagi bicara soal tren perbankan yang masuk ke ranah digital. Jumlah pengguna internet aktif mencapai 132 juta orang dan pertumbuhan nya lima kali lebih cepat dari rata-rata penetrasi internet di dunia,” kata Bhima di Jakarta, Kamis, 15 Febuari 2018.

Untuk kasus BTPN lanjutnya yang sedang transisi dari bank pensiunan ke fintech butuh modal besar. Sehingga konsolidasi dengan konglomerasi Sumitomo Mitsui Banking Corporation akan memberi suntikan modal yang besar untuk ekspansi digital.

Tapi disisi yang lain, terangnya porsi kepemilikan asing yang terlalu besar sebenarnya kurang menguntungkan ekonomi Indonesia.


Iapun menganggap model regulasi perbankan di indonesia dianggapnya terlalu liberal karena kurangnya pembatasan pemain asing.


“Implikasi dari liberalnya sistem perbankan maka potensi gangguan stabilitas sektor keuangan menjadi lebih beresiko. Jika terjadi krisis misalnya, modal asing bisa keluar dengan cepat,” jelasnya.


Melihat hal tersebut, regulator punya ranah untuk mengatur porsi asing agar stabilitas keuangan bisa lebih terjaga. Karena dampak negatif lainnya yakni ke persaingan dengan lembaga keuangan dalam negeri khususnya yang bermain disektor mikro makin ketat.


Sedangkan untuk Danamon dinilai Bhima cukup berpengalaman di sektor mikro, ditambah suntikan modal bisa menggerus pasar Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan koperasi misalnya. Sehingga dari sisi persaingan pun perlu diperhatikan.


Seperti diketahui untuk Danamon sendiri rencananya masih bakal menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), untuk membahas permintaan persetujuan pemegang saham, ‎terkait penambahan kepemilikan Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ Ltd (MUFG) di Danamon menjadi 40 persen.


Posisi saat ini, MUFG baru meraih 19,9 persen saham di Danamon. Setelah mendapatkan persetujuan pemegang saham, rencananya MUFG bakal mengajukan izin ke pihak otoritas untuk menjadi Pemegang Saham Pengendali (PSP). ‎(*)

🌼


Jakarta infobank – ‎Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 14-15 Februari memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 4,25 persen, dengan suku bunga Deposit Facility sebesar 3,5 persen dan ‎Lending Facility tetap 5 persen yang berlaku efektif pada 19 Februari 2018.‎

‎Gubernur BI Agus DW Martowardojo mengatakan, ‎kebijakan tersebut konsisten dengan upaya menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta turut mendukung pemulihan ekonomi domestik dengan tetap mempertimbangkan dinamika perekonomian global maupun domestik.

“Pelonggaran kebijakan moneter yang telah ditempuh sebelumnya telah memadai untuk terus mendorong momentum pemulihan ekonomi domestik di tengah,” ujarnya di Jakarta, Kamis, 15 Februari 2018.‎

Ke depan, kata dia, BI tetap mewaspadai sejumlah risiko, baik yang bersumber dari global terkait normalisasi kebijakan moneter di beberapa negara maju dan risiko geopolitik, maupun dari dalam negeri terutama terkait konsolidasi korporasi yang terus berlanjut dan intermediasi perbankan yang belum kuat.

“BI tetap mewaspadai sejumlah risiko, baik internal maupun global seperti rencana The Fed yang diperkirakan bakal menaikkan suku bunganya lebih tinggi dan juga kenaikan harga minyak dunia,” paparnya.

Selain itu, lanjut dia, Bank Sentral juga akan mengoptimalkan bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga keseimbangan antara stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan dengan proses pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung.‎

“Bank Indonesia juga akan terus memperkuat koordinasi kebijakan bersama Pemerintah untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” ucapnya.‎

Menurutnya, BI memandang bahwa di tengah berlangsungnya perbaikan ekonomi global dan terjaganya stabilitas perekonomian domestik terbuka peluang untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi domestik yang lebih kuat dan berkelanjutan melalui penguatan pelaksanaan reformasi struktural.‎ (*)🍊



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memastikan bahwa sebelum 1 Januari 2019, atau awal tahun depan, bank sistemik wajib membentuk tambahan modal berupa capital surcharge minimal 1% dari aset tertimbang menurut risiko (ATMR).
Capital surcharge ini merupakan permodalan yang harus dipenuhi bank untuk menyerap kerugian agar ketika terjadi risiko kegagalan, dampak negatif terhadap sistem keuangan ekonomi bisa diminimalisasi. Tambahan permodalan dalam capital surcharge ini harus disampaikan bank ke OJK dalam bentuk rencana tindak (action plan).
Anto Prabowo, Deputi Komisioner Manajemen Strategis dan Logistik OJK bilang, pemenuhan capital surcharge bank sistemik ini merupakan penyesuaian UU Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan (PPKSK).
"Terkait ini kami sedang menyusun rancangan peraturan (POJK) mengenai Penetapan Bank Sistemik dan Capital Surcharge," kata Anto kepada kontan.co.id, Minggu (18/2).
Dalam rancangan POJK ini, regulator membagi besaran capital surcharge bank sistemik dalam lima kelompok atau bucket yang disesuaikan dengan ATMR.
Bank sistemik kelompok bucket 1 harus menyediakan 1% dari ATMR, per 1 Januari 2019 mendatang. Saat ini, sejak Januari 2018, bank sistemik bucket 1 hanya memenuhi 0,75% dari ATMR. 
Bank sistemik bucket 2 diwajibkan memenuhi capital surcharge 1,5% dari ATMR
Sedangkan bank bucket 3 sebesar 2% ATMR. Bucket 4 sebesar 2,5%, dan bucket 5 sebesar 3,5% ATMR.
Pemenuhan ATMR ini wajib dilakukan bank sistemik minimal sebelum 1 Januari 2019. 🐎



Jakarta infobank – Ditengah tahun politik 2018, permintaan kredit perbankan diprediksi masih berjalan lambat. Perlambatan tersebut dinilai sebagai dampak konsolidasi perbankan.


Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Halim Alamsyah di Jakarta, Kamis, 8 Februari 2017. Dirinya beranggapan, bahwa tingginya risiko penyaluran kredit masih membayangi perbankan.


“Perbankan masih tahap konsolidasi untuk membersihkan neraca mereka karena beberapa resiko sektor Non Performing Loan (NPL) masih tinggi,” ujarnya.


Halim menilai, kondisi seperti ini akan terus berlanjut hingga akhir semester pertama tahun ini dan akan mulai meningkat di semester dua seiring dengan berlangsungnya pemilihan umum dan bulan ramadhan.




Tak hanya itu, dirinya juga menilai, bahwa pertumbuhan ekonomi nasional yang diprediksi akan mencapai 5,4 persen pada tahun ini tidak akan terlalu mendongkrak angka penyaluran kredit perbankan.


“Apabila pertumbuhan ekonomi di 5,3 persen atau 5,5 persen tetap saja agak sulit. Saya rasa permintaan kredit mereka belum akan kuat di semester I tahun ini dan selanjutnya bagaimana perbankan harus siap bilamana ada permintaan kredit yang mendadak,” tukas Halim.


Sebagai informasi, Bank Indonesia (BI) telah mencatatkan angka penyaluran kredit sepanjang tahun 2017 hanya tumbuh 8,1 persen secara year on year angka tersebut sejalan dengan target pertumbuhan kredit yang telah dipatok bank sentral untuk tahun 2017, yakni berkisar antara 8-10 persen. (*)

🍵


JAKARTA okezoneBank Indonesia (BI) menilai ketahanan industri perbankan tetap kuat. Hal ini tercermin pada rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan tercatat sebesar 23,2% pada November 2017 dan rasio likuiditas (DPK) berada pada level 22,3%.
Sementara per Desember 2017 rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tercatat sebesar 2,6% (gross) dan NPL nett sebesar 1,2% lebih rendah dibandingkan dengan Oktober 2017, yaitusebesar2,96%(gross) atau 1,29% (net). Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, transmisi pelonggaran kebijakan moneter melalui jalur suku bunga terus berlangsung. ”Transmisi moneter dari suku bunga terus berlanjut tercermin pada penurunan suku bunga kredit dan deposito, meski belum dalam besaran yang diharapkan,” ujar Mirza.
Dia mengungkapkan, bunga deposito turun sebesar 187 bps atau turun sebesar 6,07% mulai dari Januari 2016 hingga Desember 2017. Sedangkan bunga kredit juga turun pada Januari 2016 hingga Desember 2017 sebesar 153 bps atau sekitar 11,3%. Menurut Mirza, transmisi melalui jalur kredit pada tahun 2017 masih terbatas, sejalan dengan permintaan kredit belum tinggi dan perilaku bank yang masih selektif dalam memberikan kredit baru. Hal ini tercermin pada pertumbuhan kredit sebesar 8,15% (yoy) atau naik sebesar Rp357 triliun per Desember 2017. Adapun Dana Pihak Ketiga (DPK) per Desember 2017 naik sekitar Rp449 triliun atau naik 9,28% (yoy).
Baca Juga: BI Kembali Longgarkan Giro Wajib Minimum, Likuiditas Perbankan Bisa Nambah Rp20 Triliun

Menurut dia, sejalan dengan perkiraan perbaikan ekonomi dan penerapan kebijakan makro prudensial terkait intermediasi dan pengelolaan likuiditas. Selain itu, progres program konsolidasi korporasi dan perbankan yang ditempuh, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan DPK dan kredit akan lebih baik pada 2018 masing-masing dalam kisaran 9,0-11,0% (yoy) dan 10,0-12,0% (yoy). Mirza mengatakan, di tengah pertumbuhan kredit perbankan yang terbatas, pembiayaan ekonomi melalui pasar keuangan, seperti penerbitan saham, obligasi, dan medium term notes (MTN) terus tumbuh. Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Pieter Abdullah Redjalam menilai, kecukupan modal dan berlimpahnya likuiditas di industri perbankan Indonesia menunjukkan dua hal.
”Pertama, hal ini berarti industri perbankan kita memiliki ketahanan yang kuat. Kita bisa meyakini industri perbankan tidak akan mudah terguncang oleh krisis seperti yang terjadi pada tahun 1997/98,” katanya saat dihubungi kemarin. Menurut dia, ini sudah dibuktikan bagaimana industri perbankan Indonesia tidak goyah meski diterpa krisis keuangan global pada tahun 2008 dan rangkaian guncangan finansial sesudahnya. Namun, selain mengindikasikan ketahanan, rasio modal dan likuiditas yang tinggi tersebut juga menyiratkan industri perbankan Indonesia belum optimal menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi.

”Rasio modal yang jauh di atas batas minimum yang ditetapkan basel, demikian juga dengan rasio likuiditas yang begitu tinggi, mengindikasikan penyaluran kredit perbankan yang tidak maksimal,” ujarnya. Lebih lanjut dia menjelaskan, rendahnya penyaluran kredit pada tahun 2017 berarti juga rendahnya investasi sekaligus menyiratkan terbatasnya kontribusi perbankan terhadap pertumbuhan ekonomi. Meski demikian, kondisi rasio kredit bermasalah terus menunjukkan perbaikan setelah mengalami pun caknya pada tahun 2015- 2016. Upaya restrukturisasi kredit perbankan diikuti perbaikan harga komoditas secara simultan mempercepat perbaikan kondisi kredit bermasalah.
Baca Juga: BI Buka-bukaan soal Kondisi Perbankan Selama 2017

”Tahun ini harga komoditas masih menunjukkan tren kenaikan. Oleh karena itu, kita bisa berharap kondisi kredit bermasalah di industri perbankan akan lebih baik lagi,” kata dia. Menurut Pieter, semakin membaiknya rasio kredit bermasalah sementara rasio modal likuiditas begitu tinggi seharusnya bisa dimanfaatkan perbankan untuk meningkatkan penyaluran kredit tahun ini. ”Target per tumbuhan kredit 10-12% selama 2018 sesungguhnya terlalu kecil, apabila kita mengharapkan pertumbuhan ekonomi 5,4%,” katanya.

Menurut dia, perbankan harus dipacu untuk lebih berperan mendorong pertumbuhan ekonomi. ”Jangan dibiarkan perbankan terus menjadi makhluk malas menikmati keuntungan berlimpah, semen tara rakyat dan pemerintah berupaya keras mengerjakan PR yang sudah terlalu lama tidak dikerjakan, yaitu membangun berbagai infrastruktur yang sangat kita butuhkan,” katanya.

(Kunthi Fahmar Sandy)
🌼



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren bullish pasar saham turut 'menggendutkan' kapitalisasi pasar emiten di Bursa Efek Indonesia. Kini, emiten raksasa yang mencetak kapitalisasi pasar lebih dari Rp 100 triliun bertambah menjadi 12 emiten.


Berdasarkan data Bloomberg, saat ini ada 12 emiten dengan nilai kapitalisasi pasar di atas Rp 100 triliun. Ada dua nama baru, yakni Chandra Asri Petrochemical (TPIA) dan United Tractors (UNTR). Kapitalisasi pasar TPIA saat ini Rp 119,04 triliun, melompat 75% dibandingkan posisi 30 Desember 2016 senilai Rp 67,88 triliun. Sedang kapitalisasi pasar UNTR naik 81% jadi Rp 143,98 triliun.

Adapun sebanyak 10 emiten lainnya cukup familiar. BBCA masih mendominasi dengan kapitalisasi Rp 581,24 triliun. Di posisi kedua ada HMSP dengan kapitalisasi Rp 562,98 triliun. Kemudian BBRI memiliki kapitalisasi pasar senilai Rp 457,61 triliun.


TPIA mencuri perhatian. Perlahan tapi pasti, kapitalisasi pasar anak usaha BRPT ini masuk kategori emiten berkapitalisasi jumbo.


Analis Artha Sekuritas Frederik Rasali mengatakan, ada sejumlah faktor yang jadi pemicu. "Valuasi saham TPIA masih murah," ujar dia kepada Kontan.co.id, Selasa (13/2).


Price earning ratio (PER) saham TPIA saat ini 4,5 kali. Paling mudah membandingkannya dengan PER IHSG yang sudah 15,4 kali.


Dengan valuasi murah, potensi kenaikan harga sahamnya masih lebar. Sehingga investor banyak memburu TPIA. Hal ini juga didukung kinerja TPIA yang melonjak dibandingkan sebelum 2016. "TPIA juga mulai membagikan dividen," kata Frederik.

Ini yang menjadi pemanis di mata investor. Pada Mei 2017, TPIA menebar dividen tunai US$ 150 juta atau 50% dari laba bersih. Pada Oktober 2017, emiten ini kembali menebar dividen interim 23,04% dari laba bersih.


Ada perhitungan sederhana untuk membaca prospek TPIA. Bandingkan saja dengan Lotte Chemical Titan (FPNI) yang meraih pendapatan US$ 343,76 juta atau hanya 20% dari pendapatan TPIA. Ini mengindikasikan TPIA masih memiliki kekuatan untuk menjadi pemimpin pasar di industrinya.


Untuk UNTR, sentimennya  adalah terdorong harga komoditas batubara yang menghangat. Analis menilai, kinerja UNTR, terutama dari sisi penjualan alat berat, berpotensi melampaui target. "Ada backlog permintaan alat berat yang cukup besar selama sekitar enam bulan," ungkap analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Franky Rivan, dalam riset pada 31 Januari 2018.

🍣


KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin ditutup naik 0,28% menjadi 6.523,45. Namun, IHSG sudah merosot 2,35% selama dua pekan terakhir atau sejak menyentuh rekor tertinggi.


Di periode yang sama, mayoritas saham sektoral di Bursa Efek Indonesia (BEI) juga mengekor koreksi IHSG. Misalnya, indeks saham pertambangan terpangkas 5,67%, diikuti saham sektor industri dasar minus 5,12% dan industri lain-lain menyusut 4,81%.

Di tengah fluktuasi itu, ada beberapa sektor saham yang masih tahan banting. Satu diantaranya adalah saham perbankan, yang justru menguat 0,59% dalam dua pekan terakhir. Saham keuangan adalah satu-satunya sektor saham yang menguat di tengah koreksi mayoritas sektor di pasar modal domestik.


Analis Artha Sekuritas Frederik Rasali menilai, secara umum fundamental ekonomi Indonesia masih cukup kuat. Sehingga koreksi di pasar saham dinilai hanya sementara. Investor bahkan bisa memanfaatkan momentum koreksi tersebut untuk masuk ke beberapa sektor saham.


Nah, saham yang dipilih antara lain berada di sektor perbankan dan konsumer. "Sebab, kedua sektor ini merepresentasikan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia." ungkap Frederik kepada Kontan.co.id, Senin (12/2).

Saat ini, bobot indeks sektor perbankan sebesar 30,11% terhadap IHSG, diikuti bobot indeks konsumer sebesar 22,23%. Kedua sektor ini memiliki bobot lebih dari separuh terhadap IHSG.


Frederik menyebutkan, saham perbankan masih menarik dilirik lantaran emiten perbankan di Indonesia memiliki kinerja yang cukup bagus. Di sektor perbankan, dia menyarankan investor mempertimbangkan saham bank kecil, seperti Bank Panin (PNBN), yang secara valuasi masih murah. Investor juga perlu mencermati aksi-aksi merger dan akuisisi emiten perbankan.


Sektor konsumer juga layak diperhitungkan lantaran daya beli masyarakat mulai terdongkrak. Frederik masih menyarankan buy saham Indofood Sukses Makmur (INDF).

Analis Semesta Indovest Aditya Perdana Putra menilai, angka non performing loan (NPL) perbankan di Indonesia memang belum ideal. Tapi beberapa bank mencatatkan profitabilitas cukup bagus sepanjang tahun lalu.


Pada tahun ini, potensi pertumbuhan kucuran kredit perbankan masih cukup besar. "Ruang ekspansi perbankan juga terbuka lebar," ungkap Aditya. Dengan adanya ekspansi ini, maka ruang pertumbuhan bagi saham sektor perbankan masih tinggi.


Suku bunga


Bukan hanya itu, emiten perbankan saat ini sudah mulai melakukan ekspansi dengan mengucurkan kredit non infrastruktur. Bahkan, emiten perbankan juga menempuh strategi tumbuh secara organik maupun anorganik.

Oleh karena itu, Aditya menilai saham perbankan masih bisa mencatatkan kenaikan harga cukup tinggi di sepanjang tahun ini.


Meski demikian, investor tetap harus mencermati sejumlah isu dan perkembangan terkini. Misalnya, pada pekan ini dijadwalkan ada Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI). Ada sejumlah agenda dan menjadi perhatian pasar, terutama keputusan bank sentral terhadap suku bunga acuan.


Aditya menilai, BI cenderung akan mempertahankan atau mungkin menaikkan suku bunga acuannya. "Potensi kenaikan suku bunga akan positif," ungkap dia.


Sementara Frederik berpendapat, apabila BI agresif untuk menurunkan suku bunga, maka mata uang rupiah akan melemah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Nilai tukar rupiah kemarin di posisi Rp 13.609 per dollar AS.

"Oleh karena itu, sementara ini saya menyarankan agar investor wait and see," kata Frederik.

🍼

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) gencar mendorong pertumbuhan agen BRILink. Agen BRILink merupakan perluasan layanan BRI dengan menjalin kerja sama dengan nasabah sebagai agen bank yang dapat melayani kebutuhan keuangan bagi masyarakat secara real time online. Selain sebagai upaya memperkuat pertumbuhan bisnis keagenan, strategi ini merupakan komitmen perseroan untuk menyukseskan program keuangan inklusif yang digagas pemerintah.

Hingga akhir tahun 2017, tercatat Bank BRI memiliki sebanyak 279.750 agen BRILink, dari jumlah tersebut, sebanyak 78% diantaranya berada di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera.
Jumlah ini meningkat drastis apabila dibandingkan dengan jumlah agen BRILink di akhir tahun 2016 sebanyak 84.550 orang. “Kami optimistis bahwa agen BRILink akan menjadi salah satu penopang kinerja perusahaan ke depan, dan kami menargetkan memiliki 500.000 agen hingga akhir tahun 2018,” ujar Corporate Secretary Bank BRI Bambang Tribaroto dalam keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Senin (12/2).
Kenaikan jumlah agen tersebut nyatanya mampu mendorong peningkatan jumlah dan volume transaksi secara signifikan. Sepanjang tahun 2017, tercatat agen BRILink mampu mencatatkan 202,1 juta transaksi finansial atau tumbuh 105,4% year on year (yoy) dengan total volume transaksi senilai Rp 298 Triliun atau tumbuh 114,2% yoy.

“Agen BRILink juga memiliki kontribusi dalam menghimpun simpanan dari masyarakat utamanya dana murah (CASA). Tercatat CASA senilai Rp.3,9 Triliun mampu dihimpun oleh agen BRILink di seluruh Indonesia hingga akhir tahun 2017,” imbuh Bambang.
Lebih lanjut, bank nomor wahid di Indonesia ini mengatakan agen BRILink menjadi salah satu strategi Bank BRI dalam upaya meningkatkan efisiensi. Dengan fokus pada pengembangan bisnis agen BRILink, Bank BRI meningkatkan market penetration untuk menjangkau nasabah maupun calon nasabah lebih luas tanpa harus membuka kantor cabang konvensional, dan ini tentunya merupakan efisiensi yang signifikan bagi perusahaan.
Melalui agen BRILink, nasabah BRI maupun masyarakat umum lainnya bisa mendapatkan pelayanan sama baiknya seperti yang didapatkan di kantor cabang BRI. Masyarakat dapat melakukan setoran tabungan, penarikan secara tunai serta melakukan transaksi transfer atau pembayaran melalui agen.
Agen BRILink juga berfungsi sebagai referal TabunganKu, referal pinjaman mikro serta menjual Asuransi Mikro-KKM. Dengan semakin masifnya perkembangan agen BRILink, Bank BRI menunjukkan peran untuk mendekatkan akses keuangan kepada seluruh golongan masyarakat sehingga meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia.

Reporter Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang
Editor : Sofyan Hidayat


























JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau BankBCA berencana mengakuisisi dua bank kecil sebagai salah satu target ekspansi tahun ini.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan pendanaan untuk memuluskan rencana akuisisi tersebut meski belum menyebutkan nama-nama bank yang dibidik.
"Sementara kami anggarkan Rp 4,5 triliun termasuk kebutuhan delapan anak usaha," kata Jahja, Rabu (7/2/2018), seperti dikutip dari Kontan.co.id.
Jahja mengatakan, sebenarnya rencana akuisisi terhadap dua bank tersebut sudah ingin dilakukan sejak tiga tahun yang lalu.
Namun, karena suasana yang belum kondusif, maka BBCA baru akan merealisasikannya tahun ini.
Nantinya, kedua bank yang akan dicaplok BCA itu akan dimerger sebagai second brand. Meski tak menyebut nama, namun Jahja bilang, bank yang dibidik merupakan bank nasional.
Lanjut Jahja, kemungkinan bank yang akan diakuisisi tersebut masuk kelas Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) I atau BUKU II.
Rekomendasi Buy
David Nathanael Sutyanto, analis PT Equator Swarna Sekuritas David Sutyanto menilai, rencana mengakuisisi bank ini menjadi bukti bahwa BBCA ingin mendiversifikasi ke beberapa segmen nasabah.
"Ini merupakan strategi BBCA untuk menangkap captive market," kata David, Rabu (7/2/2018). Menurutnya, hal ini menjadi suatu cara ekspansi yang lumrah dilakukan untuk menjaring nasabah.
David menilai, rencana tersebut cukup positif, karena dengan adanya aksi tersebut pasar BBCA akan menjadi semakin besar.
Ia masih merekomendasikan buy saham BBCA dengan target harga di level Rp 27.000 per saham. (Elisabet Lisa Listiani Putri)
Berita ini sudah tayang di Kontan.co.id dengan judul "BCA anggarkan Rp 4,5 triliun untuk akuisisi bank" dan "Analis: BCA bakal akuisisi, rekomendasi buy saham" pada Rabu (7/2/2018)
🍦

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah ekspansi akan dilakukan oleh PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tahun ini. Salah satunya mencaplok dua bank kecil. BBCA telah menyiapkan dana sekitar Rp 4,5 triliun untuk memuluskan rencana ekspansi tahun ini.
David Nathanael Sutyanto, analis PT Equator Swarna Sekuritas David Sutyanto menilai, rencana mengakuisisi bank ini menjadi bukti bahwa BBCA ingin mendiversifikasi ke beberapa segmen nasabah.
"Ini merupakan strategi BBCA untuk menangkap captive market," kata David, Rabu (7/2). Menurutnya, hal ini menjadi suatu cara ekspansi yang lumrah dilakukan untuk menjaring nasabah.
David menilai, rencana tersebut cukup positif, karena dengan adanya aksi tersebut pasar BBCA akan menjadi semakin besar. Ia masih merekomendasikan buy saham BBCA dengan target harga di level Rp 27.000 per saham.
🍱

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aset bank-bank milik negara (BUMN) terus membesar. Hingga akhir 2017, aset-aset bank milik pemerintah menembus Rp 3.025,61 triliun.
Jumlah ini meningkat 12% dari tahun 2016, yang sebesar Rp 2.699,38 triliun. Diantara bank BUMN, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) masih menjadi jawara bank dengan kepemilikan aset terbesar, yakni sebesar Rp 1.076,43 triliun
Aset BRI tersebut meningkat 11,7%. Porsi aset BRI mencapai 35,57%, dari total seluruh aset bank BUMN sampai akhir 2017.
Berdasarkan paparan manajemen BRI beberapa waktu lalu, pertumbuhan aset ini mayoritas ditopang kenaikan penyaluran kredit, yang tumbuh 11,4% menjadi Rp 708 triliun. Tahun ini, BRI menargetkan pertumbuhan kredit 10%–12%.
Membuntuti BRI, PT Bank Mandiri Tbk mencetak aset individual bank sebesar Rp 978,32 triliun, merujuk pada laporan keuangan bulanan unaudited. Kendati memiliki aset jumbo, pertumbuhan aset Bank Mandiri tak terlalu tinggi dibanding ketiga rekannya yang lain. Aset Bank Mandiri hanya tumbuh 6,55% dibandingkan posisi akhir 2016 yang sebanyak Rp 918,18 triliun.
Sementara, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) konsisten mencatatkan kenaikan aset di atas 17% dalam tiga tahun terakhir. Aset BNI mencapai Rp 709,33 triliun, tumbuh 17,62% di tahun lalu.
Sementara, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) membukukan pertumbuhan aset tertinggi. Mengacu pada laporan keuangan bulan Desember 2017, bank spesialis kredit properti itu membukukan aset senilai Rp 261,51 triliun atau tumbuh 22,1% dari tahun 2016.
Direktur Utama BTN Maryono mengatakan, pertumbuhan itu ditopang peningkatan kredit yang naik dua digit dalam tiga tahun terakhir. "Rata-rata aset BTN selama tiga tahun, sejak 2015, naik 19%. Sedangkan kredit rata-rata tiga tahun terakhir juga meningkat 20%," tutur Maryono, Sabtu (3/2).
Tahun 2018, aset BTN diperkirakan tumbuh 20%, menjadi Rp 313,62 triliun. BTN berharap tahun ini kredit dan DPK tumbuh dikisaran 20% dari tahun 2017.
🍢

JAKARTA- Kredit investasi dinilai masih menjadi salah satu pendorong pertumbuhan kredit perbankan pada tahun ini. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), kredit onvestasi hingga Desember 2017 tumbuh 4,8% secara year on year (yoy) mencapai Rp 1.168 triliun/ BI menilai kredit investasi akan tumbuh lebih abik dibandingkan tahun lalu yang didorong oleh ekspansi bisnis pengusaha.

Peningkatan pertumbuhan kredit investasi tersebut ditopang oleh pertumbuhan sector pengangkutan dan komunikasi yang meningkat 15,01% (yoy) menjadi Rp 109,4 triliun. Sedangkan kredit investasi untuk penggunaan listrik, gas, dan air bersih sebesar Rp 117,8 triliun atau tumbuh 8,5% (yoy).

BI juga mencatat, sampai akhir tahun lalu kredit modal kerja tumbuh 8,3% (yoy) mencapai Rp 2.212 triliun, dan kredit lonsumsi mencapai Rp 1.381 triliun atau tumbuh 10,9% (yoy).

Wakil Direktur PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Herry Sidharta mengatakan, penyaluran kredit investasi BNI tahun lalu meningkat sekitar 15% secara tahunan (year on year/yoy). Penyaluran tersebut utamanya didorong oleh ekspansi sector pertanian, jasa dunia usaha, dan sector pertanian, jasa dunia usaha, dan sektor konstruksi.

“Untuk tahun ini, kami proyeksikan akan tumbuh di kisaran 11-013%. Searah dengan perkiraan Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK),” kata Herry kepada Investor Daily, Jumat (2/2).

Dia menjelaskan, di samping itu, proyeksi Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan menunjukkan investasi baik dari penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA) akan tumbuh positif tahun ini. Hal tersebut didorong oleh pembangunan infrastruktur yang masih masif.

Kemudian, di sisi lain, tahun politik juga akan menentukan arah pertumbuhan kredit investasi. “Namun, kami tetap optimistis, penyaluran kredit investasi maupun modal kerjakepada debitor-debitor kami sesuai dengan kebutuhan,” jelas Herry.

Dia menambahkan, pihaknya juga akan melakukan mitigasi risiko yang kuat serta tetap fokus untuk mendukung pertumbuhan bisnis perseroan tahun ini. (bersambung)





🌸
Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati sudah menerbitkan aturan wajib lapor data tagihan kartu kredit nasabah minimal Rp 1 miliar setahun bagi perbankan. Hal ini menimbulkan reaksi dari para bankir.
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), Suprajarto berharap kepada pemerintah untuk menimbang kembali kebijakan wajib lapor data dan informasi kartu kredit nasabah karena dikhawatirkan memicu kegaduhan.
"Mudah-mudahan oleh pemerintah bisa dipikirkan kembali untuk tidak dalam waktu dekat," kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Senin (5/2/2018).
Dihubungi terpisah, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA), Jahja Setiaatmadja tak ingin berspekulasi dengan dampak dari kebijakan tersebut.
Dia akan menunggu masukan dari nasabah atas rencana Ditjen Pajak mengintip data kartu kredit untuk tagihan paling sedikit Rp 1 miliar setahun.
"Ini belum dapat masukan dari nasabah, kami tidak mau mengada-ada. Gaduh atau tidaknya kalau sudah betul-betul ada komplain dari nasabah, baru kami bisa komen berdasarkan fakta. Jadi nanti kita tanya lebih detail ke nasabah," jelas Jahja.
Untuk diketahui, wajib lapor data kartu kredit nasabah itu tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 228/PMK.03/2017 tentang Rincian Jenis Data dan Informasi serta Tata Cara Penyampaian Data dan Informasi yang Berkaitan Dengan Perpajakan.
Dalam beleid PMK 228, ada 23 bank atau lembaga penyelenggara kartu kredit yang wajib lapor ke Ditjen Pajak, yakni:
Pan Indonesia Bank, Ltd.Tbk
PT Bank ANZ Indonesia
PT Bank Bukopin Tbk
PT Bank Central Asia (BCA) Tbk
PT Bank CIMB Niaga Tbk
PT Bank Danamon Indonesia Tbk
PT Bank MNC Internasional
PT Bank ICBC Indonesia
PT Bank Maybank Indonesia Tbk
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk

1 of 2

Paling Lambat April 2019

Ilustrasi Foto Gesek Kartu Kredit (iStockphoto)
PT Bank Mega Tbk
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI)
PT BNI Syariah
PT Bank OCBC NISP Tbk
PT Bank Permata Tbk
PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk
PT Bank Sinarmas
PT Bank UOB Indonesia
Standard Chartered Bank
The Hongkong & Shanghai Banking Corp (HSBC)
PT Bank QNB Indonesia
Citibank N.A
PT AEON Credit Services.
Data transaksi nasabah kartu kredit yang wajib diserahkan ke Ditjen Pajak harus memuat nama bank, nomor rekening kartu kredit, ID merchant, nama merchant, nama pemilik kartu, alamat pemilik kartu.
Juga harus mencantumkan Nomor Induk Kependudukan (NIK)/Nomor paspor pemilik kartu, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pemilik kartu, bulan tagihan, tanggal transaksi, rincian transaksi, nilai transaksi, dan pagu kredit.
Ditjen Pajak akan mulai mengintip data dan informasi kartu kredit pada nasabah yang tercatat memiliki total tagihan ‎dengan batas minimal Rp 1 miliar setahun untuk periode Januari-Desember 2018.
"Data (kartu kredit) itu dilaporkan perbankan untuk pertama kalinya kepada Ditjen Pajak ‎paling lambat akhir April 2019," tegas Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat Ditjen Pajak, Hestu Yoga Saksama.
👕

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepekan terakhir yang berakhir Jumat (2/2), pemodal asing mencatat aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 4,24 triliun. Di periode yang sama, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, dan PT H M Sampoerna Tbk, menempati posisi tiga teratas saham yang paling banyak dijual asing.
Mengutip RTI, net sell asing terbesar selama seminggu terakhir tercatat pada saham BBRI dengan nilai Rp 1,3 triliun. Diikuti, saham TLKM dengan net sell asing sebesar Rp 765,2 miliar. Di urutan ketiga, ada saham HMSP dengan net sell asing sebesar Rp 261,9 miliar.
Sederet saham likuid lainnya juga turut menjadi sasaran aksi jual asing, seperti UNVR, BMRI, ASII, BBNI, UNTR, GGRM, dan INDF.
Kepala Riset OSO Sekuritas Riska Afriani menilai, aksi jual asing seminggu terakhir merupakan representasi profit taking yang dilakukan. Ia menilai asing wajar merealisasikan keuntungannya saat ini. Sebab, saham-saham yang banyak dijual itu sudah mulai dikoleksi investor asing sejak akhir tahun lalu. Realisasi keuntungan terutama terjadi pada saham sektor perbankan dan barang konsumsi.
Meski demikian, Riska tak menampik ada sentimen khusus pada beberapa saham tertentu yang mendorong asing keluar. Pada saham TLKM misalnya, ada kekhawatiran asing soal kelangsungan satelit TLKM, kendati kinerjanya masih bagus. “Asing belum masuk lagi, karena potensinya dinilai kurang,” paparnya, Jumat (2/2).
Selain itu, Riska melihat adanya kecenderungan wait and see dari asing, sehingga mereka memilih untuk melakukan asi jual terlebih dahulu. Pemicunya, ada beberapa sentimen dari luar negeri, seperti Federal Open Market Committee (FOMC) meeting serta kondisi geopolitik.
Meski demkian, Riska melihat bahwa asing tak benar-benar keluar dari pasar saham. Asing menurutnya beralih ke saham yang lebih murah. Adapun saham-saham tersebut terdiri dari saham berkapitalisasi pasar besar dan menengah di sektor pertambangan dan properti.
Lihat saja, seminggu terakhir, asing mulai melakukan aksi beli pada saham tambang seperti PT Adaro Energy Tbk (ADRO), dan property seperti PT Summarecon Agung Tbk (SMRA).
Pada momentum rilis kinerja emiten yang berlangsung Februari-Maret 2018, menurut Riska, asing berpotensi kembali mencatatkan aksi beli bersih. “Tahun lalu, domestik mengambil peran asing, tahun ini sepertinya domestik dan asing akan saling mengejar” tutur Riska.
Dalam momentum ini, Riska menjagokan saham perbankan, pertambangan, barang konsumsi, dan properti. Menurutnya, meski banyak dijual asing, investor masih bisa masuk ke saham PT Bank Negara Indonesia TBk (BBNI), PT Astra International Tbk (ASII), dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).
🐋


KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa bankir mengaku masih menunggu kejelasan Direktorat Jendral Pajak terkait kebijakan pembukaan data kartu kredit. Pembukaan data kartu kredit terbaru oleh pemerintah ini mulai berlaku 29 Desember 2017 lalu kepada sebanyak 23 bank.
Pembukaan data kartu kredit ini mengacu aturan terbaru Menteri Keuangan (PMK) No. 228/PMK.03/2017. Dalam aturan ini memuat detail rincian data dan informasi serta penyampaian data informasi terkait perpajakan.
Lani Darmawan, Direktur Konsumer Bank CIMB Niaga bilang pada prinsipnya bank akan mematuhi peraturan yang berlaku.
"Terkait aturan ini sudah ada pembicaraan antara indistri yang diwakili AKKI (Asosiasi Kartu Kredit Indonesia) dengan regulator," kata Lani kepada kontan.co.id, Jumat (2/2).
Terkait bagaimana efeknya aturan baru ini untuk bisnis kartu kredit, bank masih menungggu hasil pembicaraan dengan pemerintah.
Santoso Liem, Direktur BCA mengaku baru menyadari kebijakan baru ini. "Satu dua hari yang lalu setelah asosiasi kartu kredit mengungkapkan ini," kata Santoso kepada kontan.co.id, Kamis (1/2).
BCA akan mempelajari apakah ada perbedaan dengan aturan lama. Terkait aturan sebelumnya yaitu PMK 39/2016 bank masih berpikir masih ada kebijakan penundaan sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Steve Martha, General Manager Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI) bilang baru mengetahui peraturan menteri keuangan yang baru, pada beberapa hari sebelumnya.
"Langsung kami konfirmasi ke penerbit, masih banyak yang belum menyadari terkait ini," kata Steve kepada kontan.co.id, Kamis (1/2).
Asosiasi tidak pernah mengetahui terkait dikeluarkannya PMK No 228. Sehingga kami belum bisa memberikan komentar.
Pembukaan data nasabah kartu kredit memang kedepan bisa beepotensi menurunkan transaksi kartu kredit.
Sebagai gambaran 23 lembaga yang dimaksud dalam PMK ini adalah Pan Indonesia Bank, Ltd. Tbk, Bank ANZ Indonesia, Bank Bukopin, Bank Central Asia, Bank CIMB Niaga, Bank Danamon Indonesia, Bank MNC Internasional, Bank ICBC Indonesia, Bank Maybank Indonesia.
Ada juga, Bank Mandiri, Bank Mega, Bank Negara Indonesia Syariah, Bank OCBC NISP, Bank Permata, Bank Rakyat Indonesia, Bank Sinarmas, Bank UOB Indonesia, Standard Chartered Bank, The Hongkong & Shanghai Banking Corp., Bank QNB Indonesia, Citibank, dan AEON Credit Services.
🍹
JAKARTA POST: Inflation was recorded at 0.62 percent in January, lower than the previous month's rate of 0.71 percent, the Central Statistics Agency (BPS) announced on Thursday.
This puts year-on-year (yoy) inflation at 3.25 percent, the lowest yoy inflation rate recorded in January since 2004.
Core inflation was recorded at 0.31 percent, while administered prices posed a deflation rate of 0.15 percent and volatile prices inflation was recorded at 2.58 percent.
BPS head Suhariyanto said staple food prices, which had risen 2.43 percent, were the largest contributors to January’s inflation rate.
"As has been estimated, the rising rice prices had the biggest impact on the inflation rate, with a contribution of 0.24 percent," he said on Thursday.
The price of chicken, fish and chili also increased in January, while eggs and red onion saw price decreases.
Transportation prices also posed a deflation rate of 0.28 percent after the drop in air and rail travel prices following the holiday season.
Suhariyanto said he expected the price of  rice to decrease in February with the start of the harvest season.
"We saw the price start to decrease in the final week of January as some farmers had begun harvesting." he said. "In February and March, more farmers will start to harvest so we expect the price to return to a normal level." (kmt/bbn)
🌸

Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) sepanjang tahun 2017 membukukan laba bersih secara konsolidasi Rp 29,04 triliun atau tumbuh 10,7 persen year on year dibandingkan tahun 2016.
Direktur Strategi Bisnis dan Keuangan Bank BRI Haru Koesmahargyo menjelaskan, perolehan laba tersebut tak lepas dari penyaluran kredit yang tumbuh double digit dan berada di atas rata-rata industri perbankan nasional. Tercatat kredit BRI secara konsolidasi hingga akhir Desember 2017 sebesar Rp 739,3 triliun atau tumbuh 11,4 persen dibandingkan Desember 2016 yang mencapai Rp 663,4 triliun. "Sementara loan to deposit ratio (LDR) BRI di kisaran angka ideal, yakni sebesar 87,8 persen," kata dia di Jakarta, Rabu (24/1).
Penyaluran kredit didominasi segmen UMKM yang mencapai 74,6 persen dari total portofolio kredit BRI. Perseroan juga menargetkan portofolio kredit UMKM terus meningkat hingga mencapai 80 persen dari total kredit BRI. "Penyaluran kredit di segmen ini tercatat tahan guncangan dari perekonomian nasional maupun global," kata dia.
Untuk tahun depan, BRI menargetkan pertumbuhan laba double digit dan kredit tumbuh 10 persen-12 persen. Caranya akan refokus kepada mikro dan UKM. "Mikro tahun ini ditargetkan 40 persen dari portofolio saat ini 33 persen.
Untuk mencapai target itu, BRI akan mempermudah nasabah mengakses perbankan baik pinjaman maupun simpanan. "Di pinjaman, proses akan digitalisasikan, nanti kredit dari tiga hari menjadi satu hari, jadi waktu untuk ekspansi lebih pendek," ujarnya.
BRI di tahun 2018 tetap fokus pada pemberdayaan UMKM sehingga perseroan mampu menjadi salah satu motor penggerak untuk menunjang pertumbuhan perekonomian Indonesia menjadi lebih berkualitas. Faktor lain yang mendorong kinerja BRI yakni perolehan fee based income (FBI) yang tumbuh 13,2 persen yoy, dari Rp 9,2 triliun di akhir 2016 menjadi Rp 10,4 triliun di akhir 2017.
Seiring tren turunnya suku bunga, BRI terus meningkatkan porsi sumber pendapatan baru di luar pendapatan bunga. Salah satu strateginya memperkuat transaction banking serta pemanfaatan digital banking. "Kami siapkan aktivitas lain yang hasilkan non-interest income, termasuk seperti asuransi, jasa, syariah, payment, investment service," pungkasnya.
Untuk diketahui, penyaluran kredit BRI secara konsolidasi sebesar Rp 739,3 triliun. Dari total itu, masih didominasi kredit mikro sebesar Rp 239,5 triliun, kredit konsumer Rp 114,6 triliun, kredit ritel dan menengah Rp 197,8 triliun dan kredit korporasi Rp 187,4 triliun. Sementara rasio NPL gross pada akhir Desember 2017 sebesar 2,2 persen atau di bawah rata rata industri perbankan nasional.
BRI, tambah Haru juga telah menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp 69,4 Triliun kepada lebih dari 3,7 juta debitur baru selama periode 2017. Dari jumlah KUR tersebut, sebesar 41 persen telah digunakan untuk sektor produktif. Apabila dihitung mundur sejak KUR skema baru diluncurkan pada Agustus 2015, BRI telah menyalurkan KUR skema baru senilai Rp 155 triliun kepada lebih dari 8,6 juta debitur. "Yang naik kelas dari KUR ke Kupedes (kredit usaha pedesaan) ada 201.000 debitur. Yang KUR ritel masuk komersial 2.249 debitur," ucapnya.
Haru melanjutkan, Dana Pihak Ketiga (DPK) per akhir Desember 2017 sebesar Rp 841,7 triliun atau tumbuh 11,5 persen yoy. Dana murah (CASA) pun masih mendominasi DPK BRI dengan porsi mencapai 59 persen.
Sementara aset perseroan secara konsolidasi pun ikut terkerek naik dari Rp 1.003,6 triliun di akhir 2016 menjadi Rp 1.126,2 triliun di akhir 2017 atau tumbuh sebesar 12,2 persen.



Sumber: Suara Pembaruan

Comments

  1. apa bilah anda butuh angka togel di jamin tembus 2D,3D,4D,5D,6D,7D,silah kan hubunggi nomor ini 085,256-133-981 MBAH SORE DAN MBAH BISAH MEBANTU DALAM SITUS PESUGIHAN DANA GAIB DAN TRASFER JANIN SECARA GAIB

    ReplyDelete
    Replies
    1. KABAR BAIK!!!

      Nama saya Lady Mia, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman agar sangat berhati-hati, karena ada penipuan di mana-mana, mereka akan mengirim dokumen perjanjian palsu kepada Anda dan mereka akan mengatakan tidak ada pembayaran di muka, tetapi mereka adalah penipu , karena mereka kemudian akan meminta pembayaran biaya lisensi dan biaya transfer, jadi berhati-hatilah terhadap Perusahaan Pinjaman yang curang itu.

      Perusahaan pinjaman yang nyata dan sah, tidak akan menuntut pembayaran konstan dan mereka tidak akan menunda pemrosesan transfer pinjaman, jadi harap bijak.

      Beberapa bulan yang lalu saya tegang secara finansial dan putus asa, saya telah ditipu oleh beberapa pemberi pinjaman online, saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan menggunakan teman saya yang merujuk saya ke pemberi pinjaman yang sangat andal bernama Ms. Cynthia, yang meminjamkan saya pinjaman tanpa jaminan sebesar Rp800,000,000 (800 juta) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa konstan pembayaran atau tekanan dan tingkat bunga hanya 2%.

      Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya terapkan dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan.

      Karena saya berjanji bahwa saya akan membagikan kabar baik jika dia membantu saya dengan pinjaman, sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman dengan mudah tanpa stres atau penipuan

      Jadi, jika Anda memerlukan pinjaman apa pun, silakan hubungi dia melalui email nyata: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com dan atas karunia Allah, ia tidak akan pernah mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda mematuhi perintahnya.

      Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: ladymia383@gmail.com dan Sety yang memperkenalkan dan memberi tahu saya tentang Ibu Cynthia, ini emailnya: arissetymin@gmail.com

      Yang akan saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran cicilan pinjaman saya yang akan saya kirim langsung ke rekening perusahaan setiap bulan.

      Sepatah kata cukup untuk orang bijak.

      Delete

  2. KABAR BAIK!!!

    Saya selalu berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan peminjam yang meminjamkan uang tanpa membayar terlebih dahulu.

    Jika Anda mencari pinjaman, perusahaan ini adalah semua yang Anda butuhkan. setiap perusahaan yang meminta Anda untuk biaya pendaftaran lari dari mereka.

    saya menggunakan waktu ini untuk memperingatkan semua rekan saya INDONESIANS. yang telah terjadi di sekitar mencari pinjaman, Anda hanya harus berhati-hati. satu-satunya tempat dan perusahaan yang dapat menawarkan pinjaman Anda adalah SUZAN INVESTMENT COMPANY. Saya mendapat pinjaman saya dari mereka. Mereka adalah satu-satunya pemberi pinjaman yang sah di internet. Lainnya semua pembohong, saya menghabiskan hampir Rp35 juta di tangan pemberi pinjaman palsu.

    Tanpa biaya transfer,
    Pembayaran yang fleksibel,
    Suku bunga rendah,
    Tanpa biaya pendaftaran,
    Layanan berkualitas,
    Komisi Tinggi jika Anda memperkenalkan pelanggan

    Hubungi perusahaan: (Suzaninvestment@gmail.com)

    Email pribadi saya: (Ammisha1213@gmail.com)

    ReplyDelete
  3. Saya Widaya Tarmuji, saya menggunakan waktu ini untuk memperingatkan semua rekan saya INDONESIANS. yang telah terjadi di sekitar mencari pinjaman, Anda hanya harus berhati-hati. satu-satunya tempat dan perusahaan yang dapat menawarkan pinjaman Anda adalah TRACY MORGAN LOAN FIRM. Saya mendapat pinjaman saya dari mereka. Mereka adalah satu-satunya pemberi pinjaman yang sah di internet. Lainnya semua pembohong, saya menghabiskan hampir 32 juta di tangan pemberi pinjaman palsu.

    Tapi Tracy Morgan memberi saya mimpi saya kembali. Ini adalah alamat email yang sebenarnya mereka: tracymorganloanfirm@gmail.com. Email pribadi saya sendiri: widayatarmuji@gmail.com. Anda dapat berbicara dengan saya kapan saja Anda inginkan. Terima kasih semua untuk mendengarkan permintaan untuk saran saya. hati-hati

    ReplyDelete
  4. Nama saya Ny. Amalia Amangkurat, saya seorang janda dan saya kehilangan suami saya 4 tahun yang lalu dan saya merawat anak-anak, sekarang saya menghasilkan uang untuk membayar sewa dan beberapa hutang tetapi saya tidak punya uang untuk membayar, tetapi kakak bercerita tentang seorang teman yang mendapat pinjaman dari ibu Rika tanpa jaminan dan saya diberitahu bahwa dia adalah ibu yang jujur, jadi saya mengajukan pinjaman sebesar 50 juta sehingga setelah proses pinjaman dipindahkan ke rekening bank BCA saya dan hari ini saya punya toko saya menjalankan bisnis saya dan hari ini saya telah melunasi hutang saya dan semua tagihan saya, semua berkat Rika Anderson Loan Company adalah pemberi pinjaman yang baik, Ibu, hubungi dia di email rikaandersonloancompany@gmail.com, Whatsapp: +19147057484 dapatkan informasi tentang cara mendapatkan pinjaman. Jika ada keraguan atau ketakutan, Anda selalu dapat menghubungi saya melalui amaliaamangkurat@gmail.com

    ReplyDelete
  5. Saya sangat bersyukur kepada Ibu Fraanca Smith karena telah memberi saya pinjaman sebesar Rp700.000.000,00 saya telah berhutang selama bertahun-tahun sehingga saya mencari pinjaman dengan sejarah kredit nol dan saya telah ke banyak rumah keuangan untuk meminta bantuan namun semua menolak saya karena rasio hutang saya yang tinggi dan sejarah kredit rendah yang saya cari di internet dan tidak pernah menyerah saya membaca dan belajar tentang CREDIT UNION DAYA LESTARI di salah satu blog saya menghubungi CREDIT UNION DAYA franca smith konsultan kredit via email:(francasmithloancompany@gmail.com) dengan keyakinan bahwa pinjaman saya diberikan pada awal tahun ini tahun dan harapan datang lagi, kemudian saya menyadari bahwa tidak semua perusahaan pinjaman di blog benar-benar palsu karena semua hautang finansial saya telah diselesaikan, sekarang saya memiliki nilai yang sangat besar dan usaha bisnis yang patut ditiru, saya tidak dapat mempertahankan ini untuk diri saya jadi saya harus memulai dengan membagikan kesaksian perubahan hidup ini yang dapat Anda hubungi Ibu franca Smith via email:(francasmithloancompany@gmail.com)

    ReplyDelete
  6. Saya sangat bersyukur kepada Ibu Fraanca Smith karena telah memberi saya pinjaman sebesar Rp700.000.000,00 saya telah berhutang selama bertahun-tahun sehingga saya mencari pinjaman dengan sejarah kredit nol dan saya telah ke banyak rumah keuangan untuk meminta bantuan namun semua menolak saya karena rasio hutang saya yang tinggi dan sejarah kredit rendah yang saya cari di internet dan tidak pernah menyerah saya membaca dan belajar tentang CREDIT UNION DAYA LESTARI di salah satu blog saya menghubungi CREDIT UNION DAYA franca smith konsultan kredit via email:(francasmithloancompany@gmail.com) dengan keyakinan bahwa pinjaman saya diberikan pada awal tahun ini tahun dan harapan datang lagi, kemudian saya menyadari bahwa tidak semua perusahaan pinjaman di blog benar-benar palsu karena semua hautang finansial saya telah diselesaikan, sekarang saya memiliki nilai yang sangat besar dan usaha bisnis yang patut ditiru, saya tidak dapat mempertahankan ini untuk diri saya jadi saya harus memulai dengan membagikan kesaksian perubahan hidup ini yang dapat Anda hubungi Ibu franca Smith via email:(francasmithloancompany@gmail.com

    ReplyDelete
  7. Halo, nama saya Sulis Susanti dari Indonesia, saya ingin mencari pinjaman sangat berhati-hati karena banyak perusahaan pinjaman penipuan di sini di internet, tetapi mereka masih yang asli di perusahaan pinjaman palsu.
    Beberapa bulan yang lalu saya tegang finusahaan pinjaman online, karena saya perlu sebuah perusahaan pinjaman yang jujur.

    Aku hampa jaminan dari 750 juta rupiah dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau stres pada tingkat bunga rendah dari 2%. Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah pinjaman yang saya diterapkan langsung ditransfer ke rekening bank saya tanpa penundaan atau kekecewaan, karena saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman dengan mudah tanpa stres.

    Saya ingin Anda yakin dan percaya diri bahwa ini adalah asli karena saya memiliki semua bukti pengolahan pinjaman ini termasuk kartu id, dokumen perjanjian pinjaman dan semua kertas kerja. Saya percaya Ibu Joy Wilson sepenuh hati karena dia telah benar-benar membantu dalam hidup saya. Anda sangat beruntung memiliki kesempatan untuk membaca kesaksian ini hari ini. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman apapun, silahkan hubungi perusahaan melalui email: (joywilsonloanfirm@gmail.com)
    Anda juga dapat menghubungi saya melalui email saya di (sulissusanti971@gmail.com) jika Anda merasa sulit atau ingin prosedur untuk memperoleh pinjaman

    ReplyDelete
  8. Saya sangat bersyukur kepada Ibu Fraanca Smith karena telah memberi saya
    pinjaman sebesar Rp900.000.000,00 saya telah berhutang selama
    bertahun-tahun sehingga saya mencari pinjaman dengan sejarah kredit nol dan
    saya telah ke banyak rumah keuangan untuk meminta bantuan namun semua
    menolak saya karena rasio hutang saya yang tinggi dan sejarah kredit rendah
    yang saya cari di internet dan tidak pernah menyerah saya membaca dan
    belajar tentang Franca Smith di salah satu blog saya menghubungi franca
    smith konsultan kredit via email:(francasmithloancompany@gmail.com) dengan
    keyakinan bahwa pinjaman saya diberikan pada awal tahun ini tahun dan
    harapan datang lagi, kemudian saya menyadari bahwa tidak semua perusahaan
    pinjaman di blog benar-benar palsu karena semua hautang finansial saya
    telah diselesaikan, sekarang saya memiliki nilai yang sangat besar dan
    usaha bisnis yang patut ditiru, saya tidak dapat mempertahankan ini untuk
    diri saya jadi saya harus memulai dengan membagikan kesaksian perubahan
    hidup ini yang dapat Anda hubungi Ibu franca Smith via email:(
    francasmithloancompany@gmail.com)

    ReplyDelete
  9. BERITA BAIK!!!

    Nama saya Dian Pelangi dari Jakarta di Indonesia, saya seorang pereka fesyen dan saya ingin menggunakan medium ini untuk memberitahu semua orang supaya berhati-hati mendapatkan pinjaman di internet, begitu banyak pemberi pinjaman di sini adalah penipuan dan mereka berada di sini. menipu anda dengan wang susah payah anda, saya memohon pinjaman kira-kira Rp900,000,000 wanita di Malaysia dan saya kehilangan kira-kira 29 juta tanpa mengambil pinjaman, saya membayar hampir 29 juta lagi saya tidak mendapat pinjaman dan perniagaan saya Mengenai terhempas kerana hutang.

    Memandangkan pencarian saya untuk syarikat pinjaman peribadi yang boleh dipercayai, saya melihat iklan dalam talian lain dan nama syarikat adalah SYARIKAT PINJAMAN DUNIA. Saya kehilangan 15 juta dengan mereka dan hingga hari ini, saya tidak pernah menerima pinjaman yang saya cadangkan.

    Tuhan menjadi kemuliaan, kawan-kawan saya yang memohon pinjaman juga menerima pinjaman sedemikian, memperkenalkan saya kepada sebuah syarikat yang boleh dipercayai di mana Puan Christabel bekerja sebagai pengurus cawangan, dan saya memohon pinjaman sebesar Rp900,000,000 dan mereka meminta kepercayaan saya, Dan setelah mereka selesai mengesahkan butiran saya, pinjaman itu telah diluluskan untuk saya dan saya fikir ia adalah jenaka, dan mungkin ini adalah salah satu tindakan menipu yang membuat saya kehilangan wang, tetapi saya terkejut. Apabila saya mendapat pinjaman saya kurang dari 6 jam dengan kadar faedah yang rendah 1% tanpa cagaran.

    Saya sangat gembira bahawa Tuhan menggunakan kawan saya yang menghubungi mereka dan memperkenalkan saya kepada mereka dan kerana saya diselamatkan dari membuat perniagaan saya melompat ke udara dan dibubarkan dan kini perniagaan saya terbang tinggi di Indonesia dan tiada siapa yang akan mengatakannya Dia tidak tahu mengenai syarikat fesyen.

    Jadi saya nasihat semua orang yang tinggal di Indonesia dan negara-negara lain yang memerlukan pinjaman untuk satu tujuan atau lain untuk sila hubungi
    Ibu Christabel melalui e-mel: (christabelloancompany@gmail.com)

    Anda masih boleh menghubungi saya jika anda memerlukan maklumat lanjut melalui e-mel: (lianmeylady@gmail.com)

    Terima kasih sekali lagi kerana membaca kesaksian saya, dan semoga Tuhan terus memberkati kita dan memberi kita kehidupan yang panjang dan makmur dan semoga Tuhan melakukan pekerjaan yang baik dalam hidup anda.

    ReplyDelete
  10. KABAR BAIK!!!

    Nama saya Dian Pelangi dari Jakarta di Indonesia, saya seorang perancang busana dan saya ingin menggunakan media ini untuk memberi tahu semua orang agar berhati-hati mendapatkan pinjaman di internet, jadi banyak pemberi pinjaman di sini adalah penipu dan mereka ada di sini. menipu Anda dengan uang hasil jerih payah Anda, saya mengajukan pinjaman untuk sekitar Rp900.000.000 wanita di Malaysia dan saya kehilangan sekitar 29 juta tanpa mengambil pinjaman, saya membayar hampir 29 juta masih saya tidak mendapatkan pinjaman dan bisnis saya Tentang menabrak karena hutang.

    Sebagai pencarian saya untuk perusahaan pinjaman pribadi yang andal, saya melihat iklan online lainnya dan nama perusahaan itu adalah PERUSAHAAN PINJAMAN DUNIA. Saya kehilangan 15 juta bersama mereka dan sampai hari ini, saya tidak pernah menerima pinjaman yang saya usulkan.

    Ya Tuhan, teman-teman saya yang mengajukan pinjaman juga menerima pinjaman seperti itu, memperkenalkan saya ke perusahaan yang dapat dipercaya di mana Mrs. Christabel bekerja sebagai manajer cabang, dan saya mengajukan pinjaman sebesar Rp900.000.000 dan mereka meminta kredensial saya, Dan setelah itu mereka selesai memverifikasi rincian saya, pinjaman itu disetujui untuk saya dan saya pikir itu hanya lelucon, dan mungkin ini adalah salah satu tindakan curang yang membuat saya kehilangan uang, tetapi saya tertegun. Ketika saya mendapatkan pinjaman saya dalam waktu kurang dari 6 jam dengan suku bunga rendah 1% tanpa jaminan.

    Saya sangat senang bahwa ALLAH menggunakan teman saya yang menghubungi mereka dan memperkenalkan saya kepada mereka dan karena saya selamat dari membuat bisnis saya melonjak di udara dan dilikuidasi dan sekarang bisnis saya terbang tinggi di Indonesia dan tidak ada yang akan mengatakannya. tahu tentang perusahaan fashion.

    Jadi saya menyarankan semua orang yang tinggal di Indonesia dan negara lain yang membutuhkan pinjaman untuk satu tujuan atau yang lain untuk menghubungi
    Ibu Christabel melalui email: (christabelloancompany@gmail.com)

    Anda masih dapat menghubungi saya jika Anda memerlukan informasi lebih lanjut melalui email: (lianmeylady@gmail.com)

    Terima kasih sekali lagi untuk membaca kesaksian saya, dan semoga Tuhan terus memberkati kami dan memberi kami umur panjang dan kehidupan yang makmur dan semoga Tuhan melakukan pekerjaan baik yang sama dalam hidup Anda.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

onlineisasi-digitalisasi (5)

terkait perbankan (bbri, bbca, bnii)

analisis fundamental sederhana: saham KONSUMER (mapi, myor, unvr, icbp, amrt, cpin, hero, mapi, cleo, ades)