analisis teknikal n fundamental sederhana: saham CPIN

Charoen Pokphand Tangguh di Tengah Pandemi

Emiten Peternakan Kembali Diuntungkan

Pendongkrak Kinerja Charoen Pokphand 

CPIN: kekuatan finansial 2022 

CPIN: v. inflasi: laba turun 

CPIN: ekspor ayam

CPIN: laba turun 

CPIN: laba naek September 2022

CPIN: laba bersih 2022: Rp 2,9 T 

CPIN: pulih

CPIN: kolaborasi PITIK

CPIN: dividen interim Rp 100,- mo dibagi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang dimulai sejak Juli membuat para peternak ayam berproduksi lagi. Ini membuat pasokan ayam broiler maupun DOC kembali memenuhi pasar, sehingga harga produk tersebut turun. 

Harga ayam broiler mulai mengalami penurunan pada Agustus 2020 setelah produksi ayam broiler mulai pulih. Pasokan ayam broiler saat ini sudah memenuhi kebutuhan pasar. 

Bulan lalu, harga ayam broiler sempat berada di level tertingginya selama 2 tahun terakhir. Saat itu, harga mencapai Rp 23.000–Rp 25.000 per kilogram (kg). 

Di Juli, rata-rata harga ayam broiler di tingkat peternak di Jawa Barat turun 24,6% dibanding bulan Mei, menjadi Rp 16.500 per kg. Di Jawa Tengah harga turun 23,4% dibanding bulan sebelumnya menjadi Rp 16.200 per kg.

Sedang di Jawa Timur harga turun 21,5% menjadi Rp 17.100 per kg. Memasuki Agustus, harga harian broiler di Jawa melemah 9%-13% dibanding Juni.

Stimulus fiskal

Pemerintah memberikan stimulus yang menyasar langsung masyarakat. Misalnya bantuan langsung tunai (BLT) Rp 600.000 per individu tiap bulan selama empat bulan ke depan.

Kebijakan ini diharapkan mampu mendorong masyarakat membeli kebutuhan pokok, seperti membeli ayam. Selain itu kucuran gaji ke-13 bagi PNS juga diharapkan mamppu mendongkrak permintaan ayam, sehingga mampu mendongkrak harga ayam broiler dan DOC.



 

Prospek saham 

CPIN membukukan kinerja cukup baik dibanding emiten poultry lainnya. Penurunan pendapatan dan laba CPIN pada semester I-2020 lebih kecil dibandingkan dengan penurunan pada kinerja MAIN dan JPFA. 

CPIN mencatatkan penrurunan pendapatan sebesar 6,67% menjadi Rp 1,7 triliun pada semester I-2020. Sedangkan JPFA dan MAIN masing-masing mengalami penurunan 7,30% dan 17,5%. 

Laba CPIN sendiri mengalami kontraksi 4,5% pada semester I-2020. Lebih baik dibandingkan JPFA dan MAIN yang terkontraksi masing-masing 80,6% dan 130,35%.

CPIN memiliki rata-rata pertumbuhan pendapatan 19% dan laba 24% setiap tahun. Angka ini lebih baik dibandingkan dengan JPFA dan MAIN. 

JPFA memiliki pertumbuhan rata-rata pendapatan 10% dan pertumbuhan laba 18% tiap tahun. Sedangkan MAIN memiliki rata-rata pertumbuhan pendapatan dan laba sebesar 12% dan 15% per tahun.

Total utang diukur dengan rasio DER (utang dibandingkan modal) dan DAR (utang dibandingkan aset). Jika DER atau DAR di angka 1 maka utang dan modal sama besar. 

Jika DAR di angka 1 maka utang dan aset sama besar. Kesimpulannya DER dan DAR harus sekecil mungkin dan di bawah angka 1. 

Saat ini CPIN memiliki DAR 0,29 kali dan DER 0,48 kali, lebih rendah dbanding JPFA yang punya DAR 0,29 kali dan DER 0,98 kali. Sedang MAIN memiliki DAR 0,59 kali dan DER 1,48 kali. 



Sinyal teknikal

CPIN saat ini uptrend dan saat ini masih bergerak di dalam base-nya di anak tangga kedua, sehingga masih memiliki potensi untuk mengalami kenaikan harga. JPFA saat ini dalam fase downtrend dan MAIN masih dalam fase sideways.

Kami mereferensikan pembelian saham CPIN sebagai saham super EMTrade. Kami sudah membeli di harga Rp 6.450 pada 11 Agustus lalu. Saham masih dalam uptrend dan pola volume yang konvergen.

🍉

JAKARTA, investor.id – PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) menjajaki pinjaman hingga US$ 307,9 juta dalam denominasi dolar Amerika Serikat (AS) dan rupiah. Citi dan DBS Bank bertindak sebagai mandated lead arrangers and bookrunners (MLAB) yang menangani pencarian pinjaman sindikasi tersebut. Pinjaman dalam rupiah direncanakan sebanyak Rp 3 triliun atau setara US$ 207,9 juta, sedangkan bagian sindikasi dalam dolar AS ditargetkan sebanyak US$ 100 juta. Perseroan diperkirakan hanya melibatkan bank yang pernah ambil bagian dalam sindikasi perseroan sebelumnya. Sementara, tenor sindikasi yang diharapkan adalah satu tahun, dengan tambahan opsi satu tahun. “Perseroan mencari tenor yang pendek karena lebih murah dan pasar dalam kondisi ketidakpastian tahun ini,” kata sumber Global Capital Asia, Kamis (9/7). Charoen Pokphand akan menggunakan pinjaman sindikasi anyar ini untuk membayar (refinancing) pinjaman yang diraih pada 2015. Para kreditur harus menunggu hingga akhir Juli ini untuk membuat komitmen terlibat pada pinjaman sindikasi tersebut. Namun, hingga berita ini diturunkan, Presiden Direktur Charoen Pokphand Indonesia Tjiu Thomas Effendy dan Sekretaris Perusahaan Charoen Pokphand Indonesia Hadijanto Kartika tidak dapat dikonfirmasi. Sebagai informasi, perseroan mengantongi pinjaman senilai Rp 4,3 triliun, yang terbagi atas Rp 3 triliun dan US$ 100 juta pada 11 November 2015. Sindikasi ini memiliki tenor lima tahun. Ketika itu, perseroan juga menarik pinjaman untuk kebutuhan refinancing utang. Para kreditur yang mengucurkan pinjaman sindikasi ini adalah Citibank NA, PT Bank ANZ Indonesia, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), PT Bank DBS Indonesia, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan Sumitomo Mitsui Bank Corp. Sementara itu, hingga kuartal I-2020, Charoen Pokphand membukukan kenaikan laba bersih sebesar 13,64% menjadi Rp 922,26 miliar dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 811,54 miliar. 

Meski laba terangkat, manajemen perseroan menyebutkan penjualan bersih justru turun 3,94% menjadi Rp 13,88 triliun dibandingkan kuartal I-2019 senilai Rp 14,45 triliun. Secara rinci, penurunan ini disebabkan oleh beberapa segmen usaha yang mengalami penurunan dibandingkan dengan kuartal I-2019. 

Pendapatan usaha segmen pakan turun menjadi Rp 6,56 triliun dibandingkan kuartal I-2019 senilai Rp 7,05 triliun, segmen ayam pedaging turun tipis dari Rp 3,96 triliun menjadi Rp 3,96 triliun, segmen anak ayam usia sehari (DOC) turun menjadi Rp 1,5 triliun dibandingkan kuartal I-2019 mencapai Rp 1,86 triliun. Sedangkan pendapatan bisnis ayam olahan naik menjadi Rp 1,39 triliun dari sebelumnya Rp 1,11 triliun, dan lain-lain sejumlah Rp 462,07 miliar dari semula Rp 449,36 miliar. Adapun beban pokok penjualan perseroan mengalami penurunan 6,27% menjadi Rp 11,94 triliun pada kuartal I-2020 dari periode sama tahun lalu yang mencatatkan Rp 12,74 triliun. Hal ini mendorong laba bruto naik menjadi Rp 1,94 triliun, dari Rp 1,71 triliun. Sedangkan laba usaha perseroan mencatatkan peningkatan sejumlah 21,15% menjadi Rp 1,26 triliun pada kuartal I-2020 dibandingkan kuartal I-2019 yang memperoleh Rp 1,04 triliun. Total aset sepanjang per akhir Maret 2020 mencapai Rp 30,75 triliun atau naik 4,77% dari periode 31 Desember 2019 yang memperoleh Rp 29,35 triliun. Total liabilitas perseroan naik 5,79% menjadi Rp 8,76 triliun dari semula Rp 8,28 triliun, dan total ekuitas meningkat 4,36% menjadi Rp 21,99 triliun dari sebelumnya Rp 21,07 triliun. 

Manajemen menilai terjadi pelemahan penjualan walaupun tidak di semua bidang usaha selama pandemi Covid-19. Gangguan penjualan utamanya tidak berasal dari Covid-19 melainkan hal di luar virus tersebut. 

Sejak tahun lalu, perseroan telah menerapkan strategi yang diharapkan meningkatkan kinerja di masa mendatang. Strategi tersebut adalah meningkatkan kapasitas produksi pakan ternak dan mendirikan pabrik baru. Selain itu, perseroan fokus bergerak ke arah hilir, seperti mengembangkan pengolahan daging ayam, yang telah dilakukan pada merek dagang Golden Fiesta. Tak ketinggalan, perseroan juga berupaya menekan biaya bahan baku. 

Sumber : Investor Daily

Artikel ini telah tayang di Investor.id dengan judul "Charoen Pokphand Jajaki Pinjaman Sindikasi US$ 307,9 Juta"
Penulis: Farid Firdaus
Read more at: http://brt.st/6EBJ

🍊


Bisnis.com,JAKARTA — Sejumlah emiten perunggasan masih mampu membukukan pertumbuhan laba bersih dua digit dan mencetak kenaikan margin laba bersih secara tahunan pada kuartal I/2020.

Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN), PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA), dan PT Malindo Feedmill Tbk. (MAIN) telah menyampaikan laporan keuangan kuartal I/2020.

CPIN mencetak penjualan Rp13,88 triliun pada kuartal I/2020. Realisasi itu turun 3,91 persen secara year on year (yoy) dari periode yang sama tahun lalu senilai Rp14,45 triliun.

Kendati demikian, perseroan masih mampu mengantongi laba bersih Rp922,25 miliar per 31 Maret 2020. Pencapaian itu tumbuh 13,64 dari Rp811,53 miliar pada kuartal I/2019.

Margin laba bersih atau net profit margin (NPM) CPIN tercatat sebesar 6,64 persen pada kuartal I/2020. Nilai itu masih naik dari 5,61 persen per 31 Maret 2019.

Sementara itu, JPFA melaporkan pendapatan Rp9,07 triliun pada kuartal I/2020. Jumlah yang dikantongi naik 6,01 secara yoy dari Rp8,56 triliun pada 31 Maret 2019.

Dari situ, perseroan mencetak laba bersih Rp343,87 miliar. per 31 Maret 2020. Pencapaian itu naik 10,66 persen dari Rp310,47 miliar pada kuartal I/2019.

Adapun, JPFA menjaga tingkat margin laba bersih di level 3,79 persen pada kuartal I/2020. Posisi itu naik tipis dari 3,63 persen periode yang sama tahun lalu.

Di lain pihak, MAIN melaporkan pendapatan Rp1,69 triliun pada kuartal I/2020 atau turun 12,97 persen secara yoy. Tercatat, pendapatan yang dibukukan perseroan senilai Rp1,94 triliun kuartal I/2020.

Dari situ, perseroan mengantongi laba bersih Rp14,08 miliar pada kuartal I/2020. Realisasi itu turun 84,58 persen dari Rp91,33 miliar periode yang sama tahun lalu.

Tingkat margin laba bersih MAIN juga turun dari 4,70 persen pada kuartal I/2019 menjadi 0,83 persen per 31 Maret 2020.

Kinerja CPIN, JPFA, MAIN Kuartal I/2020

 

Emiten Unggas

Pendapatan

(Rp Miliar)

Laba Bersih

(Rp Miliar)

NPM (%)

Kuartal I/2019

Kuartal I/2020

Pertumbuhan (%)

Kuartal I/2019

Kuarta I/2020

Pertumbuhan (%)

Kuartal I/2019

Kuartal I/2020

CPIN

14.455,25

13.889,73

-3,91

811,53

922,25

13,64

5,61

6,64

JPFA

8.564,73

9.079,51

6,01

310,74

343,87

10,66

3,63

3,79

MAIN

1.944,81

1.692,64

-12,97

91,33

14,08

-84,58

4,70

0,83

Sumber: Laporan Keuangan, diolah

🍓


Bisnis.com,JAKARTA— Saham dua emiten unggas, PT Malindo Feedmill Tbk. dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. menguat signifikan pada perdagangan kemarin,  Rabu (22/4/2020). 
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, saham Malindo Feedmill menguat 8,91 persen atau 45 poin ke level Rp550.  Dalam sebulan terakhir, emiten berkode saham MAIN itu telah menguat 33,50 persen.
Saham MAIN diperdagangkan dengan valuasi yang masih terbilang murah. Price earning ratio (PER) perseroan berada di level 4,74 kali per penutupan, Rabu (22/4/2020).
Selanjutnya, saham Charoen Pokphand Indonesia juga menguat 4,31 persen atau 170 poin ke level Rp4.110 pada, Rabu (22/4/2020). Emiten bersandi saham CPIN itu juga tengah berada dalam tren positif dengan menguat 4,85 persen dalam sebulan terakhir.
Sampai dengan penutupan Rabu (22/4/2020), CPIN diperdagangkan dengan PER 19,67 kali. Total kapitalisasi pasar yang dimiliki senilai Rp67,40 triliun.
Dalam riset hariannya, Kepala Riset Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi menjelaskan bahwa sektor saham industri dasar yang menguat 8,56 persen menjadi penopang penguatan indeks harga saham gabungan (IHSG), Rabu (22/4/2020). Selain pergerakan dua emiten produsen semen, laju MAIN dan CPIN mendongkrak sektor saham tersebut.
Lanjar menuliskan saham MAIN dan CPIN naik signifikan setelah pemerintah menyetujui masuknya ayam karkas dalam bantuan sembako. Bahkan, pembelian akan dilakukan dengan harga lebih tinggi dari pasaran.
“Memberikan sinyal penyerapan dalam negeri oleh pemerintah pada ayam meningkat,” ujarnya dalam riset yang dikutip, Kamis (23/4/2020).
Sebagai catatan, MAIN saat ini menjalankan serangkaian kegiatan usaha yang terdiri atas empat divisi yakni pakan ternak, divisi pembibitan ayam, divisi peternakan ayam pedaging, dan divisi makan olahan.
Adapun, CPIN memiliki tiga bidang usaha utama yakni produksi pakan ternak, peternakan unggas, dan produksi makanan olahan.
🍅

per tgl 10 Juli 2019:
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah sahamnya melambung tinggi pekan lalu, kini saham-saham emiten poultry (pakan ternak) dan ayam mencatat penurunan dua hari berturut-turut. Bahkan saham CPIN, menjadi top losers di indeks Kompas100 dan membebani pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan, Selasa (9/7). Saham JPFA dan MAIN juga tercatat turun dua berturut-turut.
Penurunan saham-saham emiten ayam ini terjadi di tengah IHSG yang menghijau atau naik 0,57% dan tercatat bertengger di level 6.388,32.
Mengutip RTI, saham PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) termasuk salah satu saham yang banyak dilego asing. Asing tercatat melego saham CPIN sebesar Rp 77,42 miliar dengan volume perdagangan 13,78 juta saham, dan frekuensi transaksi 5.998 kali. Pada penutupan perdagangan saham CPIN longsor 3,95% ke level Rp 5.475 per saham.
Demikian juga dengan saham PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) menjadi salah satu saham yang banyak dilepas asing. Saham JPFA dijual asing sebesar Rp 57,19 miliar dengan volume 34,23 juta saham dan frekuensi transaksi 5.951 kali. Saham JPFA anjlok 2,36% pada penutupan perdagangan ke level Rp 1.655 per saham.
Sementara saham PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN) juga tercatat mengalami penurunan 3,32% pada penutupan perdagangan ke level Rp 1.165 per saham. Tercatat total nila perdagnagan Rp 13,73 miliar dengan volume saham 11,67 juta dan frekuensi transaksi 2.705 kali.
Apakah saham-saham emiten poultry masih melanjutkan penurunan pada perdagangan hari ini? Sementara sejumlah peternak ayam mengaku sudah menikmati kenaikan harga ayam pasca terjadinya pemusnahan ayam akibat kelebihan suplai dan pembagian ayam gratis ke masyarakat.
🍐

per tgl 18 Juni 2019:
Bisnis.com, JAKARTA – Menjelang berakhirnya semester I/2019, kinerja saham emiten sektor perunggasan masih terkoreksi sepanjang tahun berjalan 2019.
Berdasarkan data Bloomberg, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) terkoreksi sedalam 38,41%,  PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) berkurang 33,49%, PT Malindo Feedmill Tbk. (MAIN) minus 22,94% dan PT Sierad Produce Tbk. (SIPD) terkoreksi 20,49%.
Sementara itu, dari sisi kinerja keuangan, CPIN cukup menjanjikan dengan membukukan peningkatan penjualan 21,94% menjadi Rp14,45 triliun pada kuartal I/2019 dari Rp11,85 triliun pada kuartal I/2018.
Meningkatnya penjualan berasal dari segmen pakan ternak Rp7,05 triliun, ayam pedaging Rp3,96 triliun, anak ayam usia sehari Rp1,11 triliun, serta ayam olahan dan lain-lain masing-masing senilai Rp449,36 miliar.
Begitu pun JPFA yang mencetak penjualan senilai Rp8,56 triliun naik 8,9% dari posisi Rp7,86 triliun pada kuartal I/2018. Menanjaknya penjualan ditopang oleh segmen pakan ternak dan ayam umur sehari masing-masing naik 26,18% dan 25,6% year on year, masing-masing menjadi Rp3,47 triliun dan Rp806,81 miliar.
Sementara itu, segmen  peternakan dan produk konsumen turun 9,4% menjadi Rp3,18 triliun pada kuartal I/2019, dari posisi Rp3,51 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Analis Deutsche Bank Gerry Harlan dan Raja Abdalla memilih CPIN dan JPFA sebagai pilihan utama, tetapi dengan rekomendasi tahan. Menurut meraka price earning [PE] yang bisa bisa dapatkan dari CPIN 19,5 kali, sedangkan JPFA 9,2 kali pada akhir tahun.
Gerry menilai terdapat anomali pada sektor perunggasan pada tahun ini. Yaitu perbedaan harga yang menyimpang antara segmen anak ayam usia sehari (DOC) serta ayam pedaging atau broiler. Segmen broiler cenderung melemah 5% dalam 5 bulan terakhir di 2019 sedangkan DOC menguat 32%.
Menurutnya segmen DOC bisa menjadi motor utama emiten unggas untuk mendongkrak penjualan. Akan tetapi, menjelang Lebaran atau bulan keenam justru terjadi penurunan permintaan di mana harga DOC menurun ke Rp5.800/ekor dibandingkan dengan bulan sebelumnya Rp6.300/ekor.
Penurunan tren ditengarai oleh lemahnya pembelian di konsumen akhir dan jatuhnya harga broiler di farm gate. Dengan begitu, ada potensi penurunan pendapatan bila kondisi serupa terus berlangsung.
Di sisi lain, dalam konsesus Bloomberg Selasa (18/6/2019) JPFA meraih rating 4,29 dengan 66% analis merekomendasikan beli, 28,6% tahan dan 4,8% jual. Adapun target harga yang dipatok dua belas bulan ke depan naik 23,7% ke level Rp1.774 per lembar.
Sentimen itu jauh lebih baik daripada kompetitornya CPIN yang meraih rating konsesus 2,47 dengan 53,3% analis merekomendasikan tahan, 40% menyarankan jual dan 6,7% memilih beli. Sementara pertumbuhan potensial diperkirakan 5,3% dengan target harga Rp4.687 dalam dua belas bulan  ke depan.
🍧


per tgl 29 Maret 2019: 
pasca 1 taon terakhir, tren harga saham CPIN melesat, maka tampaknya siklus harga ayam ternak mulai stagnan bahkan TURUN neh. Pakan ternak menjadi kurang diminta pasar. Hukum pasok:permintaan pun berlaku. Kurangnya permintaan pakan ternak menyebabkan runtuhnya dasar harga pakan ternak lah. Pemasukan CPIN dari permintaan pakan ternak pun turun. Laba operasional cpin bisa ambles, begitu diantisipasi pasar, maka ekspektasi investor saham sederhana aza, jual aza saham cpin. Semudah itu. Ambles k 6400. Padahal tren harga saham cpin ini mase jauh dari batas area jenuh jual, berarti mase akan bergerak turun skale, bahkan mungkin s/d 6K. Runtuh sdikit ekspektasi JO bahwa saham ini bagus. Namun perjalanan waktu tren harga saham cpin mase panjang. Asal para peternak ayam mampu mengelola pasokan dengan bagus, maka ada ekspektasi permintaan pasar akan meningkat lage. Well, sementara ini, lebe baek siap-siap turun k area jenuh jual @ 6K-5K. JO mah dah siap2 lah, punya modal hasil realisasi laba saham2 JO d kuartal 1/ 2019. 

🍧


per tgl 21 Februari 2018: 
secara teknikal, ada ekspektasi tren bullish jangka pendek, karna MA 20D @ 3428; sedangkan stochastic menunjukkan adanya tekanan besar terhadap daya beli saham karna tlah memasuki area jenuh BELI.
batas atas Bollinger Band di 3722, menunjukkan ekspektasi bahwa tren harga saham CPIN akan bergerak antara 3600-3700 dulu baru dalam jangka menengah bisa meraup harga2 di atas 3700

Comments

Popular posts from this blog

onlineisasi-digitalisasi (5)

terkait perbankan (bbri, bbca, bnii)

analisis fundamental sederhana: saham KONSUMER (mapi, myor, unvr, icbp, amrt, cpin, hero, mapi, cleo, ades)